Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MATA KULIAH PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


MODUL 2

HAKIKAT PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus

Dosen Pembimbing :
Rini Lestari, M.Pd

Disusun oleh :

Dessy Nur Laila (855717326)


Dewi Yuliani (855717309)
Dian Novita (855717807)
Dian Sari Kusuma (855718475)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat yang berupa kesehatan
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan untuk melengkapi tugas perkuliahan
Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Makalah ini kami susun dengan judul
“Hakikat Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus”. Atas tersusunnya makalah ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan kepada
kami dalam menyusun makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada pihak terkait
yang telah memberikan saran dan solusi dalam penulisan makalah ini.

Kami sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang Maha Sempurna, tetapi usaha
maksimal telah kami lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran akan kami terima
dengan tangan terbuka. Kami berharap, semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa BI PGSD Universitas
Terbuka.

Sidomulyo, Oktober 2021

Penyusun

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus di
Indonesia
B. Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan merupakan satu kebutuhan esensial untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki ABK secara optimal. Berbagai bentuk dan jenis
pelayanan pendidikan bagi ABK, seperti Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Unggul,
Sekolah Terpadu atau Panti Rehabilitasi. Semua bentuk pelayanan pendidikan ini mempunyai
tujuan dan ciri khas masing-masing. Namun demikian, tidak jarang bentuk dan jenis
pelayanan pendidikan tersebut menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan para pakar dan
masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian pelayanan pendidikan bagi ABK.
2. Menjelaskan makna dan jenis pelayanan pendidikan bagi ABK.
3. Menjelaskan sejarah perkembangan layanan pendidikan khusus di Indonesia.
4. Membedakan bentuk pelayanan pendidikan segregasi dan bentuk pelayananpendidikan
integrasi.
5. Menjelaskan karakteristik berbagai jenis pelayanan.
6. Menjelaskan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan pendidikan ABK.
BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan Belajar 1
A. Pengertian Pelayanan Pendidikan dan Sejarah Perkembangan Pendidikan Khusus
di Indonesia
1. Makna dan Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi ABK
a. Makna Pelayanan Pendidikan
1) Kegiatan pelayanan (service) merupakan suatu jasa yang diberikan kepada
seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain
2) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan :
 Perihal / Cara melayani
 Usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan uang
 Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa
Di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 yang mengumumkan. Bahwa tiap-tiap warga
negara berhak mendapat pengajaran. Pada tahun 2003 pemerintah mengeluarkan undang-
undang no. 20 tentang system pendidikan nasional (UUSPN).
Dalam undang–undang tersebut dikemukakan hal-hal yang erat hubungan dengan
pendidikan bagi anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus sebagai berikut ;
 Bab 1 (pasal 1 ayat 18) Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus
diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah.
 Bab II (pasal 4 ayat 1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis berdasarkan HAM,
agama, kultural, dan kemajemukan bangsa.
 Bab IV (pasal 5 ayat 1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu baik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
 Bab V bagian 11 Pendidikan khusus (pasal 32 ayat 1) Pendidikan khusus bagi peserta yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial atau memiliki potensi kecerdasan.
b. Jenis Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Khusus
1) Layanan pendidikan yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan fisik (ahli terapi
fisik)
2) Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan emosional sosial
(psikolog dan tenaga sosial)
3) Layanan pendidikan yang berkaitan dengan kebutuhan pendidikan (melibatkan
beberapa ahli dibidang pendidikan dan psikolog)

B. Sejarah Perkembangan Layanan Pendidikan Khusus


Di Indonesia dimulai ketika Belanda masuk ke Indonesia (1596-1942), dimana dengan
memperkenalkan system persekolahan dengan orientasi barat, untuk pendidikan bagi anak
penyandang cacat dibuka lembaga-lembaga khusus. Lembaga pertama untuk anak tunanetra,
tunagrahita tahun 1927 dan untuk tunarungu tahun 1930 yang ketiganya terletak di Kota
Bandung.
Tujuh tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah RI mengundang undangkan
tentang pendidikan. Undang-undang tersebut menyebutkan pendidikan dan pengajaran luar
biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan (pasal 6 ayat 2) dan untuk
itu anak-anak tersebut berhak dan diwajibkan belajar di sekolah sedikitnya 6 tahun (pasal 8).
Dengan ini dapat dinyatakan berlakunya undang-undang tersebut maka sekolah-sekolah
baru yang khusus bagi anak-anak penyandang cacat, termasuk untuk anak tunadaksa dan
tunalaras yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Berdasarkan urutan berdirinya SLB pertama untuk masing-masing kategori kecacatan SLB
dikelompokkan menjadi :
1. SLB A untuk anak tunanetra,
2. SLB B untuk anak tunarungu,
3. SLB C untuk anak tunagrahita,
4. SLB D untuk anak tunadaksa,
5. SLB E untuk anak tunalaras,
6. SLB F untuk anak tunaganda.
Kegiatan Belajar 2
A. Berbagai Bentuk dan Jenis Layanan Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK)
1. Pelayanan Pendidikan Segregasi, Integrasi dan Inklusi
a) Sistem Pendidikan Segregasi
Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem pendidikan
anak normal. Penyelenggaraan sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara
khusus dan terpisah dari penyelenggaran pendidikan untuk anak normal.
1) Keuntungan sistem pendidikan segregasi
 Rasa ketenangan pada anak luar biasa
`  Komunikasi yang mudah dan lancar
 Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisidan kemampuan anak
 Guru dengan latar belakang pendidikan luar biasa
 Sarana dan prasarana yang sesuai
2) Kelemahan system pendidikan segregasi
 Sosialisasi terbatas
 Penyelenggaraan pendidikan yang relatif mahal

b) Sistem Pendidikan Integrasi


1) Keuntungan Sistem Integrasi
 Merasa diakui haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh
pendidikan
 Dapat mengembangkan bakat ,minat dan kemampuan secara optimal
 Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal
 Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
 Harga diri anak luar biasa meningkat
c) Pendidikan Inklusi
Pendidikan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Pendidikan inklusi adalah
termasuk hal yang baru di Indonesia. Pendidikan inklusi adalah pelayanan
pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

Di DKI Jakarta tahun 2015 sudah menyatakan bahwa seluruh sekolah negeri
menerima pelayanan thd ABK. Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam
memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang
homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk
memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak
yang belum mendapatkan Pendidikan.

 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan
Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah sebagai berikut :
1) Tuna Netra
2) Tuna Rungu
3) Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4) Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
5) Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
6) Tuna Grahita Berat (IQ 125) J.Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences :
Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal,
Intrapersonal, Natural, Spiritual).
7) Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis,
Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/Motorik)
8) Lambat Belajar ( IQ = 70–90 )
9) Autis
10) Korban Penyalahgunaan Narkoba
11) Indigo
Gagasan pendidikan inklusi Sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang
mengkoordinasi dan mengintegrasikan siswa reguler dan siswa penyandang cacat dalam
program yang sama, dari satu jalan untuk menyiapkan pendidikan bagi anak penyandang
cacat adalah pentingnya pendidikan inklusi, tidak hanya memenuhi target.

B. Jenis Pelayanan Pendidikan Khusus


a) Layanan di sekolah biasa
b) Sekolah Biasa dengan guru konsultan
c) Sekolah Biasa dengan guru kunjung
d) Model Ruang sumber
e) Model Kelas Khusus
f) Model sekolah khusus siang hari
g) Model sekolah dalam panti asuhan/rumah sakit

C. Pendekatan Kolaboratif Dalam Pelayanan Pendidikan ABK


a) Pelayanan Pendidikan tidak dapat dilakukan satu orang tetapi melibatkan banyak pihak
b) Anggota team mencakup para pakar/personil sebagai berikut :
1) Guru Sekolah Biasa
2) Guru Pendidikan Khusus
3) Pengawas Sekolah
4) Kepala Sekolah
5) Orangtua ABK
6) ABK sendiri
7) Psikolog Sekolah
8) Guru Bina Wicara dan Persepsi Bunyi
9) Dokter dari berbagai keahlian (Dokter Spesialis)
10) Perawat Sekolah
11) Guru Pendidikan Jasmani yang sudah mendapat pelatihan khusus untuk menangani
ABK
12) Ahli Terapi Fisik (Physical Therapist)
13) Pekerja Sosial dan Konselor
14) Personil lain, sesuai dengan keperluan
Apa yang perlu dilakukan Guru dalam tim ?
 Memberikan supervisi kepada orang tua untuk membantu pend anaknya
 Menilai kemajuan siswa
 Bekerja sama dengan orang tua siswa dalam menangani abk
 Berkonsultasi dengan orang tua siswa tentang situasi sekolah dan rumah yang
mungkin mempengaruhi anak
 Guru bertindak sebagai orang tua anak ABK
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pelayanan pendidikan bagi ABK adalah jasa yang diberikan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan para ABK, sehingga ABK tersebut dapat mengembangkan
potensinya. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan fisik dan kesehatan, kebutuhan
yang berkaitan dengan emosional-sosial dan kebutuhan pendidikan. Tersedianya
pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan merupakan factor kunci bagi
perkembangan ABK.

Dalam pendidikan khusus dikenal tiga bentuk layanan pendidikan yang sampai kini
masih menimbulkan silang pendapat, yaitu layanan pendidikan terpisah (segregasi),
layanan pendidikan terpadu (integrasi) dan layanan pendidikan terpadu penuh (inklusi).
Layanan pendidikan segregasi mendidik ABK secara terpisah dari anak normal,
sedangkan layanan pendidikan integrasi mendidik ABK di sekolah biasa bersama anak
normal. Sementara itu, layanan pendidikan inklusi mendidik ABK (tanpa membedakan
tingkat parahnya kelainan) di sekolah biasa yang terdekat dengan tempat tinggal ABK
tersebut. Ketiga bentuk layanan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Dalam kondisi tertentu, integrasi dapat berupa integrasi fisik, integrasi social dan
integrasi yang paling kompleks, yaitu integrasi dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin, M. (1985). Country Report on Special Education in Indonesia. Yokosuka : The


Fifth APEID Regional Seminar on Special Education.
2. Gearheart, B.R. (1980). Special Education for The 80’s. St. Lois : The Mosby
Company.
3. Sunardi (2000). Pengembangan PLB di Indonesia. Jakarta : Konvensi Nasional
Pendidikan Indonesia ke-4 : 19-22 September 2000.
4. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa
5. Herry Widyastono, dkk. (1996). Laporan Penelitian Profil Siswa Sekolah Dasar (SD)
yang Memerlukan Perhatian/Pelayanan Khusus dan yang Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Pusbangkurandik Balitbang Dikbud.
6. McLoughlin, J. A. & Lewis, R. B. (1985). Assesing Special Students : Strategies and
Procedures. Columbus : Charles E. Mel. Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai