“Metode Tes”
DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S. dan
Prof. Dr. I Ketut Gading, M.Psi.
OLEH :
1. I Komang Pradika Utama (2229041050)/Kelas A
2. Ni Made Milayani Suarningsih (2229041005)/Kelas E
3. Made Agus Dwi Pradnyana Dita (2229041007)/Kelas E
4. I Gusti Ayu Sri Trisna Dewi (2229041059)/Kelas F
5. Ni Komang Restu Tri Krisnanti Udayani (2229041036)/Kelas F
6. Ni Putu Ekayanti (2229041039)/Kelas F
1
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dari beberapa uraian dan kutipan di atas jika dikaitkan dengan evaluasi pendidikan dapat
ditarik kesimpulan bahwa tes adalah prosedur yang sistematis, obyektif dan standart yang
berupa serentetan pertanyaan atau latihan yang harus dijawab oleh testee untuk menghasilkan
suatu nilai yang mencerminkan tingkah laku atau prestasi testee. Penggunakan teks sebagai
metode sering digunakan dalam sebuah penelitian untuk menemukan solusi dari sebuah
permasalahan internal maupun eksternal.
2
b) Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta tes dalam bentuk lisan
yaitu peserta langsung mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sesuai dengan
pertanyaan (Haryanto, 2020). Tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan peseta secara langsung terhadap suatu materi. Pada dasarnya tes lisan
ini bertujuan untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan serta kemampuan
berkomunikasi verbal peserta tes secara langsung. Tes lisan akan mengurangi
peserta memperoleh bantuan dari berbagai pihak karena saat pertanyaan dibacakan
maka peserta akan langsung menjawab pertanyaan tersebut secara verbal.
Menurut Haryanto (2020) kelebihan tes lisan ini adalah dapat mengetahui
kemampuan peserta tes secara langsung dalam mengemukakan pendapatnya secara
lisan, tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai (cukup dengan mencatat pokok
permasalahn saja), dan kemungkinan peserta menerka-menerika jawaban serta
berspekulasi dapat dihindari. Untuk menghindari subjektifitas maka sebelum
pelaksanaan tes lisan, guru harus menyiapkan instrumen besera pedoman
penskoran, sesuaikan nilai dengan kemampuan siswa dan guru harus
mempertahankan hal tersebut.
c) Tes Perbuatan
Tes perbuatan adalah tes yang menugaskan siswa untuk melakukan suatu
peragaan (Putro dan Hidayat, 2021). Siswa akan diberikan soal berupa tugas atau
pekerjaan dan ditugaskan menyelesaikan tugas tersebut secara fisik. Tes perbuatan
ini biasanya digunakan untuk pelajaran praktik dan sejenisnya.
4
f) Tes sumatif.
Tes sumatif adalah tes akhir program (semester, kenaikan kelas atau kelulusan)
yang hasilnya digunakan untuk menetapkan apakah seseorang dapat melanjutkan
ke jenjang atau program pendidikan berikutnya (Gintings, 2010). Materi yang
diujikan pada tes sumatif lebih banyak dibandingkan dengan tes formatif. Tujuan
dari tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang dapat mewakili kemampuan
peserta didik terkait materi tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.
Berdasarkan aspek psikis yang diungkap, maka tes dapat dibagi menjadi lima jenis
yaitu:
a) Tes Intelegensi.
Tes intelegensi merupakan tes yang digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang. Tes intelegensi mengukur kecakapan potensial yang bersifat umum.
Kecakapan ini berkenaan dengan kemampuan untuk memahami, menganalisis,
memecahkan masalah dan mengembangkan sesuatu dengan menggunakan rasio
atau pemikirannya (Rohmah. 2011). Tes intelegensi ini mengukur dan menguji
tingkat kecerdasan seseorang termasuk potensi, kelebihan dan kekurangannya.
b) Tes Kemampuan.
Tes kemampuan adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkapkan
kemampuan dasar atau bakat yang dimiliki oleh testee. Pada umumnya tes
kemampuan ini digunakan untuk menilai kesesuaian antara pelamar dengan syarat-
syarat dan harapan yang telah ditentukan sebelumnya.
c) Tes Sikap.
Tes sikap adalah teks yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran dari sikap
seseorang. Tes sikap juga sering disebut attitude test (Yusuf, 2017). Tes sikap
merupakan salah satu tes yang digunakan untuk mengungkapkan kecenderungan
seseorang untuk menunjukkan suatu respon terhadap lingkungan sekitarnya.
d) Tes Kepribadian
Tes kepribadian merupakan suatu metode tes yang disusun untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan kecenderungan seseorang dalam bertingkah laku maupun
berpikir. Tes kepribadian sebenarnya hanya dapat dideskripsikan secara
kualitatif karena sebenarnya kepribadian tidak dapat diukur (Hidayat dan
5
Mahmudy, 2016). Tes kepribadian bertujuan untuk mengungkapkan ciri-ciri khas
seseorang seperti hobi, cara berpakaian, dan sebagainya.
e) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah tes yang bertujuan untuk mengungkapkan pencapaian hasil
belajar atau tingkat pemahaman siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes
hasil belajar dapat berupa tes sumatif maupun formatif. Dengan adanya tes hasil
belajar maka guru dapat mengetahui seberapa besar pemahaman siswanya terkait
materi yang sudah diajarkan.
6
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2018) dalam bukunya Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan, fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal:
a) Fungsi untuk kelas.
b) Fungsi untuk bimbingan.
c) Fungsi untuk administrasi.
7
g. Menentukan tingkat
pencapaian untuk
setiap anak.
Dalam teknik tes terdapat beberapa perbedaan pokok penerapan kedua pendekatan
tersebut. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang.
1) Defineteness of Task (Ketentuan/Kekhususan Tugas)
Ketentuan tugas tes dapat dirumuskan secara tegas ataukah tersa mar.
Penyusun tes harus merancang tentang ketentuan/kekhususan tugas yang
berkenaan dengan bagaimana tugas-tugas dalam tes itu diselesaikan. Aliran
psikometrik cenderung menggunakan item yang berstruktur, atau item yang
menyediakan beberapa alternatif jawaban. Sementara itu, alir an impresionistik
cenderung menggunakan item yang tidak berstruktur, atau item yang
menghendaki jawaban bebas, misalnya pengukuran ten tang minat khusus
dengan menggunakan teknik proyektif, pertanyaan yang diajukan kepada testi
tidak dapat diartikan oleh testi secara jelas.
a) Coba Anda ceritakan tentang berbagai kegiatan yang menarik minat
Anda!
b) Coba Anda ceritakan tentang rencana kegiatan untuk mengisi libur an
Anda!
Tester mungkin saja ditanya testi bagaimanakah saya harus men jawab
atau mengerjakan tes ini, kegiatan yang dimaksud apakah kegiat an di rumah,
ataukah di sekolah, atau keduanya; maka tester menjawab "Terserah Anda".
Dengan demikian, tes impresionistik hanya memberi kan sedikit kesempatan
untuk menafsirkan tugas.
2) Constructed Response vs Response Choice
Kebanyakan tes dalam menanyakan dikonstruksi untuk dijawab secara
lisan atau tertulis untuk memanipulasikan objek. Seorang interviewer bertanya
dengan sungguh-sungguh, "Apa yang membuat Anda tenteram dalam
9
lingkungan keluarga?" Dan interviewer menunggu dan memperhatikan
berbagai kemungkinan jawaban testi yang cenderung impresionis. Adapun
tester psikometrik menyediakan beberapa alterna tif jawaban selalu, sering,
kadang-kadang, tidak pernah, misalnya item tes melengkapi jawaban (7, 5, 8, 6,
9, ..) atau item yang lain: Apakah Anda menyempatkan bercanda dengan
keluarga ketika di rumah? a. selalu; b. sering; c. kadang-kadang; d. tidak pernah
Kedua pertanyaan tes tersebut bisa disediakan jawaban bebas atau
alternatif jawaban. Tester psikometrik biasanya lebih suka memilih bentuk
jawaban alternatif, karena dapat diskor secara lebih objektif, tidak dipengaruhi
oleh kecepatan dan ekspresi, serta memperkecil salah pengertian terha dap soal
dibandingkan dengan bentuk jawaban bebas. Sebaliknya, tester impresionistik
lebih menyukai jawaban bebas, karena jawaban bebas memungkinkan tester
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang aspek yang sedang diukur,
misalnya dari pertanyaan yang diajukan inter viewer di atas, mungkin saja
muncul jawaban-jawaban sebagai berikut:
a) Keluarga adalah segala-galanya bagi saya.
b) Saya tidak dapat hidup tanpa keluarga.
c) Saya merasa bahwa keluarga bagian terpenting dari hidup saya.
d) Saya tidak tahu, apa jadinya saya tanpa dukungan keluarga. Bercanda
dengan keluarga, membuat perasaan saya segar dan bahagia serta
kemungkinan jawaban yang lain. Dari jawaban testi, memungkinkan
tester impresionistik memperoleh informasi yang lebih lengkap.
3) Analysis of Performance
Pendekatan psikometrik tidak menaruh perhatian terhadap proses suatu
tindakan, melainkan hanya memperhatikan hasil kerja yang dise lesaikan testi.
Sebaliknya, pendekatan impresionistik memperhatikan testi pada waktu
mengerjakan tugas tersebut, sehingga dari proses terse but akan dapat ditarik
suatu kesan umum yang merupakan data psikis testi, misalnya pada waktu testi
menyusun balok-balok dalam tes Wiggly Block, aliran psikometrik hanya
menilai bagaimana hasil susunan balok, berapa menit yang digunakan untuk
menyusun balok tersebut. Adapun aliran impresionistik selain menilai hal di
atas, juga memperhatikan dan menilai bagaimana reaksi pertama testi ketika
disodori tugas terse but (tertarik, kelihatan cemas, mengerutkan dahi, acuh tak
acuh, dan sebagainya), bagaimana ia menyelesaikan/mengerjakan tugas
10
tersebut (coba-coba dengan tenang, amati dahulu baru disusun, bekerja dengan
yakin dan selesai cepat, bongkar pasang tanpa rencana yang matang, dan
sebagainya), dapat pula dilihat keadaan fisik testi waktu bekerja (wajahnya
pucat, tangan gemetar, senyum-senyum, wajah berkeringat, dan sebagainya).
Berdasarkan hasil pekerjaan testi, pendekatan psikometrik memberikan
skor tertentu terhadap setiap pilihan alternatif yang dilakukan oleh testi. Skor
yang diperoleh testi kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik-teknik
perhitungan tertentu, sehingga dapat ditarik kesimpulan "seberapa besar" atau
"seberapa banyak" aspek psikis testi yang diukur. Sebaliknya pendekatan
impresionistik tidak melakukan perhitungan-per hitungan. Interpretasi langsung
diberikan berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dari testi, misalnya testi
kerjanya tidak sistematis, cenderung trial and error, walaupun selesai tugasnya
tetapi ia tampak sangat terte kan, cemas, dan tersiksa dalam melakukan tugas
tersebut.
4) Critical validation
Kritik validitas merupakan persoalan terakhir yang dibahas dalam pendekatan
psikometrik dan pendekatan impresionistik. Para tester psi kometrik pada
umumnya kurang memercayai kaidah atau hukum yang berasal dari teknik
pengamatan (observasi) terhadap tingkah laku testi. Secara ideal mereka ini
menyertakan setiap nilai berupa angka dengan memperhatikan kesalahan ukur.
Demikian juga dengan setiap peramalan melalui indeks yang memperlihatkan
kemungkinan akan adanya kebenaran. Sebaliknya, tester impresionistik kurang
suka memakai validitas secara formal.
13
DAFTAR PUSTAKA
14