Anda di halaman 1dari 28

MODUL 1

KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN

1. KONSEP DASAR PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN


a. Pengertian penilaian
1) Tes : yaitu alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang
memerlukan jawaban benar atau salah.
 Yang termasuk tes: tes objektif dan tes uraian.
 Yang termasuk bukan tes: pedoman pengamatan, skala rating, skala sikap, dan
pedoman wawancara.
2) Pengukuran : kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur.
3) Asesmen : kegiatan mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh
dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
beajar dan perkembangan belajar siswa.
4) Evaluasi : penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu
program substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta
pelaksanaannya, pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen
pendidikan , dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Kesimpulan :
Penilaian : kegiatan untuk memperoleh informasi pencapaian hasil belajar dan kemajua
belajar siswa serta mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai
tujuan pendidikan
b. Kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi
tes
evaluasi
asesmen
Pengukuran
Prinsip – prinsip penilaian
1) Berorientasi pada pencapaian kompetensi
2) Valid
3) Adil
4) Objektif
5) Berkesinambungan
6) Menyeluruh
7) Terbuka
8) Bermakna
c. Pergeseran paradigma penilaian hasil belajar
Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya dilakukan dengan
menggunakan alat ukur tes saja. Dengan cara ini maka kita tidak dapat mengukur
keseluruhan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Karena itu, ahli pendidikan
mengusulkan penilaian hasil belajar siswa menggunakan asesmen, dengan begitu kita
dapat mengukur tidak hanya dari hasil belajar saja tapi juga dari proses belajar siswa
secara menyeluruh.

2. JENIS DAN FUNGSI PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN


a. Tes seleksi dan fungsinya
Yaitu: tes untuk memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program.
Fungsi: menghasilkan calon-calon teerpilih yang dapat diterima untuk mengikuti suatu
program.
b. Tes penempatan dan fungsinya
Yaitu untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya.
Fungsi: mengelompokkan siswa dalam satu kelompokyang relatif homogen kemampuan
atau ketrampilannya.
c. Pre test – post test dan fungsinya
Pre test yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi pelajaran
yang akan disampaikan.
Post test yaitu untuk menngetagui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program
setelah mereka mengikuti program tersebut.
Fungsi: menilai efektivitas proses pembelajaran
d. Tes diagnostik dan fungsinya
Yaitu untuk mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi
pelajaran.
Fungsi: langkah awal untuk menentukan dan memperbaiki atau menghilangkan
penyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.
e. Tes formatif dan fungsinya
yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan pembelajaran yang
baru saja diajarkan.
Fungsinya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan.
f. Tes sumatif dan fungsinya
Yaitu untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses
pembelajaran.
Fungsinya menilai hasil belajar siswa.
g. Tes unjuk kerja
yaitu untuk menilai performance siswa dalam menghayati atau menghasilkan suatu
karya atau hasil belajar.

MODUL 2
PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR

1. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN TES


A. Tes Objektif
KELEMAHAN & UPAYA
KEUNGGULAN
UNTUK MEMINIMALKANNYA
1. Tepat digunakan untuk mengukur 1. Butir soal yang ditulis cenderung
proses berpikir rendah sampaidengan sedang (in mengukur proses berpikir
gatan, pemahaman, penerapan). rendah.
2. Semua / sebagian besar materi yang Upaya : agar soal yang ditulis
telah diajarkan dapat ditanyakansaat ujian sehin dapat mengukur tujuan
gga semua/ pembelajaran yang
sebagianbesar tujuan pembelajaran yang ditetapkan penulis harus
ditetapkan dalam RPP berorintasi pada kisi-kisi soal.
dapat diukurketercapaiannya. 2. Membuat pertanyaan tes objektif
3. Pemberian skor pada setiap siswa yang lebih baik lebih sukar
dapat dilakukan dengan cepat, tepat, sehingga membutuhkan waktu
dan konsisten karena jawaban yang lebih lama.
benar untuk setiap butir soal sudah Upaya : penulis sudah terlatih
jelas dan pasti. d,engan baik dalam menulis tes
4. Memungkinkan untuk dilakukananalisis butir so objektif.
al. 3. Kemampuan anak dapat
5. Tingkat kesukaran soal dapatdikendalikan. terganggu oleh kemampuannya
6. Informasi yang diperoleh lebih kaya. dalam membaca dan menerka.
Upaya : menuliskan butir soal
dengan baik sesuai kaidah
penulisan butir soal objektif
yang telah ditentukan.
4. Anak tidak dapat
mengorganisasian ,
menghubungkan, dan
menyatakan idenya sendiri
karena semua alternatif jawaban
untuk setiap pertanyaan sudah
diberikan oleh penulis soal.
Upaya: menggunakan tes uraian

B. Tes Uraian
Keunggulan:
 Tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi
 Tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks yang tidak dapat
diukur dengan tes objektif
 Waktu yang digunakan untuk menulis satu set tes uraian lebih cepat dari pada waktu
yang digunakan untuk menulis satu set tes objektif
 Menulis tes uraian yang baik relative lebih mudah dari pada menulis tes objektif.
Kelemahan:
 Terbatasnya sampel materi yang ditanyakan
 Sukar memeriksa jawaban siswa
Pemberian skor
yang kurang objektif dan kurang konsisten dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu :
 Adanya hallo effect
 Adanya efek bawaan (carry over effect)
 Efek urutan pemeriksaan (order effect)
 Pengaruh penggunaan bahasa
 Pengaruh tulisan tangan
Upaya untuk meminimalkan kelemahan:
 Upaya untuk meningkatkan jumlah sampel materi
 yang ditanyakan saat ujian adalahmembuat tes uraian
 yang dapat dijawab dengan cepat oleh siswa ( tes uraian terbatas)
 Upaya untuk mengurangi unsure subjektivitas pemeriksa adalah dengan memeriksaha
sil ujian tanpa nama.
 Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa adalah:
a) Gunakan tes uraian terbatas
b) Gunakan 2 pemeriksa untuk memeriksa setiap hasil tes siswa
c) Sepakat tentang cara pemberian skor dengan pemeriksa kedua
d) Lakukan uji coba pemeriksaan
 Upaya untuk mengurangi hallo effect adalah dengan menghilangkan/menutup nama
peserta tes
 Upaya untuk menghindari carry over effect adalah dengan cara memeriksa jawaban
soal no 1 untuk keseluruhan siswa baru kemudian baru memeriksa soal no 2 juga
untuk keseluruh siswa begitu seterusnya sampai butir soal terakhir
 Upaya menghindari order effect adalah dengan berhenti memeriksa jika anda sudah
merasa lelah dalam memeriksa.

2. MENGEMBANGKAN TES
A. Tes Objektif
1) Tes benar salah / true false item
Fungsi:
 Mengukur kemampuan siswa untuk mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan
mengenai fakta, definisi, prinsip, teori, hukum, dan sebagainya.
 Mengukur kemampuan siswa unuk membedakan antara fakta dengan pendapat
atau opini.
 Mengukur hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar ingatan.
 Keunggulan: mudah dikonstruksikan, dapat mennanyakan banyak sampel materi,
mudah penskoran, tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir sederhana.
 Kelemahan: probabilitas siswa dalam menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50%,
sebagian besar soal benar salah hanya digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.
2) Tes menjodohkan / matching exercise
 Yaitu tes objektif yang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama adalah pokok
soal/premis dan kolom kedua adalah jawaban / respon.
 Keunggulan: mudah dibuat, mudah penskorannya, dapat menguji banyak materi
yang telah diajarkan pada siswa.
 Kelemahan: butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang
sederhana.
3) Tes pilihan ganda / multiple choice
Ragam tes pilihan ganda :
a) Melengkapi pilihan (ragam A)
Tersusun atas pokok soal dengan empat / lima alternatif jawaban.
b) Hubungan antarhal (ragam B)
Tersusun atas pokok soal terdiri dari dua pernyataan yang independen
dipisahkan dengan kata sebab.
c) Analisi kasus (ragam C)
d) Ganda kompleks (ragam D)
e) Membaca diagram , tabel, atau grafik ( ragam E )
Mengkonstruksi tes objektif yang baik
a. Saran dalam mengkonstruksi tes B-S
 Kalimat/pernyataan harus dapat ditentukan dijawab benar/salah. Hindari
pernyataan yang membingungkan/bermakna ganda.
 Hindari penulisan butir soal yang hanya mengukur hasil belajar yang tdk
mengukur kompetensi.
 Upayakan butir soal tersebut menguji hasil belajar yang lebih tinggi dari sekedar
ingatan.
 Hindari penggunaan pernyataan negatif apalagi pernyataan negatif ganda.
 Hindari penggunaan kalimat yang terlalu kompleks.
 Pernyataan benar dan salah harus dibuat seimbang dalam hal penulisan kalimat.
 Jumlah jawanan untuk pernyataan benar/ salah harusnya seimbang.
b. Saran dalam mengkonstruksi tes menjodohkan
 Pernyataan pernyataan dibawah kolom pertama atau kedua harus terdiri dari
pernyataan yang homogen.
 Jumlah pernyataan kolom kedua dibuat lebih banyak dari kolom kedua.
 Penulisan kalimat pada respon hendaknya lebih pendek dari premis.
 Jika jawaban pada respon berbentuk angka penulisan harus diurutkan.
 Letakkan keseluruhan pernyataan premis dan respon pada halaman yang sama.
c. Saran dalam mengkonstruksi tes pilihan ganda
 Inti permasalahan yang ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas.
 Hindari pengulangan kata yang sama pada alternatif jawaban.
 Hindari penggunaan kalimat berlebihan pada pokok soal.
 Alternatif jawaban hendaknya logis, homogen dari segi materi/panjang pendek
kalimat dan pengecoh menarik untuk dipilih.
 Dalam merumuskan soal hindari adanya petunjuk ke jawaban yang benar.
 Setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar.
 Hindari penggunaan ungkapan negatif dlm penulisan soal.
 Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar/semua jawaban
salah.
 Jika alternatif jawaban berupa angka, susunlah angka tersebut berurutan.
 Dalam perumusan soal hindari penggunaan istilah teknis.
 Upayakan agar jawaban soal tidak tergantung jawaban soal yang lain.

B. Tes Uraian
# Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksi tes uraian yaitu:
a) Tulis tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang dibuat.
b) Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar.
c) Kembangkan butir soal dari suatu kasus.
d) Gunakan tes uraian terbatas.
e) Usahakan pertnyaan mengungkap pendapat siswa bukan hanya fakta.
f) Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas.
g) Rancanglah pertanyaan sesuai waktu yang disediakan dalam ujian.
h) Hindari penggunaan pernyataan pilihan.
i) Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia mengerjakan soal dg
benar
# Pedoman penskoran :
a) apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka jawaban
tersebut harus ditulis.
b) Tandai butir, kata kunci / konsep penting yang harus muncul pada jawaban tersebut.
c) Adakah butir, kata kunci / konsep yang lebih penting dari yang lain.
d) Beri skor pada setiap butir, kata kunci / konsep yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
e) Butir , kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang
lain.

3. PERENCANAAN TES
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain :
a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan
serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan
apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya
harus diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal dan waktu tes
yang disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan kemampuan berpikir
yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
d. Sebaran tingkat kesukaran.
e. Waktu ujian yang disediakan
f. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung waktu ujian yang disediakan.
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

Kegiatan Belajar 1 Konsep Dasar Asesmen Alternatif


A. Latar Belakang
Penggunaan asesmen alternative dalam penilaian hasil belajar siswa muncul pada tahun
1980-an, sebagai akibat banyaknya kritik terhadap asesmen tradisional yang hanya
menggunakan tes tertulis. Tes tertulis hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar
dalam ranah kognitif dan keterampilan sederhana.
Masih sering kita temukan banyaknya kasus tes tengah semester atau tes akhir semester yang
perangkat tesnya sudah disediakan oleh pihak Dinas Pendidikan bukan disiapkan oleh guru
yang bersangkutan. Kondisi seperti itu menunjukkan bahwa tes hasil belajar merupakan
bagian yang terpisah dari proses pembelajaran.
Menyadari kelemahan yang ada pada tes, beberapa ahli pendidikan berupaya untuk
mengintegrasikan penilaian dalam keseluruhan proses pembelajaran melalui proses penilaian
yang dikenal dengan asesmen alternatif. Grant P. Wiggins (1998) membedakan antara antara
asesmen tradisional dan asesmen alternatif, yaitu:
a. Asesmen tradisional (tes)
1. Penilaian dilakukan untukmenilai kemampuan siswa dalam memberikan jawaban
yang benar.
2. Tes yang diberikan tidak berhubungan dengan realitas kehidupan siswa
3. Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa
4. Dapat diskor dengan realibilitas tinggi
5. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor
b. Asesmen Alternatif
1. Penilaian dilakukan untuk menilai kualitas produk dan unjuk kerja siswa.
2. Tugas yang diberikan berhubungan dengan relitas kehidupan siswa
3. Ada integrasi antara pengetahuan dengan kinerja atau produk yang dihasilkan
4. Sulit diskor dengan reabilitas tinggi
5. Hasil asesmen alternatif diberikan dengan bukti kinerja

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Portofolio


Penilaian dalam arti asesmen merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi untuk
pencapaian dan kemajuan belajar siswa, sedangkan penilaian dalam arti evaluasi merupakan
kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Jadi asesmen merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang
diperoleh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil
belajar dan perkembangan belajar siswa.
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan asesmen yaitu:
1. Traditional Assessment (Asesmen Tradisional), mengacu pada tes tertulis. Asesmen
tradisional hanya mengukur hasil belajar siswa dengan menggunakan satu jenis alat ukur
yaitu tes tertulis.
2. Performance Assessment (Asesmen kinerja), merupakan asesmen yang menghendaki
siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya baik keterampilan atau pengetahuan
dalam bentuk kinerja nyata.
3. Autentic Assessment, merupakan asesmen yang menuntut siswa mampu menerapkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam kehidupan nyata di luar sekolah.
4. Portfolio Assessment (Asesmen portofolio), merupakan hasil karya siswa yang
dikumpulkan dan disusun secara sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil dan
kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu.
5. Achievement Assessment, merupakan pengertian umum terhadap semua usaha untuk
mengukur, mengetahui dan mendeskripsikan hasil kerja siswa untuk memperoleh
informasi hasil dan kemajuan belajar siswa.
6. Alternative Assessment, merupakan asesmen yang tidak hanya bergantung pada tes
tertulis yang meruppakan alternatif dari asesmen tradisional.

C. Landasan Psikologis
Asesmen alternatif dilaksanakan berdasarkan teori belajar khususnya dari aliran psikologis
kognitif. Beberapa teori belajar yang digunakan sebagai landasan dalam pelaksanaan
asesmen alternatif adalah:
1. Teori Fleksibilitas Kognitif dari R. Spiro (1990) Teori ini beranggapan bahwa hakikat
belajar adalah kompleks.
2. Teori Belajar Bruner (1966) Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang
dilakukan siswa dengan cara mengkontruksi sendiri gagasan baru atau konsep baru atas
dasar konsep, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki.
3. Generative Learning Model dari Osborne dan Wittrock (1983) Inti dari teori ini adalah
bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan
menginterpresentasikan informasi serta menarik kesimpulan dari informasi-informasi
tersebut.
4. Eksperiential Learning Theory dari C. Rogers (1969) Teori ini membedakan dua jenis
belajar yaitu cognitive learning yang berhubungan dengan pengetahuan dan experiental
learning yang berhubungan dengan pengalaman.
5. Multiple Intelegent Theory dari Howard Gardner (1983) Menurut Gardner, ada deapan
kemampuan pada setiap individu, yaitu:
1) Linguistic;
2) Logical-mathematic;
3) Visual-spattial;
4) Bodily-kinesthetic;
5) Musical;
6) Intrapersonal;
7) Interpersonal;
8) Naturalist.

D. Keunggulan dan Kelemahan Asesmen Alternatif


1. Keunggulan asesmen alternatif yaitu:
a. Dapat menilai hasil belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yang
tidak dapat dinilai dengan asesmen tradisional
b. Menyajikan hasil penilaian yang lebuh hakiki, langsung dan lengkap
c. Meningkatkan motifasi siswa
d. Mendorong pelajaran dalam situasi yang nyata
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk selfevalution
f. Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang telah dilakukan
g. Meningkatkan daya transferabilitas hasil belajar
2. Kelemahan asesmen alternatif yaitu:
a. Membutuhkan banyak waktu
b. Adanya unsure subjektifitas dalam penskoran
c. Ketetapan penskoran rendah
d. Tidak tepat untuk kelas besar

Kegiatan Belajar 2 Bentuk Asesmen Kinerja


Bentuk utama dari asesmen kinerja terdiri dari dua yaitu tugas (Task) dan criteria penskoran
(rubric).
A. Tugas (Task)
Jenis-jenis tagihan tentang keberhasilan siswa dalam unjuk kerja yaitu:
1. Computer adaptive testing Computer adaptive testing adalah tes berbatuan computer
untuk menilai hasil belajar siswa.
2. Tes pilhan ganda yang diperluas Tes pilihan ganda yang diperluas adalah tes pilihan
ganda dalam pengerjaan siswa untuk memilih salah satu jawaban yang paling tepat dan
memberikan alasan.
3. Tes uraian terbuka (open ended question) Tes uraian dugunakan untuk pemberian tugas
dalam asesmen kinerja dengan menilai kemampuan siswa dalam penalaran, logika,
menuangkan ide dalam bentuk tulisan.
4. Tugas individu Tugas individu adalah tugas yang harus dikerjakan guru untuk menilai
kinerja anak selama mengerjakan tugas dan menilai produk.
5. Tugas kelompok Tugas kelompok adalah tugas yang harus dikerjakan secara
berkelompok, tugas guru adalah melakukan pengamatan terhadap kinerja kelompok.
6. Proyek Tugas yang diberikan guru (secara individu atau kelompok) untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks dalam waktu tertentu.
7. Interview Tugas yang diberikan guru kepada siswa baik secara individu atau kelompok
dengan membuat laporan hasil wawancara.
8. Pengamatan Pengamatan adalah tugas yang diberikan kepada siswa baik secara individu
atau kelompom untuk melakukan pengamatan terhadap sesuatu yang ditugaskan.
Langkah langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah:
a. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah
mengerjakan tugas.
b. Merancang tugas yang memungkinkan siswa menunjukan kempauan berpikir dan
keterampilan.
c. Menetapkan criteria keberhasilan.

B. Kriteria Penilaian (Rubric)


Kriteria penskoran pada tes adalah jawaban yang benar harus ada pada jawaban siswa.
Asesmen kinerja tidak menggunakan criteria penskoran yang berisi konsep ata kata kunci
yang merupakan jawaban benar atas pertanyaan.
Menurut Donna Szpyrka dan Eliyn B Smith yang dikutip oleh Zainul. A (2001) terdapat
beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan:
1. Menentukan konsep
2. Merumuskan atau mengidentifikasikan dan menentukan urutan konsep yang akan
dinilai.
3. Menentukan tugas yang akan dinilai
4. Menentukan skala yang akan digunakan
5. Mendeskripsikan kinerja yang diharapkan
6. Melakukan uji coba
7. Melakukan revisi berdasar hasil uji coba.
Menurut Chicago Public School (CPS) menjelaskan langkah-langkah dalam pengembangan
rubric yaitu:
1. Guru bersama teman sejawat menentukan dimensi kerja yang dinilai
2. Mengidentifikasi adanya dimensi kerja yang belum tercantum
3. Merevisi dimensi-dimensi kerja menjadi tepat
4. Membuat definisi setiap dimensi kerja
5. Menentukan skala dan dimensi yang dinilai
6. Melakukan penilaian terhadap rubric
7. Melakukan uji coba untuk mengetahui rubric
8. Melakukan sosialisasi dengan melibatkan pihak terkait.
Kegunaan rubric dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Holistic Rubric Holistic rubric adalah rubric yang deskripsi dimensi kinerjanya dibuat
secara umum.
b) Analitic Rubric Analytic Rubric adalah rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya dibuat
lebih rinci setiap aspek kinerjanya.

Kegiatan Belajar 3 Asesmen Portofolio


A. Pengertian dan Tujuan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang
menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke
waktu.
Secara lebih rinci karakteristik portofolio adalah:
1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara murid
dengan guru.
2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang
terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar criteria tertentu untuk
dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya siswa.
3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu.
4. Kritertia penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru ataupun bagi siswa dan
ditetapkan secara konsisten.
Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah:
1. Portofolio yang bertujuan untuk menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.
2. Menunjukkan kemampuan siswa secara langsung
3. Menilai secara keseluruhan pencapaian belajar siswa.
Portofolio tidak dimaksudkan untuk membandingkan hasil kerja siswa tetapi portofolio
dimaksudkan untuk member gambaran terhadap hasil kerja keras yang telah dilakukan siswa
untuk mencapai standar penilaian yang telah disepakati bersama antara siswa dengan guru.
Ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan dalam menggunakan portofolio
sebagai asesmen:
1. Portofolio hendaknya memiliki criteria penilaian yna gjelas, spesifik dan berorientasi
pada research based criteria.
2. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai sumber
informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa.
3. Untuk mendesain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan untuk
mengumpulkan bukti-bukti yang dikontribusi terhadap portofolio.
4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi.
5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu.
6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda.
7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung.

B. Perencanaan Portofolio
Shakle et.al (1977) memberikan delapan pedoman yang harus diperhatikan pada saat
merencanakan portofolio:
1. Menentukan criteria dan atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen
portofolio.
2. Menerjemahkan standar atau kriteria tersebut ke dalam rumusan-rumusan hasil belajar
yang dapat diamati.
3. Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum
untuk menentukan perkiraan waktu yang diperlukan.
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa.
5. Menentikan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan.
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti
yang dikumpulkan.
7. Menentukan system yang akan digunakan untuk membahas hasi portofolio.
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasarkan umur, kelas atau isi agar kita dapat
membandingkan.

C. Pelaksanaan Portofolio
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru
adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Tugas
guru adalah:
1. Mendorong dan memotivasi siswa,
2. Memonitor pelaksanaan tugas,
3. Memberikan umpan balik,
4. Memamerkan hasil portofoio siswa.

D. Pengumpulan Bukti Portofolio


Kumpulan karya siswa dapat dikatakan sebagai portofolio jika kumpuan karya tersebut
merupakan representasi dari kumpulan karya terpilih yang menunjukkan pencapaian dan
perkembangan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

E. Tahap Penilaian
1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian,
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten,
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran
berikutnya
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan

Kegiatan Belajar 4 Penilaian Ranah Afektif


A. Konsep Dasar
Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh
kondisi afektif siswa. Sisiwa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga mereka akan
dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Fakta yang ada sampai saat ini
pembelajaran masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif.
Menurut Krathwohl (dalam Bronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri atas lima level
yaitu:
1) receiving;
2) responding;
3) valuing;
4) organization;
5) characterization.
Level yang paling rendah adalah receiving dan paling tinggi adalah characterization.
1. Receiving meruakan keinginan siswa untukmemperhatikan suatu gejala atau stimulus
misalnya aktifitas dalam kelas, buku atau musik,
2. Responding merupakan pertisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari,
3. Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai keyakinan, atau sikap
dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen,
4. Organization merupakan kemampuan siswa untuk mengorganisasi nilai yang satu
dengan nilai yang lain,
5. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa
sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai waktu
tertentu hingga menjadi poa hidupnya.
Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
1. Sikap Menurut Fishbein dan Ajzen seerti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap
didefinisikan sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara postif atau
negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang.
2. Minat Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004) minat adalah suatu disposisi yang
terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek
khusus, aktifitas, pemahaman dan keterapilan untuk tujuan perhatian dan pencapaian.
3. Konsep Diri Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan
dan kelemahan diri sendiri (Smith dalam Mardapi, 2004)
4. Nilai Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang pembuatan tindakan atau
perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi,
2004)

B. Beberapa Cara Penilaian Rana Afektif


Menurut Emeson (dalam Nasution dan Suryanto, 2002), penilaian afektif dapat dilakukan
dengan cara:
1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah
laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian.
2. Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. Pernyataan
tersebut digunakan sebagai pancingan.
3. Angket atau kuisioner, meruakan suatu perangkat pertanyaan atu isia,
4. Teknik Proyektil, merupakan tugs atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal
siswa.

MODUL 4
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN INFORMASI HASIL BELAJAR

KB.1. Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar


Tujuan utama dari kegiatan penilaian adalah untuk mengetahui apakah kompetensi dasar yang
telah ditetapkan sudah dapat dicapai oleh siswa atau belum. Untuk keperluan tersebut guru perlu
menyusun prosedur penilaian dalam bentuk kisi-kisi pengukuran.
Kisi-kisi pengukuran tersebut antara lain berisi :
a) aspek yang akan diukur: kognitif, afektif, atau psikomotor
b) jenis alat ukur yang digunakan: tes atau non-tes,
c) teknik atau cara pengukurannya: tertulis, lisan, atau perbuatan
d) cara penskoran serta pengolahannya.

Informasi hasil belajar siswa dalam upaya mencapai kompetensi yang telah ditentukan dapat
dikumpulkan dengan menggunakan berbagai bentuk penilaian, masalnya dari tes tertulis serta
panilaian unjuk kerja. Informasi hasil belajar yang diperoleh dari tes tertulis dikumpulkan dari
hasil tes tertulis yang telah dikerjakan siswa, baik yang berasal dari ulangan harian, tes tengah
semester, ataupun tes akhir semester. Jenis tes yang sering digunakan di lapangan adalah tes
objektif dan tes uraian.
A. Memeriksa dan Mengolah Hasil Tes
1. Memeriksa Hasil tes Objektif
Cara yang paling umum dilakukan oleh para praktisi pendidikan di lapangan adalah
dengan pemeriksaan secara manual. Cara ini tepat dilakukan jika jumlah peserta tesnya
tidak terlalu banyak. Caranya dengan membuat master kunci jawaban pada lembar
jawaban kosong. Master jawaban digunakan untuk memeriksa hasil jawaban siswa.
Jika jumlah peserta tes sangat besar, maka pemeriksaan secara manual dirasa tidak
efektif lagi. Jika peserta tes dalam jumlah besar maka dapat menggunakan fasilitas
komputer untuk menskor dan mengolahnya. Pembacaan jawaban siswa dapat dilakukan
dengan menggunakan bantuan mesin pembaca (scanner machine) dan untuk mengolah
data selanjutnya dapat digunakan komputer.
Prinsip kerja pemeriksaan jawaban dengan fasilitas komputer:
a. Semua jawaban siswa di-scan
b. Identitas data siswa yang terisi benar dipisahkan dari yang terisi salah melalui
proses editing.
c. Data yang salah diperbaiki melalui proses up-dating.
d. Setelah semua identitas siswa benar, kunci jawaban dimasukkan ke dalam
komputer.
e. Menghitung jawaban yang benar dari setiap siswa melalui proses scoring.

2. Memeriksa Hasil Tes Uraian


Pemberian skor atau scoring merupakan masalah serius dalam pemeriksaan hasil tes
uraian. Menurut Hopkins dan kawan-kawan (1990) terdapat lima faktor yang menjadi
permasalahan pada saat memeriksa hasil tes uraian yaitu ketidaktetapan pemeriksa
dalam memberikan skor, adanya hallo effect, carri over effect, order effect, dan adanya
efek penggunakan bahasa serta tulisan siswa.
Untuk memeriksa hasil tes uraian sebaiknya mengikuti cara-cara berikut:
a. Setiap lembar jawaban siswa sebaiknya diperiksa oleh dua orang pemeriksa
b. Prosedur Pemeriksaan:
 Kedua pemeriksa menyamakan persepsi untuk mencari kesepakatan cara
memeriksa jawaban siswa.
 Pemeriksa mengujicobakan pedoman penskoran yang sudah disepakati dengan
memeriksa 5–10 lembar jawaban siswa.
 Pemeriksaan jawaban siswa dilaksanakan setelah uji coba pemeriksaan
menunjukkan hasil pemeriksaan yang baik.
 Pemeriksa menentukan skor yang diperoleh setiap siswa.
3. Mengolah Data Hasil Tes
Skor mentah perlu diolah agar mudah dipahami oleh murid atau orang tua. Cara yang
paling mudah dan umum diguynakan untuk mengolah hasil tes adalah dengan mengubah
skor tersebut dalam bentuk presentase sebagai berikut:
a. Untuk tes objektif
Jumlah Jawaban yang Benar
Persentase Penguasaan = ------------------------------------ x 100%
Jumlah Butir Soal

b. Untuk tes uraian


Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa
Persentase Penguasaan = ------------------------------------------ x 100%
Jumlah Skor Maksimal

B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi haisl Belajar dari Unjuk Kerja Siswa
Informasi hasil belajar yang diperoleh dari unjuk siswa kerja siswa, baik yang berupa unjuk
kerja yang langsung diamati guru, pembuatan laporan, pengumpulan hasil karya,
pengumpulan portofoio dan lain sebagianya. Satu hal yang tidak kalah penting adalah
informasi yang berkenaan dengan proses selama menghasilkan karya tersebut. Untuk
memperoleh informasi tersebut sudah barang tentu guru harus mempersiapkan pedoman
pengamatan yang dilengkapi dengan kriteria penskoran. Inilah yang dikenal dengan rubrik
Pengolahan Data dari Pengukuran Unjuk Kerja Siswa (melalui Skala Rating atau Skala
Sikap dari Likert), dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua
indikator.
b. Jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa.
c. Bandingkan skor yang diperoleh dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan atau
d. Membagi jumlah skor yang diperoleh siswa dengan skor maksimal kali 100%.

MODUL 5
KUALITAS ALAT UKUR (INSTRUMEN)
MODUL 6
PEMBERIAN NILAI DAN TINDAK LANJUT HASIL PENILAIAN

Kegiatan Belajar 1 Prinsip-prinsip Pemberian Penilaian


Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan adalah kurikulum berbasis kompetensi. Untuk itu
guru harus mempersiapkan proses pembelajaran dengan mengembangkan acuan sistem
pembelajaran. Produk persiapan pembelajaran yang dimiliki guru sekurang-kurangnya adalah
berupa :
1. Matriks kompetensi belajar (learning competency matrik) yang menjamin pengalaman
belajar yang terarah dan
2. Program penilaian otentik berkelanjutan (Continus authentic assesment)
Sistem penilaian yang digunakan dalam KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah penilaian
kelas otentik (authentic assesmen) atau disebutkan sebagai penilaian kelas.
Penilaian kelas adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu
membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan
(kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

A. Tujuan Penilaian Kelas


Penilaian kelas hendaknya diarahkan pada empat tujuan berikut :
1. Penelusuran (keeping track) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk meneluri agar proses
pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana
2. Pengecekan (checking-up) yaitu bahwa penilaian kelemahan-kelemahan yang dialami
anak didik dalam proses pembelajaran
3. Pencarian (Finding – out) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam
proses pembelajaran
4. Penyimpulan (summing-up) yaitu bahwa penilaian bertujuan untuk menyimpulkan
apakah anak didik telah menguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum.

B. Fungsi Penilaian Kelas


1. Fungsi motivasi, berarti bahwa penilaian yang dilakukan oleh guru di kelas harus dapat
mendorong motivasi siswa untuk belajar
2. Fungsi belajar tuntas yaitu penilaian kelas harus diarahkan untuk memantau ketuntasan
belajar siswa
3. Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran berarti bahwa disamping untuk
memantau kemampuan siswa, penilaian kelas juga digunakan untuk melihat seberapa
jauh proses belajar-mengajar telah berhasil.
4. Fungsi umpan balik yaitu bahwa hasil penilaian harus dianalisis oleh guru sebagai bahan
umpan balik bagi siswa dan guru.

C. Prinsip Penilaian Kelas


1. Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran
Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh karena itu
penilaian mencakup penilaian proses dan hasil belajar. Penilaian harus digunakan
sebagai proses untuk mengukur dan menentukan tingkat ketercapaian kompetensi, dan
sekaligus untuk mengukur efektifitas proses pembelajaran.
2. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata
Penilaian harus dapat mengarahkan siswa untuk memahami keterkaitan kemampuan
yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan masalah yang dihadapi dalam
masyarakat.
3. Menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria
Teknik penilaian yang dapat digunakan meliputi tes tertulis, performance test, penilaian
produk, penilaian proyek, peta perkembangan, evaluasi diri, penilaian sikap, dan
protofolio.
4. Penilaian harus bersifat holistic
Penilaian harus mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran baik kognitif, afektif,
maupun sensori-motorik
5. Penilaian kelas mengacu kepada kemapuan (Comptency Referenced)
Dalam melakukuan penilaian harus sejalan dengan pelajaran yang telah diterima oleh
siswa. Materi penugasan merupakan butir-butir yang harus dicapai oleh siswa.
6. Berkelanjutan (Continuous)
Penilaian merupakan proses yang berkelanjutan dalam satu semester/ satu tahun.
7. Didaktis
Penilaian diharapkan bersifat mendidik, dapat memacu siswa untuk meningkatkan
prestasi belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan hadiah kepada siswa
yang berprestasi.
8. Menggali informasi
Penilaian hendaknya dapat memberikan informasi yang cukup bagi guru untuk
mengambil keputusan dan umpan balik. Soal dan tugas sangat dianjurkan dalam bentuk
uraian dan pemecahan masalah.
9. Melihat yang benar dan yang salah
Dalam melakuklan penilaian hendaknya melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan
kerja siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan yang secara umum terjadi
pada siswa dan sekaligus hal-hal yang positif yang diberikan siswa.

D. Prosedur / Metode Penilaian


Agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan efektif guru harus menggunakan berbagai
metode dan teknik penilaian yang beragam sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
karakterisitk pengalaman belajar yang dialami siswa.
Metode-metode tersebut meliputi :
1. Penilaian tertulis (paper-pencil test) baik berupa soal pilihan mapun uraian
Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu.
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada siswa
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk
menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Soal dengan memilih jawaban : pilihan ganda; dua pilihan (benar-salah, ya-tidak);
menjodohkan
b. Soal dengan mensuplai-jawaban, isian atau melengkapi; jawaban singkat atau
pendek ; soal uraian.
2. Tes praktek (peformance test)
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan
atau kinerja siswa dalam melakukan sesuatu Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes
tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang
sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin
reliable hasil penilaian kemampuan siswa.
Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi, dan
sebagainya), pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi
kelompok kecil, kemampuan siswa menari, kemampuan siswa memainkan alat musik,
kemampuan siswa dalam cabang-cabang olah raga, kemampuan siswa menggunakan
peralatan laboratorium, kemampuan siswa mengoperasikan suatu alat, dan sebagainya.
3. Penilaian produk
Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membu-at produk-
produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan,
pahatan), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Cara ini tidak
hanya melihat hasil akhirnya saja tetapi juga dari proses pembuatannya, contoh:
kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan
dengan aman, membakar kue dengan hasil baik, bercita rasa enak, dan penampilan
menarik.
4. Penilaian proyek
Penilaian melalui proyek dilakukan terhadap suatu tugas atau penyelidikan yang
dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Tugas tersebut
berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan
sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang
lain. Oleh karena itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai
keterampilan menyelidiki secara umum untuk segala bidang pembelajaran.
Di samping itu proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan
siswa dalam bidang tertentu, mengetahui kemampuan siswa mengaplikasikan
pengetahuan itu dalam penyelidikan tertentu, dan mengetahui kemampuan siswa dalam
menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
5. Peta perkembangan
6. Evaluasi diri siswa
7. Penilaian afektif
8. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada berbagai
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode
tertentu. Informasi perkembangan siswa tersebut dapat berupa karya siswa dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik oleh siswanya, hasil tes (bukan nilai), piagam
penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam
satu mata pelajaran.

Kegiatan Belajar 2 Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan


A. Pedoman Pelaksanaan Penilaian di Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 menyebutkan bahwa
penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
2. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan
3. Penilaian hasil belajarr oleh pemerintah
Dari rincian penilain pendidikan tersebut, terdapat beberapa bentuk penilaian yang
digunakan
untuk menilai hasil belajar siswa, yaitu:
1. Ulangan harian
2. Tugas-tugas
3. Ulangan tengah semester
4. Ulangan akhir semester
5. Ulangan kenaikan kelas
6. Pengamatan terhadap perubahan perilaku / sikap dan psikomotorik.
7. Bentuk penilaian lain yang sesuai dengan karkateristik materi yang dinilai
8. Ujian sekolah
9. Ujian nasional
10. Bentuk penilaian lain seperti penilaian diri, kuisioner, penilaian proyek, dan portofolio.
Berdasarkan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan oleh
BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan), ditetapkan:
1. Ketuntasan Belajar
Pelaksanaan ketuntasan belajar diwujudkan dengan adanya ketentuan Standar
Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) untuk setiap mata pelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
2. Kenaikan Kelas
Kriteria kenaikan kelas adalah:
a. Siswa dinyatakan naik kelas setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran
pada dua semester di kelas yang diikuti.
b. Tidak terdapat nilai dibawah Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
c. Memiliki nilai minimal Baik untuk aspek kepribadian pada semester yang diikuti.
3. Kriteria Kelulusan
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
b. Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran
ESTETIKA, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan;
c. Lulus ujian sekolah/ madrasah untuk kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
d. Lulus Ujian Nasional

Pelaksanaan penilaian hasil pembelajaran berbasis kompetensi :


a. Alat penilaian
1. Aspek kognitif, berupa tes objektif, tes uraian dan tes berbentuk soal terbuka.
2. Aspek Psikomotorik, berupa tes tertulis , tes simulasi, dan tes contoh kerja (work sample)
3. Aspek Afektif, non test penilaian sikap dan penilaian diri, baik berbentuk kuisioner,
pegamatan, maupun laporan diri.
b. Penyekoran
1. Skor Tes Objektif
- Tanpa menyertakan faktor koreksi

Skor =
Keterangan: B = jumlah jawaban benar
N = jumlah seluruh butir soal
K = skor maksimum skala penilaian
- Menyertakan faktor koreksi

Skor = (B-
Keterangan: B = jumlah jawaban benar
S = jumlah jawaban salah
P = banyaknya pilihan jawaban setiap butir soal
N= jumlah seluruh butir soal
K = skor maksimum skala penilaian
2. Skor Tes Uraian
Skor uraian ditentukan berdasarkan pedoman penyekoran. Dalam pedoman penyekoran skor
diberikan berdasarkan kecocokan jawaban terhadap “kata kunci”.
Contoh tabel penyekoran tes uraian:
No. Rambu-rambu Jawaban Skor
1. (1) 3
Cara hidup, tidak lagi mencerminkan gaya hidup
(2)
masyarakat setempat.
(3)
Makanan, masyarakat menggemari makanan cepat saji
Total skor

3. Skor Aspek Afektif


Pemberian skor didasarkan pada kriteria penilaian dalam skala tertentu.
Contoh: jawaban siswa A tentang mapel Matematika
Membosankan (1) 2 3 4 5 Menyenangkan
Tidak Bermanfaat 1 (2) 3 4 5 Bermanfaat
Tidak Menarik 1 (2) 3 4 5 Menarik
Tidak Perlu dipelajari 1 2 (3) 4 5 Perlu dipelajari
Tidak Menantang 1 (2) 3 4 5 Menantang______
Skor siswa A = 1 + 2 + 2 + 3 + 2 = 10
Kriteria penilaian dapat ditetapkan:
Rentang Skor Kriteria
5–9 Tidak baik (sangat rendah)
10 – 15 Kurang baik (rendah)
16 – 20 Baik (sedang)
21 – 25 Sangat baik (tinggi)
Dari skor yang diperoleh siswa A = 10 maka dapat disimpulkkan sikap siswa A terhadap mapel
Matematika adalah kurang baik (rendah)
4. Skor Aspek Psikomotorik

Skor =
P = skor setiap aspek penilaian/ butir soal
M= skor maksimum setiap aspek penilaian / butir soal
T = Bobot setiap aspek penilaian / butir soal
K = Maksimmum rentang skor total
Contoh:
Pedoman penyekoran
Aspek Penilaian Skor Maksimum Bobot Skor Siswa Jumlah
Kemenarikan 3 2 2 4
Ejaan/ Tanda Baca 5 3 4 12
Perwajahan 2 1 2 2
Skor total 18
Selanjutnya skor total siswa dibandingkan dengan skor maksimum penilaian.

(3 x 2) + (5 x 3) + (2 x 1) = 23. Maka nilai siswa adalah: = 78,26


B. Pedoman Pelaksanaan Penilaian Perguruan Tinggi
Penilaian di perguruan tinggi dikembangkan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai UU
Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989; PP No. 60 Tahun 1999, dan SK Mendiknas No.
233/U/2000 Tahun 2000. SK Mendiknas mengenai Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa Bab V
Pasal 12, 14, 15 dan 16.

Pasal 12 :
1. Terhadap kegiatan kemajuan belajar mahasiswa dilakukan penilaian secara berkala yang
dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen;
2. Ujian dapat dilaksanakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian
akhir akhir program study, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi;
3. Penilaian hasil belajar dinyatakan dalam A, B, C, D, dan E yang masing-masing bernilai
4,3,2,1, dan 0.
Pasal 14:
1. Syarat kelulusan program pendidikan ditetapkan atas pemenuhan jumlah SKS yang
disyaratkan dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimum;
2. Perguruan tinggi menetapkan jumlah SKS yang harus ditempuh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dengan berpedoman pada kisaran beban studi bagi masing-masing program
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 5, pasal 6, pasal 8;
3. IPK minimum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh masing-masing
perguruan tinggi, sama atau lebih tinggi dari 2,00 untuk program sarjana dan program
diploma, dan sama atau lebih tinggi dari 2,75 untuk program magister.
Pasal 15:
1. Predikat kelulusan terdiri atas 3 tingkat yaitu: memuaskan, sangat memuaskan, dan dengan
pujian, yang dinyatakan pada transkrip akademik;
2. IPK sebagai dasar penentuan predikat kelulusan program sarjana dan diploma adalah:
a. IPK 2,00 – 2,75: memuaskan;
b. IPK 2,76 – 3,50: sangat memuaskan;
c. IPK 3,51 – 4,00: dengan pujian.
3. Predikat kelulusan untuk program magister;
a. IPK 2,75 – 3,40: memuaskan;
b. IPK 3, 41 – 3,70: sangat memuaskan;
c. IPK 3,71 – 4,00: dengan pujian.
4. Predikat kelulusan dengan pujian ditentukan pula dengan memperhatikan masa studi
maksimum, yaitu n tahun (masa studi minimum) ditambah 1 tahun untuk program sarjana
dan 0,5 tahun untuk program magister;
5. Predikat kelulusan untuk program doktor diatur oleh perguruan tinggi yang bersangkutan.
Pasal 16:
1. Penilaian terhadap hasil belajar mahasiswa dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan dengan cara yang sesuai dengan karakteristik pendidikan yang
bersangkutan;
2. Untuk mendorong pencapaian prestasi akademik yang lebih tinggi dapat dikembangkan
sistem penghargaan mahasiswa dan lulusan yang memperoleh prestasi tinggi.

Perguruan tinggi menanggapi Pasal 12 ayat (1) dengan memperhatikan pasal 5 ayat (1) yang
menyatakan bahwa beban studi program S1 ada pada rentangan 144 sampai dengan 160 SKS.
Dalam hal ini perguruan tinggi (Fakultas, Jurusan, Program Studi) dapat menentukan jumlah
SKS yang harus ditempuh program sarjana.
Contoh penilaian di Universitas Terbuka:
a. Ujian Akhir Semester (UAS) minimal 40%
b. Tugas Mandiri (TM) 15%
c. Tugas dan Partisipasi dalam Tutorial Online 15 %
d. Tugas dan Partisipasi dalam Tutorial Tatap Muka Rancangan Khusus (TTMRK) 30%
e. Tugas dan Partisipasi dalam Tutorial Tertulis (Tutis) 15%
f. Praktikum (termasuk bimbingan) 30%
g. Praktek 30%
h. Tugas Mata Kuliah 15% atau 30%
Contoh penilaian di salah satu Universitas di Jakarta:
1. Kehadiran 10%
2. Tugas-tugas 20%
3. Ujian Tengah Semester 30%
4. Ujian Akhir 40%

Kegiatan Belajar 3 Pemanfaatan Hasil Tes untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran


Sebelum anda mengajar di depan kelas, satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran harus
sudah anda persiapkan terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui
efektivitas proses pembelajaran adalah dengan melakukan tes, antara lain:

A. Memanfaatkan Hasil Pre Test – Post Test


Pre Test merupakan Jenis test yang di lakukan sebelum pelajaran inti di mulai, sedangkan Post
Tes adalah penilaian yang dilakukan setelah pelajaran selesai.
Teknik pre-test dan post-test memiliki manfaat baik bagi guru, siswa, maupun program itu
sendiri.
1. Manfaat Bagi Guru
§ Mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa
§ Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa
§ Dapat meramalkan sukses dan tidaknya seluruh program yang telah diberikan
2. Manfaat Bagi Siswa
§ Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program yang
menyeluruh
§ Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa
§ Usaha perbaikan
§ Sebagai diagnosis
3. Manfaat Bagi Program
§ Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai
dengan keakapan anak
§ Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang belum
diperhitungkan
§ Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang akan di
capai
 Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat.
B. Memanfaatkan Hasil Test Formatif
Tes formatif adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti suatu program tertentu (Arikunto, 2002:36). Dalam kedudukannya seperti ini
tes formatif dapat dipandang sebagai tes diagnostic pada akhir pelajaran

C. Manfaat Hasil Tes Diagnostik


Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa
sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa
perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa.

1. Fungsi Tes Diagnostik?


Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:
(a) mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,
(b) merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai masalah atau kesulitan
yang telah teridentifikasi
2. Karakateristik Tes Diagnostik
Tes diagnostik memiliki karakteristik:
a) dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang
dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,
b) dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang
mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) siswa,
c) menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat),
sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap. Bila ada alasan tertentu sehingga
mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan
penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban
tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan
d) disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang
teridentifikasi.

D.Pemanfaatan Hasil Penilaian Non Tes


Teknik non tes yang di gunakan antara lain penilaian diri, penilaian sikap, dan portofolio.
Penilaian sikap adalah untuk memperoleh masukan dan umpan balik bagi peningkatan
profesionalisme guru, perbaikan proses pembelajaran, dan pembinaan sikap siswa. Portofolio
merupakan rangkaian atau kumpulan karya atau hasil kerja siswa yang dilakukan dalam kurun
waktu tertentu. Penilaian portofolio dapat memberikan informasi yang menyeluruh mengenai:
1. perkembangan pemahaman dan pemikiran siswa tentang konsep, topic dan isu pada kurun
waktu tertentu.
2. hasil karya siswa yang berkaitan dengan bakat dan keterampilan khusus.
3. dokumen kegiatan siswa selama periode waktu tertentu.
4.refleksi nilai siswa sebagai individu dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Manfaat bagi siswa penilaian portofolio berguna sebagai:
1. umpan balik penguasaan dan kemampuan
2. pendorong peningkatan pembelajaran
3. memahami tentang keterbatasan kemampuan di bidang tertentu
Manfaat bagi guru penilaian portofolio berguna untuk:
1. umpan balik penguasaan siswa
2. kemampuan yang belum di kuasai siswa
3. gambaran tingkat pencapaian keberhasilan proses belajar
4. strategi pembelajaran dan penilaian siswa
5. pertimbangan penempatan siswa dalam jurusan atau program studi
6. kecenderungan perilaku belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai