KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan..........................................................................................................................16
4.2 Saran.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17
BAB I
PENDALUHUAN
C. Manfaat CBR
1. Untuk menanbah wawasan tentang telaah kurikulum
2. Untuk mengetahui pengertian dari kurikulum
3. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam kurikulum
Pada awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani
Kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curir” artinya pelari dan “Curere”
artinya di tempuh atau berpacu. Curiculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Dalam dunia pendidikan diartikan “sejauh mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program
pendidikan harus mencakup: (1) sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2)
pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program belajar (plan for learning) untuk siswa;
(4) hasil belajar yang diharapkan.
1. Hilda Taba, mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning, yakni sesuatu yang
direncanakan untuk dipelajari oleh anak-anak.
2. J. Galen Saylor dan William M. Alexander, menjelaskan " The curriculum is the sum totals
of schools efforts to influence learning, whether in the class room, on the play ground, or
out of school. Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam
ruang kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah.
3. B. Othanel Smith cs. Mengartikan kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara
potensial dapat diberikan kepada anak, yang diperlukan agar mereka dapat berpikir dan
berkelakuan sesuai dengan masyarakatnya.
4. Alice Miel, kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak
pendidikan yang diperoleh anak di sekolah.
5. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan,
isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tertentu.(UU.No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan
kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada
hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak
didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu
sendiri. Dengan sendirinya, akan berkibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan
manusia.
1. Tujuan filsafat dan pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan
tujuan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan
kurikulum suatu satuan pendidikan.
1. Landasan Filosofis
2. Landasan Psikologis
a. Motif; sesuatu yang dimiliki seseorang untuk berfikir secara konsisten atau keinginan
untuk melakukan suatu aksi.
b. Bawaan; yaitu karakteristik fisisk yang merespons secara konsisten berbagai situasi atau
informasi.
3. Landasan Sosial-Budaya
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik formal maupun
informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan masyarakat pula.
Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi
landasan dan sekaligus acuan bagi pendidikan.
Pada awalnya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dimiliki manusia masih relatif
sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai
penemuan teori-teori baru terus berlangsung hingga saat ini dan dipastikan kedepannya akan
terus semakin berkembang.
Akal manusia telah mampu menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu
yang tidak mungkin. Pada jaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap mustahil
kalau manusia bisa menginjakkan kaki di Bulan, tetapi berkat kemajuan dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi pada pertengahan abad ke-20, pesawat Apollo berhasil mendarat
di Bulan dan Neil Amstrong merupakan orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di
Bulan.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa
terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia
sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang
memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang
berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang
berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dan standar mutu tinggi. Sifat pengetahuan
dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga
diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk
berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan
menilai pengetahuan, serta menngatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap
ketidakpastian.
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi
pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan Rentjana Pelajaran 1947,
yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah
perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok:
a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, b. Garis-garis besar pengajaran.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995.
Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah
Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu
sekolah ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah
bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk
pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik,
keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut Panca wardhana berfokus pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan
dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis.
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum (TIU),
Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang
diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana
gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang
menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA
bermunculan.
3. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
4. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
5. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester.
6. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut
aspek dari mata pelajaran tersebut.
7. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap
level.
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional
melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun
2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan. Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu,
pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik daerah, serta peserta didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan tersebut
berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut
dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/ karakteristik daerah, sosial
budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan
KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang
akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada sekolah-
sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli
2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang lama.
2.2 MENGENAL LEBIH DEKAT KURIKULUM 2013 EDISI REVISI 2017
Pendahuluan
Kurikulum 2013 edisi revisi 2017 memiliki perbedaan dengan kurikulum 2013
sebelumnya. Meskipun revisi K13 Tahun 2017 tidak terlalu signifikan, namun perubahan
difokuskan untuk meningkatkan hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD). Sedangkan dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) K13 revisi 2017, yang dibuat harus muncul empat macam hal yaitu: PPK, Literasi,
4C, dan HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam meramunya.
1. PPK
Literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, namun mencakup keterampilan
berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan
auditori. Literasi dapat dijabarkan menjadi ;
Inilah yang sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer materi.
Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya penguasaan 4C sebagai
sarana meraih kesuksesan, khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan
sangat cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4 C adalah jenis
softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih bermanfaat ketimbang sekadar
pengusaan hardskill.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi.Kurikulum 2013 juga menuntut materi pembelajarannya sampai metakognitif yang
mensyaratkan peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan memperkirakan.
Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang merupakan kemampuan
berpikir dalam menspesifikasi aspek-aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi
merupakan kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan fakta/informasi;
dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir dalam membangun gagasan/ide-ide.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas
yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi
yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti
yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata
pelajaran. Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat
terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi
hanya pada filosofi esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi
konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang
diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresif atau pun humanisme. Karena
filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah elektrik seperti dikemukakan di bagian landasan
filosofi maka nama mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan
dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan perenialisme.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI BUKU
Bahasa yang digunakan di dalam buku mudah di mengerti atau menggunakan bahasa
sehari-hari
Banyak mengemukakan pendapat para ahli
Penjelasan dalam buku sangat jelas
Terdapat contoh pada setiap bab
Terdapat jurnal di dalam buku
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pada awalnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia olah raga pada jaman Yunani
Kuno. Curriculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata “Curir” artinya pelari dan “Curere”
artinya di tempuh atau berpacu. Curiculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh
pelari. Dalam dunia pendidikan diartikan “sejauh mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan oleh peserta didik untuk memperoleh ijazah. Kurikulum sebagai program
pendidikan harus mencakup: (1) sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2)
pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program belajar (plan for learning) untuk siswa;
(4) hasil belajar yang diharapkan.
4.2 Saran
Penulis menyadari pembuatan Critical Book Review ini jauh dari kata sempurna,
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian
sangat penulis harapkan guna kesempurnaan tugas ini di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Wasilah, Atika. (2018). Telaah Kurikulum dan Buku Teks. Medan: Universitas Negeri Medan