Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

TEKNOLOGI PENGELASAN

MK. TEKNOLOGI
PENGELASAN

Nilai :

“Welding Proses”

Nama Mahasiswa : 1. Tegar Kevin Marpaung (5193122020)


2. Wandes Kristianus Pane (5193322008)
3. Dani Saputra Manik (5192422010)
4. A. Khairi Anas (5195022001)
5. Ray Immanuel manurung (5163122011)
Dosen Pengampu : Dr. R. Mursid, S.T., M.Pd
Mata Kuliah : Teknologi Pengelasan(A)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayahNya kami dapat menyelesaikan Tugas kelompok ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima kasih kepada Dr. R.
Musrid, S.T., M.Pd. yang telah memberikan Tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Tugas Makalah Kelompok ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
Tugas Makalah ini terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, Kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Tugas Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun
orang lain yang membacanya. Sebelumnya Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan Tugas ini di waktu yang akan datang. Akhir kata kami ucapkan
Terimakasih.

23 Desember 2020

Penulis kelompok 6

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Tujuan......................................................................................................................................4
C. Manfaat....................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMABAHASAN.................................................................................................................................5
A. Pengertian Pengelasan.............................................................................................................5
B. Jenis pengelasan.......................................................................................................................5
C. Penggunaan Pengelasan..........................................................................................................7
D. Jenis Sambungan.....................................................................................................................7
E. Jenis Las-an..............................................................................................................................8
F. Macam- macam Las..............................................................................................................10
G. Material Pengelasan...............................................................................................................13
H. Tahap Persiapan.....................................................................................................................13
I. Keuntungan Persiapan Material Yang Baik........................................................................13
J. Kerugian Pengelasan Tanpa Persiapan Material Yang Baik.............................................13
K. Persiapan Material Pengelasan.............................................................................................14
L. Proses Pengelasan Dan Jenis Pengelasan.............................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................17
KESIMPULAN..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan
energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat
dilakukan dengan pemanasan tanpa tekanan, pemanasan dengan tekanan, dan tekanan
tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari dalam material itu sendiri).
Disamping itu pengelasan dapat dilakukan dengan tanpa logam pengisi dan dengan
logam pengisi.
Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam, tetapi juga
sering digunakan untuk menyambung pelastik. Dalam pembahasan ini akan
difokuskan pada penyambungan logam. Pengelasan merupakan proses yang penting
baik ditinjau secara komersial maupun teknologi, karena pengelasan merupakan
penyambungan yang permanen dan sambungan las dapat lebih kuat daripada logam
induknya, bila digunakan logam pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar dari pada
logam induknya. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari segi
penggunaan material dan biaya fabrikasi. Metode perakitan mekanik yang lain
memerlukan pekerjaan tambahan (misalnya, penggurdian lubang) dan pengencang
sambungan (misalnya, rivet dan baut).
Walaupun demikian pengelasan juga memiliki keterbatasan dan kekurangan.
Kebanyakan operasi pengelasan dilakukan secara manual dengan upah tenaga kerja
yang mahal. Pengelasan merupakan sambungan permanen sehingga rakitannya tidak
dapat dilepas. Jadi metode pengelasan tidak cocok digunakan untuk produk yang
memerlukan pelepasan rakitan.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini diantaranya:
1. Dapat mengetahui dan memahami jenis pengelasan, las-an dan sambungan dalam
pengelasan
2. Dapat mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan dalam melakukan
persiapan dengan baik sebelum melakukan pengelasan
3. Dapat mengetahui dan memahami proses kerja dari sistem pengelasan
4. Untuk pemenuhan penyelesaian tugas dari mata kuliah Teknologi Pengelasan

C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Menambah ilmu pengetahuan dalam pembelajaran Teknlogi Pengelasan
2. Mengetahui apa saja jenis pengelasan, las-an dan sambungan dalam pengelasan
3. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dalam melakukan persiapan
dengan baik sebelum melakukan pengelasan.
4. Mengetahui welding proses.
BAB II
PEMABAHASAN
A. Pengertian Pengelasan
Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan
energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat
dilakukan dengan pemanasan tanpa tekanan, pemanasan dengan tekanan, dan tekanan
tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari dalam material itu sendiri).
Disamping itu pengelasan dapat dilakukan dengan tanpa logam pengisi dan dengan
logam pengisi. Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam,
tetapi juga sering digunakan untuk menyambung pelastik. Dalam pembahasan ini
akan difokuskan pada penyambungan logam. Pengelasan merupakan proses yang
penting baik ditinjau secara komersial maupun teknologi, karena pengelasan
merupakan penyambungan yang permanen dan sambungan las dapat lebih kuat
daripada logam induknya, bila igunakan logam pengisi yang memiliki kekuatan lebih
besar dari pada logam induknya. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis
dilihat dari segi penggunaan material dan biaya fabrikasi. Metode perakitan mekanik
yang lain memerlukan pekerjaan tambahan (misalnya, penggurdian lubang) dan
pengencang sambungan (misalnya, rivet dan baut).

B. Jenis pengelasan
Pengelasan dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu :
1. Pengelasan Lebur (fusion welding)
Proses pengelasan lebur menggunakan panas untuk mencairkan logam induk,
beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi.
Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Pengelasan Busur (Arc Welding (AW))
Dalam proses pengelasan ini penyambungan dilakukan dengan memanaskan
logam pengisi dan bagian sambungan dari logam induk sampai mencair
dengan memakai sumber panas busur listrik, seperti ditunjukkan dalam
gambar 12.1. Beberapa operasi pengelasan ini juga menggunakan tekanan
selama proses;
b) Pengelasan Resistansi Listrik (Resistance Welding (RW))
Dalam proses pengelasan ini permukaan lembaran logam yang disambung
ditekan satu sama lain dan arus yang cukup besar dialirkan melalui sambungan
tersebut. Pada saat arus mengalir dalam logam, panas tertinggi timbul di
daerah yang memiliki resistansi listrik terbesar, yaitu pada permukaan kontak
kedua logam (fayng surfaces).
c) Pengelasan Gas (Oxyfuel Gas Welding (OFW))
Dalam pengelasan ini sumber panas diperoleh dari hasil pembakaran gas
dengan oksigen sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat
mencairkan logam induk dan logam pengisi. Gas yang lazim digunakan adalah
gas alam, asetilen, dan hidrogen. Dari ketiga gas ini yang paling sering dipakai
adalah gas asetilen, sehingga las gas diartikan sebagai las oksi-asetilen.
d) Proses Pengelasan Lebur Yang Lain
Terdapat beberapa jenis pengelasan lebur yang lain, untuk menghasilkan
peleburan logam yang disambung, seperti misalnya pengelasan berkas
elektron (electron beam welding), dan pengelasan berkas laser (laser beam
welding).

2. Pengelasan Padat (solid-state welding)


Dalam pengelasan padat proses penyambungan logam dihasilkan dengan
tekanan tanpa memberikan panas dari luar, atau tekanan dan memberikan panas
dari luar. Bila digunakan panas, maka temperatur dalam proses di bawah titik
lebur logam yang dilas, sehingga logam tersebut tidak mengalami peleburan dan
tetap dalam keadaan padat. Pengelasan padat dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
a) Pengelasan Difusi (Diffusion Welding (DFW))
Dua pemukaan logam yang akan disambung disatukan, kemudian dipanaskan
dengan temperatur mendekati titik lebur logam sehingga permukaan yang akan
disambung menjadi plastis dan dengan memberi tekanan tertentu maka
terbentuk sambungan logam;
b) Pengelasan Gesek (Friction Welding (FW))
Penyambungan terjadi akibat panas yang ditimbulkan oleh gesekan antara dua
bagian logam yang disambung. Ke dua bagian logam yang akan disambung
disatukan dibawah pengaruh tekanan aksial, kemudian salah satu diputar
sehingga pada permukaan kontak akan timbul panas (mendekati titik cair
logam), maka setelah putaran dihentikan akan terbentuk sambungan logam.
c) Pengelasan Ultrasonik (Ultrasonic Welding (UW))
Dilakukan dengan menggunakan tekanan tertentu antara dua bagian logam
yang akan disambung, kemudian diberi getaran osilasi dengan frekuensi
ultrasonik dalam arah yang sejajar dengan permukaan kontak. Gaya getar
tersebut akan melepas lapisan tipis permukaan kontak sehingga dihasilkan
ikatan atomik antara ke dua permukaan tersebut.
C. Penggunaan Pengelasan
Proses pengelasan secara komersial banyak digunakan dalam operasi sebagai
berikut:
1. Konstruksi (misalnya, bangunan dan jembatan),
2. Pemipaan, tabung bertekanan, boiler, dan tangki penyimpanan,
3. Bangunan kapal,
4. Pesawat terbang dan pesawat luar angkasa,
5. Automotif dan rel kereta.

Catatan: operasi pengelasan memerlukan tenaga kerja yang terlatih dengan


ketrampilan yang tinggi.

D. Jenis Sambungan
Sambungan las adalah pertemuan dua tepi atau permukaan benda yang disambung
dengan proses pengelasan. Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan
untuk menyatukan dua bagian benda logam.

a. Sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang akan disambung
diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya
b. Sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang akan disambung
membentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut
c. Sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung saling
menumpang (overlapping) satu sama lainnya
d. Sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain
dan membentuk huruf T yang terbalik
e. Sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang
akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan
yang sejajar tersebut.
E. Jenis Las-an
Setiap jenis sambungan yang disebutkan di atas dapat dibuat dengan pengelasan.
Proses penyambungan yang lain dapat juga digunakan, tetapi pengelasan merupakan
metode penyambungan yang paling universal. Berdasarkan geometrinya, las-an dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Las-an jalur (fillet weld)
Digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan sudut, sambungan tumpang,
dan sambungan T dalam gambar 12.3. Logam pengisi digunakan untuk
menyambung sisi melintang bagian yang membentuk segitiga sikusiku;

2. Las-an alur (groove welds)


Ujung bagian yang akan disambung dibuat alur dalam bentuk persegi, serong
(bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda, seperti dapat dilihat dalam
gambar 12.4. Logam pengisi digunakan untuk mengisi sambungan, yang biasanya
dilakukan dengan pengelasan busur dan pengelasan gas;

3. Las-an sumbat dan las-an slot (plug and slot welds) digunakan untuk
menyambung pelat datar seperti dapat dilihat dalam gambar 12.5, dengan
membuat satu lubang atau lebih atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling
atas, dan kemudian mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua
bagian pelat melumer menjadi satu;
4. Las-an titik dan las-an kampuh (spot and seam welds) digunakan untuk
sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar 12.6. Las-an titik adalah
manik las yang kecil antara permukaan lembaran atau pelat. Las-an titik diperoleh
dari hasil pengelasan resistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan las-an
titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu dibandingkan dengan las-an titik.

5. Las-an lekuk dan las-an rata (flange and surfacing welds)


Ditunjukkan dalam gambar di bawah Las-an lekuk dibuat pada ujung dua atau
lebih bagian yang akan disambung, biasanya merupakan lembaran logam atau
pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk (gambar 12.7a). Las-an datar tidak
digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi merupakan lapisan penyakang
(ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.
F. Macam- macam Las
1. Las Listrik Dengan Elektroda Karbon (Arc Welding)
Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau
diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam
yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau
elektroda yang berselaput fluksi.

2. Las Listrik Dengan Elektroda Berselaput (SMAW)


Las listrik ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambah. Busur
listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan
ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar
akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las,
busur listrik dan daerah las di sekitar busur listrik terhadap pengaruh udara luar.
Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi permukaan Ias yang juga
berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Gambar dibawah ini adalah
sirkuit las listrik dengan elektroda berselaput dimana G adalah sumber tenaga arus
searah dan elektroda dihubungkan ke terminal negetif sedang bahan ke terminal
positif.

Dalam gambar dibawah ini ditunjukkan pemindahan cairan logam dari


elektroda ke bahan dasar dimana gas dari pembakaran selaput elektroda
melindungi daerah ini.
Las listrik TIG menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan
bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan
bahan dasar adalah marupakan sumber panas untuk pengelasan. Titik cair dari
alektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410o sehingga tidak ikut
mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai Ias dilengkapi dangan nosel
keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah Ias dari
pengaruh luar pada saat pangelasan. Sebagai bahan tambah dipakai elektroda
tanpa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur lirtrik yang terjadi antara
elektroda wolfram dengan bahan dasar. Sebagai gas pelindung dipakai argon,
helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemekaiannya tergantung dari
jenis logam yang akan dilas. Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengan air
yang bersirkulasi. Proses Ias listrik TIG ditunjukkan pada Gambar dibawah ini :

3. Las Listrik GMAW / MIG


Las listrik GMAW / MIG adalah las busur listrik dimana panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena
adanya Arus Listrik. Elektrodanya adalah merupakan gulungan kawat yang
berbentuk rol yang gerakannya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan
oleh motorl listrik. Kecepatan gerakan elektroda dapat diatur sesuai dengan
keperluan. Tangkai Ias dilengkapi dengan nosal logam untuk menyemburkan gas
pelindung yang dialirkan dari botol gas malalui selang gas. Gas yang dipakai
adalah C02 untuk pengelasan baja lunak dan baja, argon atau campuran argon dan
helium untuk pengelasan Aluminium dan baja tahan karat.
Proses pengelasan MIG ini dapat secara semi otomatik atau otomatik. Semi
otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual sedangkan otomatik adalah
pengelasan di mana seluruh pekerjaan Ias dilaksanakan secara otomatik. Proses
Ias MIG ditunjukkan pada Gbr. di bawah ini. dimana elektroda keluar melalui
tangkai las bersama dengan gas pelindung.

4. Las Listrik Submerged


Las listrik submerged yang umumnya otamatik atau semi otomatik
menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur
listrik diantara ujung elektroda dan bahan dasar berada didalam timbunan fluksi
serbuk sehingga tidak terjadi sinar las keluar separti biasanya pada Ias listrik
lainnya. Dalam hal ini operator Ias tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata
(helm Ias).
Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencair dan membeku menutup
Iapisan Ias. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah
dibersihkan dari terak-terak Ias. Elektroda yang merupakan kawat tanpa selaput
berbentuk gulungan (rol) digerakkan maju oleh pasangan roda gigi. pasangan roda
gigi yang diputar oleh motor listrik dapat diatur kecepatannya sesuai dengan
kebutuhan pengelasan.
G. Material Pengelasan
Juru Las diwajibkan paham mengenai jenis material yang akan dilakukan
pengelasan. Pemahaman yang dimaksud meliputi pengetahuan tentang material
tersebut mengandung besi (ferro) atau tidak mengandung besi (non ferro). Selain itu
juga harus memperhatikan mengenai material tersebut merupakan bahan paduan atau
bahan murni, dengan memiliki pemahaman jenis bahan dan paduannya, maka
selanjutnya bisa menentukan bagaimana proses pengelasan akan dilakukan, meliputi
persiapan, pelaksanaan proses dan juga finishing.

H. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan proses memutuskan hal-hal penting sebagai
berikut:
1. Teknik proses las yang akan digunakan yang pilihannya antara lain adalah
SMAW, GTAW, GMAW, OAW, SAW
2. Gas pelindungnya
3. Jenis elektroda yang digunakan
4. Pengaplikasian pre heating/post heating
5. Jenis polaritas yang digunakan (AC/DC+/DC-)
6. Besarnya arus pengelasan
7. Jenis nyala las untuk OAW
8. Tindakan-tindakan lainnya yang diperlukan

Persiapan tersebut perlu dilakukan agar menghasilkan hasil pengelasan yang


maksimal dengan kriteria memiliki kekuatan mekanis, kimiawi ataupun syarat lainnya
yang pada intinya emiliki sifat relatif sama dengan bahan material yang dilakukan
pengelasan. Hasil pengelasan yang maksimal tersebut akan mempengaruhi
keselamatan kerja dan umur konstruksi mesin.

I. Keuntungan Persiapan Material Yang Baik


Material yang digunakan pada proses pengelasan harus dipersiapkan secara serius
sebelum dilakukan pengelasan karena akan memberikan kemungkinan keberhasilan
jauh lebih besar dibandingkan pengelasan tanpa persiapan yang baik.

J. Kerugian Pengelasan Tanpa Persiapan Material Yang Baik


Beberapa hal yang mungkin bisa terjadi jika persiapan material yang
dilakukan kurang baik antara lain adalah:
1. Penetrasi tidak baik. Yaitu terjadi penetrasi berlebihan dikarenakan root face
terlalu tipis, root gap terlalu lebar atau juga bisa tidak terjadi penetrasi
dikarenakan root face terlalu tebal, dan root gap terlalu sempit.
2. Penyempitan jalur pengelasan. Diakibatkan oleh las cacat yang tidak kuat.
3. Yaitu tidak ratanya benda kerja dikarenakan penempatan material sebelum di las
cacat yang posisinya tidak rata.
4. Yaitu perubahan bentuk karena pengaruh panas.
5. Dikarenakan benda tidak dibersihkan dari karat atau bahan lain.
K. Persiapan Material Pengelasan
Persiapan material untuk proses pengelasan harus sesuai dengan Welder
Prosedure Specification (WPS) atau gambar kerja yang digunakan. WPS merupakan
prosedur standar persiapan pengelasan yang didesain khusus melalui pengujian-
pengujian di laboratorium oleh para ahli las yang sudah profesional, pengujian
tersebut yang dimaksud dapat berupa radiography test, uji tarik, bend test, atau juga
structure/micro.
Persiapan material pengelasan terdiri dari:
1. Material pertama (sisi samping). Dilakukan pembersihan dari kotoran, karat atau
bahan lain.
2. Material kedua (sisi yang berhubungan). Dilakukan gerinda rata pada area
etrsebut agar pada saat dihubungkan dan saat diterawang tidak terdapat celah
diantara keduanya, bila masih ada celah maka akan mengakibatkan penetrasi
yang kurang baik. Bila dilakukan pengujian etsa, pada bagian yang celah tersebut
tidak akan terjadi fusi atau tidak terjadi perpaduan logam tambah dengan material
las, namun pada bagian tersebut akan terisi oleh terak dan selanjutnya disebut
cacat slack inclution (terak terperangkap) disebabkan bagian tersebut terisi terak
dan bukan logam sehingga bagian tersebut akan menjadi titik lemah dari
konstruksi yang dikerjakan.

L. Proses Pengelasan Dan Jenis Pengelasan


1. Berdasarkan Panas Listrik
a. SMAW (Shield Metal Arch Welding) adalah las busur nyala api listrik
terlindung dengan mempergunagakan busur nyala listrik sebagai sumber
panas pencair logam. Jenis ini paling banyak dipakai dimana–mana untuk
hampir semua keperluan pekerjaan pengelasaan. Tegangan yang dipakai
hanya 23 sampai dengan 45 Volt AC atau DC, sedangkan untuk pencairan
pengelasan dibutuhkan arus hingga 500 Ampere. Namun secara umum yang
dipakai berkisar 80 – 200 Ampere.
b. SAW (Submerged Arch Welding) adalah las busur terbenam atau pengelasan
dengan busur nyala api listrik. Untuk mecegah oksidasi cairan metal induk
dan material tambahan, dipergunakan butiran–butiran fluks / slag sehingga
bususr nyala terpendam di dalam ukuran–ukuran fluks tersebut.
c. ESW (Electro Slag Welding) adalah pengelasan busur terhenti, pengelasan
sejenis SAW namun bedanya pada jenis ESW busurnya nyala mencairkan
fluks, busur terhenti dan proses pencairan fluk berjalan terus dam menjadi
bahan pengantar arus listrik (konduktif). Sehingga elektroda terhubungkan
dengan benda yang dilas melalui konduktor tersebut. Panas yang dihasilkan
dari tahanan terhadap arus listrik melalui cairan fluk / slag cukup tinggi untuk
mencairkan bahan tambahan las dan bahan induk yang dilas tempraturnya
mencapai 3500° F atau setara dengan 1925° C.
d. SW (Stud Welding) adalah las baut pondasi, gunanya untuk menyambung
bagian satu konstruksi baja dengan bagian yang terdapat di dalam beton (baut
angker) atau “Shear Connector “.
e. ERW (Electric Resistant Welding) adalah las tahanan listrik yaitu dengan
tahanan yang besar panas yang dihasilkan oleh aliran listrik menjadi semakin
tinggi sehingga mencairkan logam yang akan dilas. Contohnya adalah pada
pembuatan pipa ERW, pengelasan plat–plat dinding pesawat, atau pada pagar
kawat.
f. EBW (Electron Beam Welding) adalah las dengan proses pemboman
elektron, suatu pengelasan uang pencairannya disebabkan oleh panas yang
dihasilkan dari suatu berkas loncatan elektron yang dimamapatkan dan
diarahkan pada benda yang akan dilas. Penelasan ini dilaksanakan di dalam
ruang hampa, sehingga menghapus kemungkinan terjadinya oksidasi atau
kontaminas.
2. Berdasarkan panas Listrik Dan Gas
a. GMAW (Gas Metal Arch Welding) terdiri dari; MAG (Metal Active Gas)
dan MIG (Metal Inert Gas) adalah pengelasan dengan gas nyala yang
dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, yang dipakai sebagai pencair metal
yang di–las dan metal penambah. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas
pelindung yang berupa gas kekal (inert) atau CO2. MIG digunakan untuk
mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah mengunakan
Karbon dioxida CO2. TIG digunakan untuk mengelas logam non besi dan
gas pelindungnya menggunakan Helium (He) dan/atau Argon (Ar).
b. GTAW (Gas Tungsten Arch Welding) atau TIG (Tungsten Inert Gas) adalah
pengelasn dengan memakai busur nyala dengan tungsten/elektroda yang
terbuat dari wolfram, sedangkan bahan penambahnyyadigunakan bahan yang
sama atau sejenis dengan material induknya. Untuk mencegah oksidasi,
dipakai gas kekal (inert) 99 % Argon (Ar) murni.
c. FCAW (Flux Cored Arch Welding) pada hakikatnya hampir sama dengan
proses pengelasan GMAW. Gas pelindungnya juga sama-sama menggunakan
Karbon dioxida CO2. Biasanya, pada mesin las FCAW ditambah robot yang
bertugas untuk menjalankan pengelasan biasa disebut dengan super anemo.
d. PAW (Plasma Arch Welding) adalah las listrik dengan plasma yang sejenis
dengan GTAW hanya pada proses ini gas pelindung menggunakan bahan
campuran antara Argon (Ar), Nitrogen (N) dan Hidrogen (H) yang lazim
disebut dengan plasma. Plasma adalah gas yang luminous dengan derajat
pengantar arus dan kapasitas termis / panas yang tinggi dapat menampung
tempratur diatas 5000° C.
3. Berdasarkan Panas Yang Dihasilkan Campuran Gas
OAW (Oxigen Acetylene Welding) adalah sejenis dengan las karbid / las
otogen. Panas yang didapat dari hasil pembakaran gas acetylene (C2H2) dengan
zat asam atau Oksigen (O2). Ada juga yang sejenis las ini dan memakai gas
propane (C3H8) sebagai ganti acetylene. Ada pula yang memakai bahan pemanas
yang terdiri dari campuran gas hidrogen (H) dan zat asam (O2) yang disebit
OHW (Oxy Hidrogen Welding).
4. Berdasarkan Ledakan dan Reaksi Isotermis
EXW (Explosion Welding) adalah las yang sumber panasnya didapatkan
dengan meledakkan amunisi yang dipasang pada suatu mold/cetakan pada bagian
tersebut dan mengisi cetakan yang tersedia. Cara ini sangat praktis untuk
menyambung kawat baja (wire rope), slenk. Cara pelaksanaannya adalah ujung-
ujung tambang kawat dimasukkan ke dalam mold yang telah terisi amunisi
selanjutnya serbuk ledak tersebut dinyalakan dengan pemantik api, maka
terjadilah reaksi kimia eksotermis yang sangat cepat sehingga menghasilkan suhu
yang sangat tinggi sehingga terjadilah ledakan. Ledakan tersebut mencairkan
kedua ujung kawat baja yang terdapat didalam mold tadi, sehingga cairan metal
terpadu dan mengisi ruangan yang tersedia didalam mold.
BAB III
KESIMPULAN
Pengelasan adalah proses penyambungan material dengan menggunakan
energi panas sehingga menjadi satu dengan atau tanpa tekanan. Pengelasan dapat
dilakukan dengan pemanasan tanpa tekanan, pemanasan dengan tekanan, dan tekanan
tanpa memberikan panas dari luar (panas diperoleh dari dalam material itu sendiri).
Disamping itu pengelasan dapat dilakukan dengan tanpa logam pengisi dan dengan
logam pengisi.
Pengelasan pada umumnya dilakukan dalam penyambungan logam, tetapi juga
sering digunakan untuk menyambung plastik. Dalam pembahasan ini akan difokuskan
pada penyambungan logam. Pengelasan merupakan proses yang penting baik ditinjau
secara komersial maupun teknologi, karena pengelasan merupakan penyambungan
yang permanen dan sambungan las dapat lebih kuat daripada logam induknya, bila
digunakan logam pengisi yang memiliki kekuatan lebih besar dari pada logam
induknya. Pengelasan merupakan cara yang paling ekonomis dilihat dari segi
penggunaan material dan biaya fabrikasi. Metode perakitan mekanik yang lain
memerlukan pekerjaan tambahan (misalnya, penggurdian lubang) dan pengencang
sambungan (misalnya, rivet dan baut).
Proses pengelasan secara komersial banyak digunakan dalam operasi sebagai
berikut:
1. Konstruksi (misalnya, bangunan dan jembatan),
2. Pemipaan, tabung bertekanan, boiler, dan tangki penyimpanan,
3. Bangunan kapal,
4. Pesawat terbang dan pesawat luar angkasa,
5. Automotif dan rel kereta.

Juru Las diwajibkan paham mengenai jenis material yang akan dilakukan
pengelasan. Pemahaman yang dimaksud meliputi pengetahuan tentang material
tersebut mengandung besi (ferro) atau tidak mengandung besi (non ferro). Selain itu
juga harus memperhatikan mengenai material tersebut merupakan bahan paduan atau
bahan murni, dengan memiliki pemahaman jenis bahan dan paduannya, maka
selanjutnya bisa menentukan bagaimana proses pengelasan akan dilakukan, meliputi
persiapan, pelaksanaan proses dan juga finishing.

Material yang digunakan pada proses pengelasan harus dipersiapkan secara serius
sebelum dilakukan pengelasan karena akan memberikan kemungkinan keberhasilan
jauh lebih besar dibandingkan pengelasan tanpa persiapan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pengelasan.net/welding-adalah/

https://www.academia.edu/39775625/MAKALAH_PENGELASAN_WELDING_UTI
LITAS_INDUSTRI_DAN_KOMERSIL

https://www.coursehero.com/file/40271891/Makalah-Welding-Machiningdocx/

https://docplayer.info/15733187-Makalah-tentang-welding-repair-perbaikan-las-untuk-
memenuhi-mata-kuliah-aplikasi-las.html

Anda mungkin juga menyukai