Anda di halaman 1dari 20

Critical book report

MATEMATIKA TEKNIK

Disusun Oleh :

DOSEN PENGAMPU:Drs.Bonaraja Purba,M.Si

MATA KULIAH:MATEMATIKA TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Critical Book Report ini.

Critical Book Report ini telah kami susun dengan sebaik - baiknya dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak dalam kelompok sehingga dapat memperlancar pembuatan Critical
Book Report. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan Critical Book Report.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Critical Book
Report.

Akhir kata kami berharap semoga Critical Book Report ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, Oktober 2019


Daftar isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................................
C. Manfaat......................................................................................................................
D. Identitas Buku Yang Di Laporkan.............................................................................

BAB II

RINGKASAN ISI BUKU...................................................................................................

Pembahasan.........................................................................................................................

1.Bab ............................................................................................................................

BAB III

PEMBAHASAN/ANALISIS

1.Pembahasan isi buku..................................................................................................

2.Kelebihan dan kelemahan..........................................................................................

BAB IV

PENUTUP...........................................................................................................................

Kesimpulan.........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia,
sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di setiap jenjang pendidikan
sekolah. Esensi pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar siswa memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang matematika. Berbagai
upaya telah dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang
matematika, seperti: Perubahan kurikulum

matematika, penggunaan metode yang lebih konkrit dan lebih dekat dengan siswa, dan juga
pengadaan dan pengembangan media ataupun perangkat pembelajaran pendidikan matematika.
Seperti pada tahun 2013 yang lalu, sebuah terobosan kurikulum telah dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan siswa dan pemahaman siswa tentang matematika. Salah satu
kemampuan matematika yang perlu dikembangkan adalah kemampuan pemecahan masalah.Hal
ini dikarenakan matematika tidak lepas dari tantangan dan masalah matematis. Husna (2013)
mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan masalah adalah sesuatu yang sangat penting
dimiliki siswa dalam pencapaian kurikulum. Sejalan dengan itu, Tanti (2010) mengatakan bahwa
kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa akan mampu menginvestigasi masalah
matematika yang lebih dalam, sehingga akan dapat mengkonstruksi segala kemungkinan
pemecahannya secara kritis dan kreatif. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah
kemampuan siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin dengan menggunakan
langkah-langkah penyelesaian yang jelas dan benar. Langkah-langkah penyelesaian yang jelas
dan benar mengacu ke langkah pemecahan Polyayaitu: Memahami masalah, merencanakan
penyelesaian masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah dan memeriksa kembali
hasil penyelesaian (Polya: 1973). Suriyadi (Wardhani: 2010) dalam surveynya menemukan
bahwa pemecahan masalah matematika merupakan salah satu kegiatan matematika yang
dianggap penting baik oleh para guru maupun siswa di semua tingkatan mulai dari SD sampai
SMA. Akan tetapi hal tersebut masih dianggap sebagai bagian yang paling sulit dalam
matematika, baik bagi siswa dalam mempelajarinya maupun bagi guru dalam mengajarkannya.
Selain kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, kepercayaan diri (self efficacy)juga
mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman siswa tentang matematika. Self Efficacy
merupakan aspek psikologis yang turut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan seorang
siswa dalam menyelesaikan tugas dengan baik. Mempunyai percaya diri yang kuat akan
membuat seseorang mempunyai motivasi, keberanian, ketekunan dalam melaksanakan tugas
yang diberikan, begitu juga sebaliknya.

percaya diri yang rendah akan menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat
menghadapi masalah atau tantangan matematika. Dari pengamatan peneliti, siswa di SMP
Negeri 12 Pematangsiantar memiliki self efficacy siswa yang tergolong rendah. Hal ini dapat
terlihat dari: (1) siswa yang pada umumnya pasif yakni menunggu jawaban dari temannya atau
dari guru, (2) Siswa tidak percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya dan pada umumnya
hanya akan menjawab soal ketika ditunjuk guru. Ketika peneliti menanyakan langsung kepada
beberapa siswa, mereka mengaku takut salah dan sebagian lagi mengaku bahwa mereka tidak
menyukai matematika. Baron (Bandura: 1997) mengatakan bahwa Self efficacymerupakan
kepercayaan diri terkait dengan penilaian seseorang akan kemampuan dirinya dalam
menyelesaikan sesuatu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa self efficacy menunjang
kemampuan matematis. Bandura (1997&2006:) menyatakan bahwa pengukuran self efficacy
seseorang mengacu pada tiga dimensi, yaitu level, strength, dan generality. Dalam hal
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan self efficacy siswa maka guru
harus menyusun dan merencanakan persiapan yang baik dan matang. Salah satu bentuk
persiapan yang harus disusun guru adalah perangkat pembelajaran.Perangkat pembelajaran
sangat berperan penting, seperti yang diungkapkan Suparno (2002):Sebelum guru mengajar
(tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan,
mempersiapkan alat-alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan
dan arahan untuk memancing siswa aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti
kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuanya ini
akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran.Sejalan dengan itu, Menurut
Brata (Komalasari, 2011) perangkat pembelajaran adalah salah satu wujud persiapan yang
dilakukan oleh guru sebelum mereka melakukan proses pembelajaran.Selanjutnya, Suhadi
(2007) mengemukakan bahwa “Perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media,
petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran”.

B.Tujuan

Kiranya dengan dibahasnya materi tentang konsep diri ini,pembaca dapat lebih memahami
isi materi ini dan semoga dapat menerapkan dalam lingkup pendidikannya.

C.Manfaat

Matematika teknik ini merupakan upaya untuk pembelajaran yang diharapkan dapat
mengubah yang kurang menjadi sebuah pembaharuan yang berguna dan baik khususnya dalam
Matematika teknik, terutama yang menyangkut pemilihan metode pembelajaran dalam kaitannya
dengan efektifitas program pembelajaran pendidikan.

D. IDENTITAS BUKU DAN BUKU PEMBANDING


INDEKS : ISBN 978-602-7938-39-7
JUMLAH HALAMAN : 201 HALAMAN

JUDUL BUKU : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“PERKEMBANGAN KONSEP DIRI”

PENULIS : Dra.Kemali Syarif,M.Pd

PENERBIT : UNIMED PRESS

BUKU PEMBANDING

INDEKS : ISBN 978-979-769-612-2

JUMLAH HALAMAN : 274 HALAMAN

JUDUL BUKU : PSIKOLOGI SOSIAL

“MEMAHAMI DIRI SENDIRI”

PENULIS : Dr.Agus Abdul Rahman,M.Psi.

PENERBIT : PT.Rajagrafindo Persada

BAB II

PEMBAHASAN
A.PERSAMAAN P0LINOMIAL

   Persamaan Kuadrat

Persamaan kuadrat dalam x mempunyai bentuk umum:

ax2 + bx + c = 0 , a ¹ 0                   a, b dan c adalah bilangan real.

1. Menyelesaikan persamaan kuadrat dengan memfaktorkan

ax2 + bx + c = 0   dapat dinyatakan menjadi a (x – x1) (x – x2) = 0.

Nilai x1 dan x2 disebut akar-akar (penyelesaian) persamaan kuadrat.

Contoh 1 :

Selesaikan x2 – 4 x + 3 = 0

Jawab:    x2 – 4 x + 3 = 0

(x – 3) (x – 1) = 0

x – 3 = 0   atau    x – 1 = 0

x = 3   atau    x = 1

Jadi, penyelesaian dari x2 – 4 x + 3 = 0 adalah 3 dan 1.

Contoh 2 :

Tentukan himpunan penyelesaian dari (x – 2)2 = x – 2.

Jawab:         (x – 2)2 = x – 2

x2 – 4 x + 4 =  x – 2

x2 – 5 x + 6 = 0

(x – 3) (x – 2) = 0

x – 3 = 0   atau   x – 2 = 0

x = 3   atau          x = 2

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {3 , 2}


2. Menyelesaikan persamaan kuadrat dengan melengkapkan kuadrat sempurna

Persamaan kuadrat  ax2 + bx + c = 0   dapat diselesaikan dengan mengubahnya menjadi (x + p)2
= q.

Contoh 1:

Tentukan himpunan penyelesaian dari x2 – 6 x + 5 = 0.

Jawab:   x2 – 6 x + 5 = 0

x2 – 6 x + 9 – 4 = 0

x2 – 6 x + 9 = 4

(x – 3)2 = 4

x – 3 = 2  atau x – 3 = –2

x = 5    atau     x = 1

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah{ 1 , 5}.

Contoh 2:

Tentukan penyelesaian dari 2 x2 – 8 x + 7 = 0.

Jawab:   2 x2 – 8 x + 7 = 0

2 x2 – 8 x + 8 – 1 = 0

2 x2 – 8 x + 8 = 1

2 (x2 – 4 x + 4) = 1

2 (x – 2)2 = 1

(x – 2)2 = ½

x – 2 =    atau x – 2 = –

x = 2 + Ö2   atau x = 2 –Ö2

Jadi, penyelesaiannya adalah   2 + Ö2   dan   2 – Ö2.


3. Menyelesaikan persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus

Rumus penyelesaian persamaan kuadrat a x2 + b x + c = 0 adalah

Contoh :

Tentukan himpunan penyelesaian dari x2 + 7x – 30 = 0.

Jawab:   x2 + 7x – 30 = 0

a = 1  ,  b = 7  ,  c = – 30

x = 3   atau   x = –10

Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah {–10 , 3}.

Penyelesaian Persamaan Kubik

Pada saat pertama kali Anda menemukan persamaan kubik (yang berbentuk ax3 + bx2 + cx + d =
0), mungkin Anda beranggapan bahwa soal tersebut akan sulit diselesaikan. Tetapi, ketahuilah
bahwa cara menyelesaikan persamaan kubik sebenarnya telah ada selama berabad-abad! Cara
penyelesaian yang ditemukan oleh ahli matematika Italia Niccolò Tartaglia dan Gerolamo
Cardano pada tahun 1500an ini merupakan salah satu rumus pertama yang dikenal pada zaman
Yunani dan Romawi kuno. Menyelesaikan persamaan kubik mungkin akan sedikit sulit, tetapi
dengan pendekatan yang benar (dan pengetahuan yang cukup), bahkan persamaan kubik yang
paling sulit sekalipun bisa dipecahkan.

 Dalam contoh yang kita gunakan, masukkanlah nilai a, b, dan c (3, -2, dan 14, secara
berurutan) ke dalam persamaan kuadrat sebagai berikut:

{-b +/-√ (b2- 4ac)}/2a


{-(-2) +/-√ ((-2)2- 4(3)(14))}/2(3)
{2 +/-√ (4 - (12)(14))}/6
{2 +/-√ (4 - (168)}/6
{2 +/-√ (-164)}/6

 Jawaban 1:

{2 + √(-164)}/6
{2 + 12.8i}/6

 Jawaban 2:
 {2 - 12.8i}/6
Hitung C = 3√(√((Δ12 - 4Δ03) + Δ1)/ 2). Nilai terakhir yang penting untuk kita dapatkan adalah
nilai C. Nilai ini memungkinkan kita untuk mendapatkan ketiga akar dari persamaan kubik kita.
Selesaikan seperti biasanya, masukkan nilai Δ1 dan Δ0 ke dalam rumus.

 Dalam contoh ini, kita akan mendapatkan nilai C dengan cara:


3
√(√((Δ12 - 4Δ03) + Δ1)/ 2)
3
√(√((02 - 4(0)3) + (0))/ 2)
3
√(√((0 - 0) + (0))/ 2)
0=C

Penyelesaian Persaman Kuartik

fungsi f pada R yang ditentukan oleh: f(x) = ax2 + bx + c dengan a, b, dan c bilangan real dan
disebut fungsi kuadrat.

Jika f(x) = 0 maka diperoleh persamaan kuadrat  ax2 + bx + c = 0. Nilai-nilai x yang memenuhi
persamaan itu disebut nilai pembuat nol fungsi f.

Nilai fungsi f untuk x = p ditulis f(p) = ap2 + bp + c.

Contoh 1:

Ditentukan: f(x) = x2 – 6x – 7

Ditanyakan:

1. nilai pembuat nol fungsi f


2. nilai f untuk x = 0 , x = –2

Jawab:

1. Nilai pembuat nol fungsi f diperoleh jika f(x) = 0

x2 – 6 x – 7 = 0

(x – 7) (x + 1) = 0

x = 7  atau  x = –1

Jadi pembuat nol fungsi f adalah 7  dan –1

1. Untuk  x = 0   maka f(0) = –7

x = –2  maka f(–2) = (–2)2 – 6 (–2) – 7 = 9


Contoh 2:

Tentukan nilai p agar ruas kanan f(x) = 3 x2 + (p – 1) + 3 merupakan bentuk kuadrat sempurna.

Jawab :

Supaya merupakan suatu kuadrat sempurna, syaratnya D = 0.

D = (p – 1)2 – 4 . 3 . 3 = 0

p2 – 2p – 35 = 0

(p – 7) (p + 5) = 0

p = 7   atau   p = –5

Jadi, agar ruas kanan f(x) merupakan suatu kuadrat sempurna, maka p = 7 atau p = –5.

BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

1.Pembahasan isi buku

Metode Pembagian Suku Banyak / Polinomial

Tuesday, August 27th 2013. | Suku Banyak/Polinomial

advertisements

Kembali bersama rumus matematika, jangan bosan-bosan ya… semakin sering kita membaca ilmu maka
akan semakin bertambah ilmu kita. Materi kali ini mengenai polinomial atau sering disebut dengan suku
banyak. Mengenai apa itu suku banyak dan bagaiman bentuknya, mari kita simak pada penjelasan
dibawah ini.

Bentuk Umum

an xn + an – 1 xn – 1 + an – 2 xn – 2 + … + … a2x2 + a1x + a0

keterangan :

n = derajat suku banyak

adversitemens

a0 = konstanta

an, an – 1, an – 2, … = koefisien dari xn, xn – 1, xn – 2, …

Pangkat merupakan bilangan cacah.


Pembagian Suku Banyak

Bentuk Umum

F(x) = P(x).H(x) + S(x)

dimana :

F(x) = suku banyak

P(x) = pembagi

H(x) = hasil bagi

S(x) = sisa

Teorema Sisa

Jika suatu suku banyak F(x) dibagi oleh (x – k) maka sisanya adalah F(k)

Jika pembagi berderajat n maka sisanya berderajat n – 1

Jika suku banyak berderajat m dan pembagi berderajat n, maka hasil baginya berderajat m – n

Metode Pembagian Suku Banyak

contoh :

F(x) = 2x3 – 3x2 + x + 5 dibagi dengan P(x) = 2x2 – x – 1

1. Pembagian Biasa
Sehingga hasil baginya: H(X) = x – 1, sisanya S(x) = x + 4

2. Cara Horner/skema

cara ini dapat  digunakan untuk pembagi berderajat 1 atau pembagi yang dapat difaktorkan menjadi
pembagi-pembagi berderajat 1

Cara:

 Tulis koefisiennya saja → harus runtut dari koefisien xn, xn – 1, … hingga konstanta (jika ada
variabel yang tidak ada, maka koefisiennya ditulis 0)

Contoh: untuk 4x3 – 1, koefisien-koefisiennya adalah 4, 0, 0, dan -1 (untuk x 3, x2, x, dan konstanta)

 Jika koefisien derajat tertinggi P(x) ≠ 1, maka hasil baginya harus dibagi dengan koefisien derajat
tertinggi P(x)
 Jika pembagi dapat difaktorkan, maka:

Jika pembagi dapat difaktorkan menjadi P1 dan P2, maka S(x) = P1.S2 + S1

Jika pembagi dapat difaktorkan menjadi P1, P2, P3, maka S(x) = P1.P2.S3 + P1.S2 + S1

Jika pembagi dapat difaktorkan menjadi P1, P2, P3, P4, maka S(x) = P1.P2.P3.S4 + P1.P2.S3 + P1.S2 + S1

dan seterusnya

Untuk soal di atas,

P(x) = 2x2 – x – 1 = (2x + 1)(x – 1)

P1: 2x + 1 = 0 → x = –½

P2: x – 1 = 0 → x = 1

Cara Hornernya:

H(x) = 1.x – 1 = x – 1

S(x) = P1.S2 + S1 = (2x + 1).1/2 + 7/2 = x + ½ + 7/2 = x + 4


2. Koefisien Tak Tentu

F(x) = P(x).H(x) + S(x)

Untuk soal di atas, karena F(x) berderajat 3 dan P(x) berderajat 2, maka

H(x) berderajat 3 – 2 = 1

S(x) berderajat 2 – 1 = 1

Jadi, misalkan H(x) = ax + b dan S(x) = cx + d

Maka:

2x3 – 3x2 + x + 5 = (2x2 – x – 1).(ax + b) + (cx + d)

Ruas kanan:

= 2ax3 + 2bx2 – ax2 – bx – ax – b + cx + d

= 2ax3 + (2b – a)x2 + (–b – a + c)x + (–b + d)

Samakan koefisien ruas kiri dan ruas kanan:

x3 → 2 = 2a → a = 2/2 = 1

x2 → –3 = 2b – a → 2b = –3 + a = –3 + 1 = –2 → b = –2/2 = –1

x → 1 = –b – a + c → c = 1 + b + a = 1 – 1 + 1 → c = 1

Konstanta → 5 = –b + d → d = 5 + b = 5 – 1 → d = 4

Jadi:

H(x) = ax + b = 1.x – 1 = x – 1

S(x) = cx + d = 1.x + 4 = x + 4

 
Teorema Faktor

Suatu suku banyak F(x) mempunyai faktor (x – k) jika F(k) = 0 (sisanya jika dibagi dengan (x – k) adalah
0)

Catatan: jika (x – k) adalah faktor dari F(x) maka k dikatakan sebagai akar dari F(x)

Tips

1. Untuk mencari akar suatu suku banyak dengan cara Horner, dapat dilakukan dengan mencoba-
coba dengan angka dari faktor-faktor konstanta dibagi faktor-faktor koefisien pangkat tertinggi
yang akan memberikan sisa = 0. Contohnya :untuk x3 – 2x2 – x + 2 = 0, faktor-faktor
konstantanya: ±1, ±2, faktor-faktor koefisien pangkat tertinggi: ±1. Sehingga, angka-angka yang
perlu dicoba: ±1 dan ±2untuk 4x3 – 2x2 – x + 2 = 0, faktor-faktor konstantanya: ±1, ±2, faktor-
faktor koefisien pangkat tertinggi: ±1, ±2, ±4. Sehingga, angka-angka yang perlu dicoba: ±1, ±2,
±1/2, ±1/4
2. Jika jumlah koefisien suku banyak = 0, maka pasti salah satu akarnya adalah x = 1.
3. Jika jumlah koefisien suku di posisi genap = jumlah koefisien suku di posisi ganjil, maka pasti
salah satu akarnya adalah x = –1

Perhatikan contoh berikut :

Tentukan penyelesaian dari x3 – 2x2 – x + 2 = 0?

Jawab :

Faktor-faktor dari konstantanya, yaitu 2,  adalah ±1 dan ±2 dan faktor-faktor koefisien pangkat
tertingginya, yaitu 1, adalah ±1, sehingga angka-angka yang perlu dicoba: ±1 dan ±2

Karena jumlah seluruh koefisien + konstantanya = 0 (1 – 2 – 1 + 2 = 0), maka, pasti x = 1 adalah salah
satu faktornya, jadi:

Jadi x3 – 2x2 – x + 2 = (x – 1)(x2 – x – 2)

= (x – 1)(x – 2)(x + 1)
x = 1   x = 2   x = –1

Jadi himpunan penyelesaiannya: {–1, 1, 2}

Sifat Akar-akar Suku Banyak

Pada persamaan berderajat 3:

ax3 + bx2 + cx + d = 0 akan mempunyai akar-akar x1, x2, x3

dengan sifat-sifat:

 Jumlah 1 akar: x1 + x2 + x3 = – b/a


 Jumlah 2 akar: x1.x2 + x1.x3 + x2.x3 = c/a
 Hasil kali 3 akar: x1.x2.x3 = – d/a

Pada persamaan berderajat 4:

ax4 + bx3 + cx2 + dx + e = 0 akan mempunyai akar-akar x1, x2, x3, x4

dengan sifat-sifat:

 Jumlah 1 akar: x1 + x2 + x3 + x4 = – b/a


 Jumlah 2 akar: x1.x2 + x1.x3 + x1.x4 + x2.x3 + x2.x4 + x3.x4 = c/a
 Jumlah 3 akar: x1.x2.x3 + x1.x2.x4 + x2.x3.x4 = – d/a
 Hasil kali 4 akar: x1.x2.x3.x4 = e/a

Dari kedua persamaan tersebut, kita dapat menurunkan rumus yang sama untuk persamaan berderajat 5
dan seterusnya

2.Kelebihan dan kelemahan

Keunggulan 1:

 Mudah dipahami
 Bahasa yang dipakai sangat cukup baik sehingga pembaca lebih mudah memahami.
 Materi yang disajikan baik.
Keunggulan 2:

 Mudah dipahami.
 Bahasa yang dipakai cukup baik sehingga pembaca mudah mengerti.
 Materi yang disajikan baik.

Kelemahan 1:
 Pada buku 1 materi yang dibahas tidak terlalu mendalam tidak seperti buku kedua.
 Materinya kurang banyak sehingga ketika membaca gambar menjadi sulit.
 Contoh soal kurang banyak sehingga pembaca masih merasa kurang

Kelemahan 2:

 Buku dua sudah cukup baik materinya tetapi contoh soalnya kurang banyak tetapi soalnya
sangat banyak sehingga menyulitkan pembaca
 Materi yang disajikan tidak sebanyak buku pertama yang dibahas juga sangat sedikit.
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: kemandirian belajar peserta
didik yang mengikuti pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games-Tournament (TGT)
termasuk kualifikasi tinggi; peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematik
peserta didik pada sekolah level tinggi yang mengikuti pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games-Tournament (TGT) lebih baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan
penalaran matematik peserta didik yang mengikuti pembelajaran langsung; tidak terdapat
interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dan model
pembelajaran langsung terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik peserta didik;
terdapat interaksi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT) dan
model pembelajaran langsung terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematik peserta
didik.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka  Bogdan,  R.  C.  &  Biklen,  S.  K.,  1992. 


Qualitative Research for Education: An  Introduction to Theory and Methods. 2nd  Edition, 
Needham  Heights:  Allyn  and Bacon.  Depdiknas.  2008.  Perkembangan  Jumlah  Sekolah 
Menurut  Status  Provinsi.  http://www.depdiknas.go.id/statistik
/0607/sd_0607/tbl_04.pdf (diambil 31  November 2008).  Kaplan,  Paul  S.,.  1998.  The 
Human  Odyssey: Life‐Span Development. New  York:  Brooks/Cole  Publishing  Company. 

McCombs, B.L. & Whisler, J.S.. 1997. The  Learner‐Centered  Classroom  and  School: 


Strategies  for  Increasing  Student  Motivation  and  Achievement.  San Francisco : Jossey Bass. 
Jbeili,  I.M.A.,  2003.  The  Effect  of  Metacognitive  Scaffolding  &  Cooperative  learning  on 
Mathematics  performance and Mathematical reasoning among Fifth grade students 
in Jordan. Unpublished   Doctoral  Dissertation.  University  of  Science  Malaysia. 
Ormrod, J.E. 2004. Human Learning. 4th  Edition. Ohio : Pearson.  Santrock,  J.W.  2006. 
Educational  Psychology.  3th  Edition.  New  York:  McGraw‐Hill. 
Smith, J. A. 2006. Qualitative Psychology.  Cit

Anda mungkin juga menyukai