Anda di halaman 1dari 32

REKAYASA IDE

GEOMORFOLOGI
“HILANGNYA BENTUKLAHAN GLASIAL AKIBAT
PEMANASAN GLOBAL, SOLUSI YANG DAPAT DITEMPUH
DALAM MENGURANGI PEMANASAN GLOBAL”

DOSEN PENGAMPU:
Dr. DWI WAHYUNI NURWIHASTUTI, S.Si, M.Sc

DISUSUN OLEH:
RUTH ELLYANA GANDA
NIM. 3192431014
KELAS: GEO DIK D 2019

PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
12/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini dengan tepat
waktu. Tugas Rekayasa Ide ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi.
Tak lupa Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini, terutama kepada
dosen kami Ibu Dr. Dwi Wahyuni Nurwihastuti, S.Si, M.Sc selaku dosen
pengampu mata kuliah Geomorfologi yang telah membimbing dalam pelaksanaan
tugas ini.
Terlepas dari itu, penulis meyakini bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada
kesalahan baik dari susunan kalimat, kajian teoritis dan tata bahasa. Maka, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan tugas ini
kedepannya agar lebih baik lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada
seluruh pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 03 Desember 2019

Ruth Ellyana Ganda

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 6
1.4 Masalah .................................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 7
2.1 Kajian Teoritis .......................................................................................... 7
BAB III REKAYASA IDE ................................................................................... 25
3.1 Permasalahan Yang Terkait .................................................................... 25
3.2 Solusi Atau Penyelesaian Masalah ......................................................... 25
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 30
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 30
4.2 Saran ..................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global menjadi ancaman dan masalah bagi dunia.


Semenjak manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang,
manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu
yang dilewatinya. Peradaban manusia sekarang telah mengalami banyak
kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan
dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur. Melalui orientasi
kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan
lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup manusia. Manusia sekarang telah mengalami zaman
revolusi industri yang menggantungkan kehidupan pada bidang
perindustrian. Dengan menggunakan orientasi hidup tersebut, dunia
agrikultur pun mengalami kemunduran secara perlahan-lahan.
Nilai-nilai kehidupan manusia pun mengalami perubahan, terutama
dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan
yang terjadi ini menghasilkan dampak positif maupun negatif. Salah satu
dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada
masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah
dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.
Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti
pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas
besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi
lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian
yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia
dan kehidupannya.
Para ahli ilmiah percaya perubahan iklim seperti pemanasan global
telah terjadi sepanjang sejarah bumi dan akan terus terjadi di masa depan.
Beberapa bukti mengenai terjadinya pemanasan global sudah banyak

4
terlihat saat ini. Indonesia yang terletak di equator, merupakan negara
yang pertama akan merasakan dampak pemanasan global. Contohnya saja
perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Perubahan iklim yang
disebabkan oleh pemanasan global atau global warming telah menjadi isu
besar di dunia. Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan
menyebabkan kepunahan habitat di sana merupakan bukti dari pemanasan
global. Bentang lahan es semakin berkurang akibat suhu panas yang
membuat terjadinya pencairan es pada kutub selatan dan kutub utara.
Deretan bencanapun kian panjang seperti banjir, tanah longsor,
kekeringan, gagal tanam dan panen hingga konflik-konflik horizontal di
dalam masyarakat
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak
yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha
perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Dampak
negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan sering disebut
sebagai Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai
masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa
pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang diciptakan
untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Masalah Global
Warming ini tidaklah dapat diungkiri untuk diteliti dan diteliti lebih lanjut
demi kelangsungan kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global ?


2. Memberikan wawasan bagi penulis maupun pembaca terhadap penyebab
terjadinya pemanasan global yang dengan sengaja atau tidak terjadi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
3. Memberikan wawasan bagi penulis maupun pembaca dampak yang
diakibatkan dari pemanasan global.
4. Mendorong penulis maupun pembaca untuk melakukan upaya pencegahan
terjadinya pemanasan global.

5
1.3 Tujuan

1. Untuk penyelesaian tugas pada mata kuliah Geomorfologi Dasar


2. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi saya

1.4 Masalah

Semakin hari semakin terasa dampak dari pemanasan global tersebut. Segala
cara telah dilakukan baik dari pemerintah sendiri maupun dari dunia. Banyak
orang yang peduli akan alam berbondong-bondong melakukan sosialisasi
untuk menyadarkan masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mengurangi
pemanasan global, namun hal itu belum cukup jika itu pemerintah dan
masyarakat bergotong royong atau bekerjasama dalam mengurangi pemanasan
global tersebut. Nah, jika dengan sosialisasi belum bisa menyadarkan
masyarakat dan pemerintah untuk mengurangi pemanasan global, maka di
dalam rekayasa ide ini, saya akan memaparkan apa solusi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi pemanasan global tersebut.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

A. Bentang Lahan Glasial (Bentang Alam Es)


-Bentuk lahan Glasial
Bentuk lahan Glasial adalah bentuk lahan yang dipengaruhi oleh adanya
akumulasi es/salju atau gletser disuatu wilayah dengan waktu yang lama.
Bentang alam glasial adalah bentang alam yang berhubungan dengan proses
glasial, dimana proses glasial itu tenaga yang berpengaruhnya adalah
Gletser .
-Pertumbuhan bentuk lahan (Morfologi) Glasial.
Pertumbuhan bentuk lahan pada tahap awal di yakini yaitu lembah tertutup oleh
salju, kemudian salju itu megalami pencairan, dimana setelah mencair, lembah
kembali menjadi dalam, beberapa lembah menggantung masuk lembah utama,
horn, dan cirque. Setelah itu, kemudian lembah terisi oleh alluvium. Kemudian
setelah fase tersebut lembah menjadi lebih rendah dari muka air laut, sehingga
pada saat pasang air akan masuk ke lembah. Untuk lebih jelasnya deijelaskan
lewat gambar sebagai berikut.

Faktor-Faktor Pendukung terjadinya lahan Glasial adalah sbb:


– Tingginya tingkat presipitasi
– Suhu lingkungan yang rendah
– Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah besar
– Tingkat peleburan yang rendah

Adapun sifat-sifat khas dari sebuah gerakan gletser pada lahan glacial adalah
sebagai berikut:
– Pada tepi gerakan gletser lebih lambat daripada di tengah
– Pada ujung lidah gletser itu lebih lambat daipada akarnya
– Kita dapat menentukan bahwa gletser itu lambat laun menjadi pendek

7
– Juga dapat ditemukan, bahwa garis yang menunjukan gerakan yangpaling cepat
letaknya tepat di tengah-tengah, tetapi di sini kita lihat gejala yang sama seperti
pada garis arus sungai yaitu pada belokan garis arus tadi terletak pada belokan
luar

-Tipe – tipe Gletser


*Valley Glacier
Merupakan Glacier yang mengalir pada suatu lembah dan dapat mengalir dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
*Ice Sheet
Merupakan masa es yang tidak mengalir pada valley glacier tetapi menutup
daratan yang luas biasanya > 50000 km/ segi
*Ice Cap
Ice sheet yang lebih kecil terdapat pada daerah seperti valleyglacier dilaut arktik,
canada, rusia, dan dataran Siberia.
*Ice Berg
Ice sheet yang bergerak kebawah karena pengaruh gravitasi dan akhirnya hilang
dalam jumlah yang besar Berdasarkan relief, tinggi permukaan dan curah hujan .
gletser dapat diklasifikasikan sebagai berikut ;
*Tipe Gletser AlpenGletser alpen
merupakan geletser yang terbatas pada lembah-lembah dan berbentuk
memanjang/melidah. Tipe Alpen yaitu gletser yang didapatkan pada daerah
dengan elevasi lebih dari 6000m di atasmuka laut, dan di batasi oleh lembah-
lembah yang curam.
*Tipe Gletser KontinentalGletser
Tipe kontinental terdapat di wilayah-wilayah kutub denganareal yang sangat luas
(Greenland, Antartika, Spitsberg, dll). Bukit escontinental memiliki permukaan
seperti zirah dan agak meninggi dibagian tengahnya. Gletser ini sangat tebal,
dengan ketebalan mencapai 3000 m.
*Tipe Gletser Skandinavian
Tipe ini didapatkan di skandinavia. dasar tanah di sini mempunyai sejarah yang
istimewa yaitu suatu daratan yang hampir rata yang terangkat, terpotong-potong

8
oleh fjord-fjord, permukaan bumi di sini dengan demikian rupanya lain sekali
dengan relief di pegununan alpen.Beda relief ini sendirinya menyebabkan
perbedaan tipe gletser
*Tipe Gletser Mustag
Tipe ini banyak didapatkan di pegungan yang tinggi di asia Dikarakoum
didapatkan lekukan-lekukan firm yang kecil-kecil sekali bermuara dalam lidah
gletser yang besar dan panjang. Barangkali hal ini disebabkan oleh fase
pengikisan yang lebih lanjut daripada pegunungan Alpen
*Tipe Gletser PiedmontPiedmont gletser,
yaitu gletser yang didapatkan pada alur-alur Valley Glacier dan berakhir pada
dataran rendah. Pada tipe pletmonttersebut yang merupakan daerah pengumpulan
gletsernya adalah seluruh dataran es yang tertutup. Kemudian lidah Gletsernya
terdapat pada lembah-lembah yang berada di sela-sela pegunungan. Contoh
daritipe ini adalah Malaspina di Alaska.
*Ice Sheet/Ice Caps .
Ice Sheet/Ice caps, yaitu gletser yang didapatkan pada daerah rendah dan luas.
Ice sheet menempati daerah yang sangat luas,sedangkan
Ice caps menempati wilayah yang sempit. Tipe ini merupakan selubung es yang
luas sekali meliputi sebagian besar dari daratan, sehingga relatifnya hampir tidak
ada yang terlihat. Terutama di Greenland kita dapatkan contoh yang baik dari tipe
ini.

-Bentuk Lahan Akibat Pengendapan Gletser


*Till
Merupakan batuan yang hancur dari dinding lembah yangterendapkan mengisi
glacer, berasal dari ice sheet membawa fragmenbatuan yang terkikis
*Erratic
Merupakan es berukuran boulder yang tertransport oleh esyang berasal dari
lapisan batuan yang jauh letaknya.
*Moraine
Merupakan till yang terbawa jauh glacier dantertinggal/mengendap setelah glacier
menyusut.

9
*Drumline
Endapan yang mempunyai bentuk topografi yang kecil danmerupakan oval hill.
Drumline tersusun terutama dari till tetapi kadang-kadang terdiri dari massa yang
berbentuk lensa yang terdiri dari krikil dan pasir. Sumbu memanjang drumline
biasanya sejajar dengan arah gerakan es dan kebanyakan berada dalam bentuk
yang bergerombol dan disebut dengan double, triple, multipled rumlins.
*Outwash
Adalah dataran dengan slope rendah hasil pengendapan sungai pencairan es,
terletak di depan tubuh gletser.
*Kame adalah Bukit-bukit kecil hasil pengendapan dari cairan es.

Keberadaan gletser pada sebuah lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor agar
tetap terjaga dan dapat bertahan, faktor-faktor tersebut yaitu :
- Tingginya tingkat presipitasi
- Suhu lingkungan yang sangat rendah
- Pada musim dingin es terakumulasi dalam jumlah yang besar
- Pada musim panas tingkat peleburannya rendah.
Jika keempat faktor tersebut berjalan dengan baik maka pembentukan bentuk
bentang alam glasial akan berjalan cepat dan luas.

B. Pemanasan Global
a. Pengertian Pemanasan Global Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemanasan berarti proses, cara,
perbuatan memanasi atau memanaskan. Sedangkan global berarti bersangkut paut,
mengenai, meliputi seluruh dunia. Jadi, pemanasan global yaitu proses menaiknya
suhu rata-rata bumi.
Pengertian Pemanasan Global Menurut Lembaga Dunia
Terdapat beberapa lembaga dunia yang mengemukakan definisi dari pemanasan
global, diantaranya yaitu Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat,
Asosiasi Energi New Mexico, Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam, dan
National Wildlife Federation. Penjelasannya sebagai berikut:

10
a. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat
Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat, pemanasan
global adalah peningkatan suhu rata-rata di permukaan bumi, baik yang telah
berlalu dan yang terjadi pada saat ini.
b. Asosiasi Energi New Mexico
Menurut Asosiasi Energi New Mexico, pemanasan global adalah
peningkatan suhu atau temperatur rata-rata di permukaan bumi akibat efek rumah
kaca yang efek rumah kaca adalah perangkap panas dalam acara bumi karena
obstruksi gas emisi seperti karbon dioksida di atmosfer akibat emisi kendaraan
bermotor, polusi udara dari pabrik atau industri -Pabrik dan kebakaran hutan.
c. Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam
Menurut Dewan Pertahanan Sumber Daya Alam, pemanasan global adalah
krisis lingkungan terbesar dan kemanusiaan yang terjadi saat ini. Atmosfer bumi
sangat panas karena terperangkap oleh gas karbon dioksida yang bisa mengancam
perubahan iklim dan dapat menyebabkan bencana di permukaan bumi.
d. National Wildlife Federation
Menurut National Wildlife Federation, pemanasan global adalah peristiwa
dimana bumi semakin hari panas demi hari, semakin banyak hujan lebat dan
banjir, badai yang lebih intens dan kekeringan diperdalam. Peristiwa merupakan
dampak nyata yang terjadi sebagai akibat dari pemanasan global di bumi.
Pemanasan global juga mengubah lanskap kehidupan di bumi dan mematikan
banyak spesies.

b. Penyebab Pemanasan Global


1 Penipisan Lapisan Ozon
Ozon merupakan suatu lapisan oksigen yang tiap molekulnya terdiri atas
tiga atom O (rumus kimia: O3). Ozon merupakan gas beracun sehingga apabila
berada dekat permukaan tanah akan berbahaya karena akan merusak paru-paru
jika terhisap. Sebaliknya, lapisan ozon di atmosfer melindungi kehidupan di Bumi
dari bahaya radiasi ultraviolet. Dalam industri, ozon digunakan untuk membunuh
kuman, meniadakan pencemaran dalam air (besi, arsen, hidrogen sulfida, nitrit,
dan bahan organik kompleks yang dikenal sebagai warna), mencuci, dan

11
memutihkan kain. Molekul O2 banyak terdapat di troposfer. Adapun ozon dapat
ditemukan di dua lapisan atmosfer. Kira-kira 10 persen ditemukan di troposfer.
Sisanya (kira-kira 90 persen) menetap di stratosfer. Sebagian besar ozon yang
berada dalam lapisan stratosfer inilah yang disebut lapisan ozon. Dengan
demikian, lapisan ozon berada pada stratosfer pada ketinggian 19 sampai 48 km.
Pengukuran menunjukkan bahwa ozon sangat sedikit terdapat di atmosfer,
yaitu kira-kira satu molekul per satu juta molekul dalam atmosfer bumi.
Walaupun ozon yang terdapat dalam stratosfer berjumlah sangat kecil,
keberadaanya sangat vital untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup di
permukaan bumi. Tanpa ozon di stratosfer akan lebih banyak radiasi UV sampai
ke permukaan bumi. Radiasi UB menyebabkan mutasi pada hampir semua
organisme. Terhadap manusia, radiasi UV berlebih dapat menyebabkan kanker
kulit. Tanpa perisai dari lapisan ozon, dipercaya kasus kanker kulit dapat
meningkat dengan pesat. Bagaimana ozon di stratosfer dapat menjadi perisai bumi
dari radiasi UV berlebih? Konsentrasi ozon di stratosfer tidaklah statis karena ada
proses terus-menerus pembentukan dan pemusnahan ozon. Ozon terbentuk atas
bantuan dari sinar UV yang memiliki energi lebih besar daripada cahaya tampak.
Pertama, radiasi UV gelombang pendek (energi tinggi) diserap oleh oksigen
diatomik (O2) yang berlimpah di atmosfer. Energi ini mampu memecah ikatan
kimia pada O2 sehingga menjadi atom O bebas yang bersifat reaktif.
O2 + UV O + O
Reaksi tersebut penting karena :
1. Radiasi UV berenergi tinggi dari sinar matahari telah disaring,
2. Atom O bebas yang reaktif tersebut akan bergabung dengan oksigen
diatomik untuk membentuk ozon, yang akan menyerap radiasi berlebih.
Proses pembentukan dan penghancuran ozon di stratosfer berlangsung
terus, sehingga tanpa adanya gangguan dari luar, kadar ozon stratosfer cenderung
konstan. Sejak jutaan tahun silam, ozon di stratosfer selalu mempertahankan
keseimbangan dinamis melalui proses pembentukan dan pemusnahan. Dengan
kata lain, jumlah ozon yang terbentuk dan musnah setiap saatnya selalu sama.
Dari sudut pandang pembentukan dan pemusnahan, ozon berfungsi
sebagai katalisator yang mengubah energi radiasi dari sinar UV melalui

12
penyerapan dalam pembentukan ozon menjadi panas yang dilepaskan melalui
proses pemusnahan ozon. Oleh karena itu, semakin tinggi kita naik ke stratosfer,
semakin tinggi suhunya. Hal ini disebabnya semakin banyaknya energi radiasi UV
yang diubah menjadi panas oleh ozon.
Pada tahun 1950, ilmuwan memperkenalkan suatu senyawa baru bernama
Chlorofluorocarbon (CFC) dengan rumus kimia CF2Cl2 (dikenal dengan nama
dagang Freon). Senyawa ini memiliki sifat fisis maupun kimia yang
menguntungkan dari aspek teknologi karena sangat stabil, tidak berbau, tidak
mudah terbakar, tidak beracun terhadap manusia, serta tidak korosif terhadap
logam-logam di sekitarnya. Dengan sifat-sifat yang menguntungkan dan harga
CFC yang tidak mahal, CFC sering digunakan terutama untuk mengganti
senyawa-senyawa kimia seperti amonia dan sulfur dioksida yang mudah terbakar,
beracun, dan berbau menyengat sebagai bahan pendingin dalam mesin pendingin
ruangan (AC) maupun lemari pendingin es. Penggunaan lain yang banyak
dijumpai dalam keseharian adalah pada pendorong aerosol.
Tidak seperti senyawa-senyawa kimia lain yang umumnya dapat terurai di
atmosfer dalam waktu beberapa jam, hari, minggu, atau bulan, gas CFC yang
sangat stabil dan secara kimia tidak reaktif, tidak bisa diuraikan pada ketinggian
rendah dari permukaan bumi. Diperlukan waktu 5 sampai dengan 10 tahun untuk
CFC yang terlepas ke atmosfer untuk mencapai lapisan ozon. Setelah sampai,
CFC dapat bertahan di lapisan ozon selama 70 sampai 400 tahun.
Pada pertengahan 1970, sebelum lubang ozon ditemukan, sekelompok
peneliti menyadari bahwa CFC yang stabil ini dapat menyebabkan kerusakan
ozon dalam atmosfer. Seperti telah Anda ketahui bahwa CFC dapat berada di
stratosfer selama 100 tahun tanpa mengalami kerusakan. Di lapisan ozon, oleh
pengaruh radiasi UV matahari berenergi tinggi, molekul-molekul CFC yang
terurai membebaskan atom-atom klorin (Cl). Atom-atom klorin yang dibebaskan
bereaksi dengan ozon, dan mengubah ozon menjadi oksigen biasa (O2) dan klorin
terbentuk kembali. Jadi, dalam reaksi ini klorin bertindak sebagai katalis. Adapun
reaksinya sebagai berikut,
Kata-kata: (ozon + klorin + UV) menjadi (oksigen biasa + klorin).
Reaksi Kimia: 2O3 + Cl + UV 3O2 + Cl

13
Klorin yang terbentuk kembali selanjutnya dapat melakukan reaksi
berantai untuk memusnahkan ozon. Hal itu menyebabkan satu atom klorin yang
dibebaskan dari CFC dan tinggal di lapisan ozon dapat memusnahkan 100.000
molekul ozon. Walaupun oksigen diatomik (O2) yang terlepas dari ozon nantinya
dapat bergabung lagi membentuk ozon, proses ini memerlukan waktu cukup lama,
lebih lambat dibandingkan dengan pemusnahan ozon menjadi oksigen diatomik
oleh klorin yang dibebaskan dari CFC. Akibatnya, penipisan lapisan ozon tetap
berlangsung. Oleh karena itu, kerusakan lapisan ozon yang teramati saat ini
kemingkinan besar disebabkan oleh CFC yang sebenarnya sudah terlepas ke
atmosfer sejak 20-30 tahun sebelumnya.
Dugaan peneliti tersebut akhirnya terbukti ketika pada awal tahun 1980-
an, para peneliti yang bekerja di Antartika (kutub selatan) mendekati hilangnya
ozon secara periodik di atas benua tersebut. Keadaan ini dinamakan lubang ozon
(ozon hole), yaitu suatu area ozon tipis pada lapisan ozon, yang terbentuk saat
musim semi di Antartika dan berlanjut selama beberapa bulan sebelum menebal
kembali. Studi-studi yang dilakukan dengan balon pada ketinggian tinggi dan
satelit-satelit cuaca menunjukkan bahwa persentase ozon secara keseluruhan di
Antartika terus menurun.
Dugaan penipisan lapisan ozon oleh CFC semakin diperkuat ketika pada
tahun 1986, ilmuwan menemukan daerah-daerah dalam stratosfer dengan jumlah
ozon yang sangat rendah. Sebuah libang ozon besar ditemukan di atas Antartika.
Lubang ozon yang lebih kecil ditemukan di Kutub Utara.

2. Rumah Kaca
Berdasarkan urutan panjang gelombang, mulai dari yang terpanjang ke
yang terpendek, radiasi sinar matahari dibagi tiga, yaitu infra merah (IM), cahaya
tampak, dan ultraviolet (UV). Ketika sinar matahari mengenai kaca sebuah rumah
kaca (green house) radiasi dengan gelombang pendek diserap oleh tanah dan
tanaman di dalam rumah kaca, dan tanaman menjadi hangat. Tanah dan tanaman
yang hangat dapat digolongkan sebagai sumber kalor yang lebih dingin
dibandingkan dengan matahari yang suhunya sangat tinggi. Tanah dan tanaman
sebagai sumber kalor yang lebih dingin pada gilirannya akan memancarkan

14
kembali kalor yang diserapnya dalam bentuk radiasi IM dengan panjang
gelombang yang lebih panjang. Energi dari kalor radiasi IM yang dipancarkan
kembali oleh tanah dan tanaman ini tidak mampu menembus kaca. Energi ini
diserap oleh molekul-molekul udara dalam kaca sehingga suhu udara dalam
rumah kaca meningkat. Ini membuat suhu dalam rumah kaca dapat tetap hangat
dibandingkan suhu luarnya. Keadaan ini membuat tanaman dalam rumah kaca
dapat tumbuh subur. Sinar matahari sampai ke permukaan bumi setelah melalui
atmosfer bumi. Atmosfer berfungsi menyaring, menyerap, dan memantulkan
radiasi sinar matahari yang datang padaya. Bumi memantulkan rata-rata 30% dari
radiasi matahari, 20% dipantulkan oleh awan, 6% dihamburkan oleh partikel-
partikel udara, dan 4% dipantulkan oleh permukaan bumi. Tentu saja persentase
yang dipantulkan bumi bergantung pada jangkauan penutupan awan, jumlah debu
di atmosfer, dan luas salju serta tumbuh-tumbuhan pada permukaan. Perubahan
besar dari variabel-variabel itu dapat meningkatkan atau mengurangi pemantulan
radiasi matahari, yang akhirnya mengarah ke peningkatan pemanasan atau
pendinginan atmosfer.
Setelah melalui penyaringan, penyerapan, dan pemantulan, hanya setengah
dari radiasi matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Bebatuan, tanah, dan air
menyerap energi radiasi matahari yang sampai kepadanya, sehingga daratan
menjadi hangat. Pada giliran material sebagai sumber dingin ini akan
memancarkan kembali energi yang diserapnya menuju ke atmosfer dalam bentuk
radiasi IM yang memiliki panjang gelombang lebih panjang. Frekuensi radiasi IM
yang dipancarkan oleh material-material di permukaan bumi ke atmosfer sesuai
dengan beberapa frekuensi alami getaran-getaran molekul-molekul gas rumah
kaca (teruatama karbon dioksidan dan uap air).
Kesesuaian frekuensi tersebut menyebabkan radiasi IM yang dipancarkan
oleh permukaan bumi dengan mudah diserap oleh molekul-molekul gas rumah
kaca seperti karbon dioksida dan uap air. Energi IM yang diserap menyebabkan
peningkatan energi kinetik molekul-molekul gas rumah kaca, yang kemudian
ditunjukkan dengan peningkatan suhu. Sekarang molekul-molekul gas rumah kaca
dalam atmosfer dapat memancarkan radiasi IM mereka sendiri ke segala arah.
Sejumlah radiasi yang dipancarkan, diserap oleh molekul-molekul lain dalam

15
atmosfer, sebagian kecil dipancarkan ke angkasa, dan sejumlah radiasi lainnya
dipancarkan kembali ke permukaan bumi. Secara total dapat dikatakan bahwa
sejumlah kecil radiasi IM menghilang ke luar angkasa, sedangkan sebagian besar
diarahkan kembali ke permukaan bumi untuk meningkatkan suhu permukaan
bumi.
Proses pemanasan atmosfer bagian bawah oleh penyerapan radiasi
gelombang pendek matahari dan pemancaran kembali berbentuk radiasi
gelombang panjang infra merah, inilah yang disebut efek rumah kaca (greenhouse
effect). Disebut efek rumah kaca karena pemancaran kembali radiasi IM yang
dihasilkan permukaan bumi oleh atmosfer menuju ke permukaan bumi kembali
untuk menghangatkan bumi mirip dengan terkurungnya radiasi IM yang
dipancarkan kembali oleh tanah dan tanaman dalam rumah kaca.
Efek rumah kaca alamiah sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa sehingga
seluruh makhluk hidup bisa bertahan hidup di Bumi yang diciptakan-Nya. Jika
tidak ada efek rumah kaca alamiah ciptaan Tuhan ini, suhu rata-rata bumi (siang-
malam, musim dingin-musim panas) kira-kira akan mencapai -20°C. Jika ini yang
terjadi maka kehidupan makhluk hidup seperti saat ini tidak mungkin
berlangsung. Dengan kata lain Bumi tidak layak untuk mendukung kehidupan.
Sebagai perbandingan, planet Mars dengan lapisan atmosfer tipis dan tidak
memiliki efek rumah kaca, bersuhu rata-rata -32°C. Itulah sebabnya kita tidak
menjumpai kehidupan di planet Mars.
Walaupun fungsi gas rumah kaca sama dengan fungsi rumah kaca, yaitu
menjaga suhu di permukaan tetap hangat sekalipun tidak ada sinar matahari, tetapi
analogi menyamakan efek rumah kaca yang terjadi di bumi dengan yang terjadi
dalam rumah kaca dapat menyesatkan. Pada rumah kaca, kaca mengijinkan radiasi
matahari dengan panjang gelombang pendek untuk lewat ke dalam rumah kaca.
Energi ini diserap oleh tanah dan tumbuh-tumbuhan dan kemudian dipancarkan
kembali sebagai radiasi IM dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Akan
tetapi, radiasi IM ini tidak diijinkan keluar oleh lapisan kaca pada rumah kaca.
Dengan kata lain kaca dari rumah kaca “mengurung” radiasi IM yang dipancarkan
kembali oleh tanah dan tumbuh-tumbuhan. Sebaliknya, molekul-molekul karbon
dioksida dan uap air tidak “mengurung” radiasi IM melainkan terlibat dalam

16
proses penyerapan dinamis dan pemancaran kembali radiasi IM kembali ke arah
bawah sehingga meningkatkan suhu permukaan bumi. Semakin banyak molekul-
molekul karbon dioksida dan uap air yang terlibat dalam proses dinamis ini,
semakin banyak radiasi IM yang diarahkan kembali ke permukaan bumi. Sebagai
akibatnya suhu permukaan bumi akan meningkat lebih besar. Sebaliknya, lapisan-
lapisan kaca pada rumah kaca tidak meningkatkan suhu dalam rumah kaca secara
berarti. Faktor pemanasan dalam rumah kaca sebenarnya adalah lapisan kaca
menahan konveksi kalor radiasi tetap dalam rumah kaca. Proses ini tidak terjadi
dengan kehadiran karbon dioksida dan uap air di atmosfer.

3. Efek Umpan Balik


Efek umpan adalah salah satu dari efek rumah kaca yang berpengaruh dari
awan dan merupakan dampak dari pemanasan global, dimana lapisan ozon rusak
maka sinar matahari tak ada yg menghalanginya, sehingga bumi makin panas.
Unsur-unsur penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses
umpan balik yang dihasilkannya. Contohnya adalah penguapan air. Dalam kasus
pemanasan akibat gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan
menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer.
Karena uap air tersebut adalah gas rumah kaca, pemanasan akan
berkelanjutan dan akan terus menambah kuota uap air di udara hingga tercapainya
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkan lebih besar dari efek
CO2 saja.
Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,
kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara
menjadi lebih hangat.Umpan balik ini hanya mempengaruhi lambat karena CO2 memiliki
waktu yang lama di atmosfer.

4. Variasi Matahari
Variasi Matahari adalah perubahan jumlah energi radiasi yang dipancarkan
oleh Matahari. Terdapat beberapa komponen periodik yang memengaruhi variasi
ini, yang terutama adalah siklus matahari 11-tahunan (atau siklus bintik hitam
matahari), selain fluktuasi-fluktuasi lainnya yang tidak periodik. Aktivitas
matahari diukur dengan menggunakan satelit selama beberapa dekade terakhir

17
setelah pada waktu sebelumnya pengukuran dilakukan melalui variabel-variabel
'proksi'. Para ilmuan iklim tertarik untuk mengetahui apakah variasi matahari
berpengaruh terhadap Bumi.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan
kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi
dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan
akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan
memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer.
Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,
yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek
pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.)
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi
mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun
1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi
Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari
Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi
terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000,
dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat
perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan
pengaruh Matahari, mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari
debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun
demikian, mereka menyimpulkan bahwa, bahkan dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas
rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan
Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat
"keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya
memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama

18
30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan
global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak
ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985,
baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Variasi dalam total solar irradiance (TSI) sebelumnya tidak dapat diukur
atau dideteksi hingga era penggunaan satelit, walaupun sebagian kecil panjang
gelombang ultraviolet bervariasi beberapa persen. Output total matahari yang
telah diukur (selama 3 kali periode siklus bintik hitam 11-tahunan) menunjukkan
variasi sekitar 0,1% atau sekitar 1,3 W/m2 dari maksimum ke minimum selama
siklus bintik hitam 11-tahunan. Jumlah radiasi matahari yang diterima permukaan
luar atmosfer Bumi sedikit bervariasi dari nilai rata-rata 1366 watt per meter
persegi (W/m2).
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan beberapa efek perubahan iklim, sebagai contoh
selama Maunder Minimum. Sebuah studi tahun 2006 dan review dari beberapa
literatur, yang dipublikasikan dalam Nature, menyatakan bahwa tidak terdapat
peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari sejak 1970, dan bahwa perubahan
output matahari selama 400 tahun terakhir kecil kemungkinannya berperan dalam
pemanasan global. Perlu ditekankan, laporan tersebut juga menyatakan, "Selain
tingkat "keterangan" matahari, hal-hal lain yang dapat memengaruhi iklim seperti
radiasi sinar kosmik atau sinar ultraviolet matahari tidak dapat dikesampingkan,
kata penulis tersebut. Akan tetapi, pengaruh-pengaruh lain ini belum dapat
dibuktikan, tambah mereka, karena model-model fisik untuk efek-efek ini masih
belum sempurna dikembangkan."

5. Konsumsi Energi Bahan Bakar Fosil


Bahan bakar fosil mengandung karbon, sehingga pembakaan karbon
pastilah menghasilkan gas rumah kaca karbon dioksida. Amerikan mengemisikan
20 ton karbon dioksida per orang per tahun dengan jumlah penduduk 1,1 milyar.
Cina mengemisikan 3 ton karbon dioksida per orang per tahun dengan jumlah
penduduk 1,3 milyar. India mengemisikan 1,2 ton karbondioksida per orang per
tahun dengan 1 milyar penduduk. Tampak bahwa banyaknya gas rumah kaca yang

19
dibuang ke atmosfer berkaitan dengan gaya hidup dan jumlah penduduk. Amerika
Serikat merupakan negara dengan penduduk yang gaya hidupnya sangat boros,
dengan mengonsumsi energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Sebaliknya,
negara berkembang mengemisikan sejumlah gas rumah kaca karena akumulasi
jumlah penduduk.

6. Sampah Organik
Sampah organik menghasilkan gas rumah kaca metana (CH4).
Diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Menurut
kementrian lingkungan hidup pada tahun 1995 rata-rata orang Indonesia di
perkotaan menghasilkan sampah sebanyak 0,8 kg per hari, dan setiap tahun
kecenderungannya terus meningkat. Dengan jumlah penduduk yang terus
meningkat maka pada tahun 2020 diperkirakan dihasilkan sampah 500 juta kg per
hari atau 190 ribu ton per tahun. Dengan jumlah ini maka sampah akan
mengemisikan metana sebesar 9.500 ton per tahun. Dengan demikian sampah
pada perkotaan berpotensi besar mempercepat proses terjadinya pemanasan
global.

7. Kerusakan Hutan
Salah satu fungsi tumbuhan yaitu menyerap karbon dioksida (CO2) dan
mengubahnya menjadi oksigen (O2). Gas karbon dioksida merupakan gas rumah
kaca sehingga kerusakan atau penggundulan hutan secara besar-besaran berarti
hilangnya faktor penyerap gas rumah kaca karbon dioksida di atmosfer. Laju
kerusakan hutan di Indonesia, menurut data Forest Watch Indonesia (2001)
sekitar 22 juta per tahun. Ini disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata
guna lahan, seperti perubahan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit secara
besar-besaran. Dengan kerusakan hutan tentu saja penyerapan karbon dioksida
tidak optimal, sehingga akan mempercepat terjadinya pemasan global.

8. Pertanian dan Peternakan


Sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi gas
rumah kaca melalui sawah-sawah yang tergenang yang menghasilkan gas metana,

20
penggunaan pupuk, pembakaran sisa-sisa tanaman dan pembusukan sisa-sisa
pertanian. Bahkan dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock’s Long
Shadow: Environmental Issues and Options (dirilis bulan November 2006), PBB
mencatat bahwa industri peternakan merupakan penghasil emisi gas rumah kaca
yang terbesar (18%). Junlah itu lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca
seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri
peternakan meliputi 9% karbon dioksida, 37% gas metana (efek pemanasannya 72
kali lebih kuat daripada karbon dioksida), nitrogen oksida (efek pemanasan 296
kali lebih kuat daripada karbon dioksida), serta amonia penyebab hujan asam.
Peternakan menempati 30% dari seluruh permukaan tanah kering di Bumi dan
33% dari are tanah subur yang dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak.
Peternakan sudah menyebabkan 80% penggundulan hutan Amazon. Menurut
laporan yang baru saja dirilis World Watch Institute menyatakan bahwa
peternakan bertanggung jawab terhadap sedikitnya 51 persen dari pemanasan
global.

c. Dampak Pemanasan Global


Dalam laporan tahun 2013, IPCC telah menegaskan bahwa akibat aktivitas
manusia yang menghasilkan emisi gas-gas rumah kaca, teruatam karbon dioksida,
telah meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer sehingga
menimbulkan pemanasan global. Para ilmuwan menggunakan model komputer
dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan
global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuwan telah membuat beberapa
prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap iklim, tinggi permukaan
air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar, dan kesehatan manusia.

1. Iklim Mulai tidak Stabil


Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah
bagian utara dari Belahan Bumi Utara akan memanas lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair
dan daratan akan berkurang. Akan lebih sedikit es mengapung di perairan utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan mungkin tidak

21
mengalaminya lagi. Pegunungan di daerah subtropis bagian utara yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa daerah. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan
cenderung meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih
banyak air yang menguap dari lautan. Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata sekitar 1 persen untuk setiap derajat
Fahrenheit pemanasan. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin
akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air akan menjadi lebih besar.
Dengan demikian, pola cuaca menjadi sukar diprediksi dan lebih ekstrem.

2. Peningkatan Permukaan Laut


Ketika atmosfer menghangat, air pada permukaan lautan juga menghangat.
Hal ini berarti volume air di lautan membesar karena pemuaian sehingga
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan global juga akan mencairkan
lempengan es di kutub, terutama di sekitar Greenland, sehingga semakin
memperbesar volume air laut. Tinggi muka laut di seluruh dubia telah meningkat
10-25 cm selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi akan terjadi
peningkatan lebih lanjut 9-88 cm pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di
daerah pantai. Kenaikan 100 cm saja misalnya akan menenggelamkan 6% daerah
Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan mungkin banyak pulau akan tenggelam.
Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan
mencapai muara sungai maka akan terjadi banjir akibat air pasang di daratan.
Negara-negara kaya mungkin akan menghabiskan banyak dana untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara miskin mungkin hanya bisa mengevakuasi
penduduknya untuk meninggalkan daerah pantai. Untuk negara kita mungkin
kenaikan permukaan laut akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang,
serta terjadinya pemutihan terumbu karang.

22
3. Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini tidak sama di beberapa
tempat. Sebagai contoh, bagian selatan Kanada mungkin diuntungkan dari lebih
tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan
pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat
ditanami. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-
gunung yang jauh dapat menderita jika kumpulan salju musim dingin yang
berfungsi sebagai cadangan (reservoir) alami mencair sebelum puncak bulan-
bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat. Kenaikan suhu global sebesar 4°C
menyebabkan penurunan produksi jagung sebesar 5% akibat kekeringan dan
meningkatnya potensi intrusi air asin pada pertanian pesisir yang rentan akibat
naiknya permukaan laut.

4. Kehidupan Hewan Liar dan Tumbuhan


Hewan dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan global karena sebagian besar lahan telah dikuasai oleh
manusia. Akibat pemanasan global, hewan cenderung untuk berimigrasi ke arah
kutub atau ke atas pegunungan untuk mencari wilayah yang lebih dingin.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena
habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan yang
dilakukan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
berimigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara
cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

5. Kesehatan Manusia
Kenaikan suhu global telah memicu banyaknya penyakit yang berkaitan
dengan panas dan kematian, seperti stress, stroke, dan gangguan kardiovaskular.
Tidak hanya itu, penyakit dengan vektor seperti demam berdarah dan malaria juga
mengalami perluasan wilayah lokasi serangan dan durasi penularan yang lebih

23
lama. Penyebabnya adalah dengan meningkatnya suhu daerah subtropis,
memungkinkan perkembangan patogen di daerah tersebut.

6. Permukaan Laut Akan Meningkat

Laju penyusutan lapisan es di lautan sekitar kutub, diperkirakan akan terus


berlanjut hingga tahun 2080 mendatang, sampai semuanya mencair. Dampaknya
adalah meningkatnya permukaan air laut global. Dalam 20 tahun terakhir ini,
permukaan air laut sudah naik rata-rata delapan centimeter. Jika semua lapisan es
mencair, diperkirakan permukaan air laut akan naik rata-rata 90 centimeter.
Pemicu drastisnya penyusutan lapisan es adalah pemanasan global yang dipicu
aktivitas manusia.

7. Tidak Ada Lagi Es Pada Musim Panas di Kutub Utara

Sinyal apa yang dilontarkan dari penyusutan drastis lapisan es di lautan


Kutub Utara itu? Tentunya bukan pertanda yang baik bagi ekosistem. Karena
itulah, dalam sebuah konferensi ilmiah di Hamburg, sekitar 500 pakar iklim
mendiskusikan kemungkinan dampak yang bakal muncul dari penyusutan lapisan
es di Kutub Utara tersebut.
Peneliti iklim dari Institut Max-Planck untuk meteorologi di Hamburg,
Jochem Marotzke mengatakan, menurut perhitungan, sekitar akhir abad ini,
lapisan es itu pada setiap musim panas akan mencair seluruhnya. Memang di
musim dingin lapisan es kembali terbentuk. Akan tetapi, di musim panas
berikutnya seluruhnya kembali mencair.
Apa yang diungkapkan Marotzke, tentu saja bukan berita bagus. Jika
ramalannya tepat, artinya sekitar tahun 2080 mendatang, setiap musim panas di
Kutub Utara tidak akan ditemukan lagi hamparan padang es. Sekarang saja, para
peneliti dari institut penelitian kutub Alfred-Wegener di Bremerhaven, mencatat
bahwa lapisan es di lautan sekitar kutub juga semakin tipis, setiap musim panas,
menyusut sekitar 20 persen dalam 30 tahun terakhir. Demikian dikatakanChristian
Haas, peneliti dari Bremerhaven.

24
BAB III
REKAYASA IDE

3.1 Permasalahan Yang Terkait

Dalam pengamatan saya sebenarnya bahwa masalah terbesar dari


permasalahan yang menyangkut pemanasan global adalah kurangnya
kesadaran pada masyarakat dan juga pemerintah belum bisa konsisten untuk
mengurangi pemanasan global. Juga pemerintah belum tegas dalam
mengurangi pemanasan global ini, pemerintah tidak dapat bertindak tegas
terhadap pabrik yang membuang asapnya langsung ke udara, atau pabrik yang
membuang langsung limbahnya kesungai tanpa adanya proses filterisasi. Juga
perkembangan akan kendaraan maupun alat rumah tangga yang tidak merusak
lingkungan juga belum banyak diproduksi.

3.2 Solusi Atau Penyelesaian Masalah

Solusi Atau Penyelesaian Masalahnya adalah

Bahwa pada dasarnya, yang harus kita lakukan adalah mengurangi


semaksimal mungkin segala aktifitas yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Ada empat hal utama yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan planet
bumi:

1. Batasilah Pemakaian Energi yang Menghasilkan Karbon Dioksida dan


Gas-Gas Lain.
Bila memungkinkan, carilah sumber-sumber energi alternatif yang tidak
menghasilkan emisi CO2 seperti tenaga matahari, air, angin, nuklir, dan
lain-lain. Bila terpaksa harus menggunakan bahan bakar fosil (yang mana
akan menghasilkan emisi CO2), gunakanlah dengan bijak dan efisien. Hal
ini termasuk menghemat listrik dan energi, apalagi Indonesia termasuk
negara yang banyak menggunakan bahan bakar fosil (minyak, batubara)
untuk pembangkit listriknya. Matikanlah peralatan listrik ketika tidak
digunakan, gunakan lampu hemat energi, dan gunakanlah panel surya

25
sebagai energi alternatif. Kurangi penggunaan atau pemakaian kulkas dan
AC yang akan menghasilkan gas CFC.

2. Tanamlah Lebih Banyak Pohon


Tanaman hijau menyerap CO2 dari atmosfer dan menyimpannya dalam
jaringannya. Tetapi setelah mati mereka akan melepaskan kembali CO2
keudara. Lingkungan dengan banyak tanaman akan mengikat CO2 dengan
baik, dan harus dipertahankan oleh generasi mendatang. Jika tidak, maka
karbon yang sudah tersimpan dalam tanaman akan kembali terlepas ke
atmosfer sebagai CO2.
3. Daur Ulang (Recycle) dan Gunakan Ulang (Reuse)
Kalkulasi yang dilakukan di California menunjukkan bahwa apabila
proses daur ulang dapat diterapkan hingga di level negara bagian
California, maka energi yang dihemat cukup untuk memberikan suplai
energi bagi 1,4 juta rumah, mengurangi 7.047 ton polusi air,
menyelamatkan 14 juta pohon, dan mengurangi emisi gas rumah kaca
hingga setara dengan 3,8 juta mobil.
4. Batasi Penggunaan Kertas
Tanamkan di pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda menggunakan
selembar kertas maka anda telah menebang sebatang pohon. Oleh karena
itu gunakan kertas se-efektif mungkin misalnya dengan mencetak print out
bolak-balik pada setiap kertas. Bila Anda menge-print sesuatu yang tidak
terlalu penting, gunakanlah kertas bekas yang dibaliknya masih kosong.
5. Ganti Bohlam Lampu
Segera ganti bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu neon ini
membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding lampu pijar. Ingat setiap
daya listrik yang Anda pakai maka Anda turut serta menghabiskan sumber
daya energi listrik yang kebanyakan berbahan bakar fosil. Bahan bakar
fosil adalah bahan bakar tak terbarukan, dan dalam jangka sepuluh tahun
ke depan mungkin bahan bakar jenis ini akan habis.

26
6. Gunakan Pupuk Organik
Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen,
yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas
Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada karbon dioksida (CO2). Jika
Anda memiliki hobi berkebun, sebaiknya gunakanlah pupuk organik.
Disamping aman, juga memiliki harga yang murah.
7. Naik Kendaraan Umum
Saat ini jumlah kendaraan pribadi sudah teramat banyak dan bikin
sumpek. Sector transportasi menyumbang sampai 13% emisi gas rumah
kaca ke atmosfer, jika kita menggunakan kendaran umum maka kita
mengurangi emisi gas rumah kaca.
8. Tidak Menggunakan Kantong Plastik
Di beberapa negara bagian Amerika, urusan kantong plastik bahkan
sampai dibuat undang-undangnya. LSM peduli lingkungan mendorong
pemerintah Negara setempat unutk melarang penggunaan kantong plastik
sebagai kantong belanjaan. Plastik ini memang unsur yang sulit terurai,
butuh 1000 tahun untuk mengurainya di dalam tanah. Efek gas rumah kaca
yang ditimbulkannya juga cukup besar. Maka beralihlah ke kantong kain,
misal dari kain serat alami.
9. Hidup Efisien
Apapun aktivitas manusia di bumi akan berdampak pada bumi yang kita
diami ini. Pola komsumsi energi, pola lingkungan dan sebagainya.
Hiduplah seefisien mungkin, gunakan sedikit energi, komsumsilah sedikit
makanan, tinggalkan pola hidup konsumtif, ramahlah terhadap lingkungan,
sedikit bicara lebih banyak berpikir, dan sebagainya.
10. Mengemudi dengan Cerdas
Hindari perjalanan yang panjang dan menghabiskan waktu, bila mungkin
memotong jalan lakukanlah. Kurangilah aktivitas yang menggunakan
kendaraan pribadi. Jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, pilihlah
jalan-jalan alternatif yang bebas macet dan tidak mengkonsumsi energi.
Bila Anda menunggu, matikan mesin sebab gas buangan tetap keluar
sementara bahan bahan bakar terpakai.

27
Perjanjian Internasional Berkaitan Ancaman Penipisan Lapisan Ozon
a. Pada tahun 1986 lubang besar ozon ditemukan di Antartika dan lubang
ozon kecil ditemukan di atas Kutub Utara. Secara mayoritas para ilmuwan
juga sudah sepakat bahwa pemicu utama penipisan lapisan ozon adalah
penggunaan gas CFC secara besar-besaran untuk industri. Kekhawatiran
tentang dampak penipisan lapisan ozon yang akhirnya akan
membahayakan kelangsungan hidup manusia, maka pada tahun 1986
dalam pertemuan internasional di Montreal dihasilkan suatu perjanjian di
mana seluruh Negara industri dunia setuju untuk membatasi produk CFC
sambil mencari bahan pengganti yang tidak berbahaya, dan pada akhirnya
CFC dilarang untuk diproduksi.
b. Kebijakan penghapusan produksi gas CFC membuat perusahaan-
perusahaan kimia segera melakukan penelitian untuk mencari bahan
pengganti CFC yang tidak merusak lapisan ozon. Pada tahun 1992,
penggunaan CFC berhasil dikurangi secara cepat sehingga kemudian
dijadwalkan untuk menghilangkan produksi CFC pada tahun 1996. Jika
penggunaan CFC berhasil dikurangi secara besar-besaran pada tahun
1996, maka hitungan menunjukkan bahwa lapisan ozon baru kembali akan
normal paling cepat pada abad dua puluh satu. Pemerintah kita melalui
Kementrian Lingkungan Hidup telah menerbitkan berbagai peraturan
terkait larangan memproduksi dan memperdagangkan bahan perusak
lapisan ozon seperti Freon. Pelarangan ini mulai berjalan pada akhir tahun
2013.

Perjanjian Internasional Berkaitan Pemanasan Global


a. Perjanjian internasional yang membahas masalah pemanasan global
dimuat dalam Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah amandemen
terhadap konversi rangga kerja PBB tentang perubahan iklim (UNFCC),
sebuah persetujuan internasional mengenai masalah pemanasan global.
Negara-negara yang meratafikasi protokol ini berkomitmen untuk
mengurangi emisi karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau

28
bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga jumlah atau
menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan pemanasan
global.
Jika berhasil diberlakukan, Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi
rata-rata cuaca global antara 0,02°C dan 0,28°C pada tahun 2050. Nama
resmi persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations
Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai
Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Protokol ini
dinegosiasikan di Kyoto pada Desember 1997, dibuka untuk
penandatanganan pada 16 Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999.
Persetujuan ini mulai berlaku pada 16 Februari 2005 setelah ratifikasi
resmi yang dilakukan Rusia pada 18 November 2004.
b. Menurut siaran pers dari Program Lingkungan PBB: “Protokol Kyoto
adalah sebuah persetujuan sah di mana negara-negara industri akan
mengurangi emisi gas rumah kaca mereka secara kolektif sebesar 5,2%
dibandingkan dengan tahun 1990 (namun yang perlu diperhatikan adalah,
jika dibandingkan dengan perkiraan jumlah emisi pada tahun 2010 tanpa
Protokol, target ini berarti pengurangan sebesar 29%). Tujuannya adalah
untuk mengurangi rata-rata emisi dari enam gas rumah kaca, yaitu karbon
dioksida, metana, nitrogen oksida, sulfur heksafluorida, HFC, dan PFC,
yang dihitung sebagai rata-rata selama masa lima tahun antara 2008-2012.
Target nasional berkisar dari pengurangan 8% untuk Uni Eropa, 7% untuk
Amerika Serikat, 6% untuk Jepang, 0% untuk Rusia, dan penambahan
yang diizinkan sebesar 8% untuk Australia dan 10% untuk Eslandia.”

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemanasan global berdampak besar bagi kehidupan manusia, perubahan


iklim yang secara tiba-tiba yang berdampak terganggunya aktivitas
manusia, suhu bumi yang semakin panas berdampak pada mencairnya es
di kutub selatan maupun di kutub utara. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya bentuk lahan glasial (bentang alam es), banyak hewan yang
kehilangan tempat tinggalnya, akibat cairnya es kutub selatan dan kutub
utara menyebabkan menaiknya permukaan laut, hal ini juga berakibat
hilangnya pulau-pulau atau daratan yang ada dibumi. Sampai saat ini
banyak peneliti yang berlomba-lomba untuk mengurangi dampak dari
pemanasan global tersebut. Namun, dibalik dari banyaknya peneliti yang
berlomba-lomba dalam menemukan cara mengurangi dampak dari
pemanasan global, kita kembali lagi bahwa yang terpenting adalah
kesadaran untuk menjaga alam adalah yang paling penting untuk dipahami
dan dilaksanakan. Bagaimana cara kita untuk mengurangi dampak dari
pemanasan global adalah dimulai dari diri kita sendiri. Dimulai dengan
tidak membuang sampah sembarangan, memakai kendaraan umum,
membuat rumah yang banyak ventilasinya, tidak menebang pohon dengan
sembarangan. Karena yang paling penting dalam mengurangi pemanasan
global adalah kesadaran untuk menjaga alam, hal ini harus ditanam dalam
diri agar selalu mengingat untuk selalu menjaga dan melestarikan alam.

4.2 Saran
1. Bagi teman-teman mahasiswa agar kita selalu menjaga dan melestarikan
alam, dengan tidak membuang sampah sembarangan, memakai
kendaraan umum, dan lain sebagainya.
2. Bagi masyarakat sekitar agar juga menjaga dan melestarikan alam
dengan tidak membuang sampah sembarangan khususnya di sungai,

30
tidak menebang pohon dengan sembarangan, dan berusaha untuk
menghemat energi listrik.
3.Bagi pemerintah agar mampu mendukung dan berpartisipasi dalam
menjaga dan melesatarikan alam. Mengembangkan alat-alat yang
mampu mengurangi pemanasan global tersebut.

31
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dw.com/id/pemanasan-global-dan-lapisan-es-di-kutub-bumi/a-
2957925

https://www.gatra.com/detail/news/422777/international/es-kutub-utara-mencair-
dunia-internasional-kembali-khawatir

https://kikigeografi.wordpress.com/2015/12/25/bentuk-lahan-glasial/

32

Anda mungkin juga menyukai