Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JURNAL REVIEW

DASAR-DASAR ILMU KIMIA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok : 1
Armita Sari Harahap ( 4203331016 )
Muhammad Khairul Arfan Saragih ( 4203131054 )
Kasandra Tambunan ( 4201131029 )
Nuraisyah ( 4201131022 )

Dosen Pengampu :

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas penyusunan Critical Jurnal Review Dasar-Dasar Ilmu Kimia.

Serta tidak lupa kami selaku penyusun Critical Jurnal Review Dasar-Dasar Ilmu
Kimia menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Rini Selly dan Bapak Jasmidi
selaku dosen pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyusunan Critical Jurnal Review ini.

Critical Jurnal Review ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata
kuliah Dasar-Dasar Ilmu Kimia. Kami berharap Critical Jurnal Review ini bisa
memberikan manfaat bagi kami penyusun Critical Jurnal Review dan para pembaca
semuanya. Jika ada kesalahan dalam penyusunan Critical Jurnal Review ini diharapkan
para pembaca memberikan akan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan Critical Jurnal Review ini.
Akhir kata kami ucapkan sekian dan terima kasih..

Medan, 30 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR….........……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR...........................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan CJR.......................................................................................1
1.3 Manfaat Penyusunan Jurnal..............................................................................2
1.4 Identitas Jurnal..........................................................................................……2
BAB II : RINGKASAN ISI JURNAL
2.1. Ringkasan Jurnal Pertama……………………………….....…………...……3
2.2. Ringkasan Jurnal Kedua…………..……..……………………..……………7
BAB III : PEMBAHASAN
3.1. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal.................................................................12
BAB VI : PENUTUP
4.1. Kesimpulan...................................................................................................13
4.2. Saran……………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….15

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Rasionalisasi Pentingnya CJR
Secara harfiah, Critical Journal Review adalah kegiatan mengkritisi sebuah jurnal
penelitian. Namun Critical Journal Reiew bukan sekedar membuat laporan atau tulisan
tentang isi sebuah penelitian atau artikel, tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi
(penjelasan, interpretasi, dan analisis) mengenai keunggulan dan kelemahan sebuah
penelitian, menyoroti hal yang menarik dari penelitian tersebut, serta menganalisi pengaruh
gagasan tersebut terhadap cara berpikir kita dan menambah pemahaman kita terhadap
suatu bidang kajian tertentu. Dengan kata lain, melalui Critical Journal Review kita
menguji kemampuan pikiran tingkat tinggi seseorang untuk kemudian menuliskannya
kembali berdasarkan sudut pandang, pengetahuan yang kita miliki.

Kegiatan ini juga mengembangkan budaya membaca ,berpikir kritis dan sistematis,
dan mengekspresikan pendapat (Rosen, 2006: 325). Critical Journal Review menggunakan
langkah-langkah dalam proses berpikir kritis terdiri dari beberapa tahap yaitu: merangkum
(menyatakan kembali), menganalisis (menggali informasi tersirat), mensistesiskan, dan
mengevaluasi (membuat penilaian).

Berdasarkan uraian diatas, maka Critical Journal Review menjadi kegiatan


pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang komprehensif. Critical
Journal Review pula sangat bermanfaat ketika membahas isu-isu atau permasalahan yang
sentral. Dalam laporan ini, penulis mereview sebuah penelitian yang membahas tentang
“Pengembangan Kurikulum”.

1.2.Tujuan Penyusunan CJR


Adapun tujuan dari Critical Jurnal Review ini, yaitu :
 Memenuhi tugas individu Critical Jurnal Review pada mata kuliah Psikologi
Pendidikan.
 Membandingkan kedua buku mengenai desain kurikulum agar dapat menganalisis
materi yang lengkap.
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing buku.

1
1.3.Manfaat Penyusunan CJR
Adapun manfaat dari Critical Jurnal Review ini, yaitu :
 Menambah wawasan mengenai desain kurikulum, terutama bagi calon guru.
 Meningkatkan cara berpikir kristis.
 Menerapkannya dalam pembelajaran.

1.4.Identitas Jurnal
1. Identitas Jurnal Pertama
Judul Artikel : Miskonsepsi Mahasiswa Mengenai Ikatan Ion Dalam Senyawa NaCl
Nama Jurnal : Jurnal Konfigurasi
Tahun Terbit : 2017
Pengarang : Arif Yasthophi¹, Pangaloan Soleman Ritonga²
Penerbit : UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Kota Terbit : Riau
Nomor ISSN : 4549-1679

2. Identitas Jurnal Kedua


Judul Artikel : IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP IKATAN KIMIA
Nama Jurnal : Jurnal Pembelajaran Kimia
Tahun Terbit :2018
Pengarang : Adistya Febriana Safitri1*, Hayuni Retno Widarti2 , Dedek
Sukarianingsih3
Penerbit : Universitas Negeri Malang. Jalan Semarang
Kota Terbi : Malang
Nomor ISSN : 2579-5945

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1.Ringkasan Jurnal Pertama


1. Pendahuluan
Teori belajar kontruktivisme menekankan kepada suatu proses pembelajaran yang
menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses menemukan suatu pengetahuan. Siswa
selaku pembelejaran harus aktif mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan
materi pelajarannya dari berbagai sumber. Proses pembelajaran sendiri adalah suatu
proses yang menghubungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan
baru yang akan diperlajari siswa. Ikatan kimia adalah salah satu topik materi yang
penting dalam kimia. Ikatan kimia merupakan materi yang abstrak karena sangat jauh
dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Sifat abstrak ini juga ditambah dengan
ketidakmampuan kita dalam melihat atom, struktur dan bagaimana atom saling
bereaksi satu dengan lainnya. oleh karena itu, banyak analogi yang digunakan untuk
mengurangi keabstrakan dari materi ini. faktor-faktor ini menjadi penyebab terjadinya
miskonsepsi pada peserta didik.

Miskonsepsi, atau dalam bahasa lain prekonsepsi, alternatif konsep, pemahaman


siswa, dan lain-lain adalah pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang berbeda
dengan konsep yang diterima secara umum oleh masyarakat ilmiah. Bagian dari materi
ikatan kimia yang memiliki potensi terjadinya miskonsepsi adalah pada topik ikatan
ion. Ketika mengajarkan ikatan ion, senyawa yang sering dijadikan contoh ikatan ion
adalah NaCl. NaCl atau biasa juga disebut garam dapur adalah adalah suatu senyawa
yang terbentuk karena adanya ikatan ion dimana adanya gaya tarik-menarik antara ion
positif (Na+) dan ion negatif (Cl-). NaCl terbentuk dalam suatu kisi kristal seperti
contoh senyawa ion lainnya. penggunaan NaCl sebagai contoh dalam pemahaman
ikatan ion merupakan suatu pendekatan yang kontekstual dan banyak digunakan dalam
menjelaskan ikatan ion karena sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Namun, kenyataannya masih banyak siswa yang memiliki miskonsepsi mengenai NaCl
ini.Penelitian ini mengambil satu contoh dari senyawa yang mengandung ikatan ion
adalah untuk memberikan contoh yang lebih nyata mengenai ikatan ion dan
diharapakan dapat secara tepat dan akurat dalam menangkap miskonsepsi yang terjadi

3
pada diri mahasiswa. Oleh karena itu diharapkan melalui penelitian ini dapat diketahui
miskonsepsi yang terjadi pada mahasiswa sehingga dapat memberikan metode yang
sesuai untuk mencegahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
miskonsepsi yang terdapat pada mahasiswa mengenai senyawa ion NaCl secara
terkhusus membahas jenis ikatan, bagaimana terjadinya ikatan dan sifat fisik dari
senyawa ini.

Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak. Pendapat
ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Gabel (Chittleborough et al.,2002) yang
menyebutkan bahwa kimia adalah sebuah pelajaran yang abstrak dan sulit untuk
dipelajari sehingga guru perlu menggunakan bukti-bukti dan alat-alat visual seperti
diagram, deskripsi verbal dan oral, representasi simbol dan model fisik untuk
membantu menyampaikan bentuk baru. Ikatan kimia adalah sebuah gaya tarik –
menarik yang dihasilkan oleh atom – atom sehingga kemudian akan berkombinasi dan
membentuk sebuah senyawa. Teori mengenai ikatan kimia yang terkenal adalah Teori
Lewis. Pada artikel tahun 1916 mengenai the atom and the molecules, Lewis
melakukan penelitian mengenai kesulitan membentuk ikatan kimia bagi golongan gas
mulia atau golongan VIIIA. Lewis mengatakan bahwa ada suatu keunikan yang terjadi
pada konfigurasi elektron jika ada suatu gas mulia yang membentuk suatu senyawa
dengan unsur yang lain.

Jika ada gabungan yang terjadi antara suatu atom atau unsur dengan unsur yang
lain dan kemudian menghasilkan suatu senyawa, hal tersebut akan menyebabkan
perubahan pada konfigurasi elektron sehingga senyawa yang dihasilkan akan
menyerupai gas mulia. Kemudian dari gagasan tersebut menghasilkan teori yang
dinyatakan oleh Lewis, di antaranya adalah, Elektron valensi atau elektron yang berada
pada kulit terluar memiliki peranan yang penting pada ikatan kimia ,Ikatan kimia dapat
terbentuk melalui 2 cara, yaitu adalah:
 Ikatan kimia yang terjadi karena pemakaian elektron yang bersamaan oleh atom –
atom yang berikatan, disebut sebagai ikatan kovalen
 Ikatan kimia yang terjadi karena adanya perpindahan elektron pada satu atom ke
atom yang lain sehingga ada ion positif dan juga ion negatif yang menghasilkan
gaya Tarik menarik karena perbedaan muatan kemudian menghasilkan ikatan ion.

4
2. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian analisa dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dan kuantitaif. Pada peneltian ini peneliti berusaha untuk
menemukan miskonsepsi yang kemungkinan terjadi pada mahasiswa mengenai NaCl
dan melihat seberapa besar miskonsepsi yang terjadi. Penelitian ini dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif (mix method). Sampelnya adalah 46 orang mahasiswa
semester dua Program Studi Pendidikan Kimia UIN Suska Riau.
Tapi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui tes pemahaman
materi NaCl. Tes pemahaman materi NaCl disusun dalam bentuk pernyataan dengan
pilihan benar/salah. Selanjutnya mahasiswa diminta untuk memberikan alasan dari
pilihan jawaban mereka. Mahasiswa sengaja diberikan kesempatan untuk
mengemukakan alasan dari jawaban mereka karena cara mahasiswa dalam menjelaskan
ini akan lebih baik dalam menggali miskonsepsi yang mungkin terdapat pada
mahasiswa.butir pernyataan disusun berdasarkan materi yang kemungkinan ditemukan
miskonsepsi dengan mengkaji beberapa penelitian tentang yang pernah dilakukan
mengenai miskonsepsi pada ikatan kimia Tes berbentuk pernyataan benar salah dan
mahasiswa harus memberikan alasan dari setiap jawabannya.

Analisis data dari penelitian ini dilakukan dari analisa hasil jawaban mahasiswa
dari tes pemahaman materi NaCl yang terdiri dari pernyataan benar salah dan
mahasiswa harus memberikan alasan dari jawaban yang diberikannya. Hasil
pengumpulan data lalu disajikan kedalam bentuk tabel. Lalu dilakukan analisa
deskriptif melalui studi literatur mengenai data yang diperoleh.

3. Hasil dan Pembahasan


Pada pernyataan “NaCl adalah senyawa ion” seluruh mahasiswa menjawab
pernyataan ini dengan benar. Disini dapat diasumsikan mahasiswa sudah dapat
menentukan senyawa tersebut merupakan senyawa ion atau bukan. Namun, melihat
dari alasan yang diberikan dari jawaban yang bervariasi juga menunjukkan bahwa
mahasiswa hanya sekedar mengetahui bahwa senyawa itu senyawa ion, tanpa
mengetahui alasannya.Alasan pertama mahasiswa berpendapat senyawa NaCl adalah

5
senyawa ion karena terdiri dari ion positif dan ion negatif. Alasan ini bisa dikatakan
sudah benar, namun belum sempurna. Mahasiswa hanya mengetahui keberadaan ion
positif dan negatif.

Pada pernyataan “NaCl adalah senyawa ion” seluruh mahasiswa menjawab


pernyataan ini dengan benar. Disini dapat diasumsikan mahasiswa sudah dapat
menentukan senyawa tersebut merupakan senyawa ion atau bukan. Namun, melihat
dari alasan yang diberikan dari jawaban yang bervariasi juga menunjukkan bahwa
mahasiswa hanya sekedar mengetahui bahwa senyawa itu senyawa ion, tanpa
mengetahui alasannya. Alasanlasan pertama mahasiswa berpendapat senyawa NaCl
adalah senyawa ion karena terdiri dari ion positif dan ion negatif. Alasan ini bisa
dikatakan sudah benar, namun belum sempurna. Mahasiswa hanya mengetahui
keberadaan ion positif dan negatif dalam senyawa NaCl namun tidak mengetahui
kenapa apa yang terjadi kepada ion yang memiliki muatan tersebut. Dari semua
mahasiswa yang memberikan alasan ini, tidak ada yang mengetahui bahwa dalam NaCl
terdapat gaya elektrostatik yang menjadi penyebab terbentuknya ikatan dalam senyawa
NaCl. Fatokun (2015) dan Vrabec (2016) juga menemukan hal yang serupa dari hasil
pengamatannya dan menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa hanya mengetahui
senyawa ion dengan mengahafal mengandalkan ingatan) belaka tanpa memperhatikan
gaya elektrostatik yang menyebabkan ikatan ion itu terbentuk . Miskonsepsi dimana
siswa tidak memahami adanya gaya elektrostatik yang membuat terjadinya ikatan
kimia juga ditemukan oleh Butts. Butt menemukan bahwa banyak siswa kelas 12 tidak
mengetahui bentuk tiga dimensi dari dari NaCl. Struktur atau bentuk tiga dimensi ini
erat kaitannya dengan gaya elektrostatik antara atom Na+ dan Cl- dimana satu ion Na+
dapat mengikat 6 ion Cl- lainnya. Tan juga menyebutkan salah penyebab miskonsepsi
ini adalah karena bagaimana ikatan kimia diajarakan alasan kedua yang diberikan
mahasiswa adalah senyawa NaCl adalah senyawa ion karena terdiri dari logam dan
non-logam. Alasan ini diberikan sebanyak 6,38% mahasiswa. Alasan yang hampir
serupa terdapat pada alasan tiga dimana mahasiswa meengatakan NaCl adalah senyawa
ion karena terdiri dari atom Na dan atom Cl. Alasan ini diberikan oleh 4,25%.
Berpendapat bahwa NaCl adalah senyawa ionik karena terbentuk antara logam dan non
logam. Alasan ini menunjukkan adanya miskonsepsi pada mhasiswa karena berbeda
dengan fakta ilmiah. Yifrach dalam penelitiannya menyebutkan banyak buku kimia

6
mengelompokkan unsur menjadi logam dan non logam (dengan beberapa buku yang
menyebutkan semi logam). Dalam kasus dikotomi ini mengarahkan dikotomi dalam
ikatan yang terdapat didalam senyawa yaitu ikatan kovalen yaitu ikatan yang terjadi
antara

Penjelasan dengan mengambarkan proses serah terima elektron dimana satu


atom Na memberikan satu elektron ke atom Cl dan sebaliknya Cl menerima satu
elektron dari atom Na dan bergabung membentuk NaCl mengarahkan mahasiswa
kepada miskonsepsi. Penjelasan mengenai tranfer elektron dari atom Na ke atom Cl
juga akan menyebabkan miskonsepsi baru pada mahasiswa dalam memahami ikatan
ion. Pemahaman mahasiswa mengenai konsep serah terima elektron ini tidak lepas dari
yang disebut oleh beberapa peneliti sebagai octet framework. Dalam mengajarkan
ikatan kimia, penekanan yang seolah mewajibkan setiap unsur yang berikatan untuk
memenuhi kulit terluar menjadi delapan (oktet) akan membuat siswa akan mengalami
kesulitan ketika berhadapan dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan oktet ini.
Aturan oktet tidak sepenuhnya bersalah dalam membentuk miskonsepsi pada diri
siswa, tetapi perlu diberikan pendekatan untuk pengecualian yang tidak sesuai dengan
aturan ini sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa dalam memahami konsep
ikatan yang lebih kompleks.

2.2 Ringkasan Jurnal Kedua


1. Pendahuluan
Satu kesatuan yang lebih stabil karena memiliki tingkat energi lebih rendah daripada
tingkat energi atom-atom penyusunnya dalam keadaan terpisah (Effendy, 2013:14).
Konsep-konsep dalam ikatan kimia bersifat abstrak sehingga sulit diterapkan secara
kontekstual. Pemahaman konsep yang baik akan membuat siswa lebih mudah untuk
mempelajari materi ikatan kimia yang memiliki banyak konsep. Pemahaman konsep ikatan
kimia adalah dasar untuk memahami konsep selanjutnya dalam kimia, termasuk
kesetimbangan kimia, termodinamika, struktur molekul, dan reaksi kimia (Ӧzmen, 2004).
Hasil penelitian Fauziyah (2016) mengenai kesulitan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar siswa kelas X IPA di SMA Negeri 4 Malang pada materi
ikatan kimia menunjukkan bahwa sebanyak 47,5% siswa memahami konsep kestabilan

7
unsur; 34,3% siswa memahami konsep struktur lewis; 46,7% siswa memahami konsep
ikatan ionik; 42,5% siswa memahami konsep ikatan kovalen; 40,7% siswa memahami
konsep ikatan kovalen koordinasi; 43% siswa memahami konsep ikatan kovalen polar-
nonpolar; 42,2% siswa memahami konsep ikatan logam. Nilai persentase pemahaman
konsep siswa tersebut tergolong dalam kategori rendah. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa belum memahami materi ikatan kimia secara utuh. Pemahaman
materi ikatan kimia secara utuh sangat dibutuhkan untuk memperkecil persentase
miskonsepsi pada siswa.Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat
dituliskan fokus penelitian sebagai berikut ini: (1) Mengetahui tingkat pemahaman siswa
kelas X MIA MAN 1 Kota Malang pada konsep ikatan ionik,(2) Mengetahui tingkat
pemahaman siswa kelas X MIA MAN 1 Kota Malang pada konsep ikatan kovalen, (3)
Mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas X MIA MAN 1 Kota Malang pada konsep
aturan oktet, (4) Mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas X MIA MAN 1 Kota Malang
pada konsep kepolaran ikatan, (5) Mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas X MIA
MAN 1 Kota Malang pada konsep ikatan logam (6) Mengetahui tingkat pemahaman siswa
kelas X MIA MAN 1 Kota Malang pada konsep gaya antar molekul, (7) Mengetahui letak
kesalahan siswa kelas X MIA MAN 1 Kota Malang dalam memahami ikatan kimia.

2. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Penelitian termasuk kedalam penelitian non eksperimental, artinya seluruh data
yang diperoleh secara faktual tanpa adanya kebohongan, sesuai dengan keadaan subjek
penelitian (naturalistik). Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dan ditelaah
satu per satu pada tiap bagiannya dan kemudian diubah menjadi bentuk deskriptif.Data
yang diperoleh dalam penelitian berasal dari observasi, hasil tes diagnostik dan hasil
wawancara dengan beberapa siswa. Hasil tes diagnostik menunjukkan pemahaman konsep
dan letak kesalahan siswa dalam memahami materi ikatan kimia. Keabsahan temuan
penelitian diuji dengan menggunakan teknik wawancara yang dilakukan setelah hasil dari
tes diagnostik sudah diketahui. Wawancara hanya dilakukan dengan beberapa siswa yang
mengalami kesalahan dalam memahami materi ikatan kimia.Sumber data penelitian ini
adalah siswa kelas X MIA MAN 1 Kota Malang yang berjumlah 5 kelas dengan total 184
siswa. Peneliti menggunakan dua kelas untuk uji coba instrumen yaitu kelas X MIA 5 dan
X MIA 1, serta dua kelas sebagai subjek penelitian yaitu kelas X MIA 3 dan X MIA 4.

8
Kelas yang digunakan sebagai subjek penelitian dipilih berdasarkan rekomendasi guru
mata pelajaran kimia di sekolah tersebut.Analisis data pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemahaman konsep dan letak kesalahan siswa dalam memahami materi ikatan
kimia. Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

 Mengelompokkan jawaban dari seluruh siswa


Pengelompokan jawaban siswa dilakukan berdasarkan pilihan jawaban dan
pilihan alasan tiap nomor soal. Setelah dilakukan pengelompokan kemudian
masing-masing soal dihitung berapa total masing-masing jawaban tiap soal dengan
variasi pilihan jawaban dan alasan. Perhitungan persentase untuk tiap pilihan
jawaban siswa dilakukan dengan mengunakan rumus:

% 𝐽𝑃 =𝑛𝑥/𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙× 100%

Keterangan : % JP = Persentase jawaban pilihan


nx = ∑ siswa yang menjawab pada pilihan x
ntotal = ∑ total subjek penelitian

 Melakukan Analisis dari Data-data Persentase Pilihan Jawaban Siswa


Analisis kombinasi jawaban benar siswa akan menunjukkan pemahaman
konsep siswa pada materi Ikatan kimia. Sedangkan analisis kombinasi jawaban
salah yang memiliki persentase lebih dari 20% Akan memberikan data tentang
letak kesalahan siswa dalam memahami materi ikatan kimia. Bukti Seorang siswa
memegang konsepsi alternatif adalah bila memilih jawaban yang salah dan/atau
Memilih alasan yang salah (Peterson, et al., dalam Tan dan Treagust 1999:78).
Kriteria pemahaman Konsep dapat dilihat pada Tabel 1.

9
 Pengecekan Keabsahan Temuan
Dilakukan pengecekan keabsahan temuan penelitian dengan menggunakan
teknik wawancara pada soal-soal tertentu yang banyak mengalami kesalahan. Siswa
yang diwawancarai adalah siswa yang mengalami kesalahan dalam memahami
materi ikatan kimia pada soal tertentu.
Hasil

Pemahaman konsep siswa pada materi ikatan kimia dapat diketahui dari rata-rata
persentase siswa yang menjawab benar pada setiap kategori sub materi. Rata-rata
persentase siswa yang menjawab benar untuk tiap kategori sub materi dapat dilihat pada
Tabel 2.Tabel 2 Rata-rata persentase siswa yang menjawab benar untuk tiap kategori sub
materi.
Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk seluruh item soal tentang ikatan kimia, sebanyak
70,72% siswa yang menjawab benar pada tier 1, sedangkan 51,97% siswa yang menjawab
benar pada kedua tingkatan (tier 1 dan tier 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa 51,97%
siswa memiliki pemahaman tentang ikatan kimia, sedangkan 18,75% siswa baru mampu
menjawab benar pada tier 1 dan salah pada tier 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
berhasil menemukan jawaban yang benar untuk tier 1, namun tidak semua siswa berhasil
menemukan alasan yang tepat untuk jawaban tersebut. Siswa yang hanya mampu
menjawab benar pada tier 1 dan salah pada tier 2 kemungkinan hanya menebak jawaban
soal atau hanya memiliki pengetahuan parsial yang digunakan untuk mencapai jawaban
yang benar (Dhindsa dan Treagust, 2009).

10
3. Ikatan Ionik
Kategori ikatan ionik diwakili oleh lima soal, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, dan 19 dengan
persentase pemahaman konseptual tergolong cukup dengan rata-rata sebesar 59,71%.
Kesalahan siswa pada konsep ikatan ionik dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3 Kesalahan
Siswa pada Konsep Ikatan Ionik

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebanyak 20,29% siswa menganggap representasi dari


senyawa MgCl2 seperti yang telah digambarkan pada Tabel 3. Fakta tersebut diperkuat
hasil wawancara dengan salah satu siswa yang mengikuti tes. Berikut merupakan cuplikan
wawancara yang dilakukan.
Peneliti : Apakah yang dimaksud dengan ikatan ionik?
Siswa : Ikatan yang terbentuk antara logam dan non logam.
Peneliti : Bagaimanakah ikatan ionik dapat terbentuk?
Siswa : Karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari atom-atom
yang berikatan.
Cuplikan wawancara tersebut, menunjukkan bahwa siswa menganggap ikatan ionik
terbentuk karena adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari atom-
atom yang berikatan. Pemahaman tersebut tidaklah tepat karena ikatan ionik terbentuk
karena adanya gaya tarik menarik elektrostatik antara kation dan anion dalam senyawa
ionik (Brady, Russell, dan Holum, dalam Effendy, 2016: 82). Hal tersebut yang
menyebabkan siswa menggambarkan representasi MgCl2 seperti menggambarkan struktur
lewis dari senyawa kovalen. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kesalahan yang
dialami siswa pada konsep ikatan ionik yaitu, siswa belum memahami bagaimana
pembentukan ikatan ionik, sehingga tidak dapat menggambarkan representasi dengan
benar

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal


1. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Pertama
 Kelebihan Jurnal Pertama
- Semua materi yang ada dijurnal dijelaskan secara rinci.
- Pengembangan materi menjadi dasar akurasi pencapaian tujuan.
- Pengembangan NaCl yang dihasilkan benar-benar tercapai.
 Kekurangan Jurnal
- Terlalu banyak pendapat ahli sehingga sulit dimengerti.

2. Kelebihan dan Kekurangan Jurnal Kedua


 Kelebihan Jurnal
- Pembahasan mengenai penelitian yang sangat jelas dan padat.
- Ruang lingkup jurnal yang luas.
- Pengaplikasian yang sangat sederhana.
 Kekurangan Jurnal
- Objek penelitiannya masih minim literasi.
- Pemakaian bahasa serta ada typo di dalam jurnal.
- Banyak bahasa yang sulit dimengerti.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan Sebagai berikut: pemahaman konseptual siswa kelas X MAN 1 Kota
Malang pada materi ikatan Kimia tergolong cukup, yaitu sebesar 51,97% siswa memahami
konsep ikatan kimia yang dapat Diuraikan sebagai berikut: 59,71% siswa memahami
konsep ikatan ionik; 65,80% siswa memahami Konsep ikatan kovalen; 44,93% siswa
memahami konsep aturan oktet; 50,00% siswa memahami Konsep kepolaran ikatan;
41,31% siswa memahami konsep ikatan logam; 34,78% siswa memahami Konsep gaya
antar molekul.Kesalahan siswa dalam memahami materi ikatan kimia yang paling banyak
dialami oleh siswa kelas X MAN 1 Kota Malang adalah sebagai berikut: (1) Siswa belum
memahami bagaimana Pembentukan ikatan ionik, sehingga tidak dapat menggambarkan
representasi dengan benar; (2) Siswa belum bisa membedakan senyawa yang memiliki
ikatan ionik dengan senyawa yang memiliki Ikatan kovalen; (3) Siswa tidak memahami
mengapa senyawa kovalen polar dapat menghantarkan Arus listrik; (4) Siswa belum
memahami konsep aturan oktet dengan benar, sehingga siswa tidak Mampu untuk
menerapkan kaidah tersebut; (5) Siswa menganggap kepolaran ikatan disebabkan Karena
kemampuan atom untuk menarik elektron dari atom lain; (6) Siswa belum memahami
Konsep ikatan logam, sehingga tidak mampu menjelaskan bagaimana ikatan logam dapat
terbentuk; (7) Siswa belum memahami sifat-sifat ikatan logam, sehingga tidak mampu
menjelaskan mengapa Logam dapat menghantarkan panas; (8) Siswa belum memahami
konsep gaya antar molekul dengan Baik sehingga siswa sulit untuk menjelaskan
bagaimana gaya dipol-dipol, gaya dipol induksi, dan Gaya london dapat terbentuk.

13
Berdasarkan pengamatan terhadap mahasiswa, ditemukan miskonsepsi mahasiswa
mengenai ikatan dalam senyawa NaCl. Miskonsepsi yang terjadi meliputi alasan kenapa
NaCl merupakan senyawa ion, NaCl adalah senyawa yang tersusun dari atom Na dan atom
Cl, NaCl adalah senyawa dengan Ikatan yang rapuh dan padatan NaCl merupakan
elektrolit.

4.2. Saran
Dibutuhkan upaya untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep dan mengatasi
kesulitan belajar Yang dialami siswa sehingga dapat memperkecil terjadinya kesalahan dan
akan mempermudah siswauntuk mempelajari materi kimia lainnya. Kajian dalam
penelitian ini masih terbatas pada analisis pemahaman konsep serta kesalahan siswa dalam
memahami materi ikatan kimia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan yang
lebih mendalam seperti mengetahui miskonsepsi dan penyebab miskonsepsi serta
bagaimana cara untuk mengurangi terjadinya miskonsepsi pada siswa. Hasil dari penelitian
ini dapat digunakan untuk menambah wawasan serta sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian lanjutan. Peneliti lain diharapkan dapat menemukan strategi dan
metode pembelajaran, serta modul yang sesuai untuk materi ikatan kimia sehingga akan
mempermudah untuk mempelajari materi ikatan kimia dan dapat memperkecil terjadinya
miskonsepsi.

14
DAFTAR PUSTAKA
A. F. Safitri¹, H. R. Widarti², dan D. Sukarianingsih³, (2018). Identifikasi Pemahaman
Konsep Ikatan Kimia. Jurnal Pembelajaran Kimia, malang.

A. Yasthophi¹, dan P. S. Ritonga, (2017). Miskonsepsi Mahasiswa Mengenai Ikatan


Ion Dalam Senyawa NaCl. Jurnal Konfigurasi, vol 7.

15

Anda mungkin juga menyukai