Oleh:
Kurnia Saputri
855764576
1. Tes : yaitu alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang
memerlukan jawaban benar atau salah.
Yang termasuk tes : tes objektif dan tes uraian.
Yang termasuk bukan tes : pedoman pengamatan, skala rating, skala
sikap, dan pedoman wawancara.
2. Pengukuran : kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur.
3. Asesmen : kegiatan mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang
diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk
menilai hasil beajar dan perkembangan belajar siswa.
4. Evaluasi : penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan
suatu program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian
(asesmen) serta pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan
guru, manajemen pendidikan , dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Kesimpulan :
Penilaian : kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan
kemajua belajar siswa serta mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk
mencapai tujuan pendidikan
Yaitu : tes untuk memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu
program.
Fungsi : menghasilkan calon-calon teerpilih yang dapat diterima untuk
mengikuti suatu program.
Pre test yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi
pelajaran yang akan disampaikan.
Post test yaitu untuk menngetagui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan
program setelah mereka mengikuti program tersebut.
Fungsi : menilai efektivitas proses pembelajaran
Yaitu untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi
pelajaran.
Fungsi : langkah awal untuk menentukan dan memperbaiki atau
menghilangkan penyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi
pelajaran.
g. Tes unjuk kerja yaitu untuk menilai performance siswa dalam menghayati atau
menghasilkan suatu karya atau hasil belajar.
MODUL
2
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR
1. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES
A. Tes Objektif
KELEMAHAN
&
KEUNGGULAN
UPAYA UNTUK
MEMINIMALKANNYA
1. Tepat digunakan untuk1. Butir soal yang ditulis cenderung
mengukur proses berpikir mengukur proses berpikir rendah.
rendah sampai dengan sedang Upaya : agar soal yang ditulis dapat
(ingatan, pemahaman, mengukur tujuan pembelajaran yang
penerapan). ditetapkan penulis harus berorintasi
2. Semua / sebagian besar pada kisi-kisi soal.
materi yang telah diajarkan2. Membuat pertanyaan tes objektif
dapat ditanyakan saat ujian yang lebih baik lebih sukar sehingga
sehingga semua/ sebagian membutuhkan waktu lebih lama.
besar tujuan pembelajaran Upaya : penulis sudah terlatih
yang ditetapkan dalam RPP d,engan baik dalam menulis tes
dapat diukur objektif.
ketercapaiannya. 3. Kemampuan anak dapat terganggu
3. Pemberianskor pada setiap oleh kemampuannya dalam membaca
siswa dapat dilakukan dengan dan menerka.
cepat ,tepat, dan konsisten Upaya : menuliskan butir soal dengan
karena jawaban yang benar baik sesuai kaidah penulisan butir
untuk setiap butir soal sudah soal objektif yang telah ditentukan.
jelas dan pasti. 4. Anak tidak dapat mengorganisasian ,
4. Memungkinkan untuk menghubungkan, dan menyatakan
dilakukan analisis butir soal. idenya sendiri karena semua alternatif
5. Tingkat kesukaran soal jawaban untuk setiap pertanyaan
dapat dikendalikan. sudah diberikan oleh penulis soal.
6. Informasi yang diperoleh Upaya: menggunakan tes uraian
lebih kaya.
B. Tes Uraian
Keunggulan :
1. Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
2. Tepatdigunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat
diukur dengan tes objektif
3. Waktu yang digunakan untukmenulis satu set tes uraian lebih cepat dari pada
waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
4. Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes objektif.
Kelemahan:
1. Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
2. Sukar memeriksa jawaban siswa
Pemberian skor yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan
karena beberapa hal yaitu :
1. Adanya hallo effect
2. Adanya efek bawaan ( carry over effect)
3. Efek urutan pemeriksaan ( order effect)
4. Pengaruh penggunaan bahasa
5. Pengaruh tulisan tangan
2. MENGEMBANGKAN TES
A. Tes Objektif
1) Tes benar salah / true false item
Fungsi :
o Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
adalah pokok soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban /
respon.
o Keunggulan : mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji
banyak materi yang telah diajarkan pada siswa.
o Kelemahan : butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil
belajar yang sederhana.
3) Tes pilihan ganda / multiple choice
B. Tes Uraian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu
a) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
b) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
c) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
d) Gunakan tes uraian terbatas.
e) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
f) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
g) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
h) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
i) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia
mengerjakan soal dg benar.
Pedoman penskoran :
a. apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain
maka jawaban tersebut harus ditulis.
b. Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada
jawaban tersebut.
c. Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
d. Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul
pada jawaban tersebut.
e. Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor
lebih dari yang lain.
3. PERENCANAAN TES
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain :
a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus
diupayakan serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan
digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau
gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan
materi, jumlah butir soal dan waktu tes yang disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan
kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
d. Sebaran tingkat kesukaran.
e. Waktu ujian yang disediakan
f. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang
disediakan.
MODUL
3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
KEGIATAN BELAJAR 1
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
A. LATAR BELAKANG
Pada penggunaan asesmen alternatif hanya menggunakan tes tertulis (paper and
pencil test) Test tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam
ranah kognitif dan ketrampilan sederhan namun tidak dapat mengukur hasil belajar
yang kompleks. Namun dalam kenyataannya tes ini dilakukan tanpa memperhatikan
proses pembelajaran . Yang membuat tes ini tidak hanya guru asli tetapi dapat dilakukan
oleh guru lain asalkan guru tersebut mengethui kompetensi dasar yang akan dicapai dan
menguasai materi. Didalam tes ini berorientasi pada pencapaia hasil belajar siswa bukan
pada proses belajar. Kelemahan yang timbul dalam proses tes ini dalam pembelajaran
yang dikenal dengan asesmen alternatif.
C. LANDASAN PSIKOLOGIS
Assesment alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja namun menilai
proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu dari beberapa teori diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990).
2. Teori Belajar Bruner (1996)
3. Generative Learning Model dari Obsorne dan Ittrock (1983)
4. Experiental learning theory dari C.Rogers (1969)
5. Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
KEGIATAN BELAJAR 2
BENTUK ASESMEN KINERJA
A. Tugas ( Task )
1. Computer adaptive testing 2. Tes pilihan ganda yang diperluas 3.Tes uraian terbuka ( open
ended question ) 4. Tugas individu 5. Tugas kelompok 6. Proyek 7. Inteview 8. Pengamatan
Beberapa catatan penting yang harus diperhatikan pada saat merancang tugas dalam
asesmen kinerja :
1. Tugas – tugas yang disusun hendaknya merupakan bagian dari proses pembelajaran.
2. Tugas yang baik dalah tugas yang berhubungan dengan kehidupan nyata.
3. Tugas yang diberikan terhadap siswa harus adail. Dalam hal ini bukan berarti tugas yang
diberikan harus sama. Harus dijaga jangan samapai ada unsur subjektifitas dalam
memberikan tugas.
4. Jangan memeberikan tugas terlalu mudah karena hal ini tidak akan memebrikan motivasi
siswa dan tidak memberikan tantangan kepda siswauntuk melakukannya.
a. Holistic Rubric
Yang dimaksud dengan holistic rubric adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya
dibuat secara umum, Karena itu biasanya holistic rubric digunakan untuk menilai berbagai
macam kinerja.
Aspek – aspek yang perlu diperhatikan dalam menilai kinerja siswa antara lain : (a)
Kualitas pengerjaan tugas, (b) Kretifitas dalam pengerjaan tugas, (c) Produk tugas.
Holistik rubric yang khusus dibuat untuk menilai kinerja siswa yang berhubungan
dengan keterampilan mengerjakan sesuatu , Dimensi kerjanya yang harus diperhatikan
antara lain (a) Kemampuan menggunakan prosedur kerja, (b) Kemampuan menunjukan
fungsi dari setiap langkah sesuai dengan prosedur, (c) Kemampuan memodifikasi prosedur
yang ada tanpa menyalahi fungsi.
b. Analitic Rubric
Analitic rubric adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya dibuat lebih rinci
demikian pula deskripsi setiap aspek kinerjanya.
Contoh rubric tugas karangan dengan topic pengalaman saat liburan semester, panjang
karangan dan komponen – komponen serta tanggal pengumpulan tugas sudah di tentukan :
KEGIATAN BELAJAR 3
ASESMEN PORTOFOLIO
A. Pengertian Dan Tujuan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu
ke waktu.
Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah sebagai berikut:
a. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.
b. Menunjukkan kemampuan siswa
c. Menilai keseluruhan hasil belajar siswa
Sedangkan asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama
antara murid dengan guru. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya
siswa yang terpenting adalah proses seleksi yang dilakukan berdasar kriteria tertentu
untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya. Kumpulan hasil karya tersebut
digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa mampu mengenal
kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan.
B. Perencanaan Portofolio
Menurut Shaklee (1997) delapa pedoman yang harus diperhatikan saat
merencanakan portofolio adalah:
1. Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen portofolio.
2. Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil belajar yang
dapat diamati. Kriteria atau standar tersebut harus sesuai dengan umur, kelas dan
materi yang akan dinilai
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam
kurikulum.
4. Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder) dengan
portofolio siswa. Stakeholders yang terpenting dalam portofolio siswa adalah guru,
siswa, teman sekelas dan orang tua siswa.
5. Menentukan jenis – jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti
yang dikumpulkan
7. Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan
informasi dan asesmen portofolio.
8. Mengatur bukti – bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi agar kita dapat
membandingkan.
C. Pelaksanaan Portofilo
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka
tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa.
2. Memonitor pelaksanaan tugas.
3. Memberikan umpan balik. .
4. Memamerkan hasil portofolio siswa
E. Tahap peilaian
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama
antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten.
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya.
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan.
KEGIATAN BELAJAR 4
PENILAIAN RANAH AFEKTIF
A. Konsep dasar
Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat
penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat
ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif
terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga
mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru
sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk
meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta
yang ada sampai saat ini pembelajaran masih di dominasi pada pengembangan ranah
kognitif. Menurut Krathwohl (dalam Groundlund and Linn, 1990), ranah fektif terdiri
atas 5 level yaitu:
1. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau
stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari.
Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan respon, leinginan
memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3. Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4. Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang satu
dengan yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa
sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan
perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri,
dan nilai.
1. Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap
siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
2. Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir melaluipegalaman yang
mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan
keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
3. Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan mampu
menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa dengan tepat.
4. Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang bermakna
bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal
yang positif bagi masyarakat.
Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengethaui apakah kompetensi
dasar yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk keperluan
tersebut guru perlu menyusun prosedur penilaian dalam bentuk kisi-kisi pengukuran. Kisi-kisi
pengukuran tersebut antara lain berisi :
(a) aspek yang akan diukur : kognitif, afektif, atau psikomotor,
(b) jenis alat ukur yang digunakan : tes atau non-tes,
(c) teknik atau cara pengukurannya : tertulis, lisan, atau perbuatan
(d) cara penskoran serta pengolahannya.
B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi haisl Belajar dari Unjuk Kerja Siswa
Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang
berupa unjuk kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil
karya, pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah penting
adalah informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya tersebut.
Untuk memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus
mempersiapkan pedoman pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah
yang dikenal dengan rubrik
KEGIATAN BELAJAR 2
Pendekatan dalam Pemberian Nilai
Informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes, pada awalnya masih berupa skor
mentah (raw score) yang berupa data terserak (belum tertata). Karena data belum tertata dengan
baik maka guru akan menemui kesulitan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil
belajar siswa tersebut.
Data tersebut perlu diatur sedemikian rupa agar mudah dipahami, misalnya diurutkan
dari data terbesar sampai dengan yang terkecil. Dengan mengurutkan hasil tes tersebut maka
anda akan dapat melihat dengan mudah rangking siswa.
Apabila jumlah siswa sedikit (misalnya 10 anak) maka penyusunan datanya dapat anda
lakukan dengan mudah dan dapat dengan cepat diketahui rangking kelas pada mata pelajaran
tertentu. Tetapi jika jumlah siswa anda banyak maka kumpulan data hasil belajar yang anda
peroleh akan mudah dipahami jika data tersebut diolah dalam bentuk tabel frekuensi. Cara
membuat daftar distribusi frekuensi :
Penilaian
Pengertian penilaian disini mengacu pada penilaian sebagai asesmen yaitu
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
hasil belajar siswa dan menggunakan informasi tersebut utuk mencapai tujuan
pendidikan.
Penyajian Hasil Penilaian
Bentuk penilaian yang dapat dipergunakan guru untuk menilai hasil belajar siswa:
a. Penilaian dengan menggunakan angka.
b. Penilaian dengan menggunakan kategori.
c. Penilaian dengan uraian atau narasi
d. Penilaian kombinasi
A. Validitas
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat mengukur apa yang ingin
diukur. Jika kita ingin mengukur panjang sebuah meja maka kita harus dapat memilih alat
ukur yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut.Untuk menghitung waktu tempuh
pelari cepat dalam perlombaan lari cepat 100 meter maka kita juga harus dapat memilih alat
ukur yang tepat untuk digunakan. Demikian juga jika kita ingin mengukur hasil belajar siswa
maka kita juga dituntut untuk menggunakan alat ukur ( dalam hal ini tes ) yang dapat dengan
tepat mengukur hasil belajar yang kita harapkan.
Pengertian validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil
pengukuran atau evaluasi ( Gronlund dan Linn, 1990). Secra umum validitas ada tiga jenis :
a. Validitas isi ( concent validity ).
b. Validitas konstrak ( construct validity ).
c. Validitas yang dikaitkan dengan kriteria tertentu ( criterion related validity ).
Validitas isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “ sejauh mana item – item yang ada
dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan “. Tinggi rendahnya
validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan ahli terhadap isi
tes tersebut.Hal ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh tes hasil belajar. Tinggi
rendahnya validitas isi suatu tes dapat dilihat pada perencanaan atau kisi – kisi tes. Semakin
representatif materi yang dapat ditanyakan dalam tes tersebut menunjukkan semakin tinggi
validitas isinya.
Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap
keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan tes tersebut.Yang
dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep hipotesis (hipotetical concept) yang digunakan
sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur.Validitas konstrak ini banyak digunakan terutama
dalam pengukuran – pengukuran psikologi seperti pengukuran sikap, minat, tingkah laku dan
sebagainya.Campbell dan Fiske (Demari Mardapi, 2004) mengembangkan satu pendekatan
untuk menentukan validitas konstrak dengan menggunakan teknik multi trait-multi
method.Validasi dengan multi trait – multi method dilakukan dengan menggunakan lebih dari
satu metode untuk mengukur lebih dari satu acam trait ( sifat ). Dengan menggunakan matrik
korelasi sehingga interkorelasi antara trait dan metode dapat dilihat dengan jelas.
Jika suatu tes dimaksudkan untuk memprediksi keberhasilan seseorang di masa yang
akan datang atau dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian anatar pengetahuan dengan
keterampilan yang dimiliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai criterion related
validity yang tinggi.
B. Reliabilitas
Hasil – hasil pengukuran yang berhubungan dengan aspek – aspek fisik seperti
mengukur panjang meja, tinggi almari, berat badan dan tinggi badan biasanya menghasilkan
reliabilitas yang sangat tinggi.Artinya walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali tetapi
tetap memberikan hasil yang ridak jauh berbeda. Hasil pengukuran yenag berbeda akan sering
kita temukan jika kita melakukan pengukuran terhadap hal – hal yang berhubungan dengan
aspek – aspek psikologi dan sosial seperti dalam pengukuran mewakili intelegensi, sikap, dan
konsep diri. Aspek – aspek sosial-psikologi seperti itu tidak dapat diukur dengan ketepatan dan
konsistensi yang tinggi.Hal ini disebabkan karena hasil pengukuran yang diperoleh tidak dapat
lepas dari pengaruh hal - hal diluar maksud pengukuran tersebut misalnya alat ukur itu sendiri
bukan merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur aspek yang diinginkan. Disamping itu
karena subjek pengukurannya adalah manusia maka cara – cara penyajian tes, emosi, motivasi.
Kondisi fisik dan keadaan ruangan tes akan mempengaruhi hasil pengukuran walaupun
sebenarnya aspek – aspek yang ingin kita ukur tersebut tidak berubah. Dengan demikian hasil
pengukuran yang diperoleh menjadi kurang reliabel.
Pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh dari suatu
Pengukuran ( Grondlund dan Linn, 1990 ). Salah satu cara untuk mengetahui ketetapan atau
reliabilitas suatu pengukuran, dapat diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dua kali.
Hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran pertama
hampir sama dengan hasil pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil pengukuran dikatakan
mempunyai reliabilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh berbeda dengan hasil
pengukuran kedua. Hubungan antar skor yang diperoleh pada pengukuran pertama dengan
kedua akan menghasilkan angka korelasi bergerak antara -1 sampai dengan +1. Semakin tinggi
angka koefisien reliabilitas (mendekati 1) maka semakin tinggi reliabilitas tersebut. Suatu
perangkat tes dinyatakan cukup reliabel jika mempunyai reliabilitas lebih besar 0,5 (Fernandes,
1984).
Konsep reliabilitas dalam arti equivalent tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua
set tes yang digunakan paralel atau tidak. Keparalelan dua set tes ini diperoleh dengan cara
mengembangkan dua set tes yang paralel dari kisi - kisi tes yang sama kemudian masing -
masing tes tersebut diujikan pada dua kelas yang mempunyai tingkat kemampuan yang sama.
Hasil kedua tes tersebut dikorelasikan, jika hasil korelasinya tinggi, hal ini menunjukan kedua
tes paralel.koefisien korelasinya dapat dihitung dengan menggunakan formula product-moment.
konsep reliabilitas dalam arti konsistensi internal dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu set tes tersebut mengukur dimensi hasil
belajar yang sama atau tidak. Konsep reliabilitas dalam asrti konsistensi dapat dihitung
menggunakan formula Kuder-Richardson (KR-20 atau KR-21). Jika hasil korelasinya tinggi, hal
ni menunjukan bahwa antara butir soal dalam satu set tes tersebut adalah konsisten dengan
yang lain.
2) Daya beda
Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa jauh butir soal tersebut dapat
membedakan kemampuan individu peserta tes. Daya beda butir soal dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
D=PA – PB
dimana,
D = indeks daya beda butir soal
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab salah
Secara teoritis indeks beda soal (D) = 1 akan tercapai apabila semua siswa dalam
kelompok atas menjawab benar dan semua siswa dalam kelompok bawah menjawab
salah. Indeks daya beda soal (D) = -1 jika semua sisa dalam kelompok atas menjawab
salah dan semua siswa dalam kelopok bawah justru menjawab benar. Sedangkan indeks
daya beda soal (D) = 0 apabila proporsi siswa yang menjawab benar dalam kelompok atas
dan kelompok bawah adalah sama. Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya beda
butir soal adalah :
D ≥ 0,40 = sangat baik
0,30 ≤ D ≤ 0,40 = baik
0,20 ≤ D < 0,30 = sedang
D < 0,20 = tidak baik
Butir soal yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah
dan butir soal yang pengecohnya mempunyai daya beda positif atau kuncinya
mempunyai daya beda negatif. Perbaikan butir soal dapat dilakukan pada pokok soal
atau pada alternatif jawaban.
E. Memperbaiki Non-Tes
Prosedur memperbaiki instrument non-tes sama dengan prosedur memperbaiki tes.
Penyempurnaan butir yang lemah dapat dilaksanakan dengan memperbaiki butir yang
kurang baik atau mengganti butir yang lama dengan butir yang baru. Penyebab butir soal
kurang baik, antara lain: a) penggunaan bahasa kurang komunikatif, b) kalimat dapat
ditafsirkan ambiguous (dapat ditafsirkan ganda), c) pertanyaan / pernyataan yang dibuat
menyimpang dari indikator, dan d) pertanyaan / pernyataan tidak mengukur tarif (sifat)
yang akan diukur
MODUL
6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN
Kegiatan Belajar 1
Prinsip-prinsip Pemberian Penilaian
1. Penilaian tertulis (paper-pencil test) baik berupa soal pilihan mapun uraian
2. Tes praktek (peformance test)
3. Penilaian produk
4. Penilaian proyek
5. Peta perkembangan
6. Evaluasi diri siswa
7. Penilaian afektif
8. Portofolio
Kegiatan Belajar 2
Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan
b. Penyekoran
1. Skor Tes Objektif
2. Skor Tes Uraian
3. Skor Aspek Afektif
4. Skor Aspek Psikomotorik
Kegiatan Belajar 3
Pemanfaatan Hasil Tes untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran
Sebelum anda mengajar di depan kelas, satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran
harus sudah anda persiapkan terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengetahui efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes, antara lain:
A. Memanfaatkan Hasil Pre Test – Post Test
Pre Test merupakan Jenis test yang di lakukan sebelum pelajaran inti di mulai,
sedangkan Post Tes adalah penilaian yang dilakukan setelah pelajaran selesai.
Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu
sendiri.
1. Manfaat Bagi Guru
Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa
Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa
Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan
2. Manfaat Bagi Siswa
Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang
menyeluruh
Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
Usaha perbaikan
Sebagai diagnosis
3. Manfaat Bagi Program
Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
dengan keakapan anak
Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum di perhitungkan
Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan di
capai
Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.