TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Instrumen Penilaian
Penilaian (evaluation) merupakan suatu proses di mana informasi dan
pertimbangan diolah untuk membuat suatu keputusan untuk kebijaksanaan yang
akan datang (Nasoetion dan Suryanto, 2004). Penilaian proses belajar adalah upaya
member nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan
guru dalam mencapai tujuan – tujuan pengajaran (Sudjana, 2009). Kegiatan
penilaian merupakan tindak lanjut dari adanya alat ukur (tes), dilaksanakannya
pengukuran yang membuahkan hasil pengukuran. Keputusan mengenai penilaian
tidak semata – mata didasarkan pada hasil pengukuran tetapi ada unsur
pertimbangan dari pihak guru (Nasoetion dan Suryanto, 2004). Berdasarkan
pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses tindak
lanjut dari adanya alat ukur (tes) dimana informasi data hasil tes dan pertimbangan
dari pihak guru diolah untuk membuat suatu keputusan atau kebijaksanaan.
Fungsi penilaian sebagai alat seleksi dan mengklasifikasi, sebagai sarana untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara maksimal, dengan kata
lain, penilaian pencapaian belajar siswa tidak hanya merupakan suatu proses untuk
mengklasifikasikan keberhasilan dan kegagalan dalam belajar, tetapi untuk
meningkatkan efisiensi dan keefektifan (purwanto, 2009).
9
10
dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk tindakan (tes tindakan)
(Sudjana, 2009). Tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru-guru kepada
murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tes adalah alat atau prosedur yang berupa
serentetan pertanyaan atau latihan yang dipergunakan dalam pengukuran atau
penilaian (Purwanto, 2009).
Jenis Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu tes uraian dan
tes objektif. Tes uraian dan tes objektif memiliki keunggulan dan kelemahan.
Perhatikanlah perbandingan tes uraian dan tes objektif pada tabel 2.1.
Prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan mengukur keterampilannya dibutuhkan :
1. Tes digunakan mengukur secara jelas hasil belajar (learning outcomes) yang
telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional. Seorang guru harus dapat
merumuskan tujuan pembelajaran, agar lebih mudah dalam menyusun soal-
soal tes yang relevan untuk mengukur pencapaian tujuan yang telah
dirumuskannya.
2. Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran
yang telah diajarkan. Tes yang disusun harus mencakup soal-soal yang
dianggap dapat mewakili seluruh hasil belajar siswa yang telah diperoleh
selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Seorang guru menyusun kisi-kisi
terlebih dahulu sebelum menyusun soal. Kisi-kisi yang disusun harus memuat
rincian topik atau subtopik dari bahan pelajaran yang telah diajarkan, dimana
12
jumlah dan jenis soal disesuaikan dengan tujuan khusus dari setiap topik yang
bersangkutan.
3. Bentuk soal ada berbagai macam seperti pilihan ganda, uraian, dan isian
untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan tujuan. Hasil belajar menurut
taksonomi bloom berupa tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor), dan ketiga ranah tersebut masih
dapat dirinci menjadi bermacam-macam kemampuan yang perlu
dikembangkan dalam setiap pengajaran. Misalnya, untuk mengukur hasil
belajar yang berupa keterampilan, tes yang cocok adalah melakukan atau
mempraktikkan sesuatu. Demikian pula untuk mengukur kognitif siswadalam
menganalisis suatu prinsip, tidak cocok digunakan bentuk soal objektif yang
hanya menuntut jawaban dengan mengingat atau recall. Oleh karena itu,
penyusunan suatu tes harus disesuaikan dengan jenis kemampuan hasil belajar
yang diukur.
4. Tes dikategorikan menjadi beberapa macam berdasarkan kegunaannya, antara
lain: 1) Tes Penempatan, yaitu tes yang digunakan untuk menempatkan siswa
dalam suatu jenjang atau jenis program pendidikan tertentu; 2) Tes Formatif,
yaitu tes yang digunakan untuk menemukan umpan balik guna memperbaiki
cara mengajar guru dan cara belajar siswa; 3) Tes Sumatif, yaitu tes yang
digunakan untuk mengukur atau menilai sejauh mana pencapaian siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan, kemudian untuk menentukan
kenaikan tingkat atau kelulusan siswa; dan 4) Tes Diagnostik, yaitu tes yang
digunakan untuk menemukan penyebab kesulitan belajar siswa, seperti latar
belakang psikologis, fisik, ekonomi, dan lingkungan sosial siswa. Keempat
jenis tes tersebut memiliki karakteristik tertentu, baik bentuk soal, tingkat
kesukaran, maupun cara pengolahannya. Oleh karena itu, penyusunan dan
penyelenggaraan tes harus disesuaikan dengan tujuan dan fungsinya.
13
5. Tes memiliki keandalan yang tinggi (realitbilitas tinggi) jika tes itu dilakukan
berulang–ulang terhadap objek yang sama, hasilnya relatif sama,dibuat
seandal (reliable) mungkin sehingga mudah diinterpretasikan dengan baik.
6. Penyusunan dan penyelenggaraan tes hasil belajar yang dilakukan oleh guru
digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus untuk
memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri (Purwanto,
2009).
k b
2
r11 = 1− .......................................(2.1)
k − 1 2t
Keterangan:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b
2
= jumlah varians
2t = varians total
c. Objektivitas
Objektivitas suatu tes ileh tingkat atau kualitas kesamaan skor-skor yang
diperoleh dengan tes itu dinilai oleh beberapa orang penilaian. Menghitung
pemilaian diperlukan kunci jawaban tes (scoring key) (Purwanto, 2009).
Dalam hubungan ini sebuah tes hasil belajar dapat dikatakan sebagai tes hasil
belajar yang objektif, apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan apa
adanya. Ditinjau dari segi isi atau materi tesnya, maka istilah apa adanya itu
mengandung pengertian bahwa materi tes tersebut adalah diambilkan atau
bersumber dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan sesuai atau
sejalan dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan (Sudijono,
2009).
Kualitas objektivitas suatu tes dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1) Objektivitas tinggi ialah jika hasil-hasil tes menunjukkan tingkst
kesamaan yang tinggi. Contohnya tes yang sudah distandarisasi, hasil
penskorannya sangat objektif.
2) Objektivitas sedang ialah seperti tes yang sudah distandarisasi, tetapi
pandangan subjektif skor masih mungkin muncul dalam penilaian dan
interpretasinya.
3) Objektivitas fleksibel ialah seperti beberapa jenis tes yang digunakan
oleh LBP (Lembaga Bimbingan dan Penyuluhan) untuk keperluan
18
counseling, misalnya tes yang bersifat open – end item (open – end
questionairs) (Purwanto, 2009).
d. Praktikabilitas
Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut
dapat dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu: (a) bersifat sederhana,
dalam arti tidak memerlukan peralatan yang banyak atau peralatan yang sulit
pengadaannya; (b) lengkap, dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi
dengan petunjuk mengenai cara mengerjakannya, kunci jawabannya, dan
pedoman scoring serta penentuan nilainya (Sudijono, 2009).
Praktikabilitas dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Praktikabilitas yang
diharapkan (Expected Practicality) Suatu produk diharapkan dapat berguna
sesuai dengan perencanaan ketika diuji cobakan. Pembuat produk harus
menyusun produknya agar dapat digunakan di lapangan. 2) Praktikalitas
Aktual (Actual Practicality) Praktikabilitas diketahui ketika produk telah
diuji cobakan di lapangan. Praktikalitas aktual merupakan pembuktian dari
praktikalitas yang diharapkan (Plomp dan Nieveen, 2013).
tersendiri dalam elemen utama HOTS. Keterampilan berpikir logis dan evaluasi
merupakan bagian dari berpikir kritis, sehingga elemen utama dari HOTS dapat
dibuat lebih sederhana. Keterampilan berpikir tingkat tinggi mencakup keterampilan
berpikir tingkat tinggi.
HOT HOTS
Berpikir
Analisis Kritis
Berpikir
Evaluasi
Kreatif
Problem
Kreasi
Solving
Membuat
Keputusan
Peneliti pengembangan instrumen tes yang akan dilakukan pada penelitian ini
dibatasi hanya pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills) yang mencakup ranah keterampilan Pemecahan Masalah (Sani, 2019).
setiap tahapan adalah meminimalisir tingkat kesalahan atau kekurangan produk pada
tahap akhir model. (Tegeh, dkk., 2014).
matematika
dengan aplikasi
Microsoft Office
Excel diperoleh
hasil sebesar 0,76
dengan
interpretasi yang
tinggi. Artinya
instrumen
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika dapat
dikatakan reliabel
atau dapat
dipercaya .
5 Mochammad Jurnal Pendidikan Karakteristik Berdasarkan mean
Maulana Fisika dan keterampilan score antara
Trianggono dan Keilmuan berpikir kreatif subjek laki-laki
Setyaningsih (JPFK), Volume dalam pemecahan dan perempuan,
Yuanita 4, No. 2, masalah fisika terlihat bahwa
September 2018, berdasarkan subjek perempuan
hal: 98-106. gender memiliki mean
score yang lebih
tinggi
dibandingkan
laki-laki pada
29
aspek elaborasi.
Keterangan:
W = usaha (joule)
F = gaya yang sejajar dengan perpindahan (N)
s = pepindahan (m)
𝜃 = sudut yang terbentuk antara 𝐅⃗ dan 𝐬⃗
Jika 𝐅⃗ dan 𝐬⃗ searah, cos 𝜃 = cos 0𝑜 = 1 dan W = Fs. Tetapi, jika 𝐅⃗ dan 𝐬⃗
berlawanan arah, maka cos 𝜃 = cos 180𝑜 = -1 dan W = -Fs; yaitu usaha
negatif. Gaya seperti gesekan seringkali memperlambat benda, maka arahnya
berlawanan dengan perpindahan. Gaya semacam ini biasanya melakukan
usaha negatif.
Dalam satuan SI, usaha dinyatakan dalam newton meter, suatu satuan
yang disebut joule (J). Jadi, satu joule adalah usaha yang dilakukan oleh gaya
satu newton pada sebuah partikel yang bergerak satu meter dalam arah yang
sama dengan gaya itu. Dalam sistem cgs, satuan usaha disebut erg dan
didefinisikan sebagai 1 erg = 1 dyne.cm. Dalam satuan inggris, usaha diukur
dalam foot pound sebagai 1 J = 107erg = 0,7376 ft.lb.
s1 s2
∆𝒔 = 𝑠2 − 𝑠1
Gambar 2.4 Grafik F-s dari gaya konstan yang menyebabkan
bendaiberpindah dari posisi 𝒔𝟏 ke posisi 𝒔𝟐.
Gambar 2.4, usaha total yang dilakukan untuk memindahkan benda
dengan jarak total ∆𝒔 = 𝑠2-𝑠1 merupakan jumlah luas persegi panjang. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya yang tidak
beraturan pada waktu memindahkan sebuah benda antara dua titik sama dengan
luas daerah di bawah kurva.
2.8.2 Energi
Energi merupakan konsep penting dalam sains. Energi adalah ukuran dari
perubahan yang diberikan pada suatu sistem. Energi juga disebut sebagai
kemampuan untuk melakukan usaha. Energi dapat dipindahkan secara mekanis ke
suatu benda ketika suatu gaya melakukan usaha pada benda tersebut. Jumlah energi
yang diberikan pada suatu benda melalui suatu gaya pada suatu jarak setara dengan
usaha yang dilakukan. Lebih lanjut, ketika suatu benda melakukan usaha benda
tersebut melepaskan energi sebesar usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, energi
adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Dalam fisika terdapat berbagai jenis
energi, di antaranya energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik yang akan
dibahas berikut ini.
a. Energi Kinetik
Energi gerak disebut energi kinetik. Kata “kinetik” berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “gerak”.48 Artinya, setiap benda yang bergerak memiliki
32
energi kinetik. Energi kinetik bergantung pada massa dan kelajuan benda.
Perhatikan gambar 2.5 di bawah ini.
𝐬⃗
3 Gambar 2.5 Gaya total konstan 𝐅⃗ tot mempercepat bis dari laju 𝒗𝟏 sampai 𝒗𝟐
sepanjang jarak s
Gambar 2.5, memperlihatkan sebuah bis dengan masa m yang sedang
bergerak pada garis lurus dengan laju awal 𝑣1. Untuk mempercepat benda itu
secara beraturan sampai laju 𝑣2, gaya total konstan 𝐅⃗ tot diberikan padanya
dengan arah yang sejajar dengan geraknya sejauh s. Kemudian usaha total
yang dilakukan pada benda tersebut adalah 𝑊tot = 𝐹tot s. Kita terapkan
hukum Newton kedua, 𝐹tot = 𝑚𝑎, dan gunakan persamaan 𝑣22 = 𝑣12 + 2𝑎𝑠,
dengan 𝑣1 sebagai laju awal dan 𝑣2 sebagai laju akhir sehingga persamaan
menjadi:
𝑣22 = 𝑣12 + 2𝑎𝑠 ..................... (2.3)
𝑣22 − 𝑣12
𝑎= ...........................................(2.4)
2𝑠
kemudian substitusikan persamaam 2.5 ke dalam, 𝐹tot = 𝑚𝑎, dan tentukan
usahayang dilakukan:
𝑣22 − 𝑣12
𝑊𝑡𝑜𝑡 = 𝐹𝑡𝑜𝑡 𝑠 = (𝑚𝑎)𝑠 = 𝑚 ( ) 𝑠 ...(2.5)
2𝑠
1 1
𝑊𝑡𝑜𝑡 = 𝑚𝑣22 − 𝑚𝑣12 ..........................(2.6)
2 2
1
kita definisikan besaran mv2 sebagai energi kinetik translasi (EK) dari benda
2
tersebut:
Keterangan:
EK = Energi Kinetik (J)
33
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)
Dapat disimpulkan bahwa 𝑊tot = 𝐸𝐾2 − 𝐸𝐾1 atau 𝑊tot = ∆𝐸𝐾.
Dengan kata lain, usaha total yang dilakukan pada sebuah benda sama
dengan perubahan energi kinetiknya, inilah dinamakan prinsip usaha-
energi. Prinsip usaha energi menunjukkan bahwa usaha total (positif) W
dilakukan pada sebuah benda, energi kinetiknya bertambah sejumlah W.
b. Energi Potensial
h
m
4
5 Gambar 2.6 Energi Potensial Benda
𝐸𝑃 = 𝑚𝑔ℎ ...............................(2.7)
Keterangan :
EP = Energi Potensial (J)
m = Massa (kg)
g = Percepatan Gravitasi (m/s2)
h = Ketinggian Terhadap Titik Acuan (m)
Keterangan:
EP = energi potensial gravitasi (J)
M = massa planet (kg)
m = massa benda (kg)
r = jarak benda ke pusat planet (m)
G = tetapan gravitasi universal (6,673 x 1011N. m2/kg2)
Keterangan:
EM = energi mekanik (joule)
EP = energi potensial (joule)
EK = energi kinetik (joule)
Hukum konservasi energi mekanik menyatakan bahwa energi mekanik
yang dimiliki oleh sebuah benda adalah kekal (tetap). Pernyataan ini sesuai
dengan pernyataan hukum konservasi energi secara umum, yaitu energi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya dapat dirubah dari bentuk
energiyang satu ke bentuk energi yang lain.
𝐸𝑀1 = 𝐸𝑀2
1 1
𝑚𝑔ℎ1 + 2 𝑚𝑣12 = 𝑚𝑔ℎ2 + 𝑚𝑣22 ...............................(2.10)
2