Anda di halaman 1dari 8

No Soal Skor

1. a). Perhatikan tabel Penyebaran Jawaban pada evaluasi Formatif di bawah ini:
Penguasaan Tujuan PemTUGAS 3
Nama 10
No Keterangan
Siswa belajaran No
1 2 3 4 5
01 Agus + - + - +
02 Adi + - + - + +:Tujuan sudah
03 Dewi + - + + + tercapai
04 Delita - - - - +
05 Desi + + - + + -: Tujuan belum
06 Ina + + - + + tercapai
07 Intan + + - + +
08 Nanik + + - + +
09 Roi + - - - -
10 Rita + + + + +
Dari tabel di atas coba Anda telaah apa yang terjadi pada tabel itu (misal berapa
tujuan esensial, berapa tujuan tercapai atau tidak tercapai, dll) dan apa
tindakan kita sebagai guru ?

b). Materi yang ada di KTSP merupakan materi minimal yang harus diberikan oleh
guru. Agar materi tersebut dapat diberikan kepada siswa sesuai kondisi
lingkungan dan daerah maka Anda perlu melakukan analisis konteks. Jelaskan
2. kegunaannya?

Perhatikan gambar di bawah ini: 20


Pertanyaan:
Jelaskan keterkaitan antara evaluasi, tes,
pengukuran dan penilaian!

3. Jelaskan syarat dan jenis alat evaluasi hasil belajar IPA di SD dengan benar!
4. 20
Jelaskan langkah-langkah penyusun alat evaluasi proses belajar IPA di SD !
5. 20
Apa yang dimaksud KTSP dan landasan aturannya?
30
Nama : JUNIATI
NIM : 858394869
Mata kuliah : Pembelajaran IPA di SD
Kode : PDGK4202
Program Study : 118 / PGSD – S1
Pokjar : Insan Cerdas Batiwakal
UPBJJ : 50 / Samarinda

JAWABAN:
1. a. Perhatikan tabel Penyebaran Jawaban pada evaluasi Formatif di bawah ini:
Penguasaan Tujuan PemTUGAS 3
No Nama Siswa Keterangan
belajaran No
1 2 3 4 5
01 Agus + - + - +
02 Adi + - + - + +:Tujuan sudah
03 Dewi + - + + + tercapai
04 Delita - - - - +
-: Tujuan belum
05 Desi + + - + +
tercapai
06 Ina + + - + +
07 Intan + + - + +
08 Nanik + + - + +
09 Roi + - - - -
10 Rita + + + + +

Dari tabel di atas coba Anda telaah apa yang terjadi pada tabel itu (misal berapa tujuan
esensial, berapa tujuan tercapai atau tidak tercapai, dll) dan apa tindakan kita sebagai
guru ?

Dari tabel di atas dapat di telaah, bahwa :


 Telah di ajarkan 5 tujuan esensial.
 Tiga dari 5 tujuan tersebut sudah di kuasai oleh hampir semua peserta didik ,jadi
proses sudah baik dan tujuan sudah tercapai .
 Ada 3 tujuan, yaitu no 2, 3 dan 4 sebagian peserta didik belum menguasainya, jadi
proses dan tujuan belum tercapai .
 Tindakan yang dapat kita lakukan adalah mengatasi masalah tersebut dengan
terlebih dahulu mencari penyebabnya. Apakah metode dan media yang kita
gunakan kurang tepat, tujuan terlalu tinggi atau pengaruh lain, misalnya
lingkungan . Setelah menemukan penyebabnya , pembelajaran di ulangi (remedi)
dengan memperhatikan penyebab tersebut.

b. Dalam pengembangan KTSP pada tingkat sekolah, salah satu langkah yang harus
dilakukan adalah melakukan analisis konteks. Kegiatan ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi dan situasi sekolah. Pelaksanaan
analisis konteks biasanya diwujudkan dalam bentuk evaluasi diri (self evaluation)
terhadap sekolah yang dilakukan secara bersama-sama oleh warga sekolah dengan
koordinasi kepala sekolah.

2. Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Berdasarkan pengertian tes pembahasan di awal makalah mengenai pengukuran,


penilaian dan evaluasi, maka terlihat bahwa tes, pengukuran, penilaian dan evaluasi
memiliki perbedaan arti dan fungsi. Namun semuanya tak dapat dipisahkan dalam dunia
pendidikan sebab semuanya memiliki keterkaitan yang erat. Tes adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur. Tes merupakan alat utama yang digunakan untuk melalui
proses pengukuran penilaian dan evaluasi. Pengukuran dan penilaian juga merupakan
dua proses yang bekesinambungan. Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang
menghasilkan skor dan dari hasil pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian. Antara
penilaian dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan yaitu keduanya mempunyai
pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang
digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian
lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses
membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak
pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit
dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi
belajar. Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang
lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam suatu
sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran,
sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih
membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan
belajar peserta didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula
didasarkan hasil pengamatan dan wawancara.

3. Syarat-syarat evaluasi dalam hasil pembelajaran IPA di SD antara lain sebagai berikut:

a. Valid
Suatu alat ukur dikatakan valid atau mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
ukur itu betul-betul mengukur apa yang ingin diukur.
b. Reliabel
Suatu tes yang sahih/valid adalah reliabel, tetapi suatu tes yang reliabel belum tentu
valid. Reliabilitas suatu tes menunjuk kepada ketetapan konsistensi, atau stabilitas
hasil tes/suatu ukuran yang dilakukan.

c. Objektif
Penskor hendaknya menilai/menskor apa-adanya, tanpa dipengaruhi oleh subjektif
penskor atau faktor-faktor lainnya diluar yang tersedia.

d. Praktis (Mudah dan murah)


Suatu alat ukur dikatakan praktis apabila biaya alat ukur itu murah. Disamping itu,
alat tersebut mudah diadministrasikan, mudah diskor, dan mudah diinterprestasikan.

e. Norma
Dalam hal ini norma diartikan sebagai patokan kriteria atau ukuran yang digunakan
untuk menentukan dalam pengambilan keputusan.
Jenis alat evaluasi dalam hasil pembelajaran IPA di SD antara lain sebagai berikut:
a. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan

Evaluasi yang berdasarkan tujuan atau fungsinya antara lain Pre-test dan Post-test,  
Evaluasi Diagnostic, Evaluasi selektif, Evaluasi penempatan, Evaluasi formatif,
Evaluasi sumatif, dan Ujian Nasional (UN).

b. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran

Evaluasi yang berdasarkan  target pencapaian atau sasaran yaitu  Evaluasi konteks,
Evaluasi input, Evaluasi proses,  Evaluasi hasil atau produk, dan Evaluasi lulusan
atau outcome

c. Jenis evalusi berdasarkan ruang lingkup kegiatan pembelajaran

Evaluasi yang berdasarkan ruang lingkup kegiatan pembelajaran antara lain


Evaluasi program pembelajaran, Evaluasi proses pembelajaran, dan  Evaluasi hasil
pembelajaran.

4. Langkah-langkah penyusun alat evaluasi proses belajar IPA di SD

a. Menentukan tujuan evaluasi

Dalam melakukan evaluasi seorang guru mempunyai tujuan tertentu,tujuan itu


dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk mengetahui penguasaan peserta didik
dalam kompetensi /subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses proses
pembelajaran. Dapat pula evaluasi tersebut yang bertujuan untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik (diangnostic tes)Tujuan evaluasi tersebut harus jelas
sehingga dapat memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya,
Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil
belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar
akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat mengakibatkan evaluasi menjadi
kehilangan arti dan fungsinya.

b. Membuat kisi-kisi 

Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi


item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan
tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah sebagai pedoman untuk menulis soal atau merakit
soal menjadi perangkat tes. Dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi soal
silabus disusun berdasarkan silabus setiap mata pelajaran. Jadi, guru harus
melakukan analisis silabus terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-kisi soal.
Perhatikan langkah-langkah berikut ini :
1) Langkah ke-1 : analisis silabus
2) Langkah ke-2 : menyusun kisi-kisi
3) Langkah ke-3 : membuat soal
4) Langkah ke-4 : menyusun lembar jawaban
5) Langkah ke-5 : membuat kunci jawaban
6) Langkah ke-7 : menyusun pedoman penskoran

Komponen matriks terdiri atas kompetensi dasar, materi, jumlah soal, jenjang
kemampuan, indikator, dan nomor urut soal. Contoh:

KISI-KISI SOAL UJIAN SEMESTER


Nama sekolah              :…………………………………
Mata Pelajaran             :…………………………………
Jurusan/Program Studi :…………………………………
Kurikulum Acuan         :…………………………………
Alokasi Waktu              :…………………………………
Jumlah Soal                   :…………………………………
Standar Kompetensi      :…………………………………
Perhatikan juga indikator dalam matriks berikut ini :
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II/1  
Standar Kompetensi Dasar Indikator

Kompetensi
Domain
Menggunakan Menggunakan alat ukur Menyebutkan
pengukuran tidak baku dan baku yang macam-macam alat
waktu, panjang, sering digunakan ukur panjang tidak
dan berat dalam baku dalam
pemecahan kehidupan sehari-hari
masalah (jengkal,depa dan
langkah kaki)
kognitif
1) Pengetahuan/ingatan : mengidentifikasi, menyatakan kembali.
2) Pemahaman : menjelaskan, menyimpulkan.
3)  Penerapan : mendemonstrasikan, menjalankan
4) Analisa : mengurai, menggambarkan kesimpulan.
5) Sintesis : merevisi, menyimpulkan
6) Evaluasi : menilai, membandingkan
 Domain afektif
1) Kemauan menerima.
2)  Kemauan menaggapi.
3) Berkeyakinan.
4) Ketekunan, ketelitian.
 Domain psikomotorik
1) Menghubungkan
2) Mengingat
3) Mengidentifikasi

c. Menelaaha soal
Langkah ini merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena seringkali
kekurangan yang terdapat pada suatu soal tidak terlihat oleh penulis soal. Review
dan Revesi soal ini idealnya dilakukan oleh orang lain yang berkopeten (bukan si
penulis soal) dan terdiri dari suatu tim penelaah yang terdiri dari ahli-ahli bidang
studi,pengukuran dan bahasa. Setelah selesai menyusun soal, selanjutnya harus
menelaah soal-soal yang telah dibuat. Dengan menelaah soal, berarti sudah
menganalisis soal tersebut secara kualitatif . Telaah soal meliputi hal-hal berikut :
materi, Konstruksi ,dan bahasa.

d. Uji coba soal
Uji coba soal pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan impormasi
empiric mengenai sejauh  mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang
dapat mempengaruhi validitas soal seperti tingkat kesukaran soal pada
jawaban,tingkat daya pembeda soal, pengaruh budaya ,bahasa yang dipergunakan,
dan sebagainya.

e. Penyusunan soal
Agar skor yang diperoleh dapat dipercaya,diperlukan banyak butir soal.sebab
itu. Dalam penyajian butir-butir soal perlu disusun manjadi suatu alat ukur yang
terpadu.Hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas tes seperti urutan nomor soal.,
pengelompokan bentuk-bentuk soal, kalau dalam suatu perangkat tes terdapat lebih
dari satu bentuk soal, tata “lay out” soal dan sebagainya haruslah diperhatikan dalam
penyusunan soal menjadi sebuah tes.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1) peletakan soal dengan soal yang lainnya, jangan sampai membuat siswa
menebak- nebak  jawabannya.
2) perintah pengerjaan soal tertulis secara rinci, jelas,lengkap dan tidak
mempersulit siswa.
3) Lay-out soal yang meliputi jenis huruf, spasi, ukuran kertas,dan sejenisnya
harus disesuaikan dengan usia siswa.

f. Penyajian tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau di sajikan kepada peserta
didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes ini adalah waktu
penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara menjawab atau mengerjakan tes,
ruangan dan tempat duduk peserta didik. Pada prinsipnya, hal-hal yang menyangkut
segi administrasi penyajian tes harus diperhatikan sehingga evaluasi dapat
terselenggara dengan benar dan baik.

g. Scorsing
Scorsing atau pemeriksaan terhadap lembar jawaban dan pemberian angka
merupakan langkah untuk mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing
peserta didik. Pada prinsipnya, scorsing ini harus diusahakan agar dapat dilakukan
secara objektif. Artinya, apabila scorsing dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang
sama tingkat kompetensinya, akan menghasilkan scor atau angka yang sama. Atau
jika orang yang sama mengulangi proses pengscoran, akan dihasilkan scor yang
sama.

h. Pengelolahan hasil tes


Setelah dilakukan scorsing, hasilnya perlu dipilah dengan mencari konvermasi
nilai. Dalam proses konversi ini ada norma dan ada pula skala, yaitu norma relatif
dan penilaian Acuan norma (PAP), dan norma mutlak dengan penilaian Acuan
patokan (PAP), masing-masingnya dengan skala 5 (A, B, C, D, E) skala 9 (1-9)
skala 11 (1-11), skala 100, skala z score, skala T score,. Kemudian dilakukan
prosedur statistic mencari ranking (rank order), mean, media.modus dan mode.

i. Pelaporan hasil tes 


Setelah tes dilaksanakan dan dilakukan scorsing, hasil pengetesan tersebut
perlu dilaporkan. Laporan tersebut dapat diberikan kepada peserta didik yang
bersangkutan. Kepada orang tua peserta didik , kepada kepala sekolah,dan
sebagainya. Laporan kepada masing-masing yang berkepentingan dengan hasil tes
ini sangat penting karena dapat memberikan informasi yang sangat berguna dalam
rangka penentuan kebijaksanaan selanjutnya. Pelaporan hasil penilaian tesebut harus
diketahui oleh siswa yang melakukan penilaian, guru untuk mendapat umpan balik
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan, pihak sekolah untuk mengetahui mutu
pembelajaran yang telah dilaksanakan guru-guru, dan juga orang tua sebagai stake
holder dari jasa yang ditawarkan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.

j. Pemanfaatan hasil tes 


Hasil pengukuran yang diperoleh melalui ujian sangat berguna sesuai dengan
tujuan ujian. Informasi atau data hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk
perbaikan atau penyempurnaan sistem, peroses atau kegiatan belajar mengajar,
maupun sebagai data untuk mengambil keputusan atau menentukan kebijakan.

5. Apa yang dimaksud KTSP dan landasan aturannya


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (BSNP 2006: 3).
Menurut Mulyasa (2006: 12), KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun,
dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan
mampu mengembangkannya dengan memperhatikan UndangUndang Nomor 20 Pasal 36
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Penyusunan KTSP oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2006/2007 dengan mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Pendidikan Dasar
dan Menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP 2006: 3).
Penyusunan KTSP sangat diperlukan untuk mengakomodasi semua potensi yang
ada di daerah untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan dalam 10 bidang akademis
maupun non akademis, memelihara budaya setempat, mengikuti perkembangan IPTEK
yang dilandasi iman dan takwa (Hasan, 2006: 1).
Pada panduan penyusunan Penyusunan KTSP selain melibatkan kepala sekolah,
guru, karyawan, dan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu melibatkan para ahli
dari perguruan tinggi. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP,
maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan apresiasi masyarakat, situasi, dan kondisi
lingkungan, serta kebutuhan masyarakat (BSNP 2006: 5).

Anda mungkin juga menyukai