Selamat belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi Zainul, Noehi Nasoetion. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Ditjen Dikti.
De Balssie, R.R. (1974). Measuring and Evaluating Pupil Progress. New York: MSS
Information Corporation.
Ebel, R.L., Frisbie, D.A. (1986). Essential of Educational Measurement. New York: Prentice
Hall.
Gronlund, N. E. (1976). Measurement & Evaluation in Teaching (3rd Ed.). New York:
Macmillan.
Marzano, R.J. et. Al. (1989). Dimensions of Thinking: A Frame Work of Curriculum and
Instruction. Alexandria Semline.
Noehi Nasoetion. (1995). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.
Noehi Nasoetion, et. al. (1999). Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Payne, D.A. (1974). The Assessment of Learning Cognitive and Affective. Lexington, D. C.:
Heath.
Piter Salim. (1985). The Contemporary English – Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern
English Press, Lancashire (England).
Rae, L. (1991). How to Measure Training Effectiveness (3rd Ed.). Hampshire (England):
Gower.
Stock, J. et.al. (1987). Assessment and Evaluation in Training. Lancashire (England): The
Parthenon.
Setelah menulis butir soal, penulis diwajibkan untuk membuat pedoman penskoran sebagai
berikut.
1. Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka jawaban
tersebut harus ditulis.
2. Tandai butir, kata kunci atau konsep penting yang harus muncul pada jawaban tersebut.
3. Adakah butir, kata kunci atau konsep yang lebih penting dari yang lain?
4. Beri skor pada setiap butir, kata kunci, atau konsep yang harus muncul pada jawaban
tersebut.
5. Butir, kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang lain.
Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian yang selesai ditulis
harus ditelaah terlebih dulu.
Kegiatan Belajar 3
Bagaimana Membuat Perencanaan Tes Uraian?
Tes yang baik adalah tes yang dapat mengukur hasil belajar siswa dengan tepat. Untuk dapat
menghasilkan tes yang seperti itu maka tes tersebut harus dibuat melalui perencanaan yang
baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan tes yang baik adalah
sebagai berikut.
1. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur.
2. Pilih pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Tentukan proses berpikir yang ingin diukur.
4. Tentukan jenis tes yang tepat digunakan untuk mengukur tujuan pembelajaran tersebut.
5. Tentukan tingkat kesukaran butir soal yang akan dibuat.
6. Tentukan jumlah butir soal yang sesuai untuk dikerjakan siswa dalam satu waktu ujian
yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Gronlund, N., E. & Linn, R.. L. (1990). Measurement and Evaluation in Teaching. New
York: Macmillan Pub. Company.
Hopkins, C., D. & Antes, R., L. (1990). Classroom Measurement and Evaluation. Illinois:
F.E. Peacock Publishers. Inc.
Hopkins, K., D., Stanley, J., S., & Hopkins, B., R. (1990). Educational and Psychological
Measurement and Evaluation. New Jersey: Prentice Hall.
Nitko, A., J. (1983). Educational Test and Measurement: an Introduction. New York:
Harcourt Brace Jovanovich. Inc.
Roid, G., H. & Haladyna, T., M. (1982). A Technology for Test-Item Writing, New York:
Harcourt Brace Jovanovich. Inc.
Di samping keunggulan tersebut tes objektif juga mempunyai beberapa kelemahan antara
lain: tes yang dibuat cenderung mengukur proses berpikir rendah, dan jika siswa tidak
mengerti akan jawaban dari suatu butir soal mereka dapat menjawab dengan cara menebak.
Kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara terus berlatih untuk menulis tes objektif
yang baik sehingga penulis benar-benar terampil dalam menulis terutama untuk menulis tes
objektif yang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari hanya sekadar ingatan.
Untuk meminimalkan upaya siswa menebak jawaban maka dalam pelaksanaan ujiannya
dapat dicantumkan pemberitahuan bahwa dalam ujian ini akan diberlakukan formula tebakan.
Jika siswa menjawab salah atau asal menebak maka akan berakibat pada penurunan skor
yang diperoleh.
Kegiatan Belajar 2:
Bagaimana Menulis Tes Objektif?
Secara umum tes objektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu: tes benar-salah, menjodohkan,
dan pilihan ganda. Tetapi dari ketiga macam tes tersebut maka tes pilihan gandalah yang
paling banyak digunakan di sekolah terutama digunakan pada saat ujian akhir tahun atau
akhir semester.
Apabila dilihat konstruksinya maka tes pilihan ganda terdiri dari dua hal pokok yaitu stem
atau pokok soal dengan 4 atau 5 alternatif jawaban. Satu di antara alternatif jawaban tersebut
adalah kunci jawaban. Alternatif jawaban selain kunci disebut dengan pengecoh (distractor).
Semakin banyak alternatif jawaban yang ada (misalnya 5) maka probabilitas menebaknya
akan semakin kecil. Ada lima ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu:
melengkapi pilihan (ragam A), hubungan antarhal (ragam B), analisis kasus (ragam C), ganda
kompleks (ragam D), dan membaca diagram, table, atau grafik (ragam E).
Beberapa hal harus diperhatikan dalam menulis tes pilihan ganda agar diperoleh kualitas tes
yang baik, yaitu:
1. Inti permasalahan yang akan ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas pada pokok soal.
2. Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal.
3. Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal.
4. Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh menarik untuk dipilih.
5. Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk ke arah jawaban yang benar.
6. Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar.
7. Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal.
8. Hindari alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau semua jawaban salah.
9. Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau yang kecil.
10. Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal.
11. Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang lain.
Kegiatan Belajar 3
Bagaimana Merencanakan Tes Objektif yang Baik?
Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan selama
proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi inilah
yang harus menjadi pedoman bagi penulis dalam menulis setiap butir soal. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain sebagai berikut.
1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan
serepresentatif mungkin.
2. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah
akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus
diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal, dan waktu tes yang
disediakan.
3. Jenjang kemampuan berpikir yang akan diujikan. Jenjang kemampuan berpikir yang
ditanyakan harus sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses
pembelajaran.
4. Sebaran tingkat kesukaran. Penentuan sebaran tingkat kesukaran butir soal sebenarnya
tergantung pada interpretasi skor yang akan digunakan. Jika akan digunakan pendekatan
penilaian acuan kriteria maka sebaran tingkat kesukaran butir soal tidak perlu dipikirkan
tetapi jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan norma maka sebaran tingkat butir soal
harus diperhatikan,
5. Waktu ujian yang disediakan. Waktu ini akan membatasi jumlah butir soal yang akan
ditanyakan.
6. Jumlah butir soal. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung pada waktu ujian
yang disediakan.
DAFTAR PUSTAKA
Gronlund, N. E., & Linn, R. L. (1990). Measurement and Evaluation in Teaching. New York:
Macmillan. Pub. Company.
Hopkins, C. D. & Antes, R. L. (1990). Classroom Measurement and Evaluation. Illinois: F.E.
Peacock Publishers. Inc.
Hopkins, K. D. & Stanley, J. S., & Hopkins, B., R. (1990). Educational and Psychological
Measurement and Evaluation. New Jersey: Prentice Hall.
Roid, G. H. & Haladyna, T. M. (1982). A Technology for Test-Item Writing. New York:
Harcourt Brace Jovanovich. Inc.
Kegiatan Belajar 2
Angket, Wawancara dan Portofolio
Tahap-tahap pengembangan angket dan wawancara sama dengan tahapan pengembangan alat
ukur lainnya.
Merumuskan butir-butir angket harus mengikuti kriteria sebagaimana pada perumusan butir
soal kognitif ataupun pada pengembangan skala sikap. Rumusan yang dibuat penulis perlu
mendapat masukan dari pihak kedua sebelum diujicobakan.
Format wawancara lebih sederhana dari buku angket, format wawancara digunakan sebagai
panduan/rincian informasi yang ingin dikumpulkan tergantung pada pewawancara. Biasanya
wawancara dilaksanakan dalam rangka mendalami data yang terkumpul melalui angket.
Pembelajaran dengan menggunakan portofolio membuat siswa aktif belajar dan
pengembangan kognitif, afektif, dan keterampilan dapat diisi secara berimbang.
Hubungan guru, siswa, dan orang tua siswa dapat menciptakan satu upaya bersama dalam
membina dan mengembangkan potensi peserta didik. Bila hal ini dapat terjadi maka ini
benar-benar membuktikan bahwa tanggung jawab pendidikan tidak hanya pada guru tetapi
juga pada orang tua dan siswa.
Penilaian portofolio tidak semata pada penilaian akhir atau produk tetapi juga penilaian
bagaimana untuk mencapai produk (penilaian proses). Di samping itu selama proses
pengembangan portofolio, masukan dan komentar dari guru, teman sekelas, dan orang tua
dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas portofolio. Artinya pembelajaran dan
penilaian merupakan satu kesatuan sebagaimana satu mata uang dengan dua sisinya.
Penilaian portofolio tidak lepas dari penerapan alat ukur tes dan non-tes sepanjang proses
pengembangan portofolio. Pertimbangan dan kesepakatan (konsensus) guru dengan
sejawatnya sangat diperlukan dalam menentukan penerapan alat ukur dan hasil
pengukurannya.
Mulailah mengembangkan portofolio yang terbatas ruang lingkupnya dan dengan kriteria
penilaian yang terbatas sebelum menerapkan pengembangan portofolio dan penilaiannya
yang lebih komprehensif ruang-lingkup materi dan alat ukurnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi, Z., Noehi Nasoetion, M.A. (1996). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Ditjen Dikti.
De Blassie, R.R. (1974). Measuring and Evaluating Pupil Progress. N.Y.: M.S.S.
Information.
Fraser, B.J. (1977). Selection and Validation of Attide Seals for Curriculum Evaluation,
Science Education, 61:317-330.
Gronlund, N.E. (1976). Measurement and Evaluation in Teaching. N.Y.: Macmillan P.C.
Hanna, G.S. (1993). Better Teaching Through Better Measurement. Fort Worth: Harcourt
B.J. College Publishers.
Herman, J. L. et. Al. (1995). Portfolio for Classroom Assessment: Design and
Implementation Issues, CRESST; JLHJ.
Payne, D.A. (1974). The Assessment of Learning. Lexington: D.C. Heath & Co.
Tierney, R.T., et. al. (1991). Portfolio Assessment in The Reading-Writing Classroom.
Norwood, MA: Christopher-Gordon P.I.
Modul 5: KUALITAS ALAT PENILAIAN
Kegiatan Belajar 1
Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran
Bila Anda ingin mengukur sesuatu, Anda harus dapat memilih alat ukur yang sesuai agar
Anda dapat memperoleh hasil pengukuran yang tepat. Ketepatan hasil pengukuran inilah
yang dinamakan validitas. Validitas dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu validitas isi
(content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas yang dikaitkan dengan
kriteria lain (criteria related validity). Validitas isi mengacu pada seberapa banyak materi alat
ukur tersebut dapat digunakan untuk mengukur keseluruhan materi yang seharusnya diukur.
Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur konstrak-
konstrak yang digunakan sebagai dasar penyusunan tes tersebut. Selanjutnya validitas yang
dikaitkan dengan kriteria lain adalah mengacu pada seberapa besar alat ukur tersebut dapat
dengan tepat memprediksi kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki sekarang dengan
keberhasilannya pada masa yang akan datang atau kesesuaian antara penguasaan suatu
pengetahuan dengan keterampilan penggunaan pengetahuan tersebut. Dari ketiga macam
validitas tersebut, validitas inilah (criteria related validity) yang paling penting Anda pahami
dalam rangka mempersiapkan tes hasil belajar yang baik. Ada dua masalah yang harus Anda
perhatikan dalam rangka mempersiapkan tes hasil belajar yang baik yaitu masalah validitas
(dalam hal ini validitas isi) dan reliabilitas. Agar tes hasil belajar mempunyai validitas isi
yang tinggi dapat ditempuh dengan cara membuat perencanaan tes (kisi-kisi tes). Di samping
tes harus memiliki validitas isi yang dapat dipertanggungjawabkan maka tes tersebut harus
reliabel, artinya jika tes tersebut digunakan lebih dari satu kali pada kelompok yang sama
maka tes tersebut harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tetap. Reliabilitas suatu tes
dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah butir soal, dengan catatan bahwa soal yang
ditambahkan harus homogen dengan butir soal yang sudah ada.
Kegiatan Belajar 2
Analisis dan Perbaikan Butir Soal
Analisis butir soal merupakan suatu proses pengambilan dan penggunaan informasi tentang
tiap-tiap butir soal terutama informasi tentang respon siswa terhadap setiap butir soal.
Informasi dari hasil analisis butir soal sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru,
hasil analisis butir soal dapat memberi informasi kepada guru tentang kualitas butir soal itu
sendiri dan untuk mengetahui materi yang sudah atau belum dikuasai oleh siswa. Bagi siswa
sendiri hasil analisis butir soal dapat menunjukkan tingkat penguasaan materi yang telah
dicapai.
Analisis butir soal dilakukan pada tes pilihan ganda dan dapat pula dilakukan pada tes uraian,
khususnya uraian terbatas. Dua karakteristik butir soal yang perlu diketahui dalam analisis
butir soal adalah tingkat kesukaran (P) dan daya beda (D). Butir soal yang baik adalah butir
soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang dengan daya beda positif tinggi. Butir soal
yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dan butir soal
yang alternatif jawabannya mempunyai daya beda positif atau kuncinya mempunyai daya
beda negatif. Perbaikan butir soal dapat dilakukan pada pokok soal (stem) atau pada alternatif
jawaban.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1986). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Liberty.
Ebel, R.L. & Frisbee, D.A. (1986). Essentials of Educational Measurement. New York:
Prentice Hall.
Fernandes, H.J.X. (1984). Testing and Measurement. Jakarta: National Educational Planning,
Evaluation and Curriculum Development.
Hanna, G.S. (1993). Better Teaching Trough Better Measurement. New York: Harcourt
Brace Jovanovich College Pub.
Mehrens, W.A & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and Evaluation in Education and
Psychology. New York: Holt Rinehart and Winton.
Nitko, A. J. (1983). Educational Test and Measurement an Introduction. New York: Harcourt
Brace Jovanovich, Inc.
Zainul, A. (1992). Pengukuran, Tes dan Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: PAU-Universitas
Terbuka.
Tetapi, jika Anda menggunakan skala rating atau skala sikap dari Likert untuk mengukur
suatu keterampilan atau kecenderungan sikap, maka pengolahan datanya dapat dilakukan
sebagai berikut.
a. Hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua
indikator.
b. Jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa.
c. Tentukan keterampilan siswa atau kecenderungan sikap siswa dengan cara
membandingkan jumlah skor yang diperoleh setiap siswa dengan jumlah skor maksimal.
Kegiatan Belajar 2
Statistika Sederhana
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran baik pengukuran dengan menggunakan tes
maupun non-tes biasanya masih merupakan data terserak. Data tersebut perlu diatur agar
lebih mudah untuk dipahami. Statistika sederhana sangat membantu Anda untuk mengolah
data terserak sehingga Anda dapat dengan mudah menganalisis dan menginterpretasikan data
hasil pengukuran tersebut. Banyak para guru yang menganggap bahwa statistika sukar
dipelajari pada hal anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Untuk membantu mengolah
data hasil pengukuran di kelas tidak diperlukan statistika yang kompleks, tetapi cukup dengan
menggunakan statistika sederhana. Statistika sederhana yang diperlukan antara lain:
menyajikan data dalam tabel frekuensi distribusi, menghitung persentase, mean, median,
kuartil, dan simpangan baku. Kadang-kadang kita juga ingin mengetahui ada tidaknya
hubungan antara dua variabel. Misalnya apakah ada hubungan antara nilai ulangan harian
atau hasil tes formatif dengan nilai tes sumatif siswa. Hubungan tersebut merupakan korelasi
linear sederhana. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tersebut Anda dapat menghitung
koefisien korelasi dengan menggunakan teknik korelasi Product-Moment. Dengan
mengetahui harga koefisien korelasi Anda dapat mengetahui sejauh mana hubungan antara
kedua variabel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (1986). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Liberty.
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essentials of Educational Measurement. New York:
Prentice Hall.
Fernades, H.J.X. (1984). Testing and Measurement. Jakarta: National Educational Planning,
Evaluation and Curriculum Development.
Hanna, G.S. (1993). Better Teaching Through Better Measurement. New York: Harcourt
Brace Jovanovich College Pub.
Mehrens, W.A. & Lehmann, I. J. (1973). Measurement and Evaluation in Education and
Psychology. New York: Holt Rinehart and Winton.
Nitko, A.J. (1983). Educational Test and Measurement an Introduction. New York: Harcourt
Brace Jovanovich, Inc.
Zainul, A. (1992). Pengukuran, Tes dan Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: PAU-Universitas
Terbuka.
Kegiatan Belajar 2
Prinsip-prinsip Pembuatan Alat Penilaian dalam Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia
Terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan alat evaluasi, yakni aspek
kesahihan (validity), aspek ketepercayaan (reliability), dan aspek kepraktisan (practicability).
Sebuah tes dikatakan sahih atau valid apabila dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Kesahihan tes dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu kesahihan isi (content validity),
kesahihan konstruksi (construct validity), kesahihan bandingan (concurrent validity),
kesahihan prediksi (predictive validity), dan kesahihan kriteria. Kesahihan isi (content
validity) mengacu pada ketetapan butir-butir tes dalam mengukur bahan atau materi yang
seharusnya diukur. Kesahihan konstruksi (construct validity) mengacu pada ketetapan tes
dalam mengukur konsep (konstruk) kemampuan yang seharusnya diukur. Kesahihan
bandingan (concurrent validity) mengacu pada adanya hubungan skor siswa dengan tes lain
yang sejenis. Kesahihan prediksi (predictive validity) mengacu pada ketetapan tes dalam
meramalkan kemampuan tes di masa mendatang. Kesahihan kriteria mengacu pada ketepatan
tes dibandingkan dengan hasil tes lain yang relevan.
Suatu evaluasi dikatakan tepercaya (reliable) jika hasil yang diperoleh pada ujian itu tetap
atau stabil, kapan saja, di mana saja, siapa pun yang mengujikan dan yang menilainya.
Ketepercayaan meliputi bahan ujian dan pemeriksanya.
Kepraktisan (practicability) maksudnya, soal dapat digunakan sesuai dengan kondisi dan
situasi ukur dalam yang ada. Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi
apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministra¬siannya.
Kegiatan Belajar 3
Jenis-jenis Alat Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia
Alat penilaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia terdiri atas alat tes dan
nontes. Ditinjau dari bentuknya, tes hasil belajar bahasa dan sastra Indonesia dapat
menggunakan bentuk objektif, subjektif, dan test cloze. Tes objektif merupakan tes yang
disusun sedemikian rupa sehingga hasil pekerjaan siswa dapat dikoreksi secara objektif. Tes
objektif mencakup tiga jenis yakni (a) tes objektif melengkapi, (b) tes objektif pilihan, dan (c)
tes objektif menjodohkan.
Tes subjektif merupakan suatu bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban siswa dalam
bentuk uraian dengan bahasa siswa sendiri. Test close dilakukan dengan cara penghilangan
kata¬-kata yang bersifat sistematis. Penghilangan itu dapat bersifat sistematis setiap kata
yang ke-n atau setiap jenis kata tertentu, misalnya setiap kata benda, kata kerja, kata sifat,
atau semua kata tugas.
Alat nontes dipergunakan untuk mengungkap hasil belajar siswa yang tidak berkaitan
langsung dengan tingkah laku kognitif. Alat-alat nontes ini digunakan untuk mendapatkan
informasi (data) berupa tingkah laku psikomotor dan tingkah laku afektif. Alat-alat nontes
yang biasanya digunakan untuk melengkapi alat tes adalah observasi, skala bertingkat, daftar
cek, skala sikap, skala Likert, dan skala pilihan ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, K., dkk. (1994). Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Mulyati, Yeti, dkk. (2002). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Kegiatan Belajar 3
Model Penilaian Kompetensi Kebahasaan dan Kesastraan
Tes kompetensi kebahasaan terbagi ke dalam dua aspek tes, yakni tes struktur dan tes
kosakata. Kedua aspek kebahasaan tersebut memegang peranan penting dalam kegiatan
kebahasaan karena pada dasarnya tindak berbahasa itu sesungguhnya merupakan
pengoperasian kedua aspek tersebut.
Tes kesastraan dibedakan ke dalam tes pengetahuan tentang sastra dan tes kemampuan
apresiasi sastra. Tes kesastraan hendaknya diprioritaskan pada usaha mengungkap
kemampuan apresiasi sastra karena tes yang demikian akan menopang tercapainya tujuan
pengajaran sastra yang berkadar apresiatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, K., dkk. (1994). Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Mulyati, Yeti, dkk. (2002). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Kegiatan Belajar 2
Pelaksanaan Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Pelaksanaan Penilaian dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat dilakukan
melalui dua pendekatan yaitu penilaian proses dan pendekatan penilaian hasil.
Penilaian hasil belajar dapat dilakukan melalui penilaian hasil tes atau tugas dan penilaian
nontes. Namun penggunaan nontes untuk menilai hasil belajar masih sangat terbatas.
Penilaian tes dapat berupa tes formatif dan tes akhir. Dengan demikian, penilaian hasil ini
dapat diolah dengan menghitung skor akhir yang merupakan gabungan dari tes formatif, rata-
rata tugas, dan tes akhir. Skor-skor akhir itu diolah menjadi nilai dengan menggunakan
pendekatan PAP atau PAN seperti yang telah Anda pelajari pada Kegiatan Belajar 1 di atas.
Dari nilai itu, Anda sudah dapat menentukan nilai akhir yang diberikan kepada siswa,
misalnya untuk nilai rapor dan STTB.
Dalam pelaksanaannya, penilaian proses dapat dilakukan dengan cara mengolah data hasil
nontes. Pengolahan data nontes biasanya diolah dengan melakukan analisis dan interpretasi
seluruh hasil pengamatan atau dengan menggunakan analisis kualitatif. Lebih jauh lagi data
nontes seperti data hasil skala penilaian dan skala sikap dapat menyerupai data hasil tes,
yakni diperolehnya data interval dalam bentuk skor total untuk setiap siswa. Dengan
demikian dapat diolah seperti mengolah data hasil tes.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1993). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, K., dkk. (1994). Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
http://pustaka.ut.ac.id/website/index.php?option=com_content&view=article&id=24:pbin4302-
evaluasi-pembelajaran-bahasa-indonesia&catid=30:fkip&Itemid=75