Anda di halaman 1dari 12

PROJECT

“Pengaruh Pengetahuan HAM dan Demokrasi terhadap Penerapannya di


dalam Kehidupan Sehari-hari.”

Disusun oleh :

NAMA :Wahyudi
NIM :5193131018
JURUSAN :PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
MATA KULIAH :PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun belum sempurna. Makalah ini
berisi tentang projek. Kami membuat laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.

Tak lupa kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini belum mencapai kata sempurna. Maka dari itu,
kami berharap pembaca sekalian memberikan kritik maupun saran agar pembuatan makalah
selanjutnya dapat lebih baik dari ini.

Medan, 10 Mei 2021

PENULIS.
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang Masalah


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak dasar
atau hak pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak asasi manusia
adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat dipisahkan
dari hakekatnya dan karean itu bersifat suci. Sementara Jan, Materson mengartikan
hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada manusia, yang tanpa dengannya
manusia mustahil hidup sebagai manusia.
Asal mula konsep modern tentang HAM dikaitkan dengan filsafat stoics.
Zeno, pendiri paham filsafat ini mengajukan teori hukum alam di mana manusia
sebagai makhluk hidup dikatakan memilki beberapa hak universal di mana saja dan
pada kondisi apa saja ia berada. Bangsa Romawi, di bawah pengaruh filsafat ini juga
mulai memberi tekanan pada HAM dengan munculnya Kristen di Roma maka hak-
hak ini diterjemahkan dalam konteks agama dan sumbernya dari Tuhan.
Setelah Abad Kegelapan Eropa, contoh pertama konsep HAM disebutkan dari
Inggris ketika Piagam Magna Carta dikeluarkan pada tahun 1215 M. Asal mula
Magna Carta adalah sebuah perjanjian antara raja dan baron, untuk mengadakan
perlindungan terhadap hak-hak istimewa para Baron. Hak ini sebenarnya tidak ada
hubungannya dengan hak-hak manusia yang sesungguhnya. Hanya saja, setelah waktu
yang lama Magna Carta akhirnya ditafsirkan ke dalam konteks HAM.
Konsep hak-hak manusia yang alami muncul pada abd-ke-17 sebagai suatu
kekuatan pertahanan dari kekuasaan absolut. Hasil pergerakan yang dipengaruhi oleh
Rousseau dan lainnya ini merupakan penggabungan dari berbagai hak manusia yang
tercanangkan pada beberapa konstitusi berbagai negara dan akhirnya terwujud dalam
Universal Declaration of Human Rights (UDHR) oleh PBB pada 10 Januari 1948.

Deklarasi yang terdiri dari 30 pasal ini sebenarny telah ditetapkan Islam jauh
lebih dahulu bagi tiap-tiap insan sebagai umat manusia. Hal ini kemudian diikuti oleh
beberapa perjanjian regional dan internasional oleh beberapa negara Eropa dan
Amerika pada aspek yang penting, yaitu pembentukan pengadilan internasional untuk
menangani kasuk-kasus HAM.
Terdapat perbedaan mendasar antara konsep HAM dalam Islam dan HAM
dalam konsep Barat sebagaimana yang diterima oleh dunia Internasional. HAM dalam
Islam didasarkan pada aktivitas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sementara dunia Barat percaya bahwa pola tingkah laku hanya ditentukan oleh
hukum- hukum negara atau sejumlah otoritas yang mencukupi untuk tercapainya
aturan-aturan pblik yang aman dan perdamaian universal. Perbedaan lain yang
mendasar juga terlihat dari cara memandang HAM itu sendiri. Di Barat perhatian
kepada individu-individu dari pandangan yang bersifat anthroposentris, di mana
manusia merupakan ukuran terhadap gejala sesuatu. Sedangkan dalam Islam,
menganut pandangan yang bersifat theosentris, yaitu Tuhan Yang Maha Tinggi dan
manusia hanya untuk mengabdi kepada-Nya.
Berdasarkan pandangan yang bersiifat anthroposentris tersebut maka nilai-
nilai utama dari kebudayan Barat seperti demokrasi, institusi sosial dan kesejahteraan
ekonomi sebagai perangkat yang mendukung tegaknya HAM itu berorientasi kepada
penghargaan terhadap manusia. Berbeda keadaannya pada dunia Islam yang bersifat
theosentris, larangan dan perintah lebih didasarkan atas ajaran Islam yang bersumber
dari al-Quran dan Hadis. Al-Quran menjadi transformasi dari kualitas kesadaran
manusia. Manusia diperintahkan untuk hidup dan bekerja dengan kesadaran penuh
bahwa ia harus menunjukkan kepatuhannya kepada kehendak Allah. Oleh karena itu
mengakui hak-hak natar manusia adalah sebuah kewajiban dalam rangka kepatuhan
kepada-Nya.
Dalam perspektif Barat manusia ditempakan dalam suatu setting di mana
hubungannya dengan Tuhan sama sekali tidak disebut. Hak asasi manusia dinilai
hanya sebagai perolehan alamiah sejak kelahiran. Sementara HAM dalam perspektif
Islam dianggap dan diyakini sebagai anugerah dari Tuhan dan oleh karenanya setiap
individu akan merasa bertanggung jawab kepada Tuhan. Dengan demikian,
penegakan HAM dalam Islam tidak hanya didasarkan kepada aturan-aturan yang
bersifat legal-formal saja tetapi juga kepada hukum-hukum moral dan akhlaqul
karimah.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran HAM di dalam
masyarakat, Islam mempunyai ajaran yang disebut amar ma’ruf nahi munkar . Islam
mengajarkan tiga tahapan dalam menjalankan ajaran tersebut: (1) melalui tangan
(kekuasaan), (2) melalui lisan (nasihat), (3) melalui gerak hati nurani, yaitu membenci
kemungkaran sambil mendoakan agar pelakunya sadar. Sehingga untuk mengatasi
mengatasi terjadinya pelanggaran HAM, Islam tidak hanya melakukan tindakan
represif teatapi lebih menekankan tindakan preventif. Sebab, tindakan represif
cenderung berpijak hanya pada hukum legal-formal yang mengandalkan bukti-bukti
yang bersifat material semata. Sedangkan tindakan preventif tidak memerlukan
adanya bukti secara hukum.
Perbedaan antara HAM Barat dan Islam
No HAM Universal Declaration of HAM Menurut Islam
Human Rights
1. Bersumber pada pemikiran Bersumber pada ajaran al-
filosofi semata. Quran dan Sunnah Nabi
Muhammad.

2. Bersifat antrophosentris. Bersifat Theosentris.


3. Lebih mementingkan hak Keseimbangan antara hak dan
daripada kewajiban. kewajiban.

4. Lebih bersifat individualistik. Kepentingan sosial


diperhatikan.

5. Manusia dilihat sebagai pemilik Manusia dilihat sebagai


sepenuhnya hak-hak dasar. makhluk yang dititipi hak-hak
dasar oleh Tuhan, dan oleh
karena itu mereka wajib
mensyukuri dan
memeliharanya.

Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-


prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik
Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh
rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura", sebuah
bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dapat
ditemukan dalam berbagai hadits dengan komunitas mereka. Negara-negara yang
memenuhi tiga ciri dasar tersebut antara lain Afghanistan, Iran, dan Malaysia. Arab
Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah contoh negara yang tidak menganut prinsip
demokrasi Islam meski negara-negara Islam, karena negara-negara ini tidak
mengadakan pemilihan. Pelaksanaan demokrasi Islam berbeda di negara-negara
mayoritas muslim, karena interpretasi syariah berbeda-beda dari satu negara ke negara
lain, dan penggunaan syariah lebih komprehensif di negara-negara di mana syariah
menjadi dasar bagi undang-undang negara.
Konsep liberalisme dan partisipasi demokratis sudah ada di dunia Islam abad
pertengahan. Kekhalifahan Rasyidin dianggap oleh para pendukungnya sebagai
contoh awal sebuah negara demokratis dan diklaim bahwa perkembangan demokrasi
di dunia Islam akhirnya terhenti setelah perpecahan Sunni–Syiah.
Pada hakekatnya manusia sudah memiiki hak-hak pokok dari lahir sampai
meninggal. Hak-hak pokok tersebut adalah hak asasi manuasia yang dikenal dengan
HAM. Hak asasi manusia bersifat universal. Hak asasi manusia ( HAM ) dalam Islam
berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak
merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan.
Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan
kehormatanmu haram atas kamu”. Maka negara bukan saja menahan diri dari
menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan
menjamin hak-hak ini.
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi
setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, status sosialnya, dan juga
perbedaan agamanya. Islam tidak hanya menjadikan itu sebagai kewajiban negara,
melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini.
Permasalahan mengenai HAM dan Demokrasi yang ada disekeliling kita
cukup banyak sekali. Misalnya saja; LGBT atau menyukai sesama jenis. Di era
modern ini, hal seperti saling menyukai sesama jenis sudah tidak asing lagi karena
banyak individu yang telah melakukan seperti itu. Masyarakat yang saling menyukai
sesama jenis ini beranggapan bahwa mereka memiliki hak dalam hubungan dengan
kehidupan, hak untuk hidup bahkan hak untuk mendapatka ketenangan dan
kesenangan mereka. Padahal LGBT ini dilarang keras, baik pada negara maupun pada
agama Islam.
Sedangkan dalam demokrasi adalah mengenai pemilu. Bagaimana kita sebagai
rakyat memilih pemimpin. Umat Islam dilarang memilih pemimpin nonmuslin untuk
memimpin umat Islam. Namun, pada kenyataannya di Indonesia pemimpin yang
nonmuslim lebih cerdik sehingga dapat menarik rakyat dan warganya untuk memilih
yang non muslim. Namun, tetap saja kita sebagai umat Islam dilarang memilih
pemimpin yang non muslim. Ini merupakan demmokrasi dalam Islam.
Sama seperti pelanggaran-pelanggaran HAM yang lain, dapat kita ketahui
bahwa tidak semua yang melakukan pelanggaran HAM dan Demokrasi ini adalah
orang-orang yang tidak mengetahui HAM. Bahkan terkadang sebagian dari mereka
benar-benar memahaminya.
Dari tabel perbedaan diatas dapat kita lihat bahwa di lingkungan sekitar kita
masih banyak yang tidak sesuai dengan aturan HAM dalam Islam, sehingga terkadang
kita mengikuti HAM barat karena masyarakat Indonesia menunutut banyak hak
namun lupa dengan kewajibannya.
Oleh karena itu, sehubungan dengan tugas Mini Riset yang telah lalu
mengenai Pengaruh Pengetahuan HAM dan Demokrasi terhadap Penerapannya
sehari-hari, kelompok kami akan membahas lebih lanjut mengenai Mini Riset
tersebut.

2. Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu HAM.
 Untuk mengetahui apa itu Demokrasi.
 Untuk mengetahui bagaimana HAM dalam Islam.
 Untuk mengetahui apa perbedaan HAM dalam Islam dengan HAM Universal
Declaration of Human Rights yang diterapkan di negara barat.
 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan HAM dan Demokrasi dengan sikap
individu di dalam kehidupan sehari-hari.
 Untuk mengetahui permasalahan tentang pelanggaran HAM di lingkungan
sekitar.

3. Manfaat
Sebagai bahan ajar, sumber informasi dan sumber literatur dalam proses pembelajaran
serta bahan pemenuhan tugas Projek pada matakuliah Pendidikan Agama Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Judul Penelitian
Pengaruh Pengetahuan HAM dan Demokrasi terhadap Penerapannya di dalam
Kehidupan Sehari-hari.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitaif dengan cara penyebaran angket
berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai HAM dan Demokrasi sebanyak 10 butir soal.
Angket di sebar di kalangan mahasiswa dan mahasiswi di Universitas Negeri Medan
sebanyak 20 responden. Dengan jumlah responden perempuan 17 dan responden laki-
laki sebanyak 3 orang. Dengan menggunakan metode kuantitatif, yang di dalamnya
berisi 10 pertanyaan, 7 pertanyaan option dan 3 pertanyaan jawaban uraian.

3. Hipotesis
Semakin luas pengetahuan mahasiswa ataupun mahasiswi mengenai HAM dan
Demokrasi maka semakin kecil pelanggaran HAM dan Demokrasi yang mereka
lakukan.

4. Hasil dan Pembahasan Penelitian


Tabel 1. Tabel Rekapituliasi Hasil Angket

No Ya Tidak Ragu
1 2 17 1
2 14 4 2
3 6 8 6
4 13 3 4
5 11 3 6
6 16 1 3
7 17 3 0
Pembahasan:
1. Berdasarkan angket yang disebar, 17 mahasiswa memilih tidak. Jadi
mempergunakan HAM dengan sesuka hati adalah hal yang tidak wajar. 2
mahasiswa memilih Ya, artinya bahwa HAM dapat dilakukan dengan sesuka hati.
Dan 1 sampel menyatakan ragu ragu akan pertanyaan ini.
2. Dari 20 sampel, 14 orang memilih ya, artinya mereka berfikir bahwa mereka
mengetahui HAM dengan benar. Dan 4 sampel memilih tidak mengetahui HAM
dengan benar, selanjutnya 2 sampel ragu akan pengetahuannya mengenai HAM.
3. Dari 20 sampel, 8 orang memilih bahwa mereka tidak pernah melanggar HAM.
Dan
6 orang memilih bahwa pernah melanggar HAM. Dan 6 orang selanjutnya,
menyatakan ragu atas pernah atau tidaknya melanggar HAM.
4. Dari 20 sampel, 13 orang menyatakan bahwa menentang pendapat seorang
merupakan pelanggaran HAM. Dan 4 orang menyatakan ragu akan pertanyaan
tersebut. Sedangkan sisanya, 3 orang menyatakan bahwa menentang pendapat
seseorang bukan lah pelanggaran HAM.
5. Dari 20 sampel, 11 orang mengetahui hukum yang mengatur tentang HAM. 6
orang menyatakan ragu dan 3 orang sisanya menyatakan tidak mengetahui hukum
yang mengatur tentang HAM.
6. Dari 20 sampel, 16 orang menyatakan bahwa perlu adanya demokrasi antara umat
beragama. 3 orang menyatakan ragu ragu dan sisanya 1 orang menyatakan tidak
perlu adanya demokrasi antara umat beragama.
7. Dari 20 sampel, 17 orang menyatakan bahwa pada saat pemilu, mereka memilih
calon yang seagama dengan mereka. Dan 3 orang menyatakan bahwa pada saat
pemilu, mereka tidak memilih calon yang seagama dengan mereka. Jadi,
kebanyakan dari mereka tidak menerapkan demokrasi.
8. Dari 20 sampel yang kami lakukan, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa masih
banyak yang tidak mengetahui dengan jelas apa itu HAM.
9. Dari pertanyaan pada nomor 9, mahasiswa banyak yang tidak mengisi dikarekan
mereka beranggapan bahwa mereka tidak pernah melanggar HAM.
10. Pada 20 sampel yang dilakukan bahwa lebih dari 50% mahasiswa mengetahui
tentang demokrasi.
5. Kesimpulan Penelitian
Berdasarkan 20 angket yang telah disebar dikalangan mahasiswa, dapat
disimpulkan bahwa mereka beranggapan bahwa mereka mengetahui tentang HAM
dan demokrasi namun tidak sesuai dengan penerapannya dikehidupan sehari-hari dan
mereka masih melakukan pelanggaran HAM dan Demokrasi meskipun pelanggaran
pelanggaran yang mereka lakukan merupakan pelanggaran ringan.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
 Hak asasi manusia (HAM) adalah segala hak yang dimiliki manusia serta melekat
pada dirinya karena ia manusia. Ham bersifat universal, merata dan tidak dapat
dialihkan. Hak-hak tersebut dimiliki oleh seluruh umat manusia secara universal.
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak asasi diartikan sebagai hak dasar
atau hak pokok seperti hak hidup dan mendapatkan perlindungan. Hak asasi
manusia adalah hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat
dipisahkan dari hakekatnya dan karean itu bersifat suci. Sementara Jan, Materson
mengartikan hak asasi manusia sebagai hak yang melekat pada manusia, yang
tanpa dengannya manusia mustahil hidup sebagai manusia.
 Demokrasi Islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan prinsip-
prinsip Islam ke dalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi. Teori politik
Islam menyebutkan tiga ciri dasar demokrasi Islam: pemimpin harus dipilih oleh
rakyat, tunduk pada syariah, dan berkomitmen untuk mempraktekkan "syura",
sebuah bentuk konsultasi khusus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
yang dapat ditemukan dalam berbagai hadits dengan komunitas mereka. Negara-
negara yang memenuhi tiga ciri dasar tersebut antara lain Afghanistan, Iran, dan
Malaysia. Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab adalah contoh negara yang
tidak menganut prinsip demokrasi Islam meski negara-negara Islam, karena
negara-negara ini tidak mengadakan pemilihan. Pelaksanaan demokrasi Islam
berbeda di negara-negara mayoritas muslim, karena interpretasi syariah berbeda-
beda dari satu negara ke negara lain, dan penggunaan syariah lebih komprehensif
di negara-negara di mana syariah menjadi dasar bagi undang-undang negara.
 Berdasarkan 20 angket yang telah disebar dikalangan mahasiswa, dapat
disimpulkan bahwa mereka beranggapan bahwa mereka mengetahui tentang HAM
dan demokrasi namun tidak sesuai dengan penerapannya dikehidupan sehari-hari
dan mereka masih melakukan pelanggaran HAM dan Demokrasi meskipun
pelanggaran pelanggaran yang mereka lakukan merupakan pelanggaran ringan.
2. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan kepada responden dan masyarakat bahwa
kita
harus terus mengkaji pengetahuan kita mengenai HAM dan Demokrasi sehingga
dalam penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menjadi lebih baik lagi
dan dapat menguragi adanya pelanggaran-pelanggaran HAM di lingkungan sekitar
kita. Selain itu, penting bagi kita sebagai masyarakat berakademik dan juga kepada
masyarakat umum untuk mengetahui dengan pasti bagaimana HAM dalam Islam yang
sesungguhnya, sehingga arah HAM kita tidak menuju kebarat-baratan namun tetap
sesuai dengan lingkup Islam.

Anda mungkin juga menyukai