Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PERTEMUAN KE 8

MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN


DOSEN Drs. Mualim, S.Ag., M.Pd.

NAMA MAHASISWA :
DIO ALPHARD PUTRA PUTRA 858859632
RANGKUMAN EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 1
KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar Penilaian dalam Pembelajaran


A. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan tes maupun nontes.

TES

PENGUKURAN PENILAIAN ASESMEN

EVALUASI

Tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk


mengukur hasil belajar siswa. Pertanyaan dalam tes menghendaki adanya respon yang
benar atau salah. Jika tidak memerlukan respon yang benar atau salah maka kelompok
alat ukur tersebut termasuk dalam non tes.
Contoh tes : Tes Objektif, Tes Uraian
Contoh non tes : Pedoman pengamatan, Skala sikap. Skala rating, Pedoman wawancara
Pengukuran merupakan kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur
untuk menggambarkan karakteristik suatu objek.
Groundlund and Linn (1990), measurement is limited quantitative descriptions of
pupil behavior, that is the results of measurement are always expressed in numbers.
Contoh kegiatan pengukuran : Pak Budi memberi angka tujuh kepada Andi pada
saat ulangan harian mata pelajaran IPA.
Hanna (1993), Assessment is the process of collecting, interpreting and
synthesizing information to aid in decision making. Assessment synonymous with
measurement plus observation. it concerns drawing inferences from these data sources.
The primary purpose of assessment is to increase student’s learning and development
rather than simply to grade or rank student performance.
Contoh kegiatan asesmen : berdasarkan data-data yang terkumpul dari hasil
belajar Andi pada mata pelajaran Fisika, Bu Nanik menyatakan bahwa Andi mengalami
kesulitan pada saat menghitung biaya penggunaan listrik. Kegiatan yang dilakukan Bu
Nanik termasuk dalam rangkaian asesmen (menilai perkembangan belajar bagi siswa)
Tessmer (1993), evaluation is a data gathering process to determine the worth or
value of something or the extent to which goals are being achieved.
Penilaian dalam arti asesmen yaitu suatu kegiatan untuk memperoleh informasi
pencapaian hasil belajar dan kemajuan belajar siswa serta mengefektifkan penggunaan
informasi tersebut untuk mencapai tujuan Pendidikan.
Penilaian dalam arti evaluasi yaitu suatu kegiatan yang dirancang untuk
mengukur kefektifan suatu system Pendidikan secara keseluruhan.
Kedudukan antara tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi

Prinsip-prinsip Penilaian
1. Berorientasi pada pencapaian kompetensi
2. Valid
3. Adil
4. Objektif
5. Berkesinambungan
6. Menyeluruh
7. Terbuka
8. Bermakna
Pergeseran paradigma penilaian hasil belajar
Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya dilakukan dengan
menggunakan alat ukur tes saja. Dengan cara ini maka kita tidak dapat mengukur
keseluruhan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Karena itu, ahli pendidikan
mengusulkan penilaian hasil belajar siswa menggunakan asesmen, dengan begitu kita
dapat mengukur tidak hanya dari hasil belajar saja tapi juga dari proses belajar siswa
secara menyeluruh.
 Assessment for learning : memungkinkan guru menggunakan informasi kondidi siswa
untuk strategi pembelajaran.
 Assessment as learning : memungkinkan siswa untuk bercermin pada capaian dan
kemajuan belajarnya sendiri serta menentukan strategi dan target belajarnya.
 Assessment of learning : membantu guru untuk mengukur capaian siswa terhadap
tujuan kompetensi dan standar yang ada.

Proporsi penilaian proses pembelajaran melalui assessment for learning dan


assessment as learning lebih dominan daripada proporsi penilaian hasil belajar

B. Kegiatan Belajar 2 : Jenis Dan Fungsi Penilaian Dalam Pembelajaran


a. Tes seleksi dan fungsinya
Yaitu tes untuk memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program.
Fungsi: menghasilkan calon-calon teerpilih yang dapat diterima untuk mengikuti
suatu program.
Contoh : tes masuk sekolah
b. Tes penempatan dan fungsinya
Yaitu untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya.
Fungsi: mengelompokkan siswa dalam satu kelompokyang relatif homogen
kemampuan atau ketrampilannya.
Contoh : tes untuk penjurusan IPA atau IPS
c. Pre test – post test dan fungsinya
 Pre test yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi
pelajaran yang akan disampaikan.
 Post test yaitu untuk menngetagui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan
program setelah mereka mengikuti program tersebut.
 Fungsi : menilai efektivitas proses pembelajaran
d. Tes diagnostik dan fungsinya
Yaitu untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi
pelajaran.
Fungsi: langkah awal untuk menentukan dan memperbaiki atau menghilangkan
penyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.
Contoh : menelusuri kelemahan-kelemahan yang dimiliki murid.
e. Tes formatif dan fungsinya
Yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran
yang baru saja diajarkan.
Fungsinya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Contoh : tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap baba tau KD (Kompetensi
Dasar)
f. Tes sumatif dan fungsinya
 Yaitu untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses
pembelajaran.
 Fungsinya menilai hasil belajar siswa.
 Contoh : Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester
g. Tes unjuk kerja yaitu untuk menilai performance siswa dalam menghayati atau
menghasilkan suatu karya atau hasil belajar.
MODUL 2
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR

1. KEGIATAN BELAJAR 1 : KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES


A. Tes Objektif
KEUNGGULAN KELEMAHAN & UPAYA UNTUK MEMINIMALKANNYA
 Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir rendah sampai dengan sedang
(ingatan, pemahaman, penerapan).
 Semua/sebagian besar materi yang telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian
sehingga semua sebagian besar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam
RPP dapat diukur ketercapaiannya.
 Pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat tepat, dan
konsisten karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas dan
pasti.
 Memungkinkan untuk dilakukananalisis butir soal.
 Tingkat kesukaran soal dapat dikendalikan.
 Informasi yang diperoleh lebih kaya
1) Butir soal yang ditulis cenderung mengukur proses berpikir rendah.
Upaya : agar soal yang ditulis dapat mengukur tujuan pembelajaran yang
ditetapkan penulis harus berorintasi pada kisi-kisi soal.
2) Membuat pertanyaan tes objektif yang lebih baik lebih sukar sehingga
membutuhkan waktu lebih lama.
Upaya : penulis sudah terlatih dengan baik dalam menulis tes objektif.
3) Kemampuan anak dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca
dan menerka.
Upaya : menuliskan butir soal dengan baik sesuai kaidah penulisan butir
soal objektif yang telah ditentukan.
4) Anak tidak dapat mengorganisasian , menghubungkan, dan menyatakan
idenya sendiri karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan
sudah diberikan oleh penulis soal.
Upaya: menggunakan tes uraian

B. Tes Uraian
 Keunggulan :
1) Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2) Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak
dapat diukur dengan tes objektif
3) Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian lebih cepat dari pada
waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
4) Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes
objektif.

 Kelemahan:
1) Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
2) Sukar memeriksa jawaban siswa

 Pemberian skor yang kurang Objektif dan kurang Konsisten Dapat Disebabkan
Karena beberapa hal yaitu :
1) Adanya hallo effect
2) Adanya efek bawaan ( carry over effect)
3) Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
4) Pengaruh penggunaan Bahasa
5) Pengaruh tulisan tangan

 Upaya untuk meminimalkan kelemahan :


1) Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan Saat
Ujian Adalah Membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh
siswa ( tes uraian terbatas )
2) Upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas pemeriksa adalah dengan
memeriksa hasil ujiantanpa nama.
3) Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah:
a. Gunakan tes uraian terbatas
b. Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
c. Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
d. Lakukan uji coba pemeriksaan
4) Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan /
menutup nama peserta tes
5) Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara memeriksa
jawaban soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa
soal no 2 juga Untuk keseluruh Siswa begitu seterusnya sampai butir soal
terakhir
6) Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika anda
sudah merasa lelah dalam memeriksa.

2. KEGIATAN BELAJAR 2 : MENGEMBANGKAN TES


A. Tes Objektif
1) Tes benar salah / true false item
Fungsi :
 Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu
pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.
 Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan
pendapat atau opini.
 Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.
Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel
materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur
proses berpikir sederhana.
Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu
50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek
ingatan.
2) Tes menjodohkan / matching exercise
 Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah
pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon.
Keunggulan : mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak
materi yang telah diajarkan pada siswa.
Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang
sederhana.
3) Tes pilihan ganda / multiple choice
 Ragam tes pilihan ganda :
a. Melengkapi pilihan ( ragam A)
Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban.
b. Hubungan antarhal (ragam B)
Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen
dipisahkan dengan kata sebab.
c. Analisi kasus (ragam C)
d. Ganda kompleks (ragam D)
e. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E )
 Mengkonstruksi tes objektif yang baik
a. Saran dalam mengkonstruksi tes B-S
 Kalimat / pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar/ salah.
Hindari Pernyataan yang membingungkan/ bermakna ganda.
 Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil belajar
yang tdk mengukur kompetensi.
 Upayakan butir soal tsb menguji hasil belajar yang lebih tinggi dari
sekedar ingatan.
 Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi pernyataan negatif
ganda.
 Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks.
 Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang dalam hal
penulisan kalimat.
 Jumlah jawanan untuk pernyataan benar/ salah harusnya seimbang.
b. Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan
 Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau kedua harus
terdiri dari pernyataan yang homogen.
 Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak dari kolom
kedua.
 Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek dari
premis.
 Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan harus
diurutkan.
 Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon pada halaman
yang sama.
c. Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda
 Inti permasalahan yang ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas.
 Hindari pengulangan kata yang sama pada alternatif jawaban.
 Hindari penggunaan kalimat berlebihan pada pokok soal.
 Alternatif jawaban hendaknya logis, homogen dari segi materi /
panjang pendek kalimat dan pengecoh menarik untuk dipilih.
 Dalam merumuskan soal hindari adanya petunjuk ke jawaban yang
benar.
 Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.
 Hindari penggunaan ungkapan negatif dlm penulisan soal.
 Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar /
semua jawaban salah.
 Jika alternatif jawaban berupa angka, susunlah angka tersebut
berurutan.
 Dalam perumusan soal hindari penggunaan istilah teknis.
 Upayakan agar jawaban soal tidak tergantung jawaban soal yang
lain.
B. Tes Uraian
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu:
1) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
2) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
3) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
4) Gunakan tes uraian terbatas.
5) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
6) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
7) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
8) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
9) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan
soal dg benar.
 Pedoman penskoran :
1) apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka
jawaban tersebut harus ditulis.
2) Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
3) Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
4) Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada
jawaban tersebut.
5) Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih
dari yang lain.

3. KEGIATAN BELAJAR 3 : PERENCANAAN TES


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain :
a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus
diupayakan serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan
apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara
keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal dan
waktu tes yang disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan kemampuan
berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
d. Sebaran tingkat kesukaran.
e. Waktu ujian yang disediakan
f. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang disediakan.
RANGKUMAN MODUL 3
RANCANGAN PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
A. Latar Belakang
Penggunaan asesmen alternative dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada
Tahun 1980-an, sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang hanya
menggunakan tes tertulis (paper and pencil test).

B. Konsep Dasar Asesmen Alternatif


Asesmen Alternatif atau Achievement assessment adalah pengertian umum terhadap
semua usaha yang mengukur, mengetahui, mendeskripsikan hasil belajar siswa. Asesmen
alternatif merupakan asesmen yang tidak hanya tergantung pada tes tertulis.
C. Landasan Psikologis
Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan teori belajar khususnya dari aliran
psikologi kognitif. Berikut adalah teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam
pelaksanaan asesmen alternatif:
1. Teori fleksibilitas dari R. Spiro (1990)
Teori ini beranggapan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak terstruktur.
2. Teori belajar Bruner (1966)
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang dilakukan siswa dengan cara
mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep baru atas dasar konsep, pengetahuan, dan
kemampuan yang telah dimiliki.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983)
Menurut teori ini, otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
mengintrepretasikan informasi serta menarik kesimpulan dari informasi-informasi tersebut.
4. Experiential Learning Theory dari C. Rogers (1969)
Teori ini membedakan dua jenis belajar yang berhubungan dengan pengetahuan (kongnitif)
dan pengalaman.
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
Menurut Gardner, intelegensia didefinisikan sebagai suatu kemampuan seseorang yang
digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan untuk menunjukkan suatu produk
yang dihargai oleh satu atau labih budaya.
D. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Alternatif
Keunggulan
1. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks
2. Menyajikan hasil penilaian yang lebih hakiki, langsung dan lengkap.
3. Meningkatkan motivasi siswa.
4. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri.
6. Membantu guru untuk menilai efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan
7. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar.
Kelemahan
1. Membutuhkan banyak waktu.
2. Adanya unsur subjektivitas dalam penskoran.
3. Ketetapan penskoran rendah.
4. Tidak tepat untuk kelas besar.
E. Bentuk-Bentuk Asesmen Alternatif
Bentuk-bentuk asesmen alternatif menurut O’Malley and Pierce (1996):
1. Asesmen kinerja (Performance assessment)
2. Observasi dan pertanyaan (Observation and Question),
Presentasi dan Diskusi (Presentation and Discussion).
3. Proyek/ Pameran (Project/ Exhibition)
4. Eksperimen/ demonstrasi (Experiment/ demonstration)
5. Bercerita (Story or text reteling)
6. Evaluasi diri oleh siswa (Self assessment)
7. Portofolio dan jurnal.

KB 2
BENTUK ASESMEN KINERJA
A. TUGAS (TASK)
1. COMPUTER ADAPTIVE TESTING
2. TES PILIHAN GANDA YANG DIPERLUAS
3. TES URAIAN TERBUKA (OPEN ENDED QUESTIONS)
4. TUGAS INDIVIDU
5. TUGAS KELOMPOK
6. PROYEK
7. INTERVIEW
8. PENGAMATAN
B. KRITERIA PENILAIAN (RUBRIC)
A. HOLISTIC RUBRIC
B. ANALYTIC RUBRIC

MODUL 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR

Kegiatan Belajar 1 : Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar

Tujuan Penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang telah ditetapkan
sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum.
Dalam menilai hasil belajar siswa, guru hendaknya memperhatikan berbagai pernyataan
berikut:
1. Apakah metode dan prosedur penilaiannya yang dibuat cukup valid untuk mengukur
hal-hal yang telah dipelajari siswa?
2. Apakah hasil penilaian dapat diberi skor secara adil dan menyeluruh?
3. Apakah hasil penilaian dapat menggambarkan hasil belajar siswa secara tepat?
4. Apakah penilaian yang dilakukuan sudah mencakup aspek penting dalam
pembelajaran?

Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk
penilaian, misalnya tes tertulis yangs sering digunakan adalah tes objektif dan uraian.
Sedangkan unjuk kerja siswa sering dinilai dengan cara pemberian tugas atau portofolio.

2. Memeriksa Hasil Tes Uraian


Ada lima faktor yang menjadi permasalahan ketika memeriksa hasil tes uraian yaitu:
a. Ketidaktepatan pemeriksaan dalam pemberian scor,
b. Adanya hallo effect,
c. Carry over effect,
d. Order effect,
e. Adanya efek penggunaan bahasa serta tulisan siswa.

Cara memeriksa hasil tes uraian yang baik harus memperhatikan cara-cara berikut, yakni:
a. Untuk menjaga ketepatan hasil pemeriksaan (reliabilitas), sebaiknya setiap lembar
jawaban siswa minimal diperiksa oleh dua orang pemeriksa yaitu pemeriksa 1 dan
pemeriksa 2
b. Sebelum memulai memeriksa jawaban siswa, kedua pemeriksa harus duduk bersama
menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan-kesepakatan tentang bagaimana cara
memeriksa jawaban siswa.
Kegiatan Belajar 2 : Pendekatan dalam Pemberian Nilai

A. PENGORGANISASIAN INFORMASI HASIL BELAJAR SISWA


Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor mentah
(raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Data hasil belajar siswa tersebut perlu
ditata agar lebih mudah dipahami. Seanjutnya data tersebut diolah dan diinterpretasikan untuk
kemudian diambil keputusan tentang bagaimana pencapaian hasil belajar siswa.

B. PENDEKATAN DALAM PENILAIAN


Ada dua buah pendekatan yang sering digunakan untuk mengintepretasikan data hasil
pengukuran yaitu Penelitian Acuan norma (PAN) dan Penelitian Acuan Kriteria (PAK)

1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Pendekatan penilaian acuan normal adalah suatu endekatan untuk menginterpretasikan hasil
belajar siswa dimana hasil belajar yang
diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya.
a. Harga rata-rata (means)
b. Simpangan baku (SB)
c. Penggunaan kurva nornal

2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Jika dalam pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN) keberhasilan setiap anak
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya, maka dalam PAK keberhasilan
setiap anak tidak dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan
setiap anak akan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Penilaian
Pengertian penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya.
a. Harga rata-rata (means)
b. Simpangan baku (SB)
c. Penggunaan kurva nornal

2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Jika dalam pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN) keberhasilan setiap anak
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya, maka dalam PAK keberhasilan
setiap anak tidak dibandingkan dengan hasil yang diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan
setiap anak akan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Penilaian
Pengertian penilaian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Prinsip-prinsip penilaian antara lain:
a. Berorientasi pada pencapaian kompetensi
b. Valid
c. Menyeluruh
d. Adil dan objektif
e. Berkesinambungan
f. Menyeluruh
g. Bermakna

4. Penyajian Hasil Penilaian


Bentuk penilaian yang dilakukan guru, antara lain:
a. Penilaian dengan menggunakan angka. Dalam penilaian ini hasil belajar yang diperoleh
siswa diberikan dalam bentuk angka. Rentang angka yang digunakan berupa 1 – 10 atau 1 –
100.
b. Penilaian dengan kategori. Dalam penilaian hasil belajar siswa disajikan dalam bentuk
kategori, misalnya Baik, Cukup, dan Kurang.
c. Penilaian dengan ;uraian atau narasi. Dalam hal ini penilaian hasil belajar siswa
disajikan dalam bentuk uraian atau narasi, misalnya siswa belum dapat membaca lancar
lancar dsb.
d. Penilaian kombinasi. Dalam penilaian ini hasil belajar siswa diberikan dalam bentuk
kombinasi penilaian baik berupa penilaian angka, kategori dan narasi.

5. Proses Pemberian Nilai


Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentu tingkat keberhasilan siswa
dalam pencapaian kompetensi diperlukan alat ukur dan jenis tagian sebagai berikut:
a. Kuis: digunakan untuk menyakan hal-hal prinsip dari pelajaran yang lalu secara singkat.
b. Pertanyaan lisan di kelas: digunakan untuk mengungkap penguasaan konsep, prinsip, atau
teori saat proses pembelajaran berlangsung.
c. Ulangan harian: digunakan secara periodik untuk mengungkap pemahaman atau
keterampilan siswa terhadap apa yang telah diajarkan oleh guru.
d. Tugas individu atau kelompok: digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
menerapkan berbagai konsep, prinsip, atau teori serta melatih kerja sama dalam
menyelesaikan suatu tugas
e. Ulangan semesteran: digunakan untuk mengukur pencapaian kompetemsin siswa setelah
menyelesaikan pembelajaran selama satu semester.
f. Laporan tuas atau laporan kerja: digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa
dalam menbuat laporan dari tugas atau kerja praktek yang diberikan.
g. Ujian praktek; digunakan untukmengungkap keterampilan siswa dalam melakukan
sesuatu.

MODUL 5
VALIDITAS DAN REABILITAS HASIL PENGUKURAN
● Apakah validitas itu?
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang
ingin Anda ukur. Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang
dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi ( Grondlund dan Linn ,1990 ) secara umum
validitas ada tiga jenis yaitu:
1. Validitas isi ( content validity )

Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “sejauh mana item- item
yang ada dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan.
2. Validitas konstrak ( construct validity )

Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat
mengungkap keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasardalam
penyusunan tes tersebut.
3. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu ( criterion related validity)

Jika suatu tes dimaksudkan akan memprediksi keberhasilan seseorang di masa yang akan
datang atau dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian antara pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai prestasi yang bagus .
● Apakah reabilitas itu?

Merupakan ketetapan hasil yang diperolah dari suatu pengukuran . salah satu cara untuk
mengetahui ketetapan adalah dengan melakukan pengukuran dua kali untuk mengetahui hasil
yang maksimal.
● Bagaimana hubungan antara valliditas dan reabilitas?

Ketetapan hasil pengukuran ( reabilitas ) sangat diperlukan untuk memperoleh alat ukur yang
dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat ( valid).
● Bagaimana meningkatkan reabilitas tes?

Reabiitas suatu tes dapat ditingkatlkan dengan menambah jumlah butir ke dalam tes
tersebut.kita dapat meningkatkanya dengan cara menambah butir soal yang homogen . Soal
homogen adalah butir- butir soal yang mengukur hal yang sama dengan butir soal yang sudah
ada.

ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN


A. Mengapa analisis butir soal penting?
Menurut Nitko ( 1983) analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan data dan
penggunaan informasi tentang tiap- tiap butir soal terutama informasi tentang respon siswa
terhadap setiap butir soal. Dikatakan bahwa arti penting penggunaan analisis butir soal adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal.
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam
menguasai suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi Anda sendiri sebagai guru untuk mengetahui
kesulitan yang dialami siswa
4. Sebagai acuan dalam merevisi soal
5. Untuk memperbaiki kemampuan Anda dalam menulis soal.

B. KAPAN ANALISIS BUTIR SOAL DILAKUKAN?

Pada saat Anda mengujikan suatu set soal untuk mengambil keputusan penting tentang hasil
belajar siswa maka idealnya Anda harus yakin bahwa set soal tersebut valid dan reliabel.
Dalam menganalisis butir soal paling tidak ada dua karakteristik butir soal yang perlu Anda
perhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir- butir soal.
1. Tingkat kesukaran butir soal
Berikut meruoakan satu karakteristik yang dapat menunjukkan kualitas butir soal
apakah termasuk mudah atau sukar.

2. Daya beda
Daya beda yaitu seberapa jauh soal tersebut dapat membedakan kemampuan individu
peserta tes.

C. BAGAIMANA CARA MELAKUKAN ANALISIS SECARA


SEDERHANA?

Berikut langkah –langkah dalam menganalisis butir soal:


● Hitunglah jumlah jawaban yang benar untuk seluruh siswa
● Berdasarkan jumlah jawaban yang benar dari seluruh siswa susunlah skor siswa mulai
dari skor tertinggi ke skor terendah
● Berdasarkan urutan skor tersebut tentukan siswa yang termasuk dalam kelompok atas
dan bawah
● Hitunglah jumlah siswa dalam kelompok atas
● Dengan cara yang sama hitung jumlah siswa dalam kelompok bawah
● Hitunglah jumlah seluruh peserta tes
● Hitung tingkat kesukaran butir soal dan daya beda dengan menggunakan rumus

Evaluasi Pembelajaran di SD : Rangkuman Materi Modul 6


Sejak diberlakukan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) tahun 2004, terjadi
pergeseran pada aspek Penilaian yaitu: Penilaian Pendidikan diarahkan kepada Pencapaian
Kompetensi Standar yang sudah ditetapakan. Jadi standar tersebut merupakan patokan atau
acuan minimal dalam hal kompetensi yang harus dipenuhi oleh lulusan suatu lembaga
pendidikan. Dengan diberlakukannya KBK, maka proses pembelajaran lebih diarahkan pada
pencapaian kompetensi peserta didik secara menyeluruh. Tidak hanya menekankan aspek
kognitif, melainkan juga aspek psikomotor dan afektif. Hal ini berarti proses pembelajaran
akan mengembangkan secara proporsional aspek tujuan pendidikan yang sebelumnya kurang
mendapat perhatian.
Salah satu prinsip penilaian kelas adalah peroses penilaian merupakan proses dari
pembelajaran.
Penilaian kelas yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan langsung dengan aktivitas
proses belajar mengajar. Demikian pula proses belajar mengajar akan efektif apabila
didukung oleh penilaian kelas yang efektif. Penilaian merupakan bagian integral dari proses
belajar mengajar, oleh karena itu penilaian mencakup penilaian proses dan hasil belajar.
Penilaian dilakukan baik pada saat proses belajar berlangsung, pada akhir setiap pertemuan /
pembelajaran atas kompetensi tertentu. Untuk mengetahui ketercapaian kompetensi tertentu,
guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogam. Penilaian harus digunakan
sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan untuk
mengukur efektivitas proses pembelajaran.
Berikut beberapa Tujuan Penilaian Kelas yakni diantaranya :
a. Penelusuran (Keeping Track), yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menelusuri agar
proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi
sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui berbagai bentuk penilaian kelas agar
memperoleh gambaran tentang pencapaian kompetensi siswa.
b. Pengecekan (Checking Up), yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mengecek apakah
ada kelemahan-kelemahan yang dialami anak diidk dalam proses pembelajaran. Melalui
penilaian kelas, baik yang bersifat formal maupun informal, guru melakukan pengecekan
kemampuan (kompetensi) apa yang telah dikuasai siswa dan apa yang belum dikuasai.
c. Pencarian (Finding Out), yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan
menemukan hal - hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan merefleksikan hasil penilaian kelas dan
mencari hal - hal yang menyebabkan terjadinyaproses pembelajaran tidak berjalan secara
tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan temuan tentang penyebab itulah guru dapat
menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasinya.
d. Penyimpulan (Summing Up), yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menyimpulkan
apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Penyimpulan sangat penting khususnya pada saat guru diminta melaporkan hasil kemajuan
belajar anak kepada orangtua, sekolah, atau pihak lain di akhir semester / tahun pelajaran,
baik dalam bentuk rapor ataupun dalam bentuk lainnya.
Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan sistematis oleh guru yang memiliki
fungsi motivasi, belajar tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik. Lalu agar penilaian
dapat memberikan fungsi secara optimal, dalam melakukan penilaian guru hendaknya selalu
berpedoman kepada prinsip – prinsip penilaian kelas sebagai berikut : Proses penilaian
merupakan bagian dari pembelajaran, Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata,
Menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria., Penilaian harus bersifat holistic,
Penilaian kelas mengacu kepada kemampuan (Comptency Referenced), Berkelanjutan
(Continuous), Didaktis, Menggali informasi, Melihat yang benar dan yang salah.
Agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan efektif, guru harus menggunakan
berbagai metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakteristik pengalaman belajar yang dialami siswa. Oleh sebab itu guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan kemahiran tentang berbagai metode dan teknik penilaian sehingga
dapat memilih dan melaksanakan dengan tepat metode dan teknik yang dianggap paling
sesuai dengan tujuan dan proses pembelajaran serta pengalaman belajar yang telah
ditetapkan. Metode – metode tersebut meliputi ; Penilaian tertulis baik berupa soal pilihan
maupun uraian, Tes praktek, Penilaian produk, Penilaian proyek, Peta perkembangan,
Evaluasi diri siswa, Penilaian afektif, dan Portofolio.
BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) menetapkan Standar ketuntasan belajar,
kenaikan kelas dan kelulusan dalam buku pedoman KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Ada 3 hal yang telah ditetapkan dan dikembangkan oleh BNSP dalam pedoman
KTSP yakni diantaranya ;
a. Prinsip Ketuntasan Belajar merupakan suatu keharusan dengan diterapkanya Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK). Pelaksanaanya diwujudkan dengan adanya ketentuan
Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) untuk setiap mata pelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah. SKBM merupakan ukuran standar kemampuan yang
harus dicapai siswa dalam mata pelajaran tertentu. Namun standar ini dapat disesuaikan
dengan kebijakan pemerintah daerah setempat.
b. Kenaikan Kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran, Kriteria kenaikan kelas
yakni sebagai berikut ;
- Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
dua semester di kelas yang diikuti.
- Tidak terdapat nilai dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM).
- Memiliki nilai minimal baik untuk aspek kepribadian pada semester yang diikuti.
c. Kriteria Kelulusan, dimaksudkan peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan
dasar dan menengah setelah :
- Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
- Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia, PKn dan Kepribadian,
ESTETIKA, dan mata pelajaran PJOK.
- Lulus ujian sekolah untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
- Lulus Ujian Nasional.
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru dapat berhasil dengan efektif, guru
harus memanfaatkan Hasil dari berbagai jenis Tes, nah berikut fungsi dari berbagai jenis tes
tersebut ;
a. Pre Tes berfungsi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang akan
diajarkan. dan Post Tes berfungsi untuk menilai efektivitas proses pembelajaran dan untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran yang telah dilakukan efektif atau tidak, maka pada
akhir proses pembelajaran dilakukanya post tes tersebut yang berisi set tes yang parallel
disusun dari kisi-kisi tes yang sama.
b. Tes Formatif, berfungsi untuk melihat efektivitas proses pembelajaran dan untuk
mengetahui apakah siswa telah benar-benar menguasai kompetensi yang ditetapkan. Titik
berat tes formatif adalah pada pengukuran pencapaian kompetensi siswa, bukan mencari
penyebab kesulitan belajar siswa. Hasil tes tes formatif inilah yang menjadi dasar tindakan
guru untuk melakukan perbaikan yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan proses
pembelajaran.
c. Tes Diagnostik, berfungsi untuk menemukan kesulitan pemahaman konsep yang
dialami siswa, maka materi tes diagnostic dikembangkan dari konsep-konsep yang sulit
dipahami siswa. Dari hasil tes diagnostic guru akan dapat menemukan kesulitan belajar yang
dialami siswa. Lalu guru harus berupaya mencari penyebab kesulitan belajar tersebut
sekaligus menemukan alternative solusi untuk bisa mengatasi penyebab kesulitan belajar
tersebut.
d. Penilaian Non Tes, berfungsi untuk memberikan Informasi umpan balik bagi proses
pembelajaran. Juga dapat memberikan informasi tentang perkembangan kemampuan siswa
dalam kurun waktu tertentu, kecenderungan belajar siswa, dan sikap siswa. Bagi guru hasil
penilaian tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan profesionalisme dalam proses
pembelajaran, dan bagi siswa hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kesiapan
belajarnya. Jadi teknik non-tes yang biasa digunakan antara lain penilaian diri, penilaian
sikap, dan portofolio.

Anda mungkin juga menyukai