Anda di halaman 1dari 32

TUGAS TUTORIAL 8

RINGKASAN MODUL 1-6


EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD

Oleh:

Kurnia Saputri
855764576

UPBJJ PALEMBANG POKJAR KAYUAGUNG


PROGRAM STUDI PGSD BI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKKAN
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
2021
MODUL
1
KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
1. KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
a. Pengertian penilaian

1. Tes : yaitu alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang
memerlukan jawaban benar atau salah.
 Yang termasuk tes : tes objektif dan tes uraian.
 Yang termasuk bukan tes : pedoman pengamatan, skala rating, skala
sikap, dan pedoman wawancara.
2. Pengukuran : kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur.
3. Asesmen : kegiatan mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang
diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk
menilai hasil beajar dan perkembangan belajar siswa.
4. Evaluasi : penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan
suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian
(asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan
guru, manajemen pendidikan , dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.

Kesimpulan :
Penilaian : kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan
kemajua belajar siswa serta mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk
mencapai tujuan pendidikan

b. Kedudukan tes, pengukuran , asesmen, dan evaluasi

Adanya melakukan tes terlebih dahulu merupakan satu jenis untuk


mengukur, yang digunakan untuk menagih hasil belajar siswa. Jadi untuk
melakukan pengukuran perlu alat ukur agar kita tahu hasil dari belajar yang
dapat berupa tes atau non tes. Pengukuran pada siswa harus dilakukan beberapa
kali yang disebut asesmen, jadi untuk mengetahui asemen kita melakukan alat
ukur, hasil pengukuran dan penyimpulan dari data-data yang kita peroleh.
Apabila sudah melakukan ketiga dari asemen itu selanjutnya kita akan
melakukan yang namanya evaluasi yang mana kita akan mengetahui akhir dari
sebuah pertanyaan tes maka kita akan mengetahui hasil dari penilaian yang
berdasarkan dari kurikulum pendidikan.

c. Prinsip – prinsip penilaian


1. Berorientasi pada pencapaian kompetensi
2. Valid
3. Adil
4. Objektif
5. Berkesinambungan
6. Menyeluruh
7. Terbuka
8. Bermakna

d. Pergeseran paradigma penilaian hasil belajar


Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya dilakukan
dengan menggunakan alat ukur tes saja. Dengan cara ini maka kita tidak dapat
mengukur keseluruhan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Karena itu, ahli
pendidikan mengusulkan penilaian hasil belajar siswa menggunakan asesmen,
dengan begitu kita dapat mengukur tidak hanya dari hasil belajar saja tapi juga
dari proses belajar siswa secara menyeluruh.

2. JENIS DAN FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN


a. Tes seleksi dan fungsinya

 Yaitu : tes untuk memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu
program.
 Fungsi : menghasilkan calon-calon teerpilih yang dapat diterima untuk
mengikuti suatu program.

b. Tes penempatan dan fungsinya

 Yaitu untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya.


 Fungsi : mengelompokkan siswa dalam satu kelompokyang relatif homogen
kemampuan atau ketrampilannya.

c. Pre test – post test dan fungsinya

 Pre test yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi
pelajaran yang akan disampaikan.
 Post test yaitu untuk menngetagui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan
program setelah mereka mengikuti program tersebut.
 Fungsi : menilai efektivitas proses pembelajaran

d. Tes diagnostik dan fungsinya

 Yaitu untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi
pelajaran.
 Fungsi : langkah awal untuk menentukan dan memperbaiki atau
menghilangkan penyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi
pelajaran.

e. Tes formatif dan fungsinya

 yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan


pembelajaran yang baru saja diajarkan.
 Fungsinya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.

f. Tes sumatif dan fungsinya

 Yaitu untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian


proses pembelajaran.
 Fungsinya menilai hasil belajar siswa.

g. Tes unjuk kerja yaitu untuk menilai performance siswa dalam menghayati atau
menghasilkan suatu karya atau hasil belajar.
MODUL
2
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
1. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES
A. Tes Objektif
KELEMAHAN
&
KEUNGGULAN
UPAYA UNTUK
MEMINIMALKANNYA
1. Tepat digunakan untuk1. Butir soal yang ditulis cenderung
mengukur proses berpikir mengukur proses berpikir rendah.
rendah sampai dengan sedang Upaya : agar soal yang ditulis dapat
(ingatan, pemahaman, mengukur tujuan pembelajaran yang
penerapan). ditetapkan penulis harus berorintasi
2. Semua / sebagian besar pada kisi-kisi soal.
materi yang telah diajarkan2. Membuat pertanyaan tes objektif
dapat ditanyakan saat ujian yang lebih baik lebih sukar sehingga
sehingga semua/ sebagian membutuhkan waktu lebih lama.
besar tujuan pembelajaran Upaya : penulis sudah terlatih
yang ditetapkan dalam RPP d,engan baik dalam menulis tes
dapat diukur objektif.
ketercapaiannya. 3. Kemampuan anak dapat terganggu
3. Pemberianskor pada setiap oleh kemampuannya dalam membaca
siswa dapat dilakukan dengan dan menerka.
cepat ,tepat, dan konsisten Upaya : menuliskan butir soal dengan
karena jawaban yang benar baik sesuai kaidah penulisan butir
untuk setiap butir soal sudah soal objektif yang telah ditentukan.
jelas dan pasti. 4. Anak tidak dapat mengorganisasian ,
4. Memungkinkan untuk menghubungkan, dan menyatakan
dilakukan analisis butir soal. idenya sendiri karena semua alternatif
5. Tingkat kesukaran soal jawaban untuk setiap pertanyaan
dapat dikendalikan. sudah diberikan oleh penulis soal.
6. Informasi yang diperoleh Upaya: menggunakan tes uraian
lebih kaya.

B. Tes Uraian

 Keunggulan :
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2. Tepatdigunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat
diukur dengan tes objektif
3. Waktu yang digunakan untukmenulis satu set tes uraian lebih cepat dari pada
waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
4. Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes objektif.

 Kelemahan:
1. Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
2. Sukar memeriksa jawaban siswa

 Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan
karena beberapa hal yaitu :
1. Adanya hallo effect
2. Adanya efek bawaan ( carry over effect)
3. Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
4. Pengaruh penggunaan bahasa
5. Pengaruh tulisan tangan

 Upaya untuk meminimalkan kelemahan :


1. Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi yang ditanyakan saat ujian
adalah membuat tes uraian yang dapat dijawab dengan cepat oleh siswa ( tes
uraian terbatas )
2. Upaya untuk mengurangi unsure subjektivitas pemeriksa adalah dengan
memeriksa hasil ujian tanpa nama.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah :
 Gunakan tes uraian terbatas
 Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
 Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
 Lakukan uji coba pemeriksaan
4. Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan / menutup
nama peserta tes
5. Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara memeriksa
jawaban soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa
soal no 2 juga untuk keseluruh siswa begitu seterusnya sampai butir soal
terakhir
6. Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika anda
sudah merasa lelah dalam memeriksa.

2. MENGEMBANGKAN TES
A. Tes Objektif
1) Tes benar salah / true false item
Fungsi :

 Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran


suatu pernyataan mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum,
dan sebagainya.
 Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta
dengan pendapat atau opini.
 Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.

Keunggulan : mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak


sampel materi, mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur
proses berpikir sederhana.

Kelemahan : probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi


yaitu 50%, sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.

2) Tes menjodohkan / matching exercise

o Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
adalah pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban /
respon.
o Keunggulan : mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji
banyak materi yang telah diajarkan pada siswa.
o Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil
belajar yang sederhana.
3) Tes pilihan ganda / multiple choice

 Ragam tes pilihan ganda :


a. Melengkapi pilihan ( ragam A)
b. Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif
jawaban.
c. Hubungan antarhal (ragam B)
d. Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang
independen dipisahkan dengan kata sebab.
e. Analisi kasus (ragam C)
f. Ganda kompleks (ragam D)
g. Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E )

 Mengkonstruksi tes objektif yang baik


a. Saran dalam mengkonstruksi tes B-S
1) Kalimat / pernyataan harus dapat ditentukan dijawab
benar/ salah. Hindari pernyataan
yangcmembingungkan/ bermakna ganda.
2) Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil
belajar yang tdk mengukur kompetensi.
3) Upayakan butir soal tsb menguji hasil belajar yang lebih
tinggi dari sekedar ingatan.
4) Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi
pernyataan negatif ganda.
5) Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks.
6) Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang
dalam hal penulisan kalimaat.
7) Jumlah jawanan untuk pernyataan benar/ salah
harusnya seimbang.

b. Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan

1) Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau


kedua harus terdiri dari pernyataan yang homogen.
2) Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak
dari kolom kedua.
3) Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek
dari premis.
4) Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan
harus diurutkan.
5) Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon
pada halaman yang sama.

c. Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda

1) Inti permasalahan yang ditanyakan harus dirumuskan


dengan jelas.
2) Hindari pengulangan kata yang sama pada
alternatif jawaban.
3) Hindari penggunaan kalimat berlebihan pada pokok
soal.
4) Alternatif jawaban hendaknya logis, homogen dari segi
materi / panjang pendek kalimat dan pengecoh
menarik untuk dipilih.
5) Dalam merumuskan soal hindari adanya petunjuk ke
jawaban yang benar.
6) Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.
7) Hindari penggunaan ungkapan negatif dlm penulisan
soal.
8) Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua
jawaban benar / semua jawaban salah.
9) Jika alternatif jawaban berupa angka, susunlah angka
tersebut berurutan.
10) Dalam perumusan soal hindari penggunaan istilah
teknis.
11) Upayakan agar jawaban soal tidak tergantung jawaban
soal yang lain.

B. Tes Uraian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu
a) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
b) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
c) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
d) Gunakan tes uraian terbatas.
e) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
f) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
g) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
h) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
i) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia
mengerjakan soal dg benar.

Pedoman penskoran :

a. apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain
maka jawaban tersebut harus ditulis.
b. Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada
jawaban tersebut.
c. Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
d. Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul
pada jawaban tersebut.
e. Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor
lebih dari yang lain.

3. PERENCANAAN TES
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain :

a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus
diupayakan serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan
digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau
gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan
materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan
kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
d. Sebaran tingkat kesukaran.
e. Waktu ujian yang disediakan
f. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang
disediakan.
MODUL
3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

KEGIATAN BELAJAR 1
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
A. LATAR BELAKANG
Pada penggunaan asesmen alternatif hanya menggunakan tes tertulis (paper and
pencil test) Test tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam
ranah kognitif dan ketrampilan sederhan namun tidak dapat mengukur hasil belajar
yang kompleks. Namun dalam kenyataannya tes ini dilakukan tanpa memperhatikan
proses pembelajaran . Yang membuat tes ini tidak hanya guru asli tetapi dapat dilakukan
oleh guru lain asalkan guru tersebut mengethui kompetensi dasar yang akan dicapai dan
menguasai materi. Didalam tes ini berorientasi pada pencapaia hasil belajar siswa bukan
pada proses belajar. Kelemahan yang timbul dalam proses tes ini dalam pembelajaran
yang dikenal dengan asesmen alternatif.

B. KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF


Penilaian asesmen merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur
keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan. Ada beberapa istilah dalam asasmen
yaitu traditional assesment , performance assesment , authentic assesment , potofolio
assesment , achievement assesment dan alternative assesment .
a) Traditional assesment mengacu pada tes tulis
b) Performance assesment yaitu siswa diminta untuk kinerja nyata dalam dalam
penyelesaian tugas.
c) Authentic Assesment yaitu penerepan siswa diluar sekolah berdasarkan
kemampuannya.
d) Portofolio assesment yaitu kumpulan hasil karya siswa.
e) Achivement assesment tes yaitu tulis untuk mengukur tingkat kemampuan siswa.
f) Alternative assesment tes yang tidak hanya dengan tes tulis namun merupakan
alternatif dari asesmen traditional

C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Assesment alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja namun menilai
proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu dari beberapa teori diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990).
2. Teori Belajar Bruner (1996)
3. Generative Learning Model dari Obsorne dan Ittrock (1983)
4. Experiental learning theory dari C.Rogers (1969)
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)

D. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF


1. Keunggulan asesmen alternatif :
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebih kongkrit,langsung dan lengkap.
c. Meningkatkan motivasi siswa
d. Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
e. Siswa mampu mengevaluasi diri sendiri terhadap hasil karyanya sendiri.
f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang dilakukan.
g. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupan sehari hari
2. Kelemahan asesmen alternatif :
1. Membutuhkan banyak waktu
2. Adanya unsur subyektif dalam penilaian
3. Ketetapan penskoran rendah
4. Tidak tepat untuk kelas besar

KEGIATAN BELAJAR 2
BENTUK ASESMEN KINERJA
A. Tugas ( Task )
1. Computer adaptive testing 2. Tes pilihan ganda yang diperluas 3.Tes uraian terbuka ( open
ended question ) 4. Tugas individu 5. Tugas kelompok 6. Proyek 7. Inteview 8. Pengamatan

Langkah – langkah menyusun tugas :


1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka
mengerjakan tugas
2. Merancang tugas yang yangmemungkinkan siswa dapat menunjukan kemampuannya
dalam berfikir dan keterampilan.
3. Menetapkan criteria keberhasilan

Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan pada saat merancang tugas dalam
asesmen kinerja :
1. Tugas – tugas yang disusun hendaknya merupakan bagian dari proses pembelajaran.
2. Tugas yang baik dalah tugas yang berhubungan dengan kehidupan nyata.
3. Tugas yang diberikan terhadap siswa harus adail. Dalam hal ini bukan berarti tugas yang
diberikan harus sama. Harus dijaga jangan samapai ada unsur subjektifitas dalam
memberikan tugas.
4. Jangan memeberikan tugas terlalu mudah karena hal ini tidak akan memebrikan motivasi
siswa dan tidak memberikan tantangan kepda siswauntuk melakukannya.

B. KRITERIA PENILAIAN ( RUBRIC )


Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menembangkan rubric :
1. Menentukan konsep, keterampilan dan kinerja yang akan dinilai.
2. Merumuskan atau mendefinisikan serta menentukan urutan konsep dan atau
keterampilan yang akan dinilai kedalam rumusan yang akan menggambarkan kinerja
siswa.
3. Menetukan tugas yang akan dinilai .
4. Menetukan skala yang akan digunakan.
5. Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang
6. tidak diharapkan.
7. Melakukan uji coba.
8. Melakukan revisi hasil uji coba.

a. Holistic Rubric
Yang dimaksud dengan holistic rubric adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya
dibuat secara umum, Karena itu biasanya holistic rubric digunakan untuk menilai berbagai
macam kinerja.

Aspek – aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja siswa antara lain : (a)
Kualitas pengerjaan tugas, (b) Kretifitas dalam pengerjaan tugas, (c) Produk tugas.

Setiap aspek yang akan dilihat kinerjanya kemudian ditentukan gradasi


mutunya mulai dari yang paling sempurna sampai yang paling jelek.

Dimensi kinerja Skor Deskripsi


1. Kualitas pengerjaan tugas 4 Tugas dikerjakan dengan sangat baik dan akurat.
3 Tugas dikerjakan dengan baik tetapi tidak akurat
2 Pengerjaan tugas yang kurang baik dan kurang akurat
1 Pengerjaan tugas tidak baik dan tidak akurat.
2. Kualitas dalam 4 Mampu memodifikasi prosedur dalam kondisi yang
pengerjaan tugas menantang.
3 Mampu memodifikasi prosedur tetapi atas bantuan
instruktur
2 Mampu memodifikasi prosedur tapi setelah diberi
contoh.
1 Tugas dikerjakan dengan prosedur baku.
3. Produk tugas 4 Secara keseluruhan produk tugas sangat bagus .
3 Secara keseluruhan produk tugas bagus .
2 Secara keseluruhan produk tugas sedang .
1 Secara keseluruhan produk tugas kurang bagus .

Holistik rubric yang khusus dibuat untuk menilai kinerja siswa yang berhubungan
dengan keterampilan mengerjakan sesuatu , Dimensi kerjanya yang harus diperhatikan
antara lain (a) Kemampuan menggunakan prosedur kerja, (b) Kemampuan menunjukan
fungsi dari setiap langkah sesuai dengan prosedur, (c) Kemampuan memodifikasi prosedur
yang ada tanpa menyalahi fungsi.

Dimensi kinerja Skor Deskripsi


1. Penggunaan prosedur 4 Prosedur digunakan secara cepat dan terampil.
3 Prosedur digunakan secara cepat tetapi kurang
terampil.
2 Ada kesalahan penggunaan prosedur,digunakan
lambat dan canggung.
1 Tidak menggunakan prosedur
2. Fungsi langkah dalam 4 Mampu menunjukan fungsi masing – masing
prosedur langkah dalam prosedur dengan baik.
3 Langkah – langkah dalam prosedur ditunjukan
secara umum.
2 Langkah – langkah dalam prosedur ditunjukan
secara terbatas
1 Langkah – langkah dalam prosedur ditunjukan
kurang bisa dipahami
3. kemampuan memodifikasi 4 Mampu memodifikasi prosedur dalam keadaan
prosedur menantang.
3 Mampu memodifikasi prosedur tapi dengan bantuan
instruktur.
2 Mampu memodifikasi prosedur setelah diberi contoh
oleh instruktur
1 Tidak mampu memodifikasi prosedur..

b. Analitic Rubric
Analitic rubric adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya dibuat lebih rinci
demikian pula deskripsi setiap aspek kinerjanya.
Contoh rubric tugas karangan dengan topic pengalaman saat liburan semester, panjang
karangan dan komponen – komponen serta tanggal pengumpulan tugas sudah di tentukan :

Aspek kinerja Indikator skor Deskripsi


1. Struktur a. Judul 4 Judul berupa frase, penulisannya tepat, judul sesuai
karangan isi karangan.
3 Judul bukan frase, penulisannya tepat,judul sesuai
dengan karangan.
2 Judul bukan frase, penulisannya kurang tepat, judul
sesuai dengan isi karangan.
1 Judul bukan frase penulisannya tidak tepat, judul
tidak sesuai dengan isi karangan.

b. 4 Ada dan mengarah ke isi karangan


Pembukaan 3 Ada dan kurang mengarah ke isi karangan
2 Ada tetapi tidak mengarah ke isi karangan
1 Tidak ada pembukaan

c. Isi 4 Isi lengkap dan jelas


3 Isi lengkap tetapi kurang jelas
2 Isi kurang lengkap tetapi jelas
1 Isi tidak langkap dan tidak jelas

d. Penutup 4 Ada dan merupakan kesimpulan isi karangan


3 Ada tapi kurang sesuai dengan isi karangan
2 Ada tepai tidak sesuai dengan isi karangan
1 Tidak ada penutup
2. a. kosa kata 4 Makna dan bentuk tepat
Penggunaan 3 Makna tepat,bentuk kurang tepat
bahasa 2 Makna kuarang tepat, bentuk tepat
1 Makna dan bentuk tidak tepat

b. Struktur 4 90% - 100% Struktur kalimat benar


kalimat 3 80% - 89% Struktur kalimat benar
2 60% - 79 % Struktur kalimat benar
1 Kurang dari 60% Struktur kalimat benar

C. Alinea 4 Ada satu pokok pikiran dan dikembangkan dengan


jelas
3 Ada satu pokok pikiran dan pengembangannya
kurang jelas
2 Ada lebih dari satu pokok pikiran dan dikembangkan
dengan jelas
1 Ada lebih dari satu pokok pikiran dan
pengembangannya tidak jelas

d. Ejaan 4 90% - 100% benar


3 80% - 89% benar
2 70% - 79 % benar
1 Paling banyak69% benar

KEGIATAN BELAJAR 3
ASESMEN PORTOFOLIO
A. Pengertian Dan Tujuan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu
ke waktu.
Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah sebagai berikut:
a. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.
b. Menunjukkan kemampuan siswa
c. Menilai keseluruhan hasil belajar siswa
Sedangkan asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama
antara murid dengan guru. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya
siswa yang terpenting adalah proses seleksi yang dilakukan berdasar kriteria tertentu
untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya. Kumpulan hasil karya tersebut
digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa mampu mengenal
kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan.

B. Perencanaan Portofolio
Menurut Shaklee (1997) delapa pedoman yang harus diperhatikan saat
merencanakan portofolio adalah:
1. Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil belajar yang
dapat diamati. Kriteria atau standar tersebut harus sesuai dengan umur, kelas dan
materi yang akan dinilai
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam
kurikulum.
4. Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder) dengan
portofolio siswa. Stakeholders yang terpenting dalam portofolio siswa adalah guru,
siswa, teman sekelas dan orang tua siswa.
5. Menentukan jenis – jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti
yang dikumpulkan
7. Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan
informasi dan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti – bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi agar kita dapat
membandingkan.

C. Pelaksanaan Portofilo
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka
tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa.
2. Memonitor pelaksanaan tugas.
3. Memberikan umpan balik. .
4. Memamerkan hasil portofolio siswa

D. Pengumpulan Bukti Portofolio


Beberapa guru memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk setiap siswa. Satu
portofolio disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil belajar siswa dan satu lagi
digunakan sebagai portofolio yang terus dikembangakan oleh siswa. Setiap satu minggu
sekali atau dua minggu sekali, guru dan siswa mereview karya siswa kemudian
memperbaikinya. Setelah itu guru dan siswa menyeleksi atau memilih hasil perbaikan
pekkerjaan untk dikumpulkan dan disimpan ke dalam folder sebagai bukti
perkembangan karya siswa.

E. Tahap peilaian
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama
antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan.

KEGIATAN BELAJAR 4
PENILAIAN RANAH AFEKTIF

A. Konsep dasar

Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif
terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga
mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru
sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk
meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta
yang ada sampai saat ini pembelajaran masih di dominasi pada pengembangan ranah
kognitif. Menurut Krathwohl (dalam Groundlund and Linn, 1990), ranah fektif terdiri
atas 5 level yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau
stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan respon, leinginan
memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang satu
dengan yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa
sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan
perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.

Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri,
dan nilai.
1. Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap
siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.

2. Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir melaluipegalaman yang
mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
3. Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan mampu
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa dengan tepat.
4. Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang bermakna
bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal
yang positif bagi masyarakat.

B. Beberapa Cara Penilaian Ranah Afektif


Menurut Ericson, penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengamatan langasung
Yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap
sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian.
2. Wawancara
Dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuisioner
Merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan
jawaban baik berupa pilihan petanyaan atau pilihan bentuk angka
4. Teknik proyektil
Merupakan tugas atau pekerjaan yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa
diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannnya.
5. Pengukuran terselubung.
Merupakan pengamatan tentag sikap dan tingkah laku sesorang dimana yang diamati
tidak tahu bahwa ia sedang diamati.

C. Langkah – Langkah Pengembangan Instrumen Afektif


Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya,
pengembangan alat ukur afektif dimulai dengan:
1. Merumuskan tujuan pengukuran afektif
2. Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur
3. Menentukan definisi operasioan dari setiap afektif yang akan diukur
4. Menjabarkan definisi operasioan variabel sesuai dengan jumlah indikator
5. Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pertanyaan dalam instrumen
6. Mengukir kembali setiap butir pertanyaan
7. Melakukan uji coba
8. Menyempurnakan Instrumen
9. Mengadministrasikan Instrumen
a. Kesiapan perangkat instrumen
b. Tenaga lapangan
c. Kesiapan responden
MODUL
4
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR

Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengethaui apakah kompetensi
dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk keperluan
tersebut guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk kisi-kisi pengukuran. Kisi-kisi
pengukuran tersebut antara lain berisi :
(a) aspek yang akan diukur : kognitif, afektif, atau psikomotor,
(b) jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non-tes,
(c) teknik atau cara pengukurannya : tertulis, lisan, atau perbuatan
(d) cara penskoran serta pengolahannya.

Pengumpulan dan Pengolah Informasi Hasil Belajar dari Tes Tertulis


Informasi hasil belajar yang diperoleh dari tes tertulis dikumpulkan dari hasil tes tertulis yang
telah dikerjakan siswa, baik yang berasal dari ulangan harian, tes tengah semester, ataupun tes
akhir semester. Jenis tes yang sering digunakan di lapangan adalah tes objektif dan tes uraian.

A. Memeriksa dan Mengolah Hasil Tes


1. Memeriksa Hasil tes Objektif
Cara yang paling umum dilakukan oleh para praktisi pendidikan di
lapangan adalah dengan pemeriksaan secaar manual. Cara ini tepat dilakukan jika
jumlah peserta tesnya tidak terlalu banyak. Jika jumlah peserta tes sangat besar,
maka pemeriksaan secara manual dirasa tidak efektif lagi. Jika peserta tes dalam
jumlah besar maka dapat menggunakan fasilitas komputer untuk menskor dan
mengolahnya. Pembacaan jawaban siswa dapat dilakukan dengan menggunakan
bantuan mesin pembaca (scanner machine) dan untuk mengolah data selanjutnya
dapat digunakan komputer.

2. Memeriksa Hasil Tes Uraian


Pemberian skor atau scoring merupakan masalah serius dalam pemeriksaan
hasil tes uraian. Menurut Hopkins dan kawan-kawan (1990) terdapt lima faktor
yang menjadi permasalahan pada saat memeriksa hasil tes uraian yaitu
ketidaktetapan pemeriksa dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carri over
effect, order effect, dan adanya efek penggunakan bahasa serta tulisan siswa.

3. Mengolah Data Hasil Tes


a) Untuk tes objektif (tanpa formula tebakan)
Persentase penguasaan = .... x 100 %

b) Untuk tes uraian :


Persentase penguasaan = .... x 100 %

B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi haisl Belajar dari Unjuk Kerja Siswa

Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang
berupa unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil
karya, pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah penting
adalah informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya tersebut.
Untuk memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus
mempersiapkan pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah
yang dikenal dengan rubrik
KEGIATAN BELAJAR 2
Pendekatan dalam Pemberian Nilai

Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor
mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Karena data belum tertata dengan
baik maka guru akan menemui kesulitan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil
belajar siswa tersebut.
Data tersebut perlu diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami, misalnya diurutkan
dari data terbesar sampai dengan yang terkecil. Dengan mengurutkan hasil tes tersebut maka
anda akan dapat melihat dengan mudah rangking siswa.
Apabila jumlah siswa sedikit (misalnya 10 anak) maka penyusunan datanya dapat anda
lakukan dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui rangking kelas pada mata pelajaran
tertentu. Tetapi jika jumlah siswa anda banyak maka kumpulan data hasil belajar yang anda
peroleh akan mudah dipahami jika data tersebut diolah dalam bentuk tabel frekuensi. Cara
membuat daftar distribusi frekuensi :

1. Tentutan rentang, ialah data terbesar dikurangi dengan data terkecil.


2. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan.
3. Tentukan panjang kelas interval (p)
4. Tentukan ujung bawah kelas interval untuk data terkecil.
5. Masukkan semua data ke dalam kelas interval.

Pendekatan dalam pemberian nilai diantaranya:

1. Pendekatan Penilaian Acuan Norma (PAN)


Adalah suatu pendekatan untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa dimana
hasil belajar yang diperoleh seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang
diperoleh kelompoknya. Pemberian skor seorang siswa dapat diberikan berdasarkan pada
pencapaian hasil belajar kelompoknya. Dengan demikian guru dapat memberikan nilai
tertinggi pada siswa yang memperoleh skor tertinggi dan sebaliknya siswa yang
memperoleh skor terendah diberi nilai terendah.
Jika jumlah siswa banyak (mencapai ratusan) maka penggunaan statistika
sederhana yaitu haarga rata-rata (mean) dan simpangan baku (SB) akan sangat
membantu dalam memberikan nilai untuk seluruh siswa.
Simpangan baku sangat bermanfaat dalam pengukuran varriasi skor. Pada
dasarnya simpangan baku mengukur seberapa jauh setiap skor menyebar dari mean.
Semakin besar harga simpangan baku menunjukkan bahwa sebaran skor dari mean
semakin besar. Atau dengan kata lain semakin besar harga simpangan baku, data
tersebut semakin heterogen. Sebaliknya semakin kecil harga simpangan baku maka data
tersebut semakin homogen.

2. Pendekatan Penilaian Acuan Kriteria (PAK)


Dalam PAK keberhasilan setiap anak tidak dibandingkan dengan hasil hang
diperoleh kelompoknya tetapi keberhasilan setiap anak akan dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan kriteria berorientasi pada
pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Penerapan PAK dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam penerimaan dosen
baru di suatu perguruan tinggi di tentukan dengan kriiteria; berijasah S1 dalam program
studi yang relevan, Indeks Prestasi Kumulatif minimal 3,00 dan persyaratan yang
lainnya.

Penilaian
Pengertian penilaian disini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut utuk mencapai tujuan
pendidikan.
Penyajian Hasil Penilaian
Bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa:
a. Penilaian dengan menggunakan angka.
b. Penilaian dengan menggunakan kategori.
c. Penilaian dengan uraian atau narasi
d. Penilaian kombinasi

Proses Pemberian Nilai


Pelaksanaan penilaian sesuai prinsipnya harus dilakukan pada semua aspek hasil
belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
terdapat dalam kurikulum. Perlu dipahami bahwa penguasaan kompoetensi hasil belajar
untuk setiap mata pelajaran tidak sama. Ada mata pelajaran yang kompetensi belajarnya
lebih menekankan pada ranah kognitif (misalnya matematika), ranah afektif (misalnya
Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan), atau ranah psikomotor (misalnya
Olah Raga).
Beberapa jenis alat ukur dan jenis tagihan yang dapat digunakan dalam proses
pemberian nilai antara lain:
a) Kuis
b) Pertanyaan lisan
c) Ulangan harian
d) Tugas individu
e) Ulangan semesteran
f) Laporan tugas atau laporan kerja
g) Ujian praktek
MODUL
5
KEGIATAN BELAJAR I
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)

Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran


Untuk mengukur sesuatu kita harus dapat memilih alat ukur yang sesuai agar kita dapat
memperoleh hasil pengukuran yang tepat. Sebagai contoh, seorang pemanah akan dinyatakan
sebagai pemenang jika hasil bidikannya dapat dengan tepat mengenai sasaran yaitu daerah
lingkaran yang paling dalam atau yang paling mendekati lingkaran yang paling dalam. Jika hasil
bidikan peserta didik dapat mengenai daerah di lingkaran paling dalam maka ia akan
memperoleh skor tertinggi dan perolehan skor tersebut semakin berkurang jika hasil bidikannya
jauh dari sasaran. Karena anak panah yang harus dilepaskan tidak hanya satu maka pemanah
dituntut untuk tetap dapat melepaskan anak panahnya tepat mengenai sasaran.
Hasil bidikan dari peserta bisa tepat mengenai sasaran atau juga melesat dari sasaran. Hasil
yang sama dapat terjadi pada saat anda mengukur hasil belajar siswa. Jika alat ukur yang anda
gunakan tidak anda persiapkan dengan cermat maka skor yang anda peroleh tidak dapat
menggambarkan dengan tepat tingkat kemampuan siswa.Dari penjelasan tersebut terdapat dua
masalah pokok yang harus diperhatikan dalam menyusun alat ukur hasil belajar yang baik
yaitu masalah yang berhubungan dengan ketepatan hasil pengukuran dan ketetapan hasil
pengukuran.Masalah yang berhubungan dengan ketepatan hasil pengukuran inilah yang
dikenal dengan istilah validitas sedangkan maslah – masalah yang berhubungan dengan
ketetapan hasil pengukuran dikenal dengan istilah reliabilitas.

A. Validitas
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin
diukur. Jika kita ingin mengukur panjang sebuah meja maka kita harus dapat memilih alat
ukur yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut.Untuk menghitung waktu tempuh
pelari cepat dalam perlombaan lari cepat 100 meter maka kita juga harus dapat memilih alat
ukur yang tepat untuk digunakan. Demikian juga jika kita ingin mengukur hasil belajar siswa
maka kita juga dituntut untuk menggunakan alat ukur ( dalam hal ini tes ) yang dapat dengan
tepat mengukur hasil belajar yang kita harapkan.
Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil
pengukuran atau evaluasi ( Gronlund dan Linn, 1990). Secra umum validitas ada tiga jenis :
a. Validitas isi ( concent validity ).
b. Validitas konstrak ( construct validity ).
c. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu ( criterion related validity ).
Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “ sejauh mana item – item yang ada
dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan “. Tinggi rendahnya
validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan ahli terhadap isi
tes tersebut.Hal ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar. Tinggi
rendahnya validitas isi suatu tes dapat dilihat pada perencanaan atau kisi – kisi tes. Semakin
representatif materi yang dapat ditanyakan dalam tes tersebut menunjukkan semakin tinggi
validitas isinya.
Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap
keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut.Yang
dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep hipotesis (hipotetical concept) yang digunakan
sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur.Validitas konstrak ini banyak digunakan terutama
dalam pengukuran – pengukuran psikologi seperti pengukuran sikap, minat, tingkah laku dan
sebagainya.Campbell dan Fiske (Demari Mardapi, 2004) mengembangkan satu pendekatan
untuk menentukan validitas konstrak dengan menggunakan teknik multi trait-multi
method.Validasi dengan multi trait – multi method dilakukan dengan menggunakan lebih dari
satu metode untuk mengukur lebih dari satu acam trait ( sifat ). Dengan menggunakan matrik
korelasi sehingga interkorelasi antara trait dan metode dapat dilihat dengan jelas.
Jika suatu tes dimaksudkan untuk memprediksi keberhasilan seseorang di masa yang
akan datang atau dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian anatar pengetahuan dengan
keterampilan yang dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai criterion related
validity yang tinggi.
B. Reliabilitas
Hasil – hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek – aspek fisik seperti
mengukur panjang meja, tinggi almari, berat badan dan tinggi badan biasanya menghasilkan
reliabilitas yang sangat tinggi.Artinya walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali tetapi
tetap memberikan hasil yang ridak jauh berbeda. Hasil pengukuran yenag berbeda akan sering
kita temukan jika kita melakukan pengukuran terhadap hal – hal yang berhubungan dengan
aspek – aspek psikologi dan sosial seperti dalam pengukuran mewakili intelegensi, sikap, dan
konsep diri. Aspek – aspek sosial-psikologi seperti itu tidak dapat diukur dengan ketepatan dan
konsistensi yang tinggi.Hal ini disebabkan karena hasil pengukuran yang diperoleh tidak dapat
lepas dari pengaruh hal - hal diluar maksud pengukuran tersebut misalnya alat ukur itu sendiri
bukan merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur aspek yang diinginkan. Disamping itu
karena subjek pengukurannya adalah manusia maka cara – cara penyajian tes, emosi, motivasi.
Kondisi fisik dan keadaan ruangan tes akan mempengaruhi hasil pengukuran walaupun
sebenarnya aspek – aspek yang ingin kita ukur tersebut tidak berubah. Dengan demikian hasil
pengukuran yang diperoleh menjadi kurang reliabel.
Pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh dari suatu
Pengukuran ( Grondlund dan Linn, 1990 ). Salah satu cara untuk mengetahui ketetapan atau
reliabilitas suatu pengukuran, dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dua kali.
Hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran pertama
hampir sama dengan hasil pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil pengukuran dikatakan
mempunyai reliabilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh berbeda dengan hasil
pengukuran kedua. Hubungan antar skor yang diperoleh pada pengukuran pertama dengan
kedua akan menghasilkan angka korelasi bergerak antara -1 sampai dengan +1. Semakin tinggi
angka koefisien reliabilitas (mendekati 1) maka semakin tinggi reliabilitas tersebut. Suatu
perangkat tes dinyatakan cukup reliabel jika mempunyai reliabilitas lebih besar 0,5 (Fernandes,
1984).
Konsep reliabilitas dalam arti equivalent tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua
set tes yang digunakan paralel atau tidak. Keparalelan dua set tes ini diperoleh dengan cara
mengembangkan dua set tes yang paralel dari kisi - kisi tes yang sama kemudian masing -
masing tes tersebut diujikan pada dua kelas yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama.
Hasil kedua tes tersebut dikorelasikan, jika hasil korelasinya tinggi, hal ini menunjukan kedua
tes paralel.koefisien korelasinya dapat dihitung dengan menggunakan formula product-moment.
konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu set tes tersebut mengukur dimensi hasil
belajar yang sama atau tidak. Konsep reliabilitas dalam asrti konsistensi dapat dihitung
menggunakan formula Kuder-Richardson (KR-20 atau KR-21). Jika hasil korelasinya tinggi, hal
ni menunjukan bahwa antara butir soal dalam satu set tes tersebut adalah konsisten dengan
yang lain.

C. Hubungan antara validitas dan reliabilitas


Ketepatan hasil pengukuran ( validitas ) sangat diperlukan untuk memperoleh alat ukur
yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat ( valid ). Walaupun demikian alat ukur
yang mempunyai reliabilitas tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai validitas yang
tinggi. Karena tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika tidak dibarengi
dengan tingginya validitas dapat memberikan informasi yang salah tentang apa yang ingin kita
ukur.

D. Meningkatkan Reliabilitas Tes


Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir kedalam tes
tersebut. Penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitas jika butir soal yang
ditambahkan adalah butir soal yang homogen dengan butir soal – soal yang ada.
KEGIATAN BELAJAR 2
ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN

A. ANALISIS BUTIR SOAL


Menurut Nitko (1983), analisis butir soal menggambarkan suatu proses pengambilan data
dan penggunaan informasi tentang tiap - tiap butir soal terutama tentang respon siswa terhadap
setiap butir soal. Lebih Lnjut dikatakan bahwa arti penting penggunaan analisis butir soal
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah butir soal – butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Untuk menentukan apakah soal – soal
yang kita susun telah berfungsi sebagaimana seharusnya maka kita harus memperhatikan
hal – hal sebagai berikut :
a. Apakah soal – soal yang disusun sudah sesuai untuk mengukur perubahan tingkah
laku seperti telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus ?
b. Apakah tingkat kesukaran sudah kita perhatikan ?
c. Apakah soal tersebut sudah mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang pandai ?
d. Apakah kunci soal yang kita buat sudah benar sesuai dengan maksud soa ?
e. Jika menggunakan tes pilihan berganda, apakah pengecoh yang kita pilih sudah
berfungsi dengan baik ?
f. Apakah soal tersebut dapat ditafsirkan ganda atau tidak ?
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai
suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan – kesulitan yang dialami siswa
dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal.
5. Untuk memperbaiki kemapuan kita dalam menulis soal.
Pada saat kita engujikan suatu set soal untuk mengambil keputusan penting tentang
hasil belajar siswa maka idealnya kita harus yakin bahwa set soal tersebut adalah valid dan
reliabel. Validitas set soal dapat diketahui dari kisi – kisi soal sedangkan reliabelitas soala
baru dapat diketahui setelah uji coba. Dalam rangka memperoleh reliabilitas set soal inilah
analisis butir soal dilakukan. Dalam menganalisis butir soal paling tidak ada dua
karakteristik butir soal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir
– butir soal.

B. KAPAN ANALISIS BUTIR SOAL DILAKUKAN ?


1) Tingkat kesukaran butir soal
Besarnya tingkat kesukaran butir soal, dapat dihitung dengan memperhatikan
proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal. Secara matematis
tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan rumus :
P = B/N
Keterangan :
P adalah indeks kesukaran butir soal
B adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar
N adalah jumlah peserta tes
Menurut Fernandes (1984), kategori kesukaran butir soal adalah sebagai berikut :
P > 0,75 : mudah
0,25 ≤ P ≤ 0,75 : sedang
P < 0,24 : sukar
Butir soal yang baik adalah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dalam kategori
sedang.

2) Daya beda
Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat
membedakan kemampuan individu peserta tes. Daya beda butir soal dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
D=PA – PB
dimana,
D = indeks daya beda butir soal
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab salah

Secara teoritis indeks beda soal (D) = 1 akan tercapai apabila semua siswa dalam
kelompok atas menjawab benar dan semua siswa dalam kelompok bawah menjawab
salah. Indeks daya beda soal (D) = -1 jika semua sisa dalam kelompok atas menjawab
salah dan semua siswa dalam kelopok bawah justru menjawab benar. Sedangkan indeks
daya beda soal (D) = 0 apabila proporsi siswa yang menjawab benar dalam kelompok atas
dan kelompok bawah adalah sama. Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya beda
butir soal adalah :
D ≥ 0,40 = sangat baik
0,30 ≤ D ≤ 0,40 = baik
0,20 ≤ D < 0,30 = sedang
D < 0,20 = tidak baik
Butir soal yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah
dan butir soal yang pengecohnya mempunyai daya beda positif atau kuncinya
mempunyai daya beda negatif. Perbaikan butir soal dapat dilakukan pada pokok soal
atau pada alternatif jawaban.

C. Menganalisis Tes Uraian


Cara menganalisis tes uraian menurut Whitney dan Sabers (Mehrens dan Lehmann,
1984) adalah : (1) tentukan jumlah siswa yang termasuk kelompok atas (25%) dan kelompok
bawah (25%), (2) hitung jumlah skor kelompok atas dan jumlah skor kelompok bawah, dan
(3) hitung tingkat kesukaran dan daya beda setiap butir soal dengan rumus berikut :
Dimana
A : jumlah skor kelompok atas
B : jumlah skor kelompok bawah
N : 25% peserta didik
Skor maks : skor maksimal tiap buti tes
Skor min : skor minimal tiap butir tes

D. Memperbaiki Butir Soal


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki butir soal antara lain : a)
perhatikan tingkat kesukaran soal. Butir soal dianggap baik jika mempunyai tingkat
kesukaran (P) antara 0,25 sampai dengan 0,75 atau mendekati angka tersebut, b)
perhatikan daya beda butir soal. Butir soal dianggap baik jika kunci atau jawabannya
dianggap benar mempunyai beda positif tinggi dan pengecohnya mempunyai daya beda
negatif.

E. Memperbaiki Non-Tes
Prosedur memperbaiki instrument non-tes sama dengan prosedur memperbaiki tes.
Penyempurnaan butir yang lemah dapat dilaksanakan dengan memperbaiki butir yang
kurang baik atau mengganti butir yang lama dengan butir yang baru. Penyebab butir soal
kurang baik, antara lain: a) penggunaan bahasa kurang komunikatif, b) kalimat dapat
ditafsirkan ambiguous (dapat ditafsirkan ganda), c) pertanyaan / pernyataan yang dibuat
menyimpang dari indikator, dan d) pertanyaan / pernyataan tidak mengukur tarif (sifat)
yang akan diukur
MODUL
6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

Kegiatan Belajar 1
Prinsip-prinsip Pemberian Penilaian

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan adalah kurikulum berbasis kompetensi.


Untuk itu guru harus mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan
sistem pembelajaran. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki guru sekurang-kurangnya
adalah berupa :
1. Matriks kompetensi belajar (learning competency matrik) yang menjamin pengalaman belajar
yang terarah dan
2. Program penilaian otentik berkelanjutan (Continus authentic assesment)
Sistem penilaian yang digunakan dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah
penilaian kelas otentik (authentic assesmen) atau disebutkan sebagai penilaian kelas.
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan
dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan
(kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

A. Tujuan Penilaian Kelas


Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut :
a. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk meneluri agar
proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana
b. Pengecekan (checking-up) yaitu bahwa penilaian kelemahan-kelemahan yang dialami
anak didik dalam proses pembelajaran
c. Pencarian (Finding – out) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam
proses pembelajaran
d. Penyimpulan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menyimpulkan
apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum.

B. Fungsi Penilaian Kelas


1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus
dapat mendorong motivasi siswa untuk belajar
2. Fungsi belajar tuntas yaitu penilaian kelas harus diarahkan untuk memantau
ketuntasan belajar siswa
3. Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran berarti bahwa disamping untuk
memantau kemampuan siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat
seberapa jauh proses belajar-mengajar telah berhasil.
4. Fungsi umpan balik yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai
bahan umpan balik bagi siswa dan guru.

C. Prinsip Penilaian Kelas


1. Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran
2. Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh karena itu
penilaian mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian harus digunakan
sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan
sekaligus untuk mengukur efektifitas proses pembelajaran.
3. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata
4. Penilaian harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan
yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi dalam
masyarakat.
5. Menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria
6. Teknik penilaian yang dapat digunakan meliputi tes tertulis, performance test, penilaian
produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan
protofolio.
a. Penilaian harus bersifat holistic
b. Penilaian kelas mengacu kepada kemapuan (Comptency Referenced)
c. Berkelanjutan (Continuous)
d. Didaktis
e. Menggali informasi
f. Melihat yang benar dan yang salah

D. Prosedur / Metode Penilaian


Agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan efektif guru harus menggunakan berbagai
metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakterisitk pengalaman belajar yang dialami siswa.
Metode-metode tersebut meliputi :

1. Penilaian tertulis (paper-pencil test) baik berupa soal pilihan mapun uraian
2. Tes praktek (peformance test)
3. Penilaian produk
4. Penilaian proyek
5. Peta perkembangan
6. Evaluasi diri siswa
7. Penilaian afektif
8. Portofolio

Kegiatan Belajar 2
Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan

A. Pedoman Pelaksanaan Penilaian di Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah


PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyebutkan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
3. Penilaian hasil belajarr oleh pemerintah
Dari rincian penilain pendidikan tersebut, terdapat beberapa bentuk penilaian yang
digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu:
1. Ulangan harian
2. Tugas-tugas
3. Ulangan tengah semester
4. Ulangan akhir semester
5. Ulangan kenaikan kelas
6. Pengamatan terhadap perubahan perilaku / sikap dan psikomotorik.
7. Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karkateristik materi yang dinilai
8. Ujian sekolah
9. Ujian nasional
10. Bentuk penilaian lain seperti penilaian diri, kuisioner, penilaian proyek, dan portofolio.
Berdasarkan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan oleh
BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan), ditetapkan:
1. Ketuntasan Belajar
2. Kenaikan Kelas
3. Kriteria Kelulusan

Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi :


a. Alat penilaian
1. Aspek kognitif, berupa tes objektif, tes uraian dan tes berbentuk soal terbuka.
2. Aspek Psikomotorik, berupa tes tertulis , tes simulasi, dan tes contoh kerja (work
sample)
3. Aspek Afektif, non test penilaian sikap dan penilaian diri, baik berbentuk
kuisioner, pegamatan, maupun laporan diri.

b. Penyekoran
1. Skor Tes Objektif
2. Skor Tes Uraian
3. Skor Aspek Afektif
4. Skor Aspek Psikomotorik

Kegiatan Belajar 3
Pemanfaatan Hasil Tes untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran
Sebelum anda mengajar di depan kelas, satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran
harus sudah anda persiapkan terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes, antara lain:
A. Memanfaatkan Hasil Pre Test – Post Test
Pre Test merupakan Jenis test yang di lakukan sebelum pelajaran inti di mulai,
sedangkan Post Tes adalah penilaian yang dilakukan setelah pelajaran selesai.
Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu
sendiri.
1. Manfaat Bagi Guru
 Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa
 Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa
 Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan
2. Manfaat Bagi Siswa
 Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang
 menyeluruh
 Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
 Usaha perbaikan
 Sebagai diagnosis
3. Manfaat Bagi Program
 Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
 dengan keakapan anak
 Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum di perhitungkan
 Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan di
capai
 Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.

B. Memanfaatkan Hasil Test Formatif


Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya
seperti ini tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran

C. Manfaat Hasil Tes Diagnostik


Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan
siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut
berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

Fungsi Tes Diagnostik?


Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
1. mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
2. merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau
kesulitan yang telah teridentifikasi
Karakateristik Tes Diagnostik
1. Tes diagnostik memiliki karakteristik:
a. dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons
yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,
b. dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan
yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,
c. menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban
singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan
tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan
ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga
dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau
masalahnya, dan
d. disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit)
yang teridentifikasi.

D. Pemanfaatan Hasil Penilaian Non Tes


Teknik non tes yang di gunakan antara lain penilaian diri, penilaian sikap, dan
portofolio.
Penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan dan umpan balik bagi peningkatan
profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran, dan pembinaan sikap siswa. Portofolio
merupakan rangkaian atau kumpulan karya atau hasil kerja siswa yang dilakukan dalam kurun
waktu tertentu. Penilaian portofolio dapat memberikan informasi yang menyeluruh mengenai:
1. perkembangan pemahaman dan pemikiran siswa tentang konsep, topic dan isu pada
kurun waktu tertentu.
2. hasil karya siswa yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus.
3. dokumen kegiatan siswa selama periode waktu tertentu.
4. refleksi nilai siswa sebagai individu dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Manfaat bagi siswa penilaian portofolio berguna sebagai:


1. umpan balik penguasaan dan kemampuan
2. pendorong peningkatan pembelajaran
3. memahami tentang keterbatasan kemampuan di bidang tertentu

Manfaat bagi guru penilaian portofolio berguna untuk:


1. umpan balik penguasaan siswa
2. kemampuan yang belum di kuasai siswa
3. gambaran tingkat pencapaian keberhasilan proses belajar
4. strategi pembelajaran dan penilaian siswa
5. pertimbangan penempatan siswa dalam jurusan atau program studi
6. kecenderungan perilaku belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai