Anda di halaman 1dari 14

TUGAS CRITICAL BOOK

MEKANIKA TEKNIK

Oleh :

NICO G.M SITUMORANG

5173520024

D3 TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat tuhan Yang Maha Esa dan dengan rahmat
dan karunianya, Tugas Critical Book Report ini dapat saya buat, sebagai bahan pembelajaran
kami dengan harapan dapat diterima dan dipahami secara bersama.

Tugas Critical Book ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Teknik. Tugas
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Akhirnya saya dengan kerendahan hati saya meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian Tugas Critical Book Report saya dengan harapan dapat diterima
oleh bapak dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mekanika Teknik, merupakan bidang ilmu utama untuk perilaku struktur, atau mesin terhadap
beban yang bekerja padanya. Perilaku struktur tersebut umumnya adalah lendutan dan gaya –
gaya ( gaya reaksi dan gaya internal ).

Dengan Mengetahui gaya – gaya dan lendutan yang terjadi maka selanjutnya struktur tersebut
dapat direncanakan atau diproporsikan dimensinya berdasarkan material yang digunakan
sehingga aman dan nyaman ( lendutannya tidak berlebihan ) dalam menerima beban tersebut.

B. Tujuan

Agar Mahasiswa paham betul Pengertian, konsep – konsep dasar serta aplikasi mekanika
teknik secara lebih luas dan lebih dalam lagi

C. Manfaat

Dapat mengaplikasikan Mekanika Teknik dalam kehidupan sehari – hari dengan baik dan
benar.
BAB II

ISI BUKU

Identitas Buku :

 Judul : Mekanika Teknik 2 - Statika dan Kegunaannya

 Pengarang : Ir. Heinz Frick

 Penerbit : Kanisius Yogyakarta

 Tahun Terbit : 1979

Buku Pembanding :

 Judul : Mekanika Teknik

 Pengarang : E. P. POPOV

 Penerbit : ERLANGGA

 Tahun Terbit : 1991

BAB 7

Konstruksi Portal Statis Tidak Tertentu

7.1. Konstruksi portal dengan titik simpul yang kaku

7.1.1. Pengetahuan dasar

Sistem cross yang digunakan untuk perhitungan statika pada balok terusan, juga dapat
dgunakan untuk menentukan momen pada sudut konstruksi portal, jikalau titik simpul tidak
bisa bergerak, walaupun boleh memutar.

Titik simpul atau titik sudut pada konstruksi portal menjadi kaku ( tidak bisa bergerak ),
jikalau misalnya konstruksi portal itu bisa menyalurkan gaya horisontal kepada loteng beton
atau suai angin horisontal dan kepada dinding bangunan yang kaku. Akan tetapi harus
dikatakan bahwa pada banyak konstruksi portal tidak simpul tidak boleh dinilai sebagai kaku.

7.1.2. Cara distribusi momen menurut Cross

Dengan menggunakan sistem Cross pada konstruksi portal kita bisa menentukan momen pada
sudut – sudut. Dengan momen itu kita akan bisa menentukan reaksi tumpuan, momen pada
batang – batang, gaya normal dan gaya lintang.
Menurut Cross kita tentukan semua titik simpul sebagai kaku dan dengan begitu, batang
masing – masing menjadi balok terjepit. Seperti pada balok terusan kita selanjutnya
melepaskan satu per satu titik simpul sampai semua momen pada satu titik simpul menjadi
seimbang, atau boleh diakatakan resultannya menjadi nol. Selama pada satu titik simpul
resultante momen belum menjadi nol kita harus memasang satu momen distribusi seperti
pada balok terusan.

Perhitungan momen boleh digunakan menurut urutan berikut :

1. Perhitungan momen jepitan pada ujung kiri dan kanan batang masing – masing
sebagai balok terjepit atau balok terjepit sebelah.

2. Menentukan resultante momen jepitan ( ∆M ) pada titik simpul masing – masing.

3. Membagi momen distribusi menurut angka kekakuan batang pada batang masing –
masing.

4. Menyalurkan momen jepitan ( Momen Residu ) menurut koefisien induksi ke titik


simpul berikutnya.

5. Menentukan resultante momen jepitan ( ∆M ) pada titik simpul berikut dan


seterusnya menurut 2 s/d 4

7.2 Konstruksi portal dengan titik simpul yang goyah

7.2.1. Penurunan tumpuan pada balok terjepit

Jikalau pada satu balok terjepit satu tumpuan mulai turun vertikal ke bawah, penurunan
tumpuan itu mengakibatkan momen jepitan pada dua tumpuan jepitan yang mempunyai
ukuran dan tanda ( +, - ) yang sama sebelah kiri dan sebelah kanan. Besarnya ukuran
tergantung pada ukuran penurunan tumpuan ( yang selanjutnya dinamakan sebgai koefisien
pergoyangan ) dan pada angka kekakuan batang. Pada balok terjepit dengan momen lembam /
tetap, momen jepitan ( Mik ) menjadi :

dgn. k = 1 / 1 ( 7.1. )

dan pada balok terjepit sebelah momen jepitan ( Mik ) menjadi :


dgn. k’ =

Sesudah momen jepitan ( Mik ) oleh ukuran penurunan tumpuan pada balok terjepit
ditentukan, kita selanjutnya bisa mencari momen masing – masing pada balom terusan
misalnya atau konstruksi portal menurut sistim Cross.

Contoh : Pada balok tersusun dari beton bertulang tumpuan B mengalami penurunan tumpuan
sebesar 3 cm oleh karena pondasi di bawah tiang itu tidak cukup kuat. ( E = 210’000 kg/cm ).

Dicari : Momen koreksi pergoyangan ( M ) yang tombul oleh penurunan tumpuan B

Momen lembam I :

Batang 1 – 2 dan batang 2 – 3 → I = 25 . 75

Angka kekakuan batang k’ :

Batang 1 – 2 → k =

Batang 2 – 3 →

Koefisien distribusi :

Titik simpul 2 : koefisien distribusi :

Perhitungan momen koreksi pergoyangan ( Mik ):

M
Distribusi momen menurut Cross :

Contoh ini memperlihatkan dengan Mik = - 34.65 tm suatu tegangan yang tinggi sekali
pada sistim statis tidak tertentu oleh suatu turunan tumpuan yang agak kecil.

7.2.2. Berpengaruh atas titik simpul yang goyah

Seperti berulang kali ditentukan sistim Cross sampai sekarang hanya boleh dilakukan kalau
titik simpul pada waktu mendistribusi momen menjadi kaku. Ketentuan ini pada banyak hal
tidak betul. Tanpa misalnya loteng dari beton bertulang atau konstruksi suai angin yang
khusus, hampir semua konstruksi portal menjadi goyah.

Momen jepitan Mo pada konstruksi portal yang terjepit dan dengan titik simpul yang kaku
adalah :

M =

M =

M =

M =

Momen jepitan dengan tanda ( indeks ) Mo menentukan, bahwa momen jepitan itu
ditentukan pada konstruksi portal dengan titik simpul yan kaku. Ini hanya mungkin oleh gaya
F yang menerima gaya horisontal pada batang 2 – 3.

Suatu gaya pengikata horisontal ( F ) menjadi positif (+) jikalau jurusannya ke kanan, dan
menjadi negatif (-) sebaliknya.
Untuk menerangkan momen jepitan pada tiap – tiap ujung batang pada perhitungan gaya
pengikat horisontal ( F ) kita menggambar sistim konstruksi portal yang terjepit dengan
masing – masing momen.

7.2.4. Konstruksi portal bertingkat dengan titik simpul yang goyah

Sistim perhitungan pada konstruksi portal dengan titik simpul yang goyah menjadi sulit
jikalau ada beberapa gaya pengikat horisontal ( Fo ). Misalnya pada konstruksi portal
bertingkat pertama kita menggerakkan tingkat satu dengan koefisien pergoyangan .
Selanjutnya kita memperhatikan tingkat satu sebagai kaku dan menggerakkan tingat dua
dengan koefisien pergoyangan dsb. Pada prakteknya kita mulai perhitungan pada tingkat
teratas dan menurun tingkat demi tingkat ke bawah.

Dengan memperhatikan perhitungan secara ini, kita boleh memenuhi rumus sebagai berikut:

Dengan faktor pergoyangan dan kita boleh menentukan M sebagai berikut :


BAB 8

Perubahan Bentuk Elastis

8.1 Pengetahuan Dasar

Pada perhitungan perubahan bentuk untuk konstruksi rangka batang dan untuk konstruksi
dengan sistim statis tidak tertentu kita dalam bab ini mencari metode – metode untuk
menentukan perubahan bentuk pada konstuksi – konstruksi dalam bidang. Selanjutnya kita
terutama memperhatikan perubahan bentuk elastis, menurut keperluan dan secara umum.

Teori teori tentang perubahan bentuk elastis yang lebih luas dan lebih dalam membutuhkan
keluasan studi / mata kuliah jurusan Arsitektur.

Berikut daftar perubahan bentuk dalam alasan yang bisa mengakibatkannya :

Perubahan panjangnya Gaya normal

Perubahan suhu seragam

Lendutan Momen lentur

Gaya lintang

Suhu yang berbeda pada sisi atas dan sisi


bawah

Pada suatu konstruksi batang

Pemutaran Gaya torsi

Pada konstruksi batang dan rangka batang momen torsi tidak timbul, karena itu selanjutnya
kita membatasi diri pada pembicaraan tentang pemutaran. Pada umumnya kita hanya
memperhatikan gaya normal momen lentur dan perbedaan suhu untuk menentukan
perubahan bentuk, dan terutama yang harus diperhatikan ialah lendutan.

Dengan pengetahuan yang ada sampai sekarang kita hanya bisa menentukan lendutan pada
balok tunggal. Untukperhitungan lendutan pada konstruksi rangka batang misalnya belum
ada pengetahuan dasar.
8.2. Teori tentang kerja virtual

8.2.1. Kerja Virtual

Asas tentang kerja virtual ditemukan oleh Lagrange pada tahun 1788. Tetapi harus dikatakan,
bahwa pada prinsipnya kerja virtual sudah diketahui lebih dahulu. Mengenai asas kerja
virtual kita mengakui bahwa ini bukan satu ketentuan atau perjanjian, oleh karena dalam
beberapa hal asas ini tidak mungkin dibuktikan. Akan tetapi dari penggunaan dan
pengalaman kebenaran asas tentang kerja virtual sebetulnya suda cukup dibuktikan.
Selanjutnya penerangan mengenai asas kerja virtual langsung mulai pada konstruksi barang
dan rangka batang dalam bidang, oleh karena bagi kita dalam buku ini yang penting ialah
prakteknya. Oleh karena itu asas tentang kerja virtual pada suatu titik atau suatu benda dalam
ruang kita terbatasi.

Kata Virtual dari bahasa latin = virtus = kemingkinan, kemampuan, mengandung maksud
bahwa pergeseran / pergerakan dalam jurusan sembarang harus mungkin, akan tetapi
hubungan antara bagian – bagian konstruksi barang aatu rangka batang tidak boleh
terusakkan.

Sebagai keterangan kita membayangkan suatu konstruksi barang atau rangka batang dikenai
gaya – gaya Pk dan momen – momen Mk. Gaya – gaya dan momen – momen ini menjadi
satu kumpulan yang seimbang. Kita boleh mengatakan :

Dalam rumus ini rk menjadi jarak siku – siku dari gaya Pk dan suatu titik kutub sembarang.
Perubahan bentuk pada konstruksi batang atau rangka batang mengakibatkan pergesaran dan
perputaran , pergeseran titik simpul k yang bertepatan dengan jurusan gaya – gaya P
disebutkan sebagai

8.2.2. Persamaan kerja pada konstruksi batang

Pada konstruksi batang jumlah kerja virtual haus menjadi nol. Ini berarti, bahwa kerja virtual
luar Aa menjadi sama dengan kerja virtual dalam Ai .

1. Gaya Normal

Perubahan memanjang pada suatu batang oleh gaya normal dapat ditentukan dengan :

∆s =

Baiklah kita meniliti rumjus ini oleh karena memang mungkin gaya normal ( N ) atau luas
batang (F) tidak menjadi tetap pada seluruh panjang (s) dari batan itu, kita menulis :
Kerja virtual dalam oleh gaya normal boleh kita tentukan sebagai berikut :

2. Momen lentur

Oleh pembebanan dengan momen lentur maka batang akan melengkung. Perubahan bentuk
oleh sudut putar pada garis elastis boleh ditentukan seperti berikut :

Kerja virtual dalam oleh momen lentur boleh kita tentukan sebagai berikut :

3. Perubahan suhu seragam (t )

Perubahan panjangnya batang oleh perubahan suhu seragam adalah :

Kerja virtual dalam oleh perubahan suhu seragam boleh kita tentukan sebagai berikut :
4. Gaya Lintang

Kerja virtual dalam pergeseran pada garis sumbu oleh gaya lintang adalah :

W=

Kerja virtual dalam oleh gaya intang boleh kita tentukan sebagai berikut :

8.3. Syarat – syarat berikatan ada perubahan bentuk elastis

8.3.1. Syarat dari Betti

Betti menetukan pada tahun 1872 tentang ikatan pada perubahan bentuk elastis :

Kita perhatikan hasil kerja virtual dalam oleh suatu gaya normal N, gaya lntang Q dan
momen M dengan gaya – gayavirtual oleh P yang menjadi N : Q dan M.

Jumlah kerja virtual oleh gaya P pada pergeseran oleh P menjadi sama dengan jumlah gaya
P pada pergeseran oleh gaya virtual P.

Syarat ini juga boleh digunakan jikalau tidak ada gaya P dan gaya virtual P, melainkan
momen M dan momen virtual M. Pergeseran dapat diganti dengan sudut putaran

8.3.2. Syarat dari Maxwell

Maxwell menentukan pada tahun 1864 dengan keterikatan perubahan bentuk elastis sesuatu
yang sebetulnya menjadi suatu kelanjutan dari syarat dari Betti.

8.3.3. Syarat dari Castigliano

Syarat yang ditentukan Castigliano pada tahun 1879 tentang perubahan bentuk elastis
sebetulnya bisa berguna pada konstruksi batang dan konstruksi rangka batang tetapi syarat
dari Castigliano jauh lebih rumit daripada sistim yang lain yang lebih mudah dan merupakan
kelanjutan pada praktek.
BAB III

PEMBAHASAN

Keunggulan :

Bahasa yang digunakan dalam buku ini sudah cukup bagus, dan juga mudah dipahami
dibandingkan dengan buku lain. Sampul buku ini cukup menarik. Rumus – rumus yang
terdapat dalam buku ini sudah cukup lengkap dibandingkan dengan buku lain.

Kelemahan :

Isi buku ini kurang lengkap dibandingkan dengan buku pembanding, karena masih ada
beberapa pengertian yang tidak dijelaskan. Di dalam buku ini masih terdapat Kata – kata
yang sulit dipahami oleh saya.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :

Sistem cross yang digunakan untuk perhitungan statika pada balok terusan, juga dapat
dgunakan untuk menentukan momen pada sudut konstruksi portal, jikalau titik simpul tidak
bisa bergerak, walaupun boleh memutar.

Titik simpul atau titik sudut pada konstruksi portal menjadi kaku ( tidak bisa bergerak ),
jikalau misalnya konstruksi portal itu bisa menyalurkan gaya horisontal kepada loteng beton
atau suai angin horisontal dan kepada dinding bangunan yang kaku. Akan tetapi harus
dikatakan bahwa pada banyak konstruksi portal tidak simpul tidak boleh dinilai sebagai kaku

Saran :

Sebaiknya buku ini perlu diperbaiki lagi agar lebih bagus lagi, dan pengertian -pengrtiannya
perlu ditambahi lagi.

Anda mungkin juga menyukai