Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENILAIAN AUTENTIK

“Tes Obejktif”

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Azzahra Siregar (4203151042)

2. Dini Zain (4200310327)


3. Tri Bunga Simamora (4203351029)
4. Monica Aurelia (4203151048)
5. Tresia Malau (4203351003)

Kelas : Pendidikan IPA 20 B

Mata Kuliah : Penilaian Autentik

Dosen Pengampu : Dr. Wawan Bunawan, M.Pd.,M.Si

Prodi S1 Pendidikan IPA


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya serta hidayahnya kepada kita semua sehingga penulis bisa menyajikan makalah ini
dengan baik. Adapun tema dari makalah ini adalah “Tes Objektif”. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Penilaian Autentik,
Dr. Wawan Bunawan, M.Pd.,M.Si dan Ibu Dewi Syafriani, S.Pd.,M.,Pd, yang telah
memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah kami jauh dari kata sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kelompok kami, dan pihak lainnya.

Medan, maret 2023

Penulis,

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tes merupakan alat pengukur untuk megetahui kemampuan siswa. Apabila kita lihat
penggunaan tes-tes dalam praktik pendidikan sehari-hari, ada 2 maksud yang ingin dicapai,
yaitu mengetahui status prestasi para siswa, yang kemudian dibandingkan dengan kriteria
internal atau eksternal dan berdasarkan informasi tentang status yang disebutkan di atas,
mengetahui potensi daripada para siswa yang bisa dipergunakan sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang penempatan dan penyaluran siswa-siswa tersebut di masa yang
akan datang..

Tes pendidikan disusun dengan menggunakan sejumlah item. Skor pada setiap item
ditambahkan pada skor yang lainnya untuk mencapai skor total. Tes yang digunakan untuk
tujuan evaluasi sebaiknya memenuhi dua persyaratan penting, yaitu validitas dan reabilitas.
Item analisis merupakan bagian integral dari validitas dan reliabilitas sebuah tes. Item
analisis ini dilakukan oleh seorang evaluator yang biasanya mengevaluasi setelah semua item
yang telah diberikan pada siswa dikembalikan, dan skornya sudah ditentukan.

Penilaian item tes pilihan ganda pada umumnya dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu penilaian dengan memperhitungkan jawaban salah dan tidak memperhitungkan
jawaban salah. Penilaian dengan memperhitungkan jawaban item yang salah dilakukan
sebagian guru untuk mempertimbangkan jawaban yang salah diperhitungkan dan digunakan
sebagai denda untuk mengurangi jawaban yang benar. Penilaian dengan tidak
memperhitungkan jawaban salah. Artinya, jawaban salah tidak mempengaruhi nilai pada
jawaban benar. Nilai akhir dari item tes pilihan ganda sama dengan jumlah jawaban benar.
Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang disusun
mungkin terlalu sukar. Sebaiknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan
bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes
itu sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tes objektif?
2. Apa jenis – jenis tes objektif?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan tes objektif?
4. Bagaimana konsep penjodohan (sebab, akibat) ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu tes objektif.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis tes objektif.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan tes objektif.
4. Untuk mengetahui konsep tes objektif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TES OBJEKTIF

A. Pengertian Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini
memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai. Dalam
penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak daripada tes esai
kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 soal
(Arikunto, 2009:164). Sementara itu menurut Hidayat, dkk. (1994:63) tes objektif adalah tes
yang terdiri dari item-item (stem) yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu
alternatif (option) yang benar dan alternatif yang tersedia atau mengisi jawaban yang benar
dengan beberapa kata atau sandi.

Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item) karena
jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes objektif karena
penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama
karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban yang benar di antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan,
memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum
sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan yang menuntut proses
mental yang tidak begitu tinggi, seperti mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan
prinsip-prinsip (Arifin, 2009:135).

B. Jenis-jenis Tes Objektif

Selanjutnya Arikunto (2009:165) mengemukakan beberapa jenis tes objektif. Jenis-jenis tes
objektif adalah sebagai berikut:

1. Tes Benar Salah (True-False)

Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar ada yang
salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan tersebut
dengan melingkari (B) untuk pernyataan yang betul menurutnya dan (S) untuk pernyataan
yang salah.

Salah satu fungsi bentuk soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam membedakan antara fakta dan pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka
materi yang ditanyakan hendaknya homogen dari segi isi. Bentuk soal seperti ini lebih
banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana (Arifin, 2009:137).

Contoh:

B – S : Novel Siti Nurbaya ditulis oleh Marah Rusli

B – S : Datuk Maringgih adalah salah satu tokoh dalam novel Siti Nurbaya

Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal benar-salah menurut Arifin (2009:137)
adalah sebagai berikut:

a. Dalam menyusun item bentuk benar-salah ini hendaknya jumlah item cukup banyak di atas
50 soal, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

b. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.

c. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat yang sederhana.

d. Hindarkan pernyataan yang terlalu umum, kompleks, dan negatif.

e. Hindarkan penggunaan kata yang dapat memberi petunjuk tentang jawaban yang
dikehendaki. Misalnya: biasanya, umumnya, selalu.

2. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian
yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Tes ini terdiri dari keterangan (stem) dan
bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban terdiri atas
satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distructor).

Mengenai jumlah alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa membuat 3,
4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi faktor menebak (chance of guessing). Adapun kemampuan yang dapat diukur
oleh bentuk soal pilihan ganda antara lain: mengenal istilah, fakta, prinsip, metode, dan
prosedur; mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip; menafsirkan hubungan sebab-
akibat dan menilai metode prosedur (Arifin, 2009:138-139).

Berikut beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan-ganda menurut Arifin
(2009:143), yaitu:

a. Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.

b. Berilah petunjuk mengerjakannya dengan jelas.


c. Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah dipelajari
peserta didik.

d. Pernyataan pada soal seharusnya merumuskan persoalan yang jelas dan berarti.

e. Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.

f. Alternatif jawaban harus berfungsi, homogen dan logis.

g. Panjang pilihan pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripada itemnya.

h. Usahakan agar pernyataan dan pilihan tidak mudah diasosiasikan.

i. Alternatif jawaban yang betul hendaknya jangan sistematis.

j. Harus diyakini benar bahwa hanya ada satu jawaban yang benar

3. . Menjodohkan (Matching Test)

Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan,


atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas
murid adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya.

Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri dari stem dan option,
kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang dianggap paling tepat,
sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang
keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih
banyak daripada jumlah persoalan. Bentuk soal ini sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan
kemampuan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal. Makin banyak
hubungan antara premis dengan respons dibuat, maka makin baik soal yang disajikan (Arifin,
2009:144).

Untuk menyusun soal bentuk ini, Arifin (2009:145) memberikan beberapa kriteria, yaitu:

a. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.

b. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator.

c. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, sedangkan jawabannya di sebelah kanan.

d. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal.


e. Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu. Misalnya, sebelum
pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa juga langsung pada pokok persoalan.

f. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.

g. Gunakanlah kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.

4. Tes Isian (Completion Test)

Completion test biasa disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang
dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini merupakan
pengertian yang kita minta dari murid.

Untuk menyusun soal bentuk ini, Arifin (2009:146) memberikan beberapa kriteria, yaitu:

a. Hendaknya tidak menggunakan soal yang terbuka, sehingga ada kemungkinan peserta
didik menjawab secara terurai.

b. Untuk soal tes bentuk melengkapi hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari
buku (textbook).

c. Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan pada akhir atau dekat
akhir kalimat daripada pada awal kalimat.

d. Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak. Pilihlah untuk masalah yang urgen
saja.

e. Pernyataan hendaknya hanya mengandung satu alternatif jawaban, dan

f. Jika perlu dapat digunakan gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan jelas.

C. Kelemahan dan Kelebihan Tes Objektif

Berikut adalah kelebihan dan kelemahan tes objektif menurut Arikunto (2009:164-165).

No. Kelebihan Kelemahan

1 Mengandung banyak segi Membutuhkan persiapan


positif, lebih representatif, penyusunan soal yang sulit.
dan objektif.

2 Pemeriksaan lebih mudah Soalnya cenderung


dan cepat. mengungkapkan ingatan dan sukar
mengukur proses mental.

3 Pemeriksaan dapat Banyak kesempatan untuk main


diserahkan pada orang untung-untungan.
lain.

4 Tidak memiliki unsur “Kerja sama” antarsiswa dalam


subjektifitas dalam proses mengerjakan tes lebih terbuka.
pemeriksaan.

Lebih lanjut Arikunto (2009:177) mengemukakan beberapa kondisi kapan dan bagaimana tes
objektif ini digunakan

1) Kelompok yang akan dites banyak dan tesnya akan digunakan berkali-kali.

2) Skor yang diperoleh diperkirakan akan dapat dipercaya (mempunyai reliabilitas yang
tinggi).

3) Guru lebih mampu menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk esai.

4) Hanya mempunyai waktu sedikit untuk koreksi dibandingkan waktu yang digunakan
untuk menyusun tes.

B. Penjodohan (Sebab, akibat)Konsep IPA SMP


A. Pengertian

Tes menjodohkan adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dijodohkan dengan seri
jawaban. Dengan kata lain, tugas peserta tes hanya menjodohkan premis dengan salah satu
seri jawaban. Tes menjodohkan terdiri atas dua bagian (kolom), yaitu :

1). Bagian pertama disebut seri stem, atau premis, atau pokok soal yang dapat berbentuk
pernyataan atau pertanyaan.

2). Bagian kedua disebut seri jawaban.

Format tes menjodohkan dapat berbentuk :

(a) Kolom pertama atau lajur kiri untuk stem atau pokok soal

(b) Kolom kedua atau lajur kanan untuk seri jawaban

b) Teknik Penyusunan
1). Pastikan seri pertanyaan atau pernyataan (kolom pertama/jalur kiri) dan seri jawaban
(kolom kedua/jalur kanan) bersifat homogen, agar salah satu dari semua seri jawaban ada
kemungkinan sebagai jawaban yang benar.

2) Pastikan petunjuk mengerjakan tes jelas

3) Seyogyanya seri pertanyaan atau pernyataan tidak lebih dari lima item, karena kalau
lebih akan membingungkan dan mengurangi homogenitas

4). Seyogyanya seri jawaban lebih banyak dari seri pernyataan atau pertanyaan untuk
mendorong peserta tes lebih cermat.

5). Seyogyanya seri pernyataan (stem) diberi urut dengan menggunakan nomor dan seri
jawaban dengan menggunakan huruf.

6). Seyogyanya tes ditulis dalam halaman yang sama

Kelebihan tes menjodohkan

1) Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang istilah, definisi, peristiwa, dan
penanggalan

2) Sangat baik untuk menguji kemampuan menghubungkan dua hal yang berhubungan
langsung dan tidak langsung

3) Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok bahasan tertentu.

4) Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas.

5) Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh orang lain, karena sudah ada
kunci jawaban

6) Penskoran hasil kerja peserta tes dapat dikerjakan secara objektif

Kelemahan tes menjodohkan

1) Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan

2) Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar secara menyeluruh

3) Tidak dapat mengukur semua tujuan pembelajaran/kompetensi yang lebih menekankan


pada pendemistrasian keterampilan dan pengungkapan sesuatu yang ekspresif

4) Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, baik dari segi domain maupun dari
segi tinngkat kesulitan, khususnya domain afeksi dan motorik.
5) Tidak dapat mengukur hasil belajar yang mengintegrasikan berbagai konsep atau ide
dari berbagai sumber ke dalam satu pikiran utama

6) Tidak cocok untuk mengukur hasil belajar yang mengungkapkan pikiran dalam bentuk
tulis sesuai dengan gaya pikir dan gaya bahasa seseorang

D) Contoh soal

Kelompok A Kelompok B

1. kekurangan Vitamin C a. penyakit rabun ayam

2. kekurangan vitamin B kompleks b. Sariawan

3. kekurangan vitamin B1 c. penyakit gondok

4. kekurangan vitamin A d. penyakit rakhitis

5. kekurangan vitamin D e. penyakit beri-beri

f. pertumbuhan badan lambat

e) Cara mengolah skor tipe tes menjodohkan

Rumus untuk mencari skor dalam tes tipe menjodohkan adalah :

Sk = B

Dengan ketentuan :

Sk = skor yang diperoleh peserta tes

B = jumlah jawaban yang benar

Jadi yang dihitung adalah hanya jawaban yang benar saja, sedangkan jawaban yang salah
tidak mempengaruhi skor.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal
ini memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan – kelemahan dari tes bentuk esai (uraian).
Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari tes
uraian. Tes uraian adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, menghubungkan pengertian –
pengertian, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata – kata dan bahasa sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat, Kosadi, dkk. 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran

Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai