Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REPORT

Oleh Dosen Pengampu:


(Dr.Zulkifli Matondang M.Si)

NAMA MAHASISWA : SAULINA MEI ERNI AMBARITA


NIM :5173311016
MATA KULIAH : KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK- UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019

[Date] 1
Konstruksi Bangunan Gedung
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan

rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada

waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun

terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga

kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya

makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan, 20 September 2019

SAULINA AMBARITA

[Date] 2
Konstruksi Bangunan Gedung
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................... 02
Daftar Isi....................................................... ...................................................... ..................03
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................... ......................................... ...... ........ ..04
Tujuan.................................................... ...................................................... ............ .....04
PEMBAHASAN
KONSTRUKSI KOLOM, BALOK DAN TANGGA................ ....................................05
KONSTRUKSI UTILITAS BANGUNAN.....................................................................12

PEKERJAAN FINISHING.............................................................................................17
PENUTUP
Kesimpulan.................................................................... .............................................. ..24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................25

[Date] 3
Konstruksi Bangunan Gedung
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur
bawah yang dimaksud adalah pondasi dan struktur bangunan yang berada di bawah permukaan
tanah, sedangkan yang dimaksud dengan struktur atas adalah struktur bangunan yang berada
di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, tangga. Setiap komponen tersebut memiliki
fungsi yang berbeda-beda di dalam sebuah struktur.
Suatu bangunan gedung beton bertulang yang berlantai banyak sangat rawan terhadap
keruntuhan jika tidak direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan
struktur yang tepat dan teliti agar dapat memenuhi kriteria kekuatan (strenght), kenyamanan
(serviceability), keselamatan (safety), dan umur rencana bangunan (durability) (Hartono,
1999).
Beban-beban yang bekerja pada struktur seperti beban mati (dead load), beban hidup (live
load), beban gempa (earthquake), dan beban angin (wind load) menjadi bahan perhitungan
awal dalam perencanaan struktur untuk mendapatkan besar dan arah gaya-gaya yang bekerja
pada setiap komponen struktur, kemudian dapat dilakukan analisis struktur untuk mengetahui
besarnya kapasitas penampang dan tulangan yang dibutuhkan oleh masing-masing struktur
(Gideon dan Takim, 1993).
Pada perencanaan struktur atas ini harus mengacu pada peraturan atau pedoman standar
yang mengatur perencanaan dan pelaksanaan bangunan beton bertulang, yaitu Standar Tata
Cara Penghitungan Struktur Beton nomor: SK SNI T-15-1991-03, Peraturan Pembebanan
Indonesia untuk Gedung 1983, Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung
tahun 1983, dan lain-lain (Istimawan, 1999).

B. TUJUAN PENULISAN CBR


Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang konstruksi
kolom,balok, tangga, utilitas bangunan, serta finishing.

[Date] 4
Konstruksi Bangunan Gedung
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSTRUKSI KOLOM, BALOK DAN TANGGA

1.1 Kolom
Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang
dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh
total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Fungsi kolom adalah sebagai
penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti
rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup
(manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat
penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini
dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan
balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

2.

[Date] 5
Konstruksi Bangunan Gedung
Prinsip Desain Kolom
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara panjang dan dimensi
penampang melintangnya relatif kecil disebut kolom pendek. Kapasitas pikul-beban kolom
pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan bila mengalami beban berlebihan, maka
kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material. Dengan demikian,
kapasitas pikul-beban batas tergantung pada kekuatan material yang digunakan. Semakin
panjang suatu elemen tekan, proporsi relatif elemen akan berubah hingga mencapai keadaan
yang disebut elemen langsing. Perilaku elemen langsing sangat berbeda dengan elemen tekan
pendek. Perilaku elemen tekan panjang terhadap beban tekan adalah apabila bebannya kecil,
elemen masih dapat mempertahankan bentuk liniernya, begitu pula apabila bebannya
bertambah. Pada saat beban mencapai nilai tertentu, elemen tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan
berubah bentuk menjadi seperti tergambar.
Hal inilah yang dibuat fenomena tekuk (buckling) apabila suatu elemen struktur (dalam hal ini
adalah kolom) telah menekuk, maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk
menerima beban tambahan. Sedikit saja penambahan beban akan menyebabkan elemen
struktur tersebut runtuh. Dengan demikian, kapasitas pikul-beban untuk elemen struktur kolom
itu adalah besar beban yang menyebabkan kolom tersebut mengalami tekuk awal. Struktur
yang sudah mengalami tekuk tidak mempunyai kemampuan layan lagi. Fenomena tekuk adalah
suatu ragam kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan suatu elemen struktur yang
dipengaruhi oleh aksi beban. Kegagalan yang diakibatkan oleh ketidakstabilan dapat terjadi
pada berbagai material. Pada saat tekuk terjadi, taraf gaya internal bisa sangat rendah.
Fenomena tekuk berkaitan dengan kekakuan elemen struktur. Suatu elemen yang mempunyai
kekakukan kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan yang mempunyai
kekakuan besar. Semakin panjang suatu elemen struktur, semakin kecil kekakuannya.
Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) pada suatu elemen struktur tekan
panjang. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1 .Panjang Kolom
Pada umumnya, kapasitas pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang
elemennya. Selain itu, faktor lain yang menentukan besar beban tekuk adalah yang
berhubungan dengan karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis material, bentuk, dan
ukuran penampang).
2. Kekakuan
Kekakuan elemen struktur sangat dipengaruhi oleh banyaknya material dan distribusinya. Pada
elemen struktur persegi panjang, elemen struktur akan selalu menekuk pada arah seperti yang

[Date] 6
Konstruksi Bangunan Gedung
diilustrasikan pada di bawah bagian (a). Namun bentuk berpenampang simetris (misalnya
bujursangkar atau lingkaran) tidak mempunyai arah tekuk khusus seperti penampang
segiempat. Ukuran distribusi material (bentuk dan ukuran penampang) dalam hal ini pada
umumnya dapat dinyatakan dengan momen inersia (I).
3. Kondisi ujung elemen struktur
Apabila ujung-ujung kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai kemampuan pikul-
beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit. Adanya
tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilan yang mencegah
tekuk. Mengekang (menggunakan bracing) suatu kolom pada suatu arah juga meningkatkan
kekakuan. Fenomena tekuk pada umumnya menyebabkan terjadinya pengurangan kapasitas
pikul-beban elemen tekan. Beban maksimum yang dapat dipikul kolom pendek ditentukan oleh
hancurnya material, bukan tekuk.
Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan
kolom praktis.
a. Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitubesar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya
dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8 d12 mm, danbegel d 8-10cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cmmaksudnya begel diameter
8 dengan jarak 10 cm).
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
agardinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter,atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudutsudut).Dimensi kolom praktis 15/15 dengantulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom


brton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi
tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk
memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat dalam
gambar 1.

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya
saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh,
sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses
redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).

3. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1. Merupakan komponen


struktur tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa,
dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang

[Date] 7
Konstruksi Bangunan Gedung
[Date] 8
Konstruksi Bangunan Gedung
[Date] 9
Konstruksi Bangunan Gedung
1.2 Balok

2
3
Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai
atas. Fungsinya adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I – 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi
balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan untuk
balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus dihindarkan
pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya
harus dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik
pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada jenis
baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai tulangan
geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari tinggi balok.
Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada jenis baja lunak dan
5 mm pada jenis baja keras.

[Date] 10
Konstruksi Bangunan Gedung
1.3 TANGGA
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat
vertikal yang memiliki jarak satu sama lain.

Pekerjaan Persiapan
Sebelum memulai pekerjaan tangga, maka yang perlu dilakukan setelah mempersiapkan bahan
& alat tersebut diatas adalah langkah-langkah sebagai berikut untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan :

Pelat Badan Tangga


Sebenarnya tidak perlu pabrikasi secara khusus, karena bisa dipabrikasi pada saat penyetelan
langsung. Yang perlu dipersiapkan adalah posisi kemiringan badan tangga serta pipa galvanis
(panjang disesuaikan bentang badan tangga) yang disusun sesuai kemiringan badan tangga.

Dinding Tangga
Dibuat sesuai dengan ukuran tangga (tebal plat + tinggi trape tangga)
Cara pabrikasi sama seperti pabrikasi dinding balok.

Anak Tangga
Plywood 12 mm dipotong sesuai dengan tinggi trape (optrade) dan lebar tangga, kemudian
diberi rangka.

Penyetelan
Bordes Tangga
Sebelum memulai pekerjaan bordes tangga, perlu diperhatikan elevasi/ ketinggian dari lantai
dibawahnya sehingga diketahui kombinasi alat yang diperlukan, apakah menggunakan pipe
support.

Pekerjaan bordes tangga dimulai dari pekerjaan Balok bordes, yang cara penyetelannya sama
seperti balok biasa. Kemudian antar dinding balok dipasang kayu 5/7 (jarak maksimum 25 cm).
Kayu ini berfungsi sebagai pengganti pipa (karena bentang pendek). Setelah selesai
pemasangan kayu 50/10, lalu diikuti pemasangan plywood yang ukurannya disesuaikan dengan
panjang dan lebar bordes.

Badan Tangga
Badan tangga ada 2 buah, yaitu antara bordes dengan lantai dibawahnya dan antara bordes
dengan lantai di atasnya.

Dinding Tangga dan Bordes


Setelah pekerjaan bordes dan badan tangga selesai, kemudian dipasang dinding tangga kanan-
kiri dan dinding bordes diatas badan tangga dan bordes.

Dinding tangga dipaku dengan badan tangga dan diberi perkuatan dengan potongan kayu 5/7
(jarak maksimum 40 cm). Potongan kayu 5/7 dipaku antara badan tangga dengan dinding
tangga sehingga benar-benar kuat, rapi, dan tidak goyang,. Dinding ini ttelah dipabrikasi
sebelumnya.

Trape/ Dinding Anak Tangga

[Date] 11
Konstruksi Bangunan Gedung
Anak tangga dipasang setelah dilakukan pengecekan terhadap elevasi bordes, kemiringan
badan tangga, penggambaran trape/ anak tangga pada dinding badan tangga dan pembesian.

Pemasangan bordes dan badan tangga salah apabila jumlah anak tangga tidak pas, dengan
antrade dan uptrade yang telah ditentukan ukurannya (bisa kurang bisa lebih). Bila kesalahan
ini terjadi maka harus dibetulkan tterlebih dahulu.

Trade/ dinding anak tangga dipasang diantara dinding badan tangga sesuai dengan yang telah
digambar pada dinding badan tangga dan dipaku dari dinding tangga kearah dalam. Untuk
memudahkan pemasangan dapat dilakukan dari bawah keatas. Setelah semua terpasang,
kemudian antar anak tangga dirangkai dengan kayu 5/7 memanjang dari atas ke bawah pada
dua tempat kanan-kiri dan dipaku. Sama halnya dengan dinding badan tangga, dinding anak
tangga inipun telah dipabrikasi sebelumnya.

Alat-alat
• Gergaji
• Meteran
• Palu
• Scaffolding set
• Pipe Support
• Lot/ Water pas
• Benang

[Date] 12
Konstruksi Bangunan Gedung
2. KONSTRUKSI UTILITAS BANGUNAN

Utilitas Bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakanuntuk


menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudian
kominikasi dan mobilitas dalam bangunan.

Perananganbangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas yang


dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur, perancangan
struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

2.1 Perancangan Plambing dan Sanitasi


Perancangan Plambing dan Sanitasi Sedangkan sistem plambing adalah sistem penyediaan
air bersih dan sistem pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang
memenuhi syarat, yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan, standar
tentang peralatan dan instalasinya. Sistem plambing yang baik bergantung pada sistem
plambing pemipaan yang baik pula. Selain pemipaan, terdapat hubungan yang erat juga antara
masalah penyediaan air dan sanitasi, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan beberapa
aspek berikut :

 Kesehatan.
 Penggunaan air.
 Pengolahan dan pembuangan limbah.

2.2 Perancangan Pencegahan Kebakaran

Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suata cara atau
sistem pencegahan kebakaran karena bahaya kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa
korban manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan
lingkungan dan terganggunya masyarakat.

Bahaya kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu :

 Bahaya kebakaran ringan

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah dan
menjalarnya api lambat.

 Bahaya kebakaran sedang.


 Bahaya kebakaran berat.

Merupakan bahaya terbakar pada tempat dimana terdapat bahan-bahan yang mempunyai
nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sangat tinggi
dan menjalarnya api sangat cepat. Perancangan sistem ini erat kaitannya dengan sistem
plumbing karena agar meminimalisir bahaya bencana kebakaran maka dikembangkan sistem-

[Date] 13
Konstruksi Bangunan Gedung
istem yang melingkupi pengaliran air, sebagai media pemadaman guna mencegah bahaya
kebakaran skala besar, sistem pencegahan tersebut diantaranya adalah :

 Sistem hidran
 Sistem sprinkle

3.3 Perancangan Pengudaraan/penghawaan


Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal atau
bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah yang beriklim
tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya yang tinggi, maka diperlukan
usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam maupun aliran udara buatan .
Perencangan pengudaraan atau penghawaan adalah perencanaan untuk mendapatkan aliran
udara yang tepat untuk ruangan serta pengontrolannya.

Contoh Gambar Penyejuk Udara Buatan ( AC )


3.4. Perancangan Penerangan/pencahayaan
Pada perencanaan penerangan dan pencahayaan gedung dimaksudkan agar bangunan
tersebut mendapat pencahayaan dan penerangan yang baik pada siang hari maupun pada malam
hari . Dewasa ini pemanfaatan pencahayaandigunakan sumber alami dan telah diatur
berdasarkan SNI 03 – 2396 – 2001 tentang “Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami

[Date] 14
Konstruksi Bangunan Gedung
pada bangunan gedung”.

Selain itu dalam perencanaan penerangan atau pencahayaan juga mempertimbangkan


tentang standar pencahayaan buatan yang diatur pada SNI 03- 6575-2001 tentang “Tata cara
perancangan sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung”. 5. Perancangan Telepon
Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem
komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar.

Perancangan ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel dalam
bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk
memudahkan dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus
menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran
di dalam lantai (floor duct).

3.5. Perancangan Telepon


Perancangan telepon pada gedung harus mempertimbangkan kepada perencanaan sistem
komunikasi antara ruangan (intercom) dan perencanaan sistem komunikasi luar. Perancangan
ini juga harus memperhatikan sistem pengaturan pemasangan kabel dalam bangunan
sedemikian rupa sehingga tidak menggangu estetika pada bangunan serta untuk memudahkan
dalam perawatan. Perencanaan arus lemah telepon, sistem telepon harus menggunakan sistem
hubungan seperti saluran untuk daya pembangkit komputer, yaitu aliran di dalam lantai (floor
duct).

Contoh Gambar Telepon.

3.6. Perancangan CCTV dan Sekuriti Sistem


CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor
suatu ruangan melalui layar televisi atau monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman
kamera yang dipasang di setiap sudut ruangan (biasanya tersembunyi) yang diinginkan oleh
bagian keamanan. Sistem kameran dan televisi ini terbatas pada gedung tersebut (closed).
Semua kegiatan di dalamnya dapat dimonitor di suatu ruangan security.

[Date] 15
Konstruksi Bangunan Gedung
Contoh Gambar Sistem Keamanan CCTV.

3.7. Perancangan Penangkal Petir


Pengamanan bangunan bertingkat dari bahaya sambaran petir perlu dilakukan dengan
memasang suatu alat penangkal petir pada puncak bangunan tersebut. Penangkal petir ini
harus dipasang pada bangunan-bangunan yang tinggi, minimal bangunan 2 lantai, terutama
yang paling tinggi di antara sekitarnya.

Contoh Gambar Komponen Instalasi Penangkal Petir.

3.8. Perancangan Tata Suara


Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan pada
bangunan. Tata suara ini dapat berupa background music dan announcing system (public
address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau kalau ada pengumuman-

[Date] 16
Konstruksi Bangunan Gedung
pengumuman tertentu. Selain itu juga ada sistem untuk car call, bagi bangunan-bangunan
umum. Peralatan dari sistem tata suara tersebut dapat berupa, microphone, cassette deck, mix
amplifier, speaker, speaker selector switch, volume control, dan horn speaker (untuk car call).

3.9. Perancangan Transportasi dalam bangunan


Sebuah bangunan yang besar atau tinggi memerlukan suatu alat angkut transportasi untuk
memberikan suatu kenyamanan dalam berlalu-lalang di bangunan tersebut. Alat transportasi
tersebut mempunyai sifat berdasarkan arah geraknya sebagai alat angkut dalam bentuk arah
vertikal berupa elevator, arah horizontal berupa konveyor, arah diagonal berupa eskalator.

Contoh Gambar Elevator.

[Date] 17
Konstruksi Bangunan Gedung
3.PEKERJAAN FINISHING
Pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan pembangunan dalam
rangka menutupi, melapisi dan memperindah dari sebuah bangunan atau konstruksi tersebut.
Dalam rangka melakukan efisiensi terhadap pekerjaan finishing maka kesalahan-kesalahan
pekerjaan awal harus dihindari. Manfaat dari pekerjaan finishing adalah menambah nilai
estetika, merapikan, melapisi dan meningkatkan keawetan bangunan gedung. Pekerjaan
finshing terdiri dari pekerjaan finishing basah dan pekerjaan finishing kering, finishing basah
meliputi : pasangan batu bata, plesteran, acian, pekerjaan cat, pasangan tegel keramik dan
pasangan granit, sedangkan finishing kering adalah pekerjaan yang dalam aplikasinya tidak
menggunakan air sebagai medianya yang meliputi : pekerjaan Wall Paper, dinding partisi,
karpet, dinding enamel dll
Kata kunci : pekerjan finishing, finishing kering,finishing basah, dekorasi.
3.1 Pengertian dasar pekerjaan finishing.
Pada dasarnya pekerjaan finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan
pembangunan gedung, jembatan, jalan maupun sebuah kegiatan lainnya.
Pekerjaan finishing merupakan pekerjaan yang memakan biaya yang tidak sedikit oleh sebab
itu seharusnya di hindari, untuk mereduksi pekerjaan finishing memang tidak mudah tetapi
dapat dilakukan dengan mengurangi kesalahan dan meningkatkan kualitas produksi serta
kompetensi tenaga kerja pada pekerjaan tersebut. Pekerjaan finishing adalah upaya untuk
menghaluskan dengan menambah beberapa assesoris sehingga bangunan tersebut menjadi
lebih indah.
Dengan melihat pemahaman tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
finishing adalah pekerjaan akhir dari sebuah kegiatan pembangunan dalam rangka menutupi,
melapisi dan memperindah dari sebuah bangunan atau konstruksi tersebut
Adapun pekerjaan finishing dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Pekerjaan finishing basah yaitu pekerjaan finishing yang dalam aplikasinya menggunakan air
sebagai medianya yang meliputi pasangan batu bata, plesteran,acian, pasangan tegel keramik,
pasangan granit dan pekerjaan pengecatan.
b. Sedangkan pekerjaan finishing kering yaitu pekerjaan yang dalam aplikasinya tidak
menggunakan air sebagai medianya yang meliputi : pekerjaan Wall Paper, dinding partisi,
karpet, dinding enamel dll.

[Date] 18
Konstruksi Bangunan Gedung
Finishing basah adalah seluruh kegiatan pekerjaan finishing yang pada proses pengerjaan
bahan dasarnya berhubungan dengan bahan cair, contohnya pada pekerjaan pengecatan dimana
untuk mencampurnya agar dapat diaplikasikan menggunakan air.

Sedangkan finishing kering adalah seluruh kegiatan pekerjaan finishing yang pada proses
pengerjaan bahan dasarnya tidak berhubungan secara langsung dengan bahan cair, contohnya
pada pekerjaan pemasangan wall paper, parket dan dinding partisi.

3.2 Fungsi Pekerjaan Finishing.


Berdasar penjelasan diatas maka pekerjaan finshing cukup mahal namun tetap
dibutuhkan sebab pekerjaan tersebut memberi nilai tambah dari sebuah konsep membangun
dari sebuah kegiatan pemabngunan.
Adapun fungsi dari pekerjaan finshing adalah :
 Menambah nilai estetika pada sebuah objek atau gedung agar terlihat menarik dan indah

[Date] 19
Konstruksi Bangunan Gedung
Gbr.5.Hasil dari pekerjaan finishing
 Merapikan setiap bagian konstruksi agar terlihat sempurna sesuai dengan standar yang
beralku.
 Melapisi bagian-bagian yang harus ditampilkan dengan bahan lain agar bagian tersebut
diganti dengan bahan lainnya.
 Menambah keawetan bangunan gedung.
3.3Jenis dan Macam Pekerjaan Finishing .

Seperti penjelasan diatas bahwa pekerjaan finishing basah adalah merupakan pekerjaan
finishing yang dalam proses pengerjaannya berhubungan dengan bahan cair sehingga dapat
diidentifikasikan sebagai berikut, antara lain:

1. Pekerjaan Finishing Basah


 Pasangan batu bata (bricklaying).
Pasangan batu bata dapat dikategorikan pekerjaan finishing dengan mengacu pada
pengertian pekerjaan finishing yaitu untuk menutupi bagian bangunan dan jika
pasangan bata tersebut di ekspose atau tanpa diplester sehingga nampak keindahan
pasangan batu batanya.

Gbr.6. Pasangan bata ekspose


 Pasangan tegel keramik (wall and floor tiling).
Pasangan tegel keramik berfungsi untuk memberikan keindahan dan kebersihan dari
sebuah bangunan gedung, dengan corak warna dan pola yang dipilih maka bangunan
mejadi indah dan berkualitas.

[Date] 20
Konstruksi Bangunan Gedung
Pemasangan tegel keramik pada dinding dan lantai dapat diaplikasikan dengan dua cara
yaitu cara tebal dan cara tipis.
Cara tebal yaitu cara mengaplikasikan keramik dimana spesi adalah campuran semen
dan pasir dengan komposisi 1 pc : 2 ps dengan ketebalan spesi 1 cm – 2cm.
Sedangkan cara tipis adalah metode mengaplikaiskan tegel keramik dengan
mengunakan bahan dry mix (campuran kering yang sudah siap pakai), dimana
komposisi sudah sesuai dengan standar industri dan memiliki tingkat keplastisan yang
bagus.

Gbr.7.Pasangan tegel keramik


 Pekerjaan plesteran dan acian.
Plesteran merupakan salah satu lapisan penutup yang berfungsi untuk melindungi dan
menutupi permukaan batu bata agar permukaan menjadi rata dan terlindung dari
pengaruh cuaca, sehingga bangunan menjadi lebih awet dan sehat.
 Pekerjaan pasangan batu alam/granit.
Pasangan granit menrupakan lapisan penutup yang terdiri dari dua macam cara
pengerjaan yaitu cara basah dan cara kering, jadi keramik atau granit dapat
dikelompokan pada dua jenis pekerjaan finishing.

[Date] 21
Konstruksi Bangunan Gedung
Gbr.8.Pasangan batu alam pada tembok
 Pekerjaan pengecatan.
Pengecatan akan memperindah konstruksi bangunan dengan variasi warna yang
berbeda membuat bangunan akan menjadi indah namun ketahanan terhadap pengaruh
cuaca menjadikan pekerjaan finishing ini tidak awet.

Gbr.9.Aplikasicat pada tembok


 Finishing permukaan beton.
Finishing permukaan beton dilakukan agar permukaan menjadi rata, padat dan halus
sehingga terlihat lebih bagus, disamping itu dapat juga dibuat teksture dengan efek-efek
tertentu sehingga menampilkan permukaan beton yang lebih menarik.
Adapun finishing permukaan beton dapat diaplikasikan seperti hard finish, epoxy,
grinding, finishing sudut dan lain-lain.

[Date] 22
Konstruksi Bangunan Gedung
Gbr.10.Finishing sudut
3.4Pekerjaan Finishing Kering
 Pekerjaan Wall Paper
Wallpaper dinding adalah bahan pelapis dinding terbuat dari bahan plastic atau kertas dengan
desain dan pola tertentu yang digunakan untuk melapisi dinding bangunan sebagai bagian
akhir dari pekerjaan finishing. Kelemahan dari wallpaper adalah mudah robek, jika kotor
sulit dibersihkan dan jika tembok lembab wallpaper akan rusak.

Gbr. 11.Contoh pasangan wallpaper pada dinding.


 Pekerjaan karpet

[Date] 23
Konstruksi Bangunan Gedung
Karpet adalah salah satu pekerjaan finishing kering dan diaplikasikan pada lantai dan
memiliki media yang harus kering dan bersih. Biasanya dipasang di hotel-hotel, mesjid,
kantor atau ruang khusus untuk umum yang bersifat exklusif.

Gbr.11.Contoh pasangan karpet pada lantai.

 Pekerjaan parket
Parket adalah salah satu finishing pelapis lantai terutama pada ruang tidur, dansa, senam atau
restauran. Arket memberikan nilai dekorasi yang sangat tinggi pada sebuah bangunan.
Kelemahan pekerjaan finishing ini adalah tidak tahan terhadap kelembaban.

Gbr. 12.Contoh pasangan parket

 Pekerjaan dinding partisi papan gipsum


Papan gipsum atau gypsum board merupakan material pelapis interior untuk dinding pembatas
dan plafon gipsum, serta dapat diaplikasikan sebagai pelapis dinding bata. Kelemahan dari
pelapisi dinding gipsum jika terkena basah atau air maka papan gipsum menjadi hitam dan
rusak.

[Date] 24
Konstruksi Bangunan Gedung
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Mengerjakan sebuah proyek konstruksi memang memiliki tantangan tersendiri.
Perencanaan pun harus disusun dengan baik agar pengerjaan menjadi terstruktur. Begitu juga
pada pada proses pengerjaannya, pengawasan dan kontrol yang efisien akan membuat hasil
dengan kualitas yang baik. Pencatatan akuntansi yang baik akan menampilkan seluruh laporan
keuangan dengan terperinci. Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung
yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat/lantai,
balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.

Peranangan bangunan arus selalu memperhatikan dan menyertakan fasilitas utilitas


yang dikoordinasikan dengan perancangan yang lain, seperti perancangan arsitektur,
perancangan struktur, perancangan interior dan perancangan lainnya.

Sebuah bangunan pastinya memerlukan sebuah finishing baik finishing untuk interior
maupun finishing eksterior, dengan adanya finishing maka tamiplan eksterior maupun interior
akan jadi lebih tampak indah dan menarik, dalam pemilihan finishing haruslah memiliki
kepekaan dalam pemilihan matrial yang akan digunakan . diantaranya harus mempertimbangkan
mengukur tekstur warna yang dimiliki oleh suatu matrial finishing bangunan

[Date] 25
Konstruksi Bangunan Gedung
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka-ts.blogspot.com/2010/11/struktur-kolom.html

http://www.scribd.com/doc/53250428/10/Struktur-Atas

http://ml.scribd.com/doc/13000401/200212-SNI-0328472002-Beton

http://etd.eprints.ums.ac.id/8126/1/D100040035.pdf

http://etd.eprints.ums.ac.id/14362/2/BAB_I.pdf

http://eprints.undip.ac.id/27157/1/Membangun_rumah_2_lantai_(_IX_).pdf

A.G Tamrin.2008. Teknik Konstruksi Bangunan Gedung jilid 2 untuk SMK. Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Departemen Pendidikan Nasional

[Date] 26
Konstruksi Bangunan Gedung

Anda mungkin juga menyukai