Disusun oleh :
NAMA :Wahyudi
NIM :5193131018
JURUSAN :PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
MATA KULIAH :PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun belum sempurna. Makalah ini
berisi tentang projek. Kami membuat laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini belum mencapai kata sempurna. Maka dari itu,
kami berharap pembaca sekalian memberikan kritik maupun saran agar pembuatan makalah
selanjutnya dapat lebih baik dari ini.
PENULIS.
BAB I
PENDAHULUAN
Deklarasi yang terdiri dari 30 pasal ini sebenarny telah ditetapkan Islam jauh
lebih dahulu bagi tiap-tiap insan sebagai umat manusia. Hal ini kemudian diikuti oleh
beberapa perjanjian regional dan internasional oleh beberapa negara Eropa dan
Amerika pada aspek yang penting, yaitu pembentukan pengadilan internasional untuk
menangani kasuk-kasus HAM.
Terdapat perbedaan mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan HAM
dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia Internasional. HAM dalam
Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sementara dunia Barat percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh
hukum- hukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya
aturan-aturan pblik yang aman dan perdamaian universal. Perbedaan lain yang
mendasar juga terlihat dari cara memandang HAM itu sendiri. Di Barat perhatian
kepada individu-individu dari pandangan yang bersifat anthroposentris, di mana
manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu. Sedangkan dalam Islam,
menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi dan
manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka nilai-
nilai utama dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan
ekonomi sebagai perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada
penghargaan terhadap manusia. Berbeda keadaannya pada dunia Islam yang bersifat
theosentris, larangan dan perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber
dari al-Quran dan Hadis. Al-Quran menjadi transformasi dari kualitas kesadaran
manusia. Manusia diperintahkan untuk hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh
bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah. Oleh karena itu
mengakui hak-hak natar manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan
kepada-Nya.
Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana
hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai
hanya sebagai perolehan alamiah sejak kelahiran. Sementara HAM dalam perspektif
Islam dianggap dan diyakini sebagai anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap
individu akan merasa bertanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian,
penegakan HAM dalam Islam tidak hanya didasarkan kepada aturan-aturan yang
bersifat legal-formal saja tetapi juga kepada hukum-hukum moral dan akhlaqul
karimah.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam
masyarakat, Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi munkar . Islam
mengajarkan tiga tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut: (1) melalui tangan
(kekuasaan), (2) melalui lisan (nasihat), (3) melalui gerak hati nurani, yaitu membenci
kemungkaran sambil mendoakan agar pelakunya sadar. Sehingga untuk mengatasi
mengatasi terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya melakukan tindakan
represif teatapi lebih menekankan tindakan preventif. Sebab, tindakan represif
cenderung berpijak hanya pada hukum legal-formal yang mengandalkan bukti-bukti
yang bersifat material semata. Sedangkan tindakan preventif tidak memerlukan
adanya bukti secara hukum.
Perbedaan antara HAM Barat dan Islam
No HAM Universal Declaration of HAM Menurut Islam
Human Rights
1. Bersumber pada pemikiran Bersumber pada ajaran al-
filosofi semata. Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad.
2. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu HAM.
Untuk mengetahui apa itu Demokrasi.
Untuk mengetahui bagaimana HAM dalam Islam.
Untuk mengetahui apa perbedaan HAM dalam Islam dengan HAM Universal
Declaration of Human Rights yang diterapkan di negara barat.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan HAM dan Demokrasi dengan sikap
individu di dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengetahui permasalahan tentang pelanggaran HAM di lingkungan
sekitar.
3. Manfaat
Sebagai bahan ajar, sumber informasi dan sumber literatur dalam proses pembelajaran
serta bahan pemenuhan tugas Projek pada matakuliah Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Judul Penelitian
Pengaruh Pengetahuan HAM dan Demokrasi terhadap Penerapannya di dalam
Kehidupan Sehari-hari.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitaif dengan cara penyebaran angket
berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai HAM dan Demokrasi sebanyak 10 butir soal.
Angket di sebar di kalangan mahasiswa dan mahasiswi di Universitas Negeri Medan
sebanyak 20 responden. Dengan jumlah responden perempuan 17 dan responden laki-
laki sebanyak 3 orang. Dengan menggunakan metode kuantitatif, yang di dalamnya
berisi 10 pertanyaan, 7 pertanyaan option dan 3 pertanyaan jawaban uraian.
3. Hipotesis
Semakin luas pengetahuan mahasiswa ataupun mahasiswi mengenai HAM dan
Demokrasi maka semakin kecil pelanggaran HAM dan Demokrasi yang mereka
lakukan.
No Ya Tidak Ragu
1 2 17 1
2 14 4 2
3 6 8 6
4 13 3 4
5 11 3 6
6 16 1 3
7 17 3 0
Pembahasan:
1. Berdasarkan angket yang disebar, 17 mahasiswa memilih tidak. Jadi
mempergunakan HAM dengan sesuka hati adalah hal yang tidak wajar. 2
mahasiswa memilih Ya, artinya bahwa HAM dapat dilakukan dengan sesuka hati.
Dan 1 sampel menyatakan ragu ragu akan pertanyaan ini.
2. Dari 20 sampel, 14 orang memilih ya, artinya mereka berfikir bahwa mereka
mengetahui HAM dengan benar. Dan 4 sampel memilih tidak mengetahui HAM
dengan benar, selanjutnya 2 sampel ragu akan pengetahuannya mengenai HAM.
3. Dari 20 sampel, 8 orang memilih bahwa mereka tidak pernah melanggar HAM.
Dan
6 orang memilih bahwa pernah melanggar HAM. Dan 6 orang selanjutnya,
menyatakan ragu atas pernah atau tidaknya melanggar HAM.
4. Dari 20 sampel, 13 orang menyatakan bahwa menentang pendapat seorang
merupakan pelanggaran HAM. Dan 4 orang menyatakan ragu akan pertanyaan
tersebut. Sedangkan sisanya, 3 orang menyatakan bahwa menentang pendapat
seseorang bukan lah pelanggaran HAM.
5. Dari 20 sampel, 11 orang mengetahui hukum yang mengatur tentang HAM. 6
orang menyatakan ragu dan 3 orang sisanya menyatakan tidak mengetahui hukum
yang mengatur tentang HAM.
6. Dari 20 sampel, 16 orang menyatakan bahwa perlu adanya demokrasi antara umat
beragama. 3 orang menyatakan ragu ragu dan sisanya 1 orang menyatakan tidak
perlu adanya demokrasi antara umat beragama.
7. Dari 20 sampel, 17 orang menyatakan bahwa pada saat pemilu, mereka memilih
calon yang seagama dengan mereka. Dan 3 orang menyatakan bahwa pada saat
pemilu, mereka tidak memilih calon yang seagama dengan mereka. Jadi,
kebanyakan dari mereka tidak menerapkan demokrasi.
8. Dari 20 sampel yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa masih
banyak yang tidak mengetahui dengan jelas apa itu HAM.
9. Dari pertanyaan pada nomor 9, mahasiswa banyak yang tidak mengisi dikarekan
mereka beranggapan bahwa mereka tidak pernah melanggar HAM.
10. Pada 20 sampel yang dilakukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa mengetahui
tentang demokrasi.
5. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan 20 angket yang telah disebar dikalangan mahasiswa, dapat
disimpulkan bahwa mereka beranggapan bahwa mereka mengetahui tentang HAM
dan demokrasi namun tidak sesuai dengan penerapannya dikehidupan sehari-hari dan
mereka masih melakukan pelanggaran HAM dan Demokrasi meskipun pelanggaran
pelanggaran yang mereka lakukan merupakan pelanggaran ringan.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hak asasi manusia (HAM) adalah segala hak yang dimiliki manusia serta melekat
pada dirinya karena ia manusia. Ham bersifat universal, merata dan tidak dapat
dialihkan. Hak-hak tersebut dimiliki oleh seluruh umat manusia secara universal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak dasar
atau hak pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak asasi
manusia adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat
dipisahkan dari hakekatnya dan karean itu bersifat suci. Sementara Jan, Materson
mengartikan hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada manusia, yang
tanpa dengannya manusia mustahil hidup sebagai manusia.
Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik
Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh
rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura",
sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits dengan komunitas mereka. Negara-
negara yang memenuhi tiga ciri dasar tersebut antara lain Afghanistan, Iran, dan
Malaysia. Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah contoh negara yang
tidak menganut prinsip demokrasi Islam meski negara-negara Islam, karena
negara-negara ini tidak mengadakan pemilihan. Pelaksanaan demokrasi Islam
berbeda di negara-negara mayoritas muslim, karena interpretasi syariah berbeda-
beda dari satu negara ke negara lain, dan penggunaan syariah lebih komprehensif
di negara-negara di mana syariah menjadi dasar bagi undang-undang negara.
Berdasarkan 20 angket yang telah disebar dikalangan mahasiswa, dapat
disimpulkan bahwa mereka beranggapan bahwa mereka mengetahui tentang HAM
dan demokrasi namun tidak sesuai dengan penerapannya dikehidupan sehari-hari
dan mereka masih melakukan pelanggaran HAM dan Demokrasi meskipun
pelanggaran pelanggaran yang mereka lakukan merupakan pelanggaran ringan.
2. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan kepada responden dan masyarakat bahwa
kita
harus terus mengkaji pengetahuan kita mengenai HAM dan Demokrasi sehingga
dalam penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjadi lebih baik lagi
dan dapat menguragi adanya pelanggaran-pelanggaran HAM di lingkungan sekitar
kita. Selain itu, penting bagi kita sebagai masyarakat berakademik dan juga kepada
masyarakat umum untuk mengetahui dengan pasti bagaimana HAM dalam Islam yang
sesungguhnya, sehingga arah HAM kita tidak menuju kebarat-baratan namun tetap
sesuai dengan lingkup Islam.