Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

EVALUASI PENGAJARAN BAHASA


(Pengertian Tes, Ciri-ciri Tes yang Baik, Tes
Standar dan Buatan Guru)

Dosen pengampu: Reni Rokhayati S.S,. M.Pd

DISUSUN OLEH
Kelompok 3

NAMA NPM

Dama Astito 202021500035


Yulia Aswandini 202021500061
Ray Sahas 202021500070
Sahrul Muhamad Dafa 202021500087

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI

2023
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tes
Istilah tes diambil dari kata testum. Suatu pengertian dalam bahasa Prancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana,
dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. (Arikunto, 2021). Untuk
mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan misalnya melingkari
salah satu huruf di depan pilihan jawaban, menerangkan, mencoret jawaban yang
salah, melakukan tugas atau suruhan, menjawab secara lisan, dan sebagainya.
Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang,
namun yang terkenal adalah sebuah tes inteligensi yang disusun oleh seorang Prancis
bernama Binet, yang kemudian dibantu penyempurnaannya oleh Simon sehingga tes
tersebut dikenal sebagai tes Binet Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan
Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat inteligensinya. Dari
pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudian kita kenal istilah umur kecerdasan,
(mental age), umur kalender (chronological age), dan indeks kecerdasan. Inteligensi
Kuosien, atau Intelligence Quotient (IQ). Didorong oleh munculnya statistik dalam
penganalisisan data dan informasi maka tes ini digunakan dalam berbagai bidang
seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap,
dan sebagainya. Yang terkenal penggunaannya di sekolah hanyalah tes prestasi
belajar.
Tes adalah kumpulan pertanyaan yang diberikan kepada siswa dalam beberapa
bentuk seperti lisan yang bisa disebut tes lisan, tulis yang biasa disebut tes tulis dan
dalam bentuk perbuatan. Sejatinya tes digunakan untuk menilai hasil belajar dari siswa
yang berkaitan dengan kemampuan kognitif yaitu penguasaan bahan pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Dapat disimpulkan mengenai apa itu tes, tes
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpullkan informasi guna mengetahui,
menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik (Rahman, 2019.). Hal ini bisa dilihat
melalui perkembangan siswa pada pemahaman dan penguasaan bahan ajar yang
diberikan pada proses pembelajaran. Tes sejatinya di gunakan untuk meningkatkan
pembelajaran, mengukur aspek-aspek perilaku manusia dari segi pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif) dan dari segi keterampilan (psikomotor). Dari tes guru
mendapatkan informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam menguasai standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator yang sudah ditentukan pada kurikulum. Dari
tes guru bisa menentukan peserta didik yang sudah menguasi dan belum menguasai
materi sehingga guru tahu pembelajaran yang sudah dilakukan berhasil atau tidak.
Sebelum sampai kepada uraian yang lebih jauh, maka akan diterangkan dahulu arti
dari beberapa istilah-istilah yang berhubungan dengan tes ini.
1. Testing merupakan saat pada waktu tes itu dilaksanakan. Dapat juga dikatakan
testing adalah saat pengambilan tes.
2. Testee dalam istilah Indonesia tercoba adalah responden yang sedang
mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang akan dinilai atau diukur, baik
mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian, dan sebagainya.
3. Tester (dalam istilah Indonesia: pencoba) adalah orang yang diserahi untuk
melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain,
tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk
oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya). Tugas tester antara lain:
a. Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.
b. Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.
c. Menerangkan cara mengerjakan tes.
d. Mengawasi responden mengerjakan tes.
e. Memberikan tanda-tanda waktu.
f. Mengumpulkan pekerjaan responden.
g. Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan (jika ada).

Dari segi istilah, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai
standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul
digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku
individu. Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara
atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas, baik berupa pertanyaanpertanyaan yang harus
dijawab, atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan
dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai
standar tertentu (Rahman, 2019.) . Sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa tes
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan,
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik. Banyak alat atau instrument yang dapat
digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah satunya adalah tes. Di sekolah juga sering
disebut dengan tes prestasi belajar. Tes banyak digunakan untuk mengukur prestasi
belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, dan evaluasi. Penggunaan tes dalam dunia pendidikan sudah dikenal
sejak dahulu kala, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri.
1.1 Fungsi Tes
Ada dua macam fungsi tes menurut Anas Sudjono (2012), yaitu:
1. Sebagai alat pengukur siswa. Dimana tes bisa mengukur
perkembangan dan kemajuan yang diperoleh siswa setelah proses
pembelajaran.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab
melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program
pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

1.2 Tujuan Tes


Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi
menjadi:
1. Tes Kecepatan (Speed Test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal kecepatan
berpikir atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas maupun
hafalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah
dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau
menyelesaikan seluruh materi tes ini relatif singkat dibandingkan
dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah waktu yang
minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan
baik dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya. Tes yang termasuk
kategori tes kecepatan misalnya tes intelegensi, dan tes keterampilan
bongkar pasang suatu alat.

2. Tes Kemampuan (Power Test)


Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam
mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak
dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang
dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik. Soal-soal
biasanya relatif sukar menyangkut berbagai konsep dan pemecahan
masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala
kemampuannya baik analisis, sintesis dan evaluasi.

3. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)


Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh
dalam suatu kegiatan. Tes hasil belajar, baik itu tes harian (formatif)
maupun tes akhir semester (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi
hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu
kurun waktu tertentu.
4. Tes Kemajuan Belajar (Gains/Achievement Test)
Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan adalah tes
untuk mengetahui kondisi awal peserta tes sebelum pembelajaran dan
kondisi akhir peserta tes setelah pembelajaran. Untuk mengetahui
kondisi awal peserta tes digunakan pre-tes dan kondisi akhir peserta tes
digunakan post-tes.

5. Tes Diagnostik (Diagnostic Test)


Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau
mengidentifikasi kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar, dan
menetapkan cara mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut.
Tes ini dilaksanakan untuk bimbingan belajar, pengajaran remedial
(remedial teaching), menemukan kasus-kasus, dan lain-lain. Soal-
soalnya disusun sedemikian rupa agar dapat ditemukan jenis kesulitan
belajar yang dihadapi oleh para siswa.

6. Tes Formatif
Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui
sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam
suatu program pembelajaran tertentu. Tes ini berorientasi kepada
proses belajar mengajar untuk memperbaiki program pengajaran dan
strategi pelaksanaanya.

7. Tes Sumatif
Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan
demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui
kompetensi siswa dalam sekumpulan materi pelajaran (pokok bahasan)
yang telah dipelajari. Tes ini dilaksanakan pada akhir program, yakni
akhir caturwulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tes ini berorientasi
kepada produk, bukan kepada proses.

8. Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang ditujukan untuk mengetahui
kemampuan dan keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu
program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan
sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata
lain, tes ini berorientasi kepada kesiapan siswa untuk menghadapi
program baru dan kecocokan program belajar dengan kemampuan
siswa.
9. Tes Seleksi
Tes seleksi adalah tes yang ditujukan untuk menseleksi kemampuan
dan keterampilan seseorang yang diperlukan bagi suatu lembaga
pendidikan atau tempat kerja tertentu.

1.3 Prinsip Tes


Dalam penyusunan tes hasil belajar ada beberapa yang harus dicermati
(Anas Sudjono, 2012) antara lain:
1) Bisa mengukur dengan detail hasil belajar siswa dimana harus
sama dengan tujuan intruksionalnya.
2) Butir soal merupakan bagian dari materi-materi yang sudah
diajarkan kepada peserta didik.
3) Dalam menyajikan bentuk soal untuk tes hasil belajar,
penyajianya dalam bentuk yang bervariasi.
4) Didesain untuk memperoleh hasil yang diinginkan sejalan
dengan kegunaanya.
5) Mempunyai reliabilitas yang bisa diandalkan.
6) Peinsip lain yaitu bisa mengukur keberhasilan siswa serta
menjadi ala yang dapat digunakan utuk evalusi terhadap proses
pembelajaran bagi siswa dan guru.

1.4 Langkah-langkah dalam Penyusunan Tes


Menurut Rahman (2019) Urutan langkah yang dilakukan dalam penyusunan
tes adalah:
a. Menentukan tujuan mengadakan tes.
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan
tes.
c. Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian
bahan.
d. Menderetkan semua indikator dalam tabel persiapan yang
memuat pula aspek tingkah laku yang terkandung dalam
indikator itu.

2. Ciri-ciri Tes yang Baik


Wayan Nurkancana dkk (1983) menyatakan bahwa baik buruknya
suatu tes atau alat evaluasi dapat ditinjau dari validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya beda. Sedangkan menunut Suharsini
Arikunto (2009) ciri-ciri tes yang baik yaitu memiliki validititas,
objektivitas dan ekononis. Tetapi Raka Joni (1986) mengemukakan
bahwa ciri-ciri yang harus dimiliki oleh suatu tes agar bisa menunaikan
fungsinya sebagaimana yang diharapkan adalah validitas, reliabilitas,
tingkatan kesukaran, kemampuan diskriminasi dan syarat-syarat
tambahan lainnya seperti keluasan ruang lingkup, kemudahan
administrasi serta scoring den lain-lain.

Ciri-ciri tes yang baik yang patut dijadikan acuan oleh seorang
evaluator dalam menyusun alat ukur (tes) yang meliputi validitas,
reliabilias, objektivitas, praktibilitas dan ekonomis. Dengan mengacu
pada ciri-ciri tes yang baik maka diharapkan mampu mengetahui
efektifitas dan efisiensi sistem pembelajaran. Sehingga dapat
meningkatkan kualitas pemebelajaran dari waktu ke waktu sehingga
dapat memberikan kontsribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan.

1. Validitas
Validitas kevalidan atau kesahan suatu soal, kevalidan soal bisa
dilihat dari bisa tidaknya soal dalam menilai pada sutu penilaian.
Jika data yang dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai
kenyataan, maka instrumen yang digunakan tersebut juga valid.
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa
yang hendak diukur. Istilah valid sangat sukar dicari gantinya. Ada
istilah baru yang mulai diperkenalkan, yaitu sahih sehingga
validitas diganti menjadi kesahihan.

2. Reliabilitas
Realiabilitas adalah kesamaan hasil tes jika diujiakn apabila
dilkaukan tes pada waktu yang berbeda. Tes tersebut dikatakan
dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan
berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes
tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika kepada
para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan,
maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang
sama dalam kelompoknya.

3. Objektivitas
Objektivitas artinya tidak ada unsur pribadi dari penilai dalam
memberikan nilai. Diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya
unsur pribadi yang memengaruhi. Lawan dari objektif adalah
subjektif, artinya terdapat unsur pribadi yang masuk memengaruhi.
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam
melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang memengaruhi.
Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya. Apabila dikaitkan
dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan
(consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4. Praktikabilitas
Praktikabiltas yaitu tes mudah dijalankan, dengan dilengkapi
petunjuk-petunjuk yang bisa dikerjkan oleh semua orang. Sebuah
tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya sebagai
berikut.
a. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk
mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah
oleh siswa.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi
dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk
soal bentuk objektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan
jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
c. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga
dapat diberikan/diawali oleh orang lain.

5. Ekonomis
Arti ekonomis yang dimaksud di sini ialah bahwa pelaksanaan tes
tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga
yang banyak, dan waktu yang lama.

3. Tes Standar dan Buatan Guru


3.1 Tes Standar
Tes standar adalah suatu tes dimana semua siswa menjawab
pertanyaan pertanyaan yang sama dari sebagian besar pertanyaan
dikerjakan dengan mengikuti petunjuk yang sama dan dalam batasan
waktu yang sama pula. Pengertian tes standar secara sempit adalah tes
yang disusun oleh satu tim ahli, atau disusun oleh lembaga yang khusus
menyelenggarakan secara professional. Tes tersebut diketahui memenuhi
syarat sebagai tes yang baik; yakni diketahui validitas dan reliabilitasnya
baik validitas rasional maupun validitas empirik, reliabilitas dalam arti
teruji tingkat stabilitas, maupun homoginitasnya. Tes ini dapat digunakan
dalam waktu yang relatif lama, dapat diterapkan pada beberapa obyek
mencakup wilayah yang luas.Untuk mengukur validitas dan reliabilitasnya
telah diujicobakan beberapakali sehingga hasilnya dapat dipertanggung
jawabkan.
Adapun ciri-ciri tes standar adalah :
1. Didasarkan atas bahan dan tujuan umum dari sekolah-sekolah
diseluruh negara.
2. Mencakup aspek yang luas dan pengetahuan atau
keterampilan-keterampilan dengan hanya sedikit butir tes
untuk setiap keterampilan atau topik.
3. Disusun dengan kelengkapan staf, profesor, pembahas, dan
editor butir tes
4. Menggunakan butir tes yang sudah diuji cobakan (try out),
dianalisis dan direvisi sebelum menjadi sebuah tes.
5. Mempunyai reliabilitas yang tinggi.
6. Dimungkinkan menggunakan norma seluruh negara

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan tes


standar, antara lain :
a. Aspek yang hendak diukur. Dalam keterangan tes tersebut
dijelaskan aspek apa saja yang hendak diukur, misalnya
kemampuan membaca, perbendaharaan pengetahuan
umum, sikap, minat, kepribadian.
b. Pihak penyusun. Nama orang, baik secara individual
maupun kelompok ataupun organisasi yang merancang tes
itu, perlu dicantumkan dalam tes tersebut.
c. Tujuan penggunaan tes. Tujuan penggunaan tes perlu
dirumuskan dengan jelas dan tegas, sehingga tidak
mengaburkan tester dalam mengambil kesimpulan tentang
peserta didik. Ada tujuan tes untuk diagnostik, ada pula
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Semua itu
harus dicantumkan dalam keterangan tentang tes tersebut.
Jika tujuan penggunaan tes tidak diketahui atau diabaikan,
maka fungsi tes tersebut akan hilang dan tidak akan
mencapai apa yang diharapkan. Dengan demikian, tester
akan memperoleh gambaran yang keliru tentang testi,
akhirnya kesimpulan yang ditarik daripadanya akan salah
pula.
d. Sampel. Dalam tes itu disebutkan pula sampel yang akan
digunakan dan variasi heterogenitasnya untuk dikenai tes
tersebut. Selain itu dinyatakan pula lamanya waktu yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tes itu dan berapa kali tes
itu dapat dicobakan kepada testi yang sama atau berlainan.
Jika ketentuan tentang sampel, waktu, dan frekuensi
pelaksanaan ini kurang ditaati, fungsi tes itu akan kurang
meyakinkan.
e. Kesahihan dan keandalan. Agar tes tersebut sahih (valid)
dan andal (reliabel), maka ketentuan-ketentuan tentang
cara atau langkah-langkah yang ditempuh harus dipatuhi,
baik oleh tester maupun oleh testi, sehingga
pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar tanpa
mengalami kesulitan yang berarti. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kesahihan dan keandalan suatu tes.
f. Pengadministrasian. Ketentuan-ketentuan pokok mengenai
pengadministrasian suatu tes perlu disusun secara teratur
dan baik sesuai dengan fungsi administrasi itu sendiri,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada
penilaian. Dalam perencanaan perlu dimuat waktu, bahan
atau materi, tujuan dan cara pelaksanaannya. Sedangkan
dalam pelaksanaan perlu dimuat tempat atau ruangan
dimana tes itu dilaksanakan, pengawas tes dan jumlah
peserta didik yang mengikuti tes tersebut. Dalam penilaian
perlu dimuat teknik atau prosedur mengolah data, sehingga
data tersebut dapat memberikan makna bagi semua pihak.
Oleh sebab itu, Anda harus membuat laporan untuk orang
tua, pemerintah, kepala madrasah dan peserta didik itu
sendiri.
g. Cara menskor. Setelah tes dilaksanakan dan data sudah
terkumpul, selanjutnya perlu diolah. Dalam pengolahan
harus diperhatikan pendekatan penilaian yang digunakan,
standar norma, passing grade, dan peringkat (ranking).
Untuk pendekatan penilaian dapat digunakan penilaian
acuan patokan (criterion- referenced assessment) atau
penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
h. Kunci jawaban. Biasanya pada lembaran soal dilampirkan
kunci jawaban sekalian untuk dijadikan dasar dalam
pemeriksaan. Ada kalanya lembar kunci jawaban ini
disatukan dengan petunjuk pelaksanaan, skoring, dan tata
tertib tes. Pada tes tertulis berbentuk esai, kunci
jawabannya hanya memuat pokokpokok materi yang
penting saja yang harus dicantumkan oleh testi sebagai
syarat dalam tesnya. Sedangkan dalam tes tertulis
berbentuk objektif, kunci jawabannya memuat jawaban
yang pasti. Di samping itu, ditetapkan pula ketentuan-
ketentuan mengenai cara menggunakan kunci jawaban
agar tidak salah penggunaannya.
i. Tabel skor mentah (raw score) dan skor terjabar. Selain
lampiran-lampiran peraturan mengenai pelaksanaan tes,
disertakan pula tabel-tabel yang diperlukan untuk
pengolahan skor mentah ke dalam skor terjabar serta
petunjuk pelaksanaannya.
j. Penafsiran. Akhirnya, setelah seluruh tes itu rampung
dikerjakan sampailah kepada penafsiran tentang hasil tes
itu. Kecenderungan apa yang dapat kita temukan dan
bagaimana keputusan serta kesimpulannya, akan diperoleh
setelah diadakan penafsiran data.

Tes standar adalah tes yang telah dicobakan berkali-kali sehingga


dapat dijamin kebaikannya. Tes yang baik adalah tes yang memiliki
validitas, reabiltas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.seperti yang
diketahui bahwa tes kemampuan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam,
yaitu:
1. Aptitude test (tes bakat);
2. Achievement tes (tes prestasi).

Tes bakat adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan


potensial seseorang dalam suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan
dalam rentangan tertentu. Tes bakat adalah tes kemampuan khusus disebut
juga tes perbedaan individual, tes yang terpisah (separated test). Karena
bakat menunjukkan keunggulan atau keistimewaan kemampuan khusus
tadi, maka tes bakat dapat juga disebut tes kemampuan (power ability test)
atau disebut differential aptitude test. Sedangkan achievement tes (tes
prestasi) dimaksudkan untuk mengukur apa yang telah dipelajari atau
keahlian yang telah dikuasai.
Perbedaan antara kedua tes ini sebenarnya tidak tegas, soal-soal
mengenai kedua tes tersebut seringkali saling melingkupi (overlap). Untuk
kedua macam tes ini biasanya menggunakan hitungan-hitungan dan
perbendaharaan kata-kata dan sekelompok tes dari kedua macam tes ini
biasanya juga menguji tentang keterampilan membaca. Kesamaan yang
lain adalah bahwa keduanya telah digunakan untuk meramalkan hasil
untuk masa yang akan datang, walaupun pada umumnya jika kita
menggunakan tes prestasi penilai melihat apa yang telah diperoleh setelah
siswa (tercoba) itu diberi suatu pelajaran.
Prosedur yang digunakan untuk menentukan isi dari tes prestasi juga
sedikit berbeda dengan yang digunakan pada waktu penyusunan tes bakat.
Di dalam penyusunan tes prestasi belajar usaha-usaha digunakan untuk
menentukan pengetahuan dan keterampilan yang sudah diajarkan di
berbagai tingkat pendidikan dan butir-butir tes diperuntukkan bagi
penilaian materi-materi ini.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tes standar ini telah dikaji
berulang-ulang kepada sekelompok besar peserta didik dan item-itemnya
relavan serta memiliki daya pembeda yang tinggi.

3.2 Tes Buatan Guru


Tes Buatan Guru adalah suatu tes yang disusun sendiri oleh guru yang
akan mempergunakan tes tersebut. Tes buatan guru adalah tes yang dibuat
seorang guru untuk merumuskan bahan dan tujuan khusus untuk kelasnya
sendiri dan masih dalam ruang lingkup sekolah tempat dia mengajar
(Supandi, 2021.). tes ini biasa diberikan untuk ulangan harian (formatif),
ulangan umum (sumatif), dan ujian sekolah. Karena belum diuji cobakan
taraf kesukaran item, taraf pembeda item, taraf distraktor, taraf validitas
tes, dan taraf reliabilitas tesnya maka belum begitu meyakinkan. Tes
tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa
mencapai tujuan setelah berlangsungnya proses pembelajaran yang
dikelola oleh guru kelas yang bersangkutan. Oleh karena itu, guru harus
membuat soal secara logis dan rasional mengenai pokok-pokok materi apa
saja yang patut untuk ditanyakan. Tes buatan guru cenderung difokuskan
pada tujuan pembelajaran untuk kelas tertentu. Kualitas tes dan
keandalannya belum menjamin keobjektifannya, sebab hanya di berikan
kepada sekelompok peserta didik atau kelas saja.
Pada umumnya tes buatan guru tidak diujicobakan terlebih dahulu
karena beberapa hal, baik yang menyangkut masalah waktu, kesempatan,
tenaga, biaya, dan juga kemampuan guru sering dikatakan rendah atau
tidak diketahui secara pasti karena memang jarang dilakukan pengujian.
Tes buatan guru bertujuan untuk mengetahui kadar pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah disusun, tingkat penguasaan bahan siswa,
memberikan nilai kepada siswa sebagai laporan hasil belajarnya di
sekolah.
Ada beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh tes buatan guru diantara ciri
ciri tersebut adalah:
1. Didasarkan pada bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan
oleh guru untuk kelasnya sendiri.
2. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau keterampilan
yang sempit.
3. Biasanya disusun sendiri oleh guru.
4. Jarang menggunakan butir tes yang sudah diujicobakan,
dianalisi, dan direvisi.
5. Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah
Tes buatan guru bersifat temporer, artinya hanya berlaku pada saat tertentu dan
situasi tertentu pula. Pada kesempatan lain belum tentu tes tersebut dapat
digunakan lagi karena mungkin ada perubahan baik bentuk itemnya maupun
kapasitas peserta didiknya.
Bentuk tes buatan guru pun bermacam-macam. Ada tes yang sifatnya
hafalan semata dan ada pula yang bersifat analitis. Seorang guru yang
professional harus mampu menyusun soal yang berimbang antara dua sifat
tersebut. Hal ini untuk mengetahui kemampuan peserta didiknya, siapa yang
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengingat atau menghafal sesuatu
dan siswa yang mempunyai daya pikir kritis, analitis, luas, dan asosiatif.

3.3 Perbandingan antara Tes Standar dengan Tes Buatan Guru


Lihat tabel di bawah ini,perbedaan tes standar dan tes buatan guru
Tes Standar Tes Buatan Guru

1. Didasarkan atas bahan dan tujuan Didasarkan atas bahan dan tujuan khusus
umum dari sekolah- sekolah diseluruh yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya
negara. sendiri

2. Mencakup aspek yang luas dan Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan
pengetahuan atau keterampilan dengan hanya atau keterampilan yang sempit.
sedikit butir tes untuk setiap keterampilan
atau topik

3. Disusun dengan kelengkapan staf, Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan
profesor, pembahas, editor, butir tes. sedikit atau tanpa bantuan orang lain atau
tenaga ahli

4. Menggunakan butir-butir tes yang Jarang-jarang menggunakan butir-butir tes


sudah diujicobakan (try out),analisis dan yang sudah diujicobakan, dianalisi dan
direvisi menjadi sebuah tes direvisi.

5. Mempunyai reliabilitas yang tinggi Mempunyai reliabilitas yang sedang atu


rendah
6. Dimungkinkan menggunakan norma Norma kelompok terbatas kelas tertentu.
untuk seluruh negara

3.4 Kegunaan Tes Standar


Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes standar
adalah berikut ini.
1. Jika ingin membuat perbandingan.
Banyak situasi pendidikan di mana guru atau pimpinan terpaksa
mengadakan perbandingan. Hal ini termaksud perbandingan
antarsiswa untuk setiap bidang studi, atau perbandingan tentang
prestasi belajar yang mendasarkan diri pada kemampuan dasar, atau
perbandingan prestasi setelah digunakan dua metode yang berbeda.
Nilai yang dibuat oleh guru yang berbeda dari bidang yang berbeda
dari kelompok siswa yang berbeda dan situasi belajar yang berbeda,
tidak dapat digunakan untuk alat pembanding. Akan tetapi, tugas yang
sifatnya umum, norma-norma, tes yang mempunyai reliabilitas yang
tinggi dan tes standar, ada kemungkinan boleh digunakan sebagai alat
pembanding.

2. Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah, tetapi tidak
tersedia data tentang calon ini.
Sebagai ilustrasi dapat dimisalkan sebuah sekolah menengah yang
menerima 5 orang siswa dari sekolah-sekolah dasar yang berbeda. Para
administrator di SMP dihadapkan pada suatu masalah apabila harus
menentukan efektivitas belajar. Kelima anak ini datang dari SD telah
membawa nilai sendiri-sendiri dari guru yang berbeda sehingga sukar
diinterpretasikan. Nilai yang diperoleh dan guru yang berbeda, tidak
diketahui dasar pertimbangan yang diambil untuk menentukannya.
Guru yang satu mungkin dipengaruhi oleh keterampilan bekerja,
sedang guru lain didasarkan atas panjang pendeknya jawaban.

Walaupun sangat luas, namun secara garis besar kegunaan tes standar
antara lain:
1. Membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu
atau kelompok.
2. Membandingkan tingkat prestasi siswa dalam keterampilan
diberbagai bidang studi untuk individu atau kelompok.
3. Membandingkan prestasi siswa antara berbagai sekolah atau
kelas.
4. Mempelajari perkembangan siswa dalam suatu
periode waktu tertentu.

3.5 Kegunaan Tes Buatan Guru


Berikut kegunaan tes buatan guru.
1. Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan
pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu.
2. Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
3. Untuk memperoleh suatu nilai.

Selanjutnya, baik tes standar dan tes buatan guru dianjurkan dipakai
jika hasilnya akan digunakan untuk:
1. Mengadakan diagnosis terhadap ketidakmampuan siswa.
2. Menentukan tempat siswa dalam suatu kelas atau kelompok.
3. Memberikan bimbingan kepada siswa dalam pendidikan dan
pemilihan jurusan.
4. Memilih siswa untuk program-program khusus.

Dari uraian di atas tampak bahwa baik tes standar maupun tes buatan guru masing-
masing mempunyai kegunaan sendiri. Dua macam tipe evaluasi ini saling mengisi dan
saling melengkapi. Secara garis besar kegunaan tes standar antara lain
membandingkan prestasi belajar dengan pembawaan individu atau kelompok,
membandingkan tingkat prestasi siswa dalam ketrampilan perkembangan peserta didik
dalam suatu periode waktu. Berbeda dengan tes buatan guru yang merupakan tes hasil
belajar yang disusun oleh guru itu sendiri untuk mengukur dan menilai hasil belajar
siswa, baik pada setiap penyajian satu satuan pelajaran, maupun pada ujian formatif
(tes ulangan harian) serta sumatif (tes ulangan umum).
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2021). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 3. Bumi Aksara.

Rahman, A. A., Pd Cut, M., Nasryah, E., & Pd, M. (n.d.). EVALUASI PEMBELAJARAN.
www.penerbituwais.com
Supandi, S., Khodijah, K., & Arsyam, M. (n.d.). TES STANDAR DAN NON TES
STANDAR.
Sugianto, A. (2016). Ciri-Ciri (Karakteristik) Tes yang Baik. Palangka Raya: Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Palangka Raya.

Nurkancana, W., & Sumartana, P. P. N. (1986). Evaluasi pendidikan. Surabaya: Usaha


Nasional, 11, 26-30.

Joni, R. (1984). Pengukuran dan penilaian Pendidikan. Surabaya: Karya Anda.

Anda mungkin juga menyukai