Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. ALAT DAN PENGUKURAN OTOMOTIF

PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

Skor Nilai :

Zevy D. Maran

Dosen Pengampu :Drs. Khoiri, M.pd

Disusun Oleh Kelompok :

NANDA RAMADHAN DAMANIK 5173122014


MINTER SURAIDI BARUS 5172122003
ANDRI SANJAYA PURBA 5173122002
PORMASI A. NABABAN 5171122007

PROGRAM STUDI SI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

MEDAN

APRIL,20- 2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-
Nya Kepada Kami, sehingga Critical Book Report ini dapat diselesaikan dengan baik.

Adapun tujuan Kami dalam menyusun Critical Book Report ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Alat dan Pengukuran Teknik dan Critical Book Report ini juga
dapat digunakan menjadi bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan
pembelajaran.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen yang mengajar mata
kuliah Alat dan Pengukuran Teknik, karena telah membantu penulis dalam penyelesaian
critical book report ini, serta kepada semua pihak yang turut andil dalam membantu dalam
penyelesaian critical book report ini, sehingga critical book report ini bisa diselesaikan dengan
tepat waktu.

Kami menyadari bahwa critical book ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu
kami ingin kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran yang sifat nya membangun,
demi penyempurnaan critical book ini dikemudian hari. Semoga critical book ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamualaikuam Wr. Wb
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR..................................................................................


B. Tujuan Penulisan CBR..............................................................................................
C. Manfaat CBR............................................................................................................
D. Identitas Buku Yang Direview..................................................................................
1. Judul :............................................................................................
2. Edisi :............................................................................................
3. Pengarang :............................................................................................
4. Penerbit :............................................................................................
5. Kota terbit :.............................................................................................
6. Tahun Terbit :............................................................................................
7. ISBN :............................................................................................
BAB II RINGKASAN ISI BUKU

A. Bab III.........................................................................................................................
B. Bab IV........................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku................................................................................................


a. Pembahasan Bab III tentang..........................................................................
b. Pembahasan Bab IV tentang.........................................................................
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku..............................................................................
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................................
B. Rekomendasi...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR


Terkadang kita bingung dalam hal membaca buku yang sama namun penciptanya
berbeda. Kita sering berpikir apakah kelebihan dan kekurangan buku yang satu dengan buku-
buku yang lainnya. Oleh sebab itu disini saya memberi tahu bahwa sangat penting kita
mengetahui atau mempelajari tentang Critical Book Review, dengan kita mengetahui dan
mampu menguasai dalam hal membuat Critical Book Review ini kita lebih mudah untuk
membacanya serta kita bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan buku yang satu dengan
buku yang lainnya, dan juga kita bisa mengetahui beberapa pendapat ahli yang terdapat
didalam suatu buku tersebut. Dari pendapat para ahli ini kita bisa menyimpulkan suatu
pendapat kita sendiri tentang suatu hal-hal yang dibahas dan tertera didalam suatu buku yang
ingin kita kritik tersebut.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Untuk Menyelesaikan Tugas Alat dan Pengukuran Teknik
2. Untuk Menambah Wawasan
3. Untuk meningkatkan Hobi dalam membaca
4. Untuk menguatkan dalam hal mengingat apa yang sudah dibaca
C. Manfaat CBR
1. Bertambahnya wawasan dan Pengetahuan
2. Mahasiswa jadi terbiasa dalam membaca
D. Identitas Buku :
1. Judul : Peralatan Bengkel Otomotif(Konstruksi dan Penggunaannya)
2. Edisi :
3. Pengarang : Zevy D.Maran
4. Penerbit : Andi
5. Kota Terbit : Yogyakarta
6. Tahun Terbit : 2003
7. ISBN : 979-731-053-1
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
BAB III ALAT UKUR MEKANIK
Alat ukur (measuring tool) dalam otomotif dibedakan menjadi dua yakni alat ukur
elektrik dan alat ukur mekanik. Alat ukur elektrik digunakan untuk mengukur besar arus,
tegangan, tahanan, dan rangkaian sistem kelistrikan otomotif. Alat ukur mekanik berfungsi
untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang,
lebar, tinggi, kerataan dan sebagainya. Dalam penggunaan pembacaan hasil pengukuran
dengan menggunakan alat ukur mekanik dapat langsung dibaca pada skala alat ukurnya atau
dengan bantuan alat ukur lain yang memiliki skala ukur.
1. Mistar Baja
Mistar baja digunakan di bengkel untuk mengukur panjang lebar atau tebal suatu benda.
Mistar baja juga bisa dipakai menggantikan straigt edge untuk memeriksa kerataan, misalnya
kerataan kepala silinder motor atau mobil.
2. Straight Edge
Merupakan alat ukur untuk mengetahui kerataan atau kebengkoan permukaan dari suatu
komponen. Bentuk straight edge tampak seperti mistar baja, tetapi tidak terdapat sekala
ukuran pada permukaannya serta lebih tebal. Dalam bidang otomotif Straight edge digunakan
untuk mengukur kerataan permukaan blok silinder dan kepala silinder sepeda motor atau
mobil.
3. Jangka Sorong (Vernier Caliper)
Jangka sorong adalah alat ukur mekanik dengan ketelitian tertentu yang dipakai untuk
mengukur tiga jenis pengukuran yakni pengukuran diameter luar, pengukuran diameter
dalam, dan pengukuran kedalaman dan ketinggian suatu benda. Jangka sorong mempunyai 2
skala pengukuran yaitu, skala utama dan skala Vernier atau nonius. Selain jangka sorong atau
Vernier caliper, alat ini sering disebut mistar ingsut, sketmat, jangka geser, atau jangka
Vernier.
Jenis jangka sorong dapat dibedakan berdasarkan konstruksinya dan
pemakaiannya,seperti jangka sorong universal, jangka sorong dengan ujung yang dapat
berputar, jangka sorong dengan moncong agak melengkung, jangka sorong pengukuran jarak
sumbu, jangka sorong pengukur kedalaman, dan jangka sorong pengukur tinggi. Tingkat
ketelitian sebuah jangka sorong yang ada adalah 0,1mm, 0,05mm, dan 0,02mm.
a. Pengukuran dengan Jangka sorong universal
Pada saat dilakukan pengukuran, posisi penjepitan benda kerja oleh kedua rahang
harus dilakukan dengan benar tidak boleh miring. Ujung ukur pengukuran kedalaman
harus berada pada dasar lubang dengan posisi tegak lurus terhadap permukaan bidang
ukur.
b. Pembacaan hasil pengukuran jangka sorong
Metode pengukuran dengan jangka sorong menggunakan skala utama dan skala
Vernier(skala nonius). Skala Vernier digunakan untuk mengukur jarak kecil dengan cara
mencari perbedaan antara dua tanda. Untuk menentukan hasil pengukuran tetap harus
memperhatikan pembacaan dua skala tersebut.
Ketelitian jangka sorong dapat diketahui dari banyaknya guratan pada bagian skala
Vernier. Jangka sorong dengan ketelitian 1/20 atau 0,05mm, 20 bagian(guratan) pada
skala nonius tepat pada 19 mm skala tetap. Jarak antara guratan pada skala nonius ada
19 mm pada skala tetap dibagi 20 bagian nonius = 0,95mm. Jadi, perbedaan jarak antara
satu strip skala utama dengan jarak satu bagian skala Vernier ialah: 1 mm – 0,95 mm =
0,05 mm. Pada 2 bagian skala nonius perbedaan jaraknya sama dengan 2mm x 0,05mm =
0,1 mm. Karena selisih tersebut sebesar 0,05mm, maka terdapat kemungkinan untuk
membaca pada ketelitian sebesar 0,05mm.
Janga sorong dengan ketelitian 0,1 mm dapat diketahui dimana 10 bagian pada skala
nonius akan tepat pada ukuran panjang 9mm skala utama. Dengan demikian jarak antara
tiap guratan pada skala nonius adalah 9mm dibagi 10 bagian nonius = 0,9mm. Sedangkan
selisih jarak antara panjang 1mm pada skala tetap dengan satu bagian nonius adalah 1mm
– 0,9mm = 0,1 mm. Pada dua bagian skala nonius perbedaannya bernilai 2 x 0,1 mm =
0,2mm. Karena selisih tersebut sebesar 0,1 mm, maka terdapat kemungkinan untuk
membaca pada ketelitian sebesar 0,1 mm.
4. Micrometer
Fungsi mikrometer adalah mengukur diameter luar, diameter dalam, dan mengukur
kedalaman suatu benda. Jika dibandingkan dengan jangka sorong, maka mikrometer memiliki
tingkat ketelitian atau akurasi pengukuran yang lebih tinggi karena dapat mengukur sampai
ketelitian 0,01 mm. Jangkauan ukur micrometer mencapai 25mm, yakni dari 0 sampai 25mm,
dari 25mm sampai 50mm, dari 50mm sampai 75mm, dan setrusnya.
Terdapat 3 jenis micrometer yakni micrometer luar (outside micrometer), micrometer
dalam (inside micrometer), dan mikrometer kedalaman. Alat ini memiliki konstruksi yang
berbeda namun cara pembaca pengukurannya sama.
A. Mikrometer luar
Mikrometer luar digunakan untuk mengukur diameter luar komponen atau benda
dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Mikrometer luar terdiri dari beberapa jenis, yaitu
micrometer luar dengan skala nonius, micron micrometer, micrometer luar dengan dial
indicator, dan micrometer digital.
Tingkat ketelitian micrometer luar bervariasi, yaiti 1/100mm (0,01mm) dan 1/1000
mm (0,001mm). Mikrometer luar dipakai secara umum untuk mengukur diameter luar
suatu komponen. Pembacaan hasil pengukuran dilakukan dengan memperhatikan
penunjuk antara skala pada tabung ukur dengan skala nonius pada tabung putar yang
segaris dengan skala tabung ukur.
1. Prinsip Pengukuran dengan micrometer luar
Prinsip pengukuran diameter luar adalah inner sleeve bergerak dan memutarkan
spindle melalui ulirnya. Jadi jika inner sleeve bergerak satu kali, spindle bergerak
sebanyak satu ulir. Jarak ulir inner sleeve ialah 0,5mm sehingga apabila tabung putar
(thimble) diputar satu kali, maka poros geser atau landasan (spindle) akan bergerak
sejauh 0,5mm. Di sekeliling tabung putar terdapat skala ukur yang terbagi dalam 50
bagian (50 gurat ukur), maka satu bagian gurat ukur pada tabung putar (timble) jaraknya
0,5mm : 50 bagian = 0,01mm langkah poros. Jadi besarnya nilai skala pada tabung putar
adalah 0,01mm. Jika tabung putar bergerak satu kali, landasan bergerak sebanyak satu
gurat (garis). Landasan bergerak satu gurat (baris) dari tabung putar yang berarti telah
bergerak sebesar 0,01mm (0,5mm x 1/50).
2. Kalibrasi micrometer
Sebelum dipakai untuk mengukur, micrometer harus dikalibrasi terlebih dahulu.
Tujuan kalibrasi adalah agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil akhir
pengukuran. Sebuah micrometer telah dikalibrasikan dengan benar jika titik 0 tabung
putar lurus dengan garis pada tabung ukur.
3. Penggunaan micrometer luar
Cara pengukuran benda kerja memakai micrometer dilakukan dengan menjepit
micrometer dan dipegang bebas. Agar diperoleh hasil pengukuran yang akurat, jepitlah
benda kerja dengan spindle, putarlah thimble kearah benda yang diukur, lalu putarlah
rachet stopper sampai menyentuh spindle. Putarlah kembali stopper 2 sampai 3 kali agar
penekanan lebih meyakinkan, baru dibaca hasil pengukurannya.
4. Pembacaan hasil pengukuran
Pada pengukuran menggunakan micrometer luar, hasil pengukuran diketahui dari
penunjukan ukuran skala ukur pada tabung ukur dan tabung putar. Mkrometer luar
dibuat dalam berbagai bentuk yang dilengkapi dengan komponen tambahan yang dapat
meningkatkan tingkat ketelitian pengukuran. Jenis micrometer luar sebagai berikut:

a. Mikrometer luar dengan skala nonius


Pada micrometer jenis ini, pembacaan ukuran sampai 0,01mm dilakukan pada
tabung putar seperti pada micrometer standar. Untuk membaca skala noniusnya
dicari daerah skala nonius yang segaris dengan daerah tabung putar dan kalikan nilai
pembacaan tersebut dengan0,001mm. Mikrometer skala nonius memiliki pembagian
dalam 1mm pada tabung ukur bagian atas dan pembagian 0,5mm dibagian bawah
garis baca. Nilai ukur tiap garis (guratan) pada tabung putar sebesar 0,01mm. Pada
skala nonius terdapat 10 guratan dengan nilai ukur nonius tiap guratan sebesar
0,001mm.
b. Mikron micrometer
Mikron micrometer dilengkapi dengan dua bagian tabung putar yaitu tabung putar
dalam dan tabung putar pertama. Tabung putar dalam berfungsi membaca
pengukuran dengan ketelitian 1/1000mm (0,001mm). Tabung putar pertama
memiliki ketelitian pengukuran 1/100mm (0,01mm).
c. Mikrometer luar yang dilengkapi dengan dial indicator
Mikrometer luar jenis ini memiliki tambahan sebuah perangkat dial indicator yang
dipasangkan pada landasannya. Mikrometer ini memiliki ketelitian pengukuran yang
tinggi.

B. Mikrometer dalam
Mikrometer dalam (inside micrometer) dipakai pada pengukuran diameter dalam suatu
benda, misalnya diameter block silinder mesin. Terdapat dua jenis micrometer dalam yakni
mikrometer dalam pengukuran dua titk dan mikrometer dalam pengukuran tiga titik.
1. Mikrometer dalam pengukur dua titik
Mikrometer dalam pengukuran dua titik memiliki ketelitian 0,01mm. Tingkat
pengukuran sebuah micrometer dalam pengukuran dua titik ialah 25mm. Bila
disambungkan dengan alat bantu tongkat ukuran tertentu dalam dapat diperoleh
batas ukur sampai 1500mm.
2. Mikrometer dalam pengukur tiga titik
Mikrometer dalam pengukur tiga titik memiliki tingkat ketelitian yang kebih tinggi dari
micrometer dalam model dua titik. Tingkat ketelitiannya mencapai 0,005mm.

C. Mikrometer kedalaman
Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur kedalaman lubang, coakan. Agar diperoleh
hasil pengukuran yang tepat, ujing ukur harus menyentuh bagian terdalam lubang yang
diukur. Landasan micrometer ini harus tepat berada pada permukaan lubang komponen.
5. Dial Indikator
Dial indicator digunakan untuk mengukur atau memeriksa kerataan, kesejajaran,
kebundaran, kehalusan, kebengkokan, kelurusan, dan ketirusan dari suatu benda. Dial
indicator dapat melakukan pengukuran dengan ketelitian hingga mencapai 0,0005mm.
Konstruksi sebuah alat dial indicator terdiri dari jam ukur (dial gauge) yang dilengkapi sebuah
alat penopang seperti blok alas magnet, batang penyangga, penjepit, dan baut penjepit. Skala
dan outer ring dial indicator dapat berputar keangka 0 agar lurus dengan penunjuk.
Penghitung putaran jam ukur berfungsi menghitung jumlah putaran dari penunjuk. Ukuran
yang dapat dibaca oleh sebuah dial indicator ditentukan oleh besar garis tengahnya,
kemampuan putaran, dan jarak pembagian garis ukuran. Pada indicatzor jarak pembagian
garis ukurannya berbeda-beda seperti 0,0005mm, 0,002mm, 0,001mm.
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalh keadaan permukaan
benda yang diukur harus bersih, posisi spindle dial (ujung perabah) tegal lurus pada
permukaan komponen yang diperiksa, dan metode pengukurannya yang digunakan.
6. Cylinder Dial Gauge
Cylinder gauge termasuk dalam jenis alat ukur yang menggunakan jam ukur (dial gauge).
Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur diameter silinder dan komponen lain secara
teliti. Diameter daerah pengukuran yang dapat di jangkau oleh cylinder dial gauge berkisar
antara 50mm sampai dengan 300mm. Konstruksi alat ini terdiri dari sebuah jam ukur dan
pada ujung lain terdapat runcing pengukur (measuring point). Adapun komponen lain adalah
cincin pengganti (replacement washer) dan batang pengganti (replacement rod). Kedua
komponen ini baik cincin pengganti, maupun batang pengganti, telah memiliki spesifikasi
ukuran tertentu. Sebab itu, kejelian dalam memilih spesifikasi ukuran kedua komponen ini
sangat membantu atau mempermudah kita dalam pekerjaan pengukuran itu sendiri.
Langkah pertama pengukuran dengan cylinder dial gauge adalah mengukur diameter
silinder jangka sorong untuk mengetahui ukuran dari silinder dan untuk pemilihan spesifikasi
ukuran cincin pengganti dan batang pengganti. Selanjutnya, lihat angka dibelakang koma
jangka sorong apakah lebih besaratau lebih kecil dari0,5mm. misalnya setelah dilakukan
pengukuranhasil akhir pengukurannya diketahui diameter silinder adalah 52,86mm, maka
pilihan untuk batang pengganti adalah 3mm. bila hasil pengukuranini adalah 52,22mm, maka
alternative pilihan batang pengganti adalah ukuran 50mm dan cincin pengganti 2mm.
Tetapi, bila setelah pemilihan hasil pada pengukuran pertama cincin pengganti 3mm dan
batang pengganti 50mm, maka langkah selanjutnya adalah kalibrasi cylinder dial gauge
dengan menggunakan micrometer luar. Caranya adalah micrometer luar diset pada ukuran
52,86 mm. tempatkan batang pengganti dan runcing pengukur ke dalam micrometer luar
tersebut dan dial gauge dari aat ini di set pada nol ke jarum penunjuknya.
Cylinder dial gauge dimasukkan ke dalam silinder yang hendak di ukur, gerakan cylinder
dial gauge secara perlahan-lahan sampai diperoleh hasil angka pengukuran terkecil 0,03 mm.
hal ini berarti diameter silinder yang di ukur tersebur 0,03 mm lebih kecil dari 52,86mm.
dengan demikian diameter silinder adalah 52,83mm (52,86-0,03mm).
7. Feeler Gauge
Feeler gauge atau disebut thicknes gauge, yang merupakan alat ukur yang sering
digunakan dibengkel otomotif, terdiri dari beberapa lembaran baja tipis yang memiliki
presisi ukuran sampai 0,01 mm. Umumnya feeler gauge memiliki ketebalan antara 0,05
mm sampai 1,00 mm. Besarnya ketebalan setiap lembar plat baja telah tercantum pada
bodi bilah feeler gauge. Fungsi feeler gauge adalah untuk mengukur celah (gap) antara
dua bagian.
Komponen yang sering diukur dengan menggunakan feeler gauge antara lain celah
katup, celah bantalan (bearing), celaah samping ring piston, dan sebagainya. Cara
menggunakan feeler gauge sangat mudah, yaitu dengan menyisipkan bilah atau lembar
feeler gauge ukuran tertentu di antara dua komponen yang akan diukur. Bila feeler feeler
gauge terasa mudah masuk dan keluar, hal tersebut menunjukkan bahwa ukuran celah
tersebut masih belum sesuai.
Gantilah lembar feeler gauge dengan ukuran yang berbeda hingga dirasakan adanya
hambatan berupa gesekan antara lembar feeler gauge dengan sisi komponen yang diukur
saat ditarik keluar. Ukuran tebal feeler gauge sama besar dengan celah diantara dua
komponen tersebut.

8. Pengukur Jarak Ulir (scew pitch gauge)


Pengukur jarak ulir merupakan alat ukur seperti feeler gauge namun memiliki bentuk
bilah yang didesain secara khusus untuk mengukur jarak ulir baut.
Satu set alat ini terdiri dari beberapa buah bilah dengan bentuk yang berbeda. Ukuran
screw pitch dalam mm dan inchi. Sama seperti feeler gauge, ukuran setiap bilah telah
tercantum pada setiap bilahnya. Pengukuran jarak ulir misalnya sebuah baut dilakukan
secara berulang-ulang hingga diperoleh ukuran yang benar-benar sesuai.
Metode pengukuran jarak ulir baut dilakukan dengan meletakkan bilah pengukur jarak
ulir pada ulir baut yang hendak diukur. Gantilah dengan bilah yang lain sampai diperoleh
ukuran jarak ulir yang sesuai.
9. Caliper Gauge
Ada dua tipe caliper gauge yaitu inside caliper dan outside caliper. Keduanya
merupakan alat ukur yang menggunakan jam ukur (dial gauge). Inside caliper biasa
dipakai dalam pengukuran komponen otomotif dengan diameter relative kecil. Konstruksi
caliper gauge terdiri atas jam ukur yang dilengkapi dengan tombol dan tangkai pengukur
(lugs). Dalam kerja pengukuran dengan alat caliper gauge mengukur diameter suatu
komponen dibutuhkan juga alat ukur lain yang membantu proses pengukuran. Alat ukur
yang sering dibutuhkan adalah micrometer luar dan jangka sorong.
Cara menggunakannya adalah terlebih dahulu mengetahui ukuran diameter lubang
komponen yang hendak diukur dengan menggunakan jangka sorong. Setelah itu dengan
bantuan alat ukur micrometer luar, caliper gauge dikalibrasi dengan menempelkan kaki
caliper pada micrometer luar, sambil digerakkan sampai jarum penunjuk caliper gauge
menunjukan angka terkecil mendekati angka nol. Kemudian, seperti alat ukur dial
indicator, putarlah outer ring sampai angka nol lurus dengan jarum penunjuk. Setelah
dilakukan kalibrasi (set keangka nol) caliper gauge, selanjutnya adalah pengukuran
diameter lubang komponen. Tekan tombol pada bodi caliper gauge sambil
memasukkannya kedalam komponen yang diukur, Kemudian lepaskan tombolnya.
Gerakan caliper perlahan sambil diamati penunjuk ukuran pada jarum penunjuk sampai
ditemukan ukuran terkecil.
10. Telescoping Gauge
Telescoping gauge adalah alat ukur diameter lubang. Daerah pengukuran antara 8 –
15mm. Alat ini memiliki spesifikasi ukur atau jangkauan ukur tiap-tiap alatnya, besarnya
hasil ukur suatu komponen tidak langsung dibaca pada alatnya melainkan akan diketahui
dengan menggunakan micrometer. Sebelum menggunakan telescoping gauge, diameter
komponen diukur terlebih dahulu misalnya dengan jangka sorong untuk membantu
pemilihan ukuran telescoping gauge yang tepat.
Cara menggunakan alat ini termasuk sederhana yakni dengan memasukkan kedalam
lubang pengukuran, longgarkan pengunci telescoping gauge sehingga kedua ujungnya
akan memanjang dan menyentuh dinding lobang komponen yang diukur. Kencangkan
kembali pengunci telescoping gauge lalu keluarkan alat ini. Dengan bantuan micrometer
kuar ukurlah kedua ujung telescoping gauge. Hasil pengukuran dapat diketahui dari
ukuran pada micrometer.
11. Plastigage
Adanya celah antara bantalan dengan poros engkol diperlukan untuk membentuk
lapisan oli. Untuk mengukur besarnya celah oli (oil clearance) antara komponen ini
digunakan plastigage.Plastigage berbentuk seperti benang dan dibungkus dalam amplop.
Pada amplop pembungkus terdapat skala pengukur yang dipakai guna pembacaan
besarnya celah oli, Terbuat dari plastic dengan ketebalan merata yang memiliki berbagai
ukuran ketebalan. Besar ukuran antara 0,025-0,152mm.
Cara penggunaan plastigage untuk pengukuran celah oli pada komponen poros engkol
dengan meletakkannya pada crank journal, kemudian pasang tutup bantalan dan
keraskan baut pengikat dengan momen kekencangan sesuai spesifikasinya. Lepas tutup
bantalan untuk mengeluarkan palstigage. Dengan menggunakan skala ukur yang terdapat
pada amplopnya, ukurlah lebar plastigage. Lebar plastigage menunjukan besar celah oli
antara bantalan dan crank journal.
12. Radiator Cap Tester
Radiator cap tester adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa kebocoran pada
sistem pendinginan termasuk kerja tutup radiator. Pemeriksaan kebocoran dan kerja
tutup radiator dilakukan dengan bantuan tekanan udara. Besarnya tekanan yang
diberikan dapat dibaca pada jam penunjuk tekanan.
Cara pemeriksaan ada tidaknya kebocoran pada sitem pendinginan (air pendingin)
dilakukan dengan terlebih memasang radiator cap tester padar radiator. Berikan tekanan
sebesar 1,2 kg/𝑐𝑚2 Kemudian periksa komponen-komponen sistem pendinginan seperti
radiator, pipa saluran pendinginan menuju pompa air pendingin, slang dari thermostat
menuju radiator. Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan kerja katup tekan (preasure
valve)
Prosedur pemeriksaan katup tekan tutup radiator adalah:

 Pasang tutup radiator yang sudah dilepas dari radiator pada alat radiator cap tester.
 Berikan tekanan sambil diperhatikan pada tekanan antara 0,75-1,05 kg/𝑐𝑚2 katup
tekan pada tutup radiator telah membuka.
 Katup tekan yang tidak terbuka menunjukkan ada kerusakan pada katubnya.

13. Hydrometer
Hidrometer adalah alat ukur untuk mengukur berat jenis elektrolit dalam aki. Untuk
mengukur berat jenis baterai, masukkan hydrometer kedalam sel baterai. Lalu hisaplah
elektrolit kedalam tabung gelas hydrometer sampai pelampung tidak menyentuh tabung
gelas.
Berat jenis elektrolit yang diijinkan untuk aki antara 1,220-1,290. Bila aki dalam
keadaan isi penuh, berat jenisnya harus 1,26 sampai 1,28 pada suhu 200 C. Jika ditemukan
berat jenis elektrolit dari hasil pengukuran kurang dari 1,220, maka hal yang perlu
diperhatikan adalh aki perlu diisi atau distrom sampai penuh. Namun, bila berat jenis aki
melebihi batas maksimum berat jenis atau diatas 1,290 maka tambahkan air suling untuk
menurunkan berat jenis aki sampai kondisi normal.
14. Injector Tester
Injektor tester adalah alat untuk menguji pengabutan bahan bakar oleh
injector/nozzle pada motor diesel. Komponen dari injector tester terdiri atas manometer
penunjuk tekanan. Pompa plunyer bahan bakar,tuas pompa, pipa penyambung, keran
oenutup, dan tempat bahan bakar solar. Terdapat jenis injector yang peyetelan tekananya
dilakukan dengan menambah atau mengurangi plat tipis (shim) didalam injector.
Sedangkan pada jenis injector lain, penyetelan dapat dilakukan secara langsung dengan
menyetel skrup pengatur tekanan. Penyetelan tekanan yang kurang tepat akan
menghasikan pembakaran yang tidak sempurna serta pembentukan asap yang kurang
normal.
Hasil penyemprotan bahan bakar yang baik tidak akan meninggalkan sisa penyemprot
dalam bentuk tetesan atau bosar pada lubung injector. Untuk mengetahui apakah jarum
injector bener-bener penutup pada dudukannya sehingga tidak terjadi kebocoran,
dilakukan tes kebocoran injector. Bersihkan ujung injector dari sisa bahan bakar.Pompa
tekanan injector tester sampai 10 Bar dibawah tekanan penyemprotan standar pabrik dan
tahan tekanan itu 10 detik, Ingat! Perhatikan kondisi ujung injector dari kebocoran bahan
bakar.
15. Toe Gauge
Roda depan mobil antara kiri dan kanan sebetulnya tidak sejajar. Ada selisih jarak
antar roda bagian depan (antarroda depan) dengan bagian belakangnya. Jarak (antarroda
depan) bagian depan lebih pendek dari jarak antarroda bagian belakang disebut toe in.
Sebaliknya, Jika jarak bagian depan lebih panjang disebut toe out. Selisih perbedaan
biasanya antara 2-5mm.
Pengukuran perbedaan jarak bagian depan dan bagin belakang roda depan
menggunakan toe-in gauge.
16. Alat Ukur Tekanan Kompresi (Compression tester)
Alat ini dibuat untuk mengukur tekanan kompresi dalam silinder. Jenisnya dibedakan
menjadi pengukur tekanan kompresi motor bensin dan pengukur tekanan kompresi
motor diesel. Manometer pada alat ini berfungsi menunjukkan besar tekanan kompresi
silinder ketika dilakukan pengukuran. Didalam monometer terdapat jarum penunjuk dan
sekala tekanan kompresi dalam beberapa satuan ukur.
17. Coil Spring Tester
Coil spring tester digunakan untuk mengetes tekanan pegas coil dengan ukuran
tertentu seperti pegas katup dan pegas kopling. Konstruksi alat terdiri dari landasan,
pembaca skala ukuran tegangan pegas, Skala ukuran panjang katup yang ditekan,bdan
batang penekan. Pegas koil yang biasa diukur tegangannya adalah pegas klep (valve
spring), dan pegas kopling.
Cara penggunaan coil spring tester:

 Pegas ditempatkan pada landasan, handle penekanan digerakkan untuk


menekan pegas koil sampai memendek pada ukuran tertentu, misalnya lem.
 Bacalah besar tegangan pegas tersebut pada skala pengukuran tegangan pegas
kemudian sesuaikan dengan spesifikasi pabrik.
BAB IV ALAT-ALAT UKUR ELEKTRIK
Alat-alat ukur elektrik yang digunakan pada bengkel otomotip antara lain ampermeter,
voltmeter, ohmmeter , avometer, tachometer, timing light, tune up engine, dan sebagainya.
Alat-alat ukur kelistrikan ini membantu mekanik memeriksa dan menganalisa rangkaian
sistem kelistrikan pada kendaraan.

1. Amperemeter
Kegunaan amperemeter yaitu mengukur besar arus listrik pada jaringan atau instalasi
kelistrikan. Pemakaian ampermeter yang benar adalah dihubungkan secara seri dengan
rangkaian yang hendak diukur arusnya. Tahanan dalam ampermeter sangat kecil sehingga
apabila dihubungkan secara parallel pada pengukuran arus listrik akan terjadi hubungan
singkat yang mengakibatkan rusaknya alat ampermeter.
Tidak dibenarkan menghubungkan langsung terminal positif aki dengan salah satu kabel
terminal ampermeter dan menghubungkan kabel terminal ampermeter lain dengan terminal
negative aki (dihubungkan secara parallel). Penyambungan secara langsung ini akan
mengakibatkan terjadinya hubungan singkat yang menyebabkan kerusakan pada
amperemeter.
2. Voltmeter
Volmeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besar tegangan listrik yang
mengalir dalam sebuah rangkaian listrik pada sebuah sumber arus seperti aki, generator,
alternator,dan sebagainya. Terminal positif voltmeter dihubungkan dengan sumber arus
listrik, sedangkan terminal negative dihubungkan dengan massa atau terminal negative.
3. Ohmmeter
Ohmmeter adalah alat pengukur hambatan atau tahanan suatu komponen. Pengukuran
hambatan ini dilakukan pada saat mesin mati, dalam keadaan tanpa arus listrik, atau sumber
arus listriknya sudah diputuskan. Pemakaian yang lama ohmmeter akan membuat
baterainya menjadi lemah dan mengakibatkan pembacaan pengukuran menjadi tidak tepat.
Sebab itu, Ketika dipakai untuk mengukur tahanan suatu rangkaian komponen listrik atau
lainnya, terlebih dahulu melakukan kalibrasi ohmmeter.
4. Multitester (AVO)
Multitester atau multimeter sering disebut avo meter yang merupakan singkatan dari
Amper Volt dan Ohmmeter. Avo meter adalah alat ukur elektrik yang berfungsi untuk
mengukur kuat arus listrik, tegangan dan tahanan dari rangkaian kelistrikan, dan hubungan
singkat komponen sistem kelistrikan dengan menggabungkan fungsi alat amperemeter,
voltmeter dan ohmmeter dalam sebuah alat, maka akan membantu mekanik dalam kerja-
kerja sistem kelistrikan.
Multimeter merupakan alat ukur yang peka terhadap medan magnet. Dengan demikian,
multimeter tidak boleh disimpan dalam suatu lapangan magnit yang kuat karena dapat
mengurangi sensivitas alat ukur. Baterai yang telah habis yang dibiarkan tinggal dalam alat
multimeter dapat menyebabkan masuknya elektrolot kedalam komponen sehingga
menyebabkan kerusakan.
Secara umum ketika hendak menggunakan multimeter terlebih dahulu selector
diarahkan pada pilihan jenis pengukuran yang akan dilakukan misalnya tahanan (ꭥ), arus (A),
Voltase (V) dan sesuaikan dengan pilihan range nilai pengukuran tiap-tiap jenis pengukuran
misalnya 25V, 50V, 250mA, X1ꭥ, X10ꭥ, lalu kalibrasi agar alat menunjukan ukuran hasil
pengukuran dengan tepat. Selanjutnya pembaca hasil pengukuran Pada skala ukur
disesuaikan dengan pilihan pengukuran yang diarahkan selector.
5. Timing Light
Timing light berfungsi untuk mengetahui saat pengapian pada motor bensin.
Penggunaan timing light untuk mengetahui derajat saat pengapian dalam servis kendaraan
dilakukan setelah penyetelan sudut dwell atau penyetelan celah platina. Agar bola lampu
timing light awet atau tidak cepat rusak, maka disarankan agar tidak terlalu lama menyalakan
lampu timing saat pemeriksaan derajat pengapian.
6. Tacho-Dwell Tester
Alat ini berfungsi untuk menghitung putaran mesin, mengukur besar sudut dwell; sebagai
voltmeter, dan sebagai contact point test untuk mengetahui kondisi platina.
Pengukuran sudut dwell adalah pengukuran yang dibentuk selama platina menutup.
Besar sudut dwell setiap jenis mobil ditentukan oleh jumlah silinder mobil tersebut. Sebagai
contoh sudut dwell untuk mobil 3 silinder sebesar 60 ± 2 derajat engkol, mobil dengan 4
silinder sebesar 52 ± 2 derajat engkol, mobil 6 silinder sebesar 41 ± 2 derajat engkol. Untuk
penyetelan sudut dwell yang tepat dapat merujuk pada buku manual servis tiap-tiap jenis
kendaraan.
7. Tune-Up Tester
Tune-up tester adalah alat untuk memeriksa braker pint, sudut dwell, kecepatan putaran
mesin, voltase alternator, dan kevakuman dari intake manifold. Terdapat beberapa tipe
engine tune up tester yang disesuaikan dengan fungsi masing-masing unit pengukuran.
a. Pengukuran Kevakuman (vacuum gauge)
Vakum gauge pada tune up tester dimaksudkan untuk mengukur kevakuman
intake manifold yang berasal dari karburator. Pada prinsipnya kevakuman dari intake
manifold yang dimanfaatkan melalui selang yang dihubungkan dengan unit vakum
advancer, digunakan untuk menyesuaikan waktu pengapian pada saat mesin sedang
diakselerasi. Kevakuman pada mobil dapat distel dengan memutar skrup idle mixture
karburator.
b. Mengukur Rpm
Pasang kabel tune up tester pada terminal (+) dan (-) aki, pasang juga kabel tune
up tester lain pada terminal (-) koil pengapian. Putar selector tune up tester pada
penunjuk rpm. Baca hasil pengukuran rpm kendaraan. Pada rpm rendah, lampu
indicator L tune up tester akan menyala. Apabila rpm kendaraan tinggi, maka lampu H
yang menyala.
c. Mengukur tegangan pengisian alternator
Untuk mengukur tegangan output pengisian alternator, putar selector pada volt.
Jarum penunjuk tune up tester akan bergerak sampai menunjukkan angka voltase
tertentu. Tegangan pengisian yang berasal dari alternator dipakai untuk mengisi
kembali tegangan aki agar tetap penuh.
d. Pemeriksaan kontak platina (breaker point)
Pemeriksaan kontak platina dilakukan pada saat mesin mati dan kunci kontak
posisi ON. Selector tune up tester diarahkan pada poit. Bila kontak platina pada kondisi
tertutup dan hubungkan point tersebut baik, maka jarum pada posisi strip hijau (OK)
di kiri. Apabila point tidak baik, maka jarum berada di luar daerah hijau.
e. Pemeriksaan sudut dwell dan sudut pengapian
Selain menggunakan tacho-dwell tester, sudut dwell juga dapat diperiksa dengan
menggunakan tune up tester. Untuk Mengukur dwell angle, putar selector pada dwell.
Pasang kabel warna merah pada (+) aki atau sumber arus, dan warna hitam pada (-)
atau pada massa bodi. Sambungkan kabel hijau pada terminal (-) koil.
Setelah penyetelan dwell, Pemeriksaan putaran idle selanjutnya adalah waktu
pengapian.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku


a. Pembahasan Bab III
Menurut Buku 1 Jangka sorong adalah alat ukur mekanik dengan ketelitian tertentu yang
dipakai untuk mengukur tiga jenis pengukuran yakni pengukuran diameter luar, pengukuran
diameter dalam, dan pengukuran kedalaman dan ketinggian suatu benda. Jangka sorong
mempunyai 2 skala pengukuran yaitu, skala utama dan skala Vernier atau nonius. Selain
jangka sorong atau Vernier caliper, alat ini sering disebut mistar ingsut, sketmat, jangka geser,
atau jangka Vernier.
Menurut buku 2 Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu benda yang
memiliki tingkat ketelitian satu per-seratus milimeter, dengan memakai alat ukur ini Anda
bisa tahu ukuran suatu benda secara pasti. Jangka sorong ini mempunyai dua buah bagian
pengukur, bagian pertama adalah bagian cembung yang berfungsi untuk mengukur panjang
suatu benda, dan bagian yang kedua adalah bagian cekung mengarah ke dalam yang memiliki
fungsi untuk mengukur diameter bagian dalam suatu benda. Bagian ini umumnya disebut
sebagai bagian rahang dari jangka sorong.

b. Pembahasan Bab IV
Menurut Buku 1 Avo meter adalah alat ukur elektrik yang berfungsi untuk mengukur kuat
arus listrik, tegangan dan tahanan dari rangkaian kelistrikan, dan hubungan singkat
komponen sistem kelistrikan dengan menggabungkan fungsi alat amperemeter, voltmeter
dan ohmmeter dalam sebuah alat, maka akan membantu mekanik dalam kerja-kerja sistem
kelistrikan.
Menurut Buku 2 Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik,
arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum,
sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi
seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang
menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere), V(volt),
dan O(ohm).
B. Kelebihan dan kekurangan Buku
1. Dari Tampilan Buku : tampilan bukunya sesuai dengan gambar yang ada pada tampilan
tersebut sehingga mempermudah seseorang dalam mencarinya namun pada tampilan
buku tulisan judul buku sangat besar sehingga didalam penulisan judul ada huruf yang
tidak tertera didalam judul buku tersebut.
2. Dari aspek penulisan buku : buku ini cukup bagus didalam penulisannya, setiap warna
kalimatnya pun pas tida hitam kali sehingga mempermudah dalam membacanya dan
tidak terlalu bosan namun ada sebagian pada setiap baris, jika baris tersebut diakhiri
tanda koma spasinya terlalu jauh.
3. Dari aspek Isi Buku : dalam buku ini pembahasannya lumayan lengkap dan juga sangat
banyak sekali macam-macam alat ukur yang dibahas dalam buku ini dan juga setiap
macam alat ukur dilengkapi dengan gambar sehingga menambah pengetahuan bagi
mahasiswa, yang tadinya tidak tahu sekarang menjadi tahu namun didalam buku ini
tidak semua alat ukur dijelaskan cara membacanya dan juga ada sedik terdapat
kesalahan didalam mencetak buku tsb.
4. Dari aspek tata Bahasa : Buku ini mudah dipahami oleh pembaca
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat ukur (measuring tool) dalam otomotif dibedakan menjadi dua yakni alat ukur elektrik
dan alat ukur mekanik. Alat ukur elektrik digunakan untuk mengukur besar arus, tegangan,
tahanan, dan rangkaian sistem kelistrikan otomotif. Alat ukur mekanik berfungsi untuk
mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti panjang, lebar,
tinggi, kerataan dan sebagainya. Dalam penggunaan pembacaan hasil pengukuran dengan
menggunakan alat ukur mekanik dapat langsung dibaca pada skala alat ukurnya atau dengan
bantuan alat ukur lain yang memiliki skala ukur.
Alat-alat ukur elektrik yang digunakan pada bengkel otomotip antara lain ampermeter,
voltmeter, ohmmeter , avometer, tachometer, timing light, tune up engine, dan sebagainya.
Alat-alat ukur kelistrikan ini membantu mekanik memeriksa dan menganalisa rangkaian
sistem kelistrikan pada kendaraan.

B. Rekomendasi
Menurut saya buku ini sangat cocok di jadikan bahan tambah pelajaran bagi mahasiswa
karena didalam buku ini cuku lengkap penjelasannya, sehingga menambah pengetahuan
dan wawasan bagi mahasiswa mengenai mata kuliah alat dan pengukuran otomotif.
DAFTAR PUSTAKA

Maran, Zevy D, 2003. Teknik Pengukuran (Pengetahuan Alat dan Pengukuran),


Kumpulan Hand out Politeknik PPKP, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai