Anda di halaman 1dari 30

Critical Book Report (CBR)

SISTEM KOLOID

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. ARPIN JUSMANTO PAKPAHAN (4203151011)
2. AZZAHRA SIREGAR (4203151042)
3. RABIATUL ADAWIYAH (4201151016)
4. VIRA ALYA RONADITA (4201151003)

MATA KULIAH: KIMIA PERMUKAAN & KOLOID


DOSEN PENGAMPU: Dr.Lisnawaty Simatupang ,S.Si.,M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas Critical Book Report
(CBR) ini.

Critical Book Report (CBR) ini kami susun dengan maksud sebagai salah satu tugas
kuliah Kimia Permukaan & Koloid dan sebagai penambah wawasan dan pemahaman bagi
kami mengenai materi yang sedang kami pelajari yaitu mengenai Sistem Koloid. Harapan
kami setelah menulis Critical Book Report (CBR) ini ,kami dan teman –teman yang
membaca akan lebih mengerti tentang materi ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih
kepada dosen pengampu Ibu Dr.Lisnawaty Simatupang,S.Si.,M.Si dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan Critical Book Report (CBR) ini.

Kami menyadari bahwa tugas Critical Book Report (CBR) kami ini masih memiliki
banyak kekurangan,oleh karena itu kami berharap adanya kritik dan saran akan tugas Critical
Book Report (CBR) kami ini.

Akhir penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka, yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah. Amin Yaa Robbal’Alamiin.

Medan,April 2021

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1. Rasionalisasi pentingnya CBR ............................................................................. 1
2. Tujuan Penulisan CBR ......................................................................................... 1
3. Manfaat Penulisan CBR ....................................................................................... 1
4. Identitas Buku ...................................................................................................... 2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU .................................................................................... 3
1. Buku Utama ......................................................................................................... 3
2. Buku Pembanding ................................................................................................ 9
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 17
1. Perbandingan Buku .............................................................................................. 17
2. Kelebihan dan Kelemahan Isi Kedua Buku ......................................................... 17
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 19
1. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
2. Rekomendasi ........................................................................................................ 19
BAB V RANGKUMAN BUKU........................................................................................ 20
BAB VI CONTOH SOAL SISTEM KOLOID............................................................... 22
BAB VII SOAL SISTEM KOLOID ................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Rasionalisasi pentingnya CBR

Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam


meringkas ,menganalisis ,mengenal sebuah buku dan memberi nilai serta mengkritik sebuah
karya tulis yang dianalisis. Melakukan Critical Book Report pada suatu buku sangat penting
untuk dilakukan, dari kegiatan ini lah kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan suatu
buku. Selain itu menulis CBR juga dapat menambah wawasan kita dalam menganalisa buku
dengan lebih baik serta dapat membadingkan buku mana yang lebih baik dan cocok untuk
kita jadikan referensi membaca kita. Kita dapat memberikan kritik ,namun bukan sebuah
kritik yang menjatuhkan tetapi kritik yang membangun manakala bisa menjadi resensi bagi
pembaca ataupun penulis lainnya. Dengan menulis CBR ini diharapkan para pembaca dapat
lebih memahami tentang materi “Sistem Koloid” dan khususnya bagi saya sendiri.

B.Tujuan Penulisan CBR

Tujuan dari Penulisan CBR ini ,yaitu:

1. Untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Kimia Permukaan & Koloid.
2. Menambah/meningkatkan pengetahuan mengenai “Sistem Koloid”.
3. Membandingkan dua buku I Kimia dengan pengarang yang berbeda.
4. Mengetahui kelemahan dan kelebihan isi buku.

C.Manfaat Penulisan CBR


Manfaat dari penulisan Critical Book Report (CBR) ini,yaitu:
1. Critical Book Report bermanfaat untuk menambah wawasan dan literatur penulis
mengenai “Sistem Koloid”
2. Critical Book Report bermanfaat untuk melatih daya pikir mahasiswa dalam menilai
buku dengan cara memberikan kritikan yang membangun, dan untuk memenuhi tugas
perkuliahan.

1
D.Identitas Buku

1.Buku Utama
Judul Buku : Kimia SMA/MA Kelas XI
No ISBN : 978-979-068-725-7
Penulis : Shidiq Premono,Anis Wardani,Nur Hidayati
Nama Penerbit : PT.Pustaka Insan Madani
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 282

2.Buku Pembanding
Judul Buku : KIMIA untuk SMA dan MA Kelas XI
No ISBN : 978-979-068-179-8
Penulis : Budi Utami,Agung Nugroho CS,Lina Mahardiani,Sri
Yamtinah,Bakti Mulyani
Nama Pengerbit : CV. HaKa MJ
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 274

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A.Buku Utama (Kimia SMA/MA Kelas XI)

A. Sistem Koloid

Awan yang berperan dalam peristiwa penghamburan cahaya matahari merupakan


salah satu contoh sistem koloid. Selain awan, sebenarnya kita sering melihat atau
menggunakan bahan-bahan yang termasuk dalam koloid, seperti susu, santan, dan minyak.
Selain contoh-contoh tersebut, ada beberapa bahan-bahan yang termasuk dalam koloid.
Ukuran partikel koloid relatif kecil antara 1-100 mu, maka hanya dapat disaring dengan filter
ultra atau kolodium yang mempunyai ukuran diameter pori-pori saringan 1 mu. Susu yang
termasuk salah satu contoh koloid, memiliki ukuran partikel solut yang berada di antara
partikel larutan dan partikel suspensi kasar. Karena partikel koloid tersebut merata dalam
mediumnya, maka disini tidak digunakan istilah solut dan solven, melainkan fase terdispersi
dan pendispersi. Jadi, koloid termasuk campuran yang heterogen dan merupakan sistem dua
fase. Susu bubuk yang terdapat di dalam koloid ini disebut zat yang didispersikan atau fase
terdispersi, sedangkan air merupakan medium untuk mendispersikan atau medium dispersi.
Contoh koloid yang lain adalah santan, cat, asap, jeli, sabun, buih, busa dan batu apung.

B. Jenis-Jenis Koloid

Berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi tersebut, koloid dikelompokkan menjadi
beberapa jenis, yakni :

a) Sol
Kaca, cat, dan asap termasuk beberapa contoh sol. Fase terdispersinya adalah padat,
sehingga sistem koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol. Kaca
memiliki fase pendispersi padat sehingga disebut sol padat (padat dalam padat).
Contoh yang lain adalah intan, mutiara, gelas berwarna, dan opal. Cat termasuk sol
cair (padat dalam cair) karena fase pendispersinya adalah cair. Istilah sol biasanya
digunakan untuk menyatakan sol cair. Contoh sol cair antara lain tinta, kanji, jeli, sol
emas, dan sol belerang. Sedangkan asap memiliki fase pendispersi gas sehingga
disebut sol gas (padat dalam gas). Contoh yang lain dalah debu. Sol gas juga sering
disebut aerosol padat.

3
b) Emulsi
Keju, santan, dan awan termasuk salah satu contoh emulsi. Fase terdispersinya adalah
cair, sehingga sistem koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
Keju memiliki fase pendispersi padat sehingga disebut emulsi padat (cair dalam
padat). Contoh yang lain adalah mentega dan mutiara. Santan dan minyak ikan
termasuo emulsi cair (cair dalam cair) atau sering disebut emulsi saja. Contoh emulsi
yang lain adalah susu, lateks, mayones, dan minyak bumi.
c) Buih
Batu apung dan buih sabun termasuk salah satu contoh buih. Keduanya memiliki fase
terdispersi yang sama, yaitu gas, sehingga sistem koloid yang mengandung fase
terdispersi gas disebut buih. Batu apung memiliki fase pendispersi padat sehingga
disebut buih padat (gas dalam padat) atau ada juga yang menyebut busa. Contoh yang
lain adalah karet busa dan kerupuk. Buih sabun termasuk buih cair (gas dalam cair)
atau sering disebut buih saja. Contohnya antara lain buih air dan krim kocok. Sistem
koloid dengan fase terdispersi dan fase pendispersinya gas tidak ada karena campuran
gas dengan gas membentuk larutan yang homogen, sedangkan koloid tergolong
campuran yang heterogen.

C. Sifat-sifat Koloid

Selain peristiwa penghamburan cahaya matahari yang menembus awan di pagi atau
sore hari, contoh lain yang menunjukkan sifat koloid adalah sorot lampu mobil yang terjadi di
daerah berkabut. Ternyata sama dengan pada saat sinar matahari menembus awan, yaitu
terjadi penghamburan cahaya oleh partikel-partikel, sehingga tampak lintasan berkas sinar
tersebut. Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan salah satu sifat optik dari koloid atau yang
dikenal dengan Efek Tyndall. Berikut sifat-sifat yang dimiliki oleh koloid.

a) Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid
sehingga tampak lintasan berkas sinar tersebut. Peristiwa penghamburan ini terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai ukuran yang cocok untuk ditembus oleh
cahaya.
b) Gerak Brown
Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut Gerak Brown. Energi yang menyebabkan
terjadinya gerak Brown adalah energi kinetik yang dihasilkan oleh partikel koloid

4
yang terdispersi dalam medium pendispersi yang senantiasa bergerak bebas. Gerakan
bebas partikel koloid terdispersi ini, menyebabkan terjadinya tumbukan yang tidak
seimbang dengan partikel-partikel pendispersi yang lebih besar, sehingga terjadilah
Gerak Brown.
c) Muatan Listrik Koloid
 Adsorpsi
Pada permukaan partikel koloid bekerja Gaya Van der Waals terhadap ion
atau molekul lain yang berada di sekitarnya, sehingga mampu menyerap ion
atau muatan listrik. Hal ini menyebabkan koloid menjadi bermuatan listrik.
Melekatnya partikel lain pada permukaan koloid disebut adsorpsi. Suatu
koloid pada umumnya hanya mengadsorpsi ion positif atau negatif saja.
Contohnya, koloid As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion negatif,
sedangkan koloid Fe(OH)3 menjadi bermuatan positif setelah mengadsorpsi
H+ .
 Elektroforesis
Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda ke
dalam sistem koloid. Koloid yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul)
ke elektroda negatif, sedangkan koloid yang bermuatan negatif akan tertarik
ke elektroda positif. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut
elektroforesis.
d) Koagulasi
 Elektroforesis
Dalam elektroforesis, koloid diberi arus listrik sehingga partikel bergerak ke
elektroda yang berlawanan muatannya. Hal ini menyebabkan partikel menjadi
netral dan akhirnya menggumpal serta mengendap di sekitar elektroda.
 Pemanasan
Jika dipanaskan, koloid akan terkoagulasi karena energi partikelnya menjadi
lebih besar dan tumbukan antarpartikel pun semakin meningkat. Sehingga
partikel-partikel koloid menggumpal dan akhirnya mengendap.
 Penambahan elektrolit
Jika muatan tersebut dihilangkan, maka kestabilan akan berkurang dan
menyebabkan penggumpalan. Apabila ke dalam suatu koloid ditambahkan
elektrolit, koloid tersebut dapat menyerap ion sehingga akan terkoagulasi,

5
misalnya koloid Fe(OH)3. Jika ditambahkan ion negatif seperti PO4 3–, maka
koloid Fe(OH)3 akan distabilkan oleh ion Fe3+ dengan cara teradsorpsi di
permukaannya. Fe3+ di permukaan itu akan terlepas dan membentuk FePO4.
Akibatnya, koloid menjadi tidak stabil dan terkoagulasi.
 Pencampuran dua macam koloid
Pencampuran dua koloid yang berlawanan muatan dapat menyebabkan
terjadinya koagulasi. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik listrik antara
kedua muatan koloid. Pada permukaan partikel koloid terjadi penyerapan ion.
Penyerapan muatan ion ini akan membuat partikel koloid bertambah besar,
sehingga dapat mengendap. Misalnya, sol Fe(OH)3 yang memiliki muatan
positif akan mengendap bila dicampur dengan sol As2S3 yang bermuatan
negatif.

D. Peranan Koloid dalam Kehidupan

Setelah mempelajari jenis-jenis koloid dan contohnya pada uraian di atas, ternyata
kalian banyak sekali menggunakan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang termasuk
dalam sistem koloid, misalnya kosmetik, makanan, maupun obat-obatan.

 Dalam bidang kosmetik


kita sering menggunakan koloid dalam pelarut tertentu seperti pembersih
muka, pewangi badan berbentuk spray, semprot rambut, jell untuk rambut, dan
produk kosmetik lainnya.
 Dalam Bidang Makanan
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari ada yang berbentuk padatan ataupun
cairan. Akan tetapi, terkadang beberapa makanan yang berbentuk padatan sulit
untuk dicerna. Sehingga oleh pabrik, produkproduk makanan dibuat dalam
bentuk koloid. Produk-produk makanan yang menggunakan sistem koloid
antara lain kecap, saus, keju, mentega, dan krim.
 Dalam bidang farmasi
Contoh penggunaan sifat koloid dalam bidang farmasi adalah sirup.

6
E. Penjernihan air

Penjernihan air betujuan untuk menghilangkan kelompok suspensi dalam air . cara
yang digunakan untuk menjernihkan air adalah

1. Cara alam
Cara ini dilakukan dengan memompa air dari sungai atau laut, kemudian ditempatkan
delam bak dan dibiarkan selama beberapa hari untuk mengendapkan zat-zat
pengotornya.

F. Pembuatan Koloid

Pada dasarnya ada dua cara untuk membuat koloid, yaitu cara dispersi dan cara kondensasi.

1. Dispersi

Dispersi merupakan salah satu cara membuat koloid dengan memecah gumpalan
suspensi/partikel kasar menjadi lebih kecil sehingga tersebar dan berukuran koloid. Dispersi
dapat dilakukan dengan cara mekanik, peptisasi, dan busur Bredig.

a. Cara mekanik Secara mekanik, koloid dapat dibuat dengan menggerus (menggiling)
partikel kasar hingga berukuran koloid, contohnya membuat koloid belerang dan urea
dengan menggerus serbuk butirannya, kemudian setelah halus dicampur dengan air.
b. Cara peptisasi Yaitu dengan menambahkan suatu cairan ke dalam partikel kasar atau
endapan sehingga pecah menjadi koloid. Misalnya pembuatan koloid AgCl dengan
menambahkan air suling pada padatan AgCl dan pembuatan agar-agar yang
dipeptisasi oleh air.
c. Cara elektronik (busur Bredig) Cara busur bredig ini digunakan untuk membuat sol-
sol logam, yaitu dengan mencelupkan logam yang akan dijadikan koloid sebagai
elektroda ke dalam air, kemudian diberi listrik tegangan tinggi. Sehingga atom-atom
logam akan lepas dari elektroda dan terlempar dalam air, lalu mengalami kondensasi
sehingga terbentuklah partikel koloid.

2. Kondensasi

Kondensasi adalah kebalikan dari dispersi, yaitu penggabungan partikel-partikel halus


(larutan) menjadi partikel yang lebih besar (kasar) sampai menjadi koloid. Pembuatan koloid
dengan kondensasi dapat dilakukan secara reaksi kimia, pertukaran pelarut, dan pendinginan
berlebihan.

7
G. Koloid dan Pencemaran Lingkungan

Pertumbuhan industri yang cukup pesat dan makin banyaknya alat transportasi tanpa
disadari telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pencemaran udara. Polusi
udara adalah istilah yang luas digunakan untuk segala pengotoran partikel kimia dan biologi
yang memodifikasi karakteristik alam atmosfer bumi. Beberapa definisi gangguan fisik
seperti polusi suara, panas, radiasi, atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara.

Kasus pencemaran terjadi hampir di setiap negara, termasuk di Indonesia, seperti


kasus pencemaran akibat bocornya pipa gas milik PT La pindo Brantas di Porong, Sidoarjo,
Jawa Timur sejak penghujung Mei 2006 dan belum berakhir hingga saat buku ini ditulis.
Bersama dengan partikel-partikel lain dalam tanah, gas yang keluar dari pipa tersebut
menyembur ke permukaan tanah dan menghasilkan lumpur yang sangat panas. Semburan
lumpur panas tersebut telah menenggelamkan beberapa hektar areal persawahan dan ratusan
permukiman warga sekitar. Kesehat an warga pun terganggu, mulai dari gangguan
pernapasan hingga ganggu an kesehatan lainnya yang diakibatkan tidak tersedianya air besih
dan makanan yang sehat. Lumpur panas tersebut merupakan koloid yang membahayakan dan
apabila tidak segera ditangani akibatnya akan menjadi lebih parah lagi.

8
B. Buku Pembanding (: KIMIA untuk SMA dan MA Kelas XI)

A. Pengertian Sistem Koloid

Sistem koloid terdiri atas dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium
dispersi). Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa
pendispersinya. Apabila kita mencampurkan gula dengan air, ternyata gula larut dan kita
memperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang
sangat kecil, sehingga tidak dapat dibedakan lagi dari mediumnya walaupun menggunakan
mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan sistem satu fasa (homogen). Ukuran
partikel zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10–9 m). Larutan bersifat stabil (tidak
memisah) dan tidak dapat disaring. Di lain pihak, jika kita mencampurkan tepung terigu
dengan air, ternyata tepung terigu tidak larut. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun
tepung terigu akan memisah (mengalami sedimentasi). Campuran seperti ini kita sebut
suspensi. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga merupakan sistem dua fasa.
Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Selanjutnya, jika kita mencampurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air,
ternyata susu “larut” tetapi “larutan” itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan,
campuran itu tidak memisah dan juga tidak dapat disaring (hasil penyaringan tetap keruh).
Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan
mikroskop ultra, ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang tersebar di dalam
air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1 nm
– 100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa.

B. Komponen Penyusun Koloid

Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan medium dispersi
atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air yang disebut di atas, fasa
terdispersi adalah susu, sedangkan medium dispersi adalah air.

Larutan Koloid Suspensi

(Dispersi Molekuler) (Dispersi Koloid) (Dispersi Kasar)

1) Homogen, tak dapat 1) Secara makroskopis 1) Heterogen


dibedakan walaupun bersifat homogen, 2) Salah satu atau semua

9
menggunakan tetapi heterogen jika dimensi partikelnya
mikroskop ultra diamati dengan lebih besar dari 100
2) Semua partikel mikroskop ultra nm
berdimensi (panjang, 2) Partikel berdimensi 3) Dua fasa
lebar, atau tebal) antara 1 nm sampai 4) Tidak stabil
kurang dari 1 nm 100 nm 5) Dapat disaring
3) Satu fasa 3) Dua fasa Contoh: air sungai yang
4) Stabil 4) Pada umumnya stabil keruh, campuran air dengan
5) Tidak dapat disaring 5) Tidak dapat disaring, pasir, campuran kopi dengan
Contoh: larutan gula, larutan kecuali dengan air, dan campuran minyak
garam, spiritus, alkohol 70%, penyaringan ultra. dengan air
larutan cuka, air laut, udara Contoh: sabun, susu,
yang bersih, dan bensin santan, jeli, selai,
mentega, dan mayones

C. Jenis-jenis Koloid

Koloid yang mengandung fasa terdispersi padat disebut sol. Jadi, ada tiga jenis sol,
yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), dan sol gas (padat dalam gas).
Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal
sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fasa terdispersi cair disebut emulsi.
Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam
cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan
emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid
yang mengandung fasa terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih
padat dan buih cair.

No Fasa Terdispersi Fasa Nama Contoh


Pendispersi

1. Padat Gas Aerosol Asap (smoke), debu di


udara

2. Padat Cair Sol sol emas, sol belerang,

10
tinta, cat

3. Padat Padat sol padat Gelas berwarna, intan


hitam

4. Cair Gas Aerosol Kabut (fog)

5. Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak


ikan

6. Cair Padat Emulsi Jeli, mutiara, opal


padat

7. Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok

8. Gas Padat Buih padat Karet busa, batu apung

 Aerosol

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair.

• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.

• Contoh aerosol cair: kabut dan awan.

 Sol

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid
jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.

Contoh sol: air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta
tulis, dan cat.

 Emulsi

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam

11
minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur
dengan air.

• Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk
cleanser) dan lateks.

• Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak
ikan.

 Buih

Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen,
dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang
mengandung pembuih.

 Gel

Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem
kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.

D. Koloid dalam Kehidupan Sehari-hari

A. Industri Kosmetik

Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap badan, deodoran
umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.

B. Industri Tekstil

Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi, sehingga dapat
melekat pada tekstil.

C. Industri Farmasi

Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak mudah rusak.

12
D. Industri Sabun dan Detergen

Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak)
dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan kotoran, terutama kotoran dari
minyak.

E. Sifat-sifat Sistem Koloid

a. Efek Tyndall

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mengamati efek Tyndall ini, antara lain:

1. Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.

2. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap atau berdebu.

3. Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut.

b. Gerak Brown

Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak
terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak
mengalami sedimentasi.

c. Muatan Koloid
1. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalam
sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus
searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis
muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan
koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian,
elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

2. Adsorpsi

Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah
permukaan disebut absorpsi). Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3
dalam air mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2 S3
mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negative. Sifat adsorpsi koloid ini telah

13
dipergunakan dalam bidang lain, misalnya pada proses pemurnian gula tebu, pembuatan obat
norit, dan proses penjernihan air minum.

3. Koagulasi

Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang
bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan
positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan
kedua. Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri sebagai berikut:

a) Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam
air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
b) Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
c) Lumpur koloidal dalam sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol
tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan
oleh ion Al3+ dari tawas (aluminium sulfat).
d) Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi
listrik dari Cottrel.
4. Pengolahan Air Bersih

Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air
sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali juga zat-zat
warna, zat pencemar, seperti limbah detergen, dan pestisida.

d. Koloid Pelindung

Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga tidak
dapat lagi mengelompok. Contoh: 1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk
mencegah pembentukan kristal besar es atau gula. 2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena
menggunakan suatu koloid pelindung. 3. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga
tergolong koloid pelindung.

e. Dialisis

Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam
proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput

14
semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikelpartikel kecil, seperti ion-ion
atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari
kantong dan hanyut bersama air.

F. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup
besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio =
cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik
tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan,
phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis
koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Contoh: • Koloid
hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. • Koloid hidrofob: sol belerang, sol
Fe(OH)3 , sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.

G. Pembuatan Sistem Koloid

1) Cara Kondensasi
1. Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.

Contoh 1: Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2 S) dengan belerang
dioksida (SO2 ), yaitu dengan mengalirkan gas H2 S ke dalam larutan SO2 .

2 H2 S(g) + SO2 (aq) ⎯⎯→ 2 H2 O(l) + 3 S (koloid)

2. Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis
FeCl3 . Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 , maka akan terbentuk sol
Fe(OH)3 .

FeCl3 (aq) + 3 H2 O(l) ⎯⎯→ Fe(OH)3 (koloid) + 3 HCl(aq)

3. Dekomposisi Rangkap

Contoh 1: Sol As2 S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3 AsO3 dengan larutan H2 S.

2H3 AsO3 (aq) + 3 H2 S(aq) ⎯⎯→ As2 S3 (koloid) + 6 H2 O(l)

15
4. Penggantian Pelarut

Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian
pelarut. Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan
terbentuk suatu koloid berupa gel.

2) Cara Dispersi
1. Cara Mekanik

Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai
diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. Contoh: Sol
belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersamasama dengan suatu zat
inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

2. Cara Peptisasi

Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar
menjadi butir-butir koloid.

3. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan
koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian
diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar
ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

16
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perbandingan Buku

Buku pertama dan buku kedua sama-sama memiliki cover buku yang memiliki warna
yang menarik. Jika pada bagian isinya menurut kami kedua buku sama-sama memiliki
kelebihannya masing-masing serta memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas didalamnya.

Pada buku utama yaitu buku yang berjudul “Kimia SMA/MA Kelas XI” karya
Shiddiq Premono, Anis Wardani, Nur Hidayati memiliki isi yang sangat bagus untuk
menambah wawasan serta pemahaman kita lebih jauh terkait salah satu materi pembahasan di
pembelajaran kimia ini. Hal tersebut kami nyatakan karena bahasa yang digunakan mudah
untuk dipahami, serta terpaut pada isi nya yang memiliki kelengkapan dalam membahas
sistem koloid dan disertai dengan penjelasan yang lengkap dan mudah dipahami.

Sedangkan pada buku pembanding yang kami pilih yaitu buku yang berjudul “KIMIA
untuk SMA dan MA Kelas XI” karya Budi Utami, Agung Nugroho CS, Lina Mahardiani, Sri
memiliki isi yang bagus juga untuk menambah pemahaman dan ilmu yang semakin luas bagi
para pembacanya. Hal tersebut dapat kami katakan, karena isi pada buku tersebut yang
terpaut pada pembahasan yang sangat kritis mengenai sistem koloid, sangat lebih ringkas,
padat, dibandingkan pada isi buku utama yang lebih diperjelas, dan juga memiliki
penambahan pembahasan di sub bab nya mengenai sistem koloid yang membuat buku ini
berbeda sedikit dibandingkan dengan buku utama hal tersebut membuat buku ini cukup cepat
untuk dipahami oleh pembaca dan menambah pemahaman si pembaca mengenai sistem
koloid.

B. Kelebihan dan Kelemahan Isi Buku

Kelebihan Isi Buku

Dari Aspek Buku Utama Buku Pembanding

Identitas Buku Identitas buku lengkap, meliputi Identitas buku lengkap, meliputi
nama penulis, penerbit, kota, nama penulis, penerbit, kota, tahun
tahun terbit, ISBN, dan cetakan terbit, ISBN, dan cetakan

Pembahasan Penjelasan mengenai sistem Penjelasan mengenai sistem koloid

17
Buku koloid sudah sangat jelas, sudah sangat jelas, juga dilengkapi
meliputi jenis-jenis koloid, sifat- dengan pembuatan koloid, serta
sifat koloid, dan peranan koloid koloid dan pencemaran lingkungan
dalam kehidupan

Penjelasan Buku Penjelasan buku yang sangat Penjelasan buku yang sangat
menarik Karena dilengkapi menarik Karena dilengkapi dengan
dengan gambar yang berwarna gambar yang berwarna

Tampilan Buku Tampilan buku yg menarik Cover buku yang menarik

Bahasa Buku Bahasa buku yang mudah Bahasa buku yang mudah dipahami
dipahami

Kekurangan Isi Buku

Dari Aspek Buku Utama Buku Pembanding

Kalimat Buku Terdapat beberapa kata yang Terdapat beberapa kata yang sulit
rumit karena kata-katanya yang untuk dipahami
banyak diulang

Tulisan Tidak terdapat rangkuman Tulisan buku yang sangat kecil.

18
BAB IV

PENUTUP

Kesim pulan

Dari keseluruhan hasil Critical Book Report (CBR) ini dapat kami simpulkan bahwa
materi mengenai sistem koloid dalam setiap buku adalah sama. hanya saja dalam proses
penulisan defenisi dari setiap materi ada yang berbeda, namun pada setiap keseluruhan isi
materi tersebut adalah sama walaupun ada satu buku yang hanya membuat garis-garis
besarnya saja.

Dari hasil kritik kedua buku tersebut juga dapat terlihat buku mana yang paling
banyak kekurangan dan buku mana yang paling banyak kelebihan sehingga kami dapat
menentukan buku mana yang terbaik diantar kedua buku tersebut.

Materi pada buku kimia ini sudah sangat membantu dalam peluasan pengetahuan dan
wawasan bagi siswa dan mahasiswa. Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Pada kedua ini kelebihan terdapat pada lengkapnya penjelasan materi beserta
dengan contoh soalnya, dan juga dilengkapi dengan pengamatan dan percobaan sehingga
mempermudah pembaca dalam memahami isi materinya.

Saran

Saran saya kepada kedua penulis buku ini agar lebih memperhatikan lagi penulisan
dalam pembuatan buku, usahakan jangan ada terdapat kata-kata yang berulang dan jika
terdapat istilah asing hendaknya dilengkapi dengan pengertiannya karena hal itu akan
membuat pembaca menjadi bingung.

19
BAB V

RANGKUMAN BUKU

1. Koloid adalah campuran heterogen yang terdisi atas dua fase, yaitu fase pendispersi
dan tase terdispersi. Ukurannya relatif kecil antara 1-100 mu sehingga hanya dapat
disaring dengan filter ultra.
2. Berdasarkan fase terdispersi dan fase pemdispersinya, ada 8 Jenis koloid, yaitu sol
padat, sol, aeorosol padat, emulsi, emulsi padat, aerosol cair, biuh padat, dan buih.
3. Koloid dapat menunjukkan Efek Tyndall apa bila dikenai cahaya. Cahaya tersebut
akan dihamburkan oleh partikel-partikel koloid se hingga tampak lintasan berkas sinar
tersebut.
4. Partikel-partikel koloid mampu menghamburkan cahaya kareno adanya Gerak Brown.
Gerak Brown yang dihasilkan dari tumbukan tidak seimbang antara partikel koloid
yang terdispersi dengan partikel partikel pendispersi.
5. Koloid dapat menyerap ion atau molekul lain pada permukaannya sehingga koloid
menjadi bermuatan.Muatan koloid dapat ditentukan dengan elektroforesis.
6. Kestabilan koloid dapat teganggu dengan adanya ion atau molekul lain yang
berlawanan muatan. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan dengan
penambahan ion, dialisis dan penambahan emulgator.
7. Koloid dapat mengalami koagulasi (penggumpalan), antara lain dengan elektoforesis,
pemanasan, penambahan elektrolit, dan pencampuran dua macam koloid.
8. Koloid sabun mempunyai dua sifat, yaitu hidrofil dan hidrofob sehingga dapat
nangikat lemak atau minyak pada proses pencucian.
9. Sifat adsorpsi dan koagulasi koloid dapat dimanfaatkan dalam proses penjernihan air.
Koagulan yang sering digunakan adalah tawas atau FeSO4.
10. Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi dan kondensasi. Cara dispersi antara lain
cara mekanik,peptisasi dan elektronik (busur Bredig),sedangkan cara kondensasi
antara lain dengan reaksi kimia,pertukaran pelarut,dan pendinginan berlebih.
11. Gabungan asap dengan kabut dapat membentuk koloid asbut.Asbut merupakan zat
pencemar udara yang cukup membahayakan.

20
21
BAB VI

CONTOH SOAL SISTEM KOLOID

1. Perhatikan beberapa koloid berikut!

(1) susu
(2) mentega
(3) batu apung
(4) cat
(5) buih sabuh

Pasangan koloid yang mempunyai medium pendispersi padat terdapat pada nomor ….

A. (1) dan (2)


B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (2) dan (4)
E. (3) dan (5)

Kunci Jawaban: C

Pembahasan:

1) susu terdiri dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair (Emulsi)
2) mentega terdiri dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi padat (Emulsi padat)
3) batu apung terdiri dari fase terdispersi gas dan medium pendispersi padat (Busa padat)
4) cat terdiri dari fase terdispersi padat dan medium pendispersi cair (Sol)
5) buih sabun terdiri dari fase terdispersi gas dan medium pendispersi cair (Buih/busa)

Pasangan koloid yang mempunyai fase terdispersi padat ditunjukkan pada nomor (2) dan (3).
Sehingga jawaban yang benar adalah C.

2. Contoh koloid berikut yang merupakan sistem koloid padat dalam gas adalah….

A. buih sabun
B. batu apung
C. karet busa
D. asap
E. kabut

22
Kunci Jawaban: D

Pembahasan:

1) buih sabun merupakan sistem koloid gas dalam cair (Buih/Busa)


2) batu apung merupakan sistem koloid gas dalam padat (Busa padat)
3) karet busa merupakan sistem koloid gas dalam padat (Busa padat)
4) asap merupakan sistem koloid padat dalam gas (Aerosol padat)
5) kabut merupakan sistem koloid cair dalam gas (Aerosol cair)

Contoh koloid berikut yang merupakan sistem koloid padat dalam gas adalah asap. Sehingga
jawaban yang benar adalah D.

3. Gejala penghamburan sinar oleh partikel koloid disebut….

A. koagulasi
B. dialisis
C. efek Tyndall
D. gerak Brown
E. adsorpsi

Kunci Jawaban: C

Pembahasan:

Gejala penghamburan sinar oleh partikel koloid disebut efek Tyndall. Fenomena efek Tyndall
dikemukakan oleh John Tyndall, seorang ahli Fisika dari Inggris. Contoh efek Tyndall dalam
kehidupan sehari-hari:

(1) Terjadinya warna biru di langit pada siang hari dan warna jingga pada sore hari
(2) Sorot lampu mobil atau senter di udara yang berkabut
(3) Sinar matahari melalui celah-celah dedaunan pada waktu pagi yang berkabut

4. Peristiwa berikut yang merupakan penerapan sifat koagulasi adalah….

A. pengobatan sakit perut dengan norit


B. pemutihan gula pasir
C. pengolahan karet dari lateks
D. sorot lampu mobil atau senter di udara yang berkabut
E. proses cuci darah pada penderita gagal ginjal

23
Kunci Jawaban: C

Pembahasan:

 Koagulasi atau penggumpalan adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel koloid


sehingga fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Salah satu contoh
penerapan sifat koagulasi adalah pengolahan karet dari lateks.

 Pengobatan sakit perut dengan norit serta pemutihan gula pasir adalah contoh
penerapan sifat adsorpsi.

 Sorot lampu mobil atau senter di udara yang berkabut adalah contoh penerapan sifat
efek Tyndall.

 Proses cuci darah pada penderita gagal ginjal adalah contoh penerapan sifat dialisis
pada koloid.

5. Diberikan beberapa cara pembuatan koloid berikut.

(1) busur Bredig


(2) mekanik
(3) peptisasi
(4) reaksi hidrolisis
(5) reaksi dekomposisi rangkap

Pembuatan koloid secara dispersi adalah…..

A. (1), (2), (3)


B. (1), (2), (5)
C. (1), (3), (5)
D. (2), (3), (4)
E. (2), (3), (5)

Kunci Jawaban: A

Pembahasan:

Koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara dispersi dan cara kondensasi.

1) Cara dispersi adalah pembuatan koloid dari partikel yang lebih kasar (suspensi)
daripada koloid. Contoh: dispersi mekanik, busur Bredig, dan peptisasi.

24
2) Cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan mengubah partikel-partikel larutan
sejati yang berupa ion atau molekul menjadi partikel koloid. Contoh: reaksi hidrolisis,
reaksi dekomposisi rangkap, pembuatan sol AgCl dengan cara mencampur larutan
AgNO3 dengan larutan HCl atau NaCl.

6. Perhatikan beberapa koloid berikut!

(1) mutiara
(2) asap
(3) kabut
(4) debu
(5) tinta

Pasangan koloid yang mempunyai fase terdispersi sama terdapat pada nomor ….

A. (1) dan (2)

B. (1) dan (3)

C. (1) dan (4)

D. (2) dan (3)

E. (3) dan (4)

Kunci Jawaban: B

Pembahasan:

(1) mutiara terdiri dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi padat

(2) asap terdiri dari fase terdispersi padat dan medium pendispersi gas

(3) kabut terdiri dari fase terdispersi cair dan medium pendispersi gas

(4) debu terdiri dari fase terdispersi padat dan medium pendispersi gas

Pasangan koloid yang mempunyai fase terdispersi sama ditunjukkan pada nomor (1) dan (3),
serta (2) dan (4). Sehingga jawaban yang benar adalah B.

25
BAB VII

SOAL SISTEM KOLOID

1. Apakah yang dimaksud dengan koloid?


2. Jelaskan cara pembuatan koloid.
3. Apakah yang dimaksud dengan elektroforesis?
4. Sebut dan jelaskan sistem koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
pendispersinya. Beri contohnya masing-masing 5.
5. Sebutkan manfaat koloid bagi kehidupan manusia.
6. Jelaskan terjadinya Gerak Brown pada sistem koloid.
7. Jelaskan terjadinya Efek Tyndall pada sistem koloid.
8. Apakah yang dimaksud dengan elektroforesis?
9. Apakah kegunaan pesawat Cotrell?
10. Pada proses pengolahan air di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sering
digunakan kaporit. Apa tujuannya? Dapatkah kaporit diganti dengan zat yang lain?
Jelaskan.

26
DAFTAR PUSTAKA

 Shidiq Premono,Anis Wardani,Nur Hidayati. (2009). Kimia SMA/MA Kelas


XI: PT.Pustaka Insan Madani

 Budi Utami,Agung Nugroho CS,Lina Mahardiani,Sri Yamtinah,Bakti


Mulyani. (2009). KIMIA untuk SMA dan MA Kelas XI: CV. HaKa MJ

27

Anda mungkin juga menyukai