NIM : 857776085 SEMESTER : 1 (SATU) PROGRAM STUDI : S1-PGSD BI (119) POKJAR : DUKUHSETI UPBJJ : 42/SEMARANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) SEMARANG POKJAR DUKUHSETI 2023 Modul 1 Konsep Dasar Penilaian dalam Pembelajaran KB 1 Konsep Dasar Penilaian dalam Pembelajaran Tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi merupakan istilah-istilah yang sering ditemukan pada saat para pendidik atau guru membicarakan penilaian hasil belajar siswa. Istilah yang sering digunakan tumpang tindih adalah asesmen dan evaluasi. Secara umum alat ukur dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes dan non-tes. Contoh tes adalah tes objektif dan tes uraian. Contoh non-tes adalah pedoman pengamatan, skala sikap, daftar cek dan sebagainya. Pada saat melakukan penilaian maka perlu memperhatikan beberapa prinsip penilaian antara lain: menyeluruh, berkesinambungan, adil, objektif, terbuka, dan bermakna. Selama ini penilaian hasil belajar siswa kebanyakan hanya dilakukan dengan menggunakan alat ukur tes saja. Untuk itu para ahli pendidikan mengusulkan penilaian hasil belajar dengan menggunakan asesmen. Dengan cara ini kita akan dapat menilai hasil belajar siswa lebih menyeluruh. KB 2 Jenis dan Fungsi Penilaian dalam Pembelajaran Agar proses pembelajaran yang Anda lakukan dapat berhasil secara efektif dan efisien, terdapat beberapa jenis tes yang dapat Anda manfaatkan yaitu tes penempatan, pre test, post test, tes diagnostik, dan tes formatif. Tes penempatan dan pre-test dilakukan sebelum program dimulai. Sedangkan pre test bermanfaat untuk menentukan materi mana yang masih perlu atau tidak untuk diajarkan. Jika pre test ini dipadukan dengan post test pada akhir program maka akan dapat menilai efektivitas program tersebut. Pada saat program berjalan, kita perlu mendiagnosis kesulitan belajar setiap siswa dengan melakukan tes diagnostik. Tes formatif sangat tepat jika digunakan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang sedang diajarkan dapat dicapai oleh siswa. Pada akhir pembelajaran dapat melakukan tes sumatif untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai keseluruhan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Modul 2 Pengembangan Tes Hasil Belajar KB 1 Keunggulan dan Kelemahan Tes Tes merupakan alat ukur yang tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Untuk menentukan salah satu jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, harus berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan Anda ukur. Jika tujuan pembelajaran yang akan Anda ukur lebih banyak pada ranah kognitif rendah sampai dengan sedang dan jumlah peserta tesnya banyak maka tes objektif merupakan pilihan yang tepat. Tetapi jika tujuan pembelajaran yang akan Anda ukur berada pada tingkatan kognitif tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan kreasi maka tes uraian merupakan pilihan yang lebih tepat. Jika dibandingkan dengan tes uraian maka tes objektif mempunyai beberapa keunggulan antara lain: 1. Hasil tes dapat diolah dengan cepat dan mempunyai ketetapan hasil pemeriksaan yang tinggi. 2. Dalam satu kali ujian dapat menanyakan banyak materi yang telah diajarkan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian validitas isi tes dapat dipertanggungjawabkan. 3. Jika di konstruksi dengan baik tes objektif dapat mengukur semua jenjang proses berpikir dari yang sederhana (ingatan) sampai dengan yang kompleks (kreasi). Di samping keunggulan tersebut tes objektif juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain: tes yang dibuat cenderung mengukur proses berpikir rendah, dan jika siswa tidak mengerti akan jawaban dari suatu butir soal mereka dapat menjawab dengan cara menebak. Kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara terus berlatih untuk menulis tes objektif yang baik, sehingga penulis benar-benar terampil dalam menulis terutama untuk menulis tes objektif yang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari hanya sekedar ingatan. Tes uraian memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan tes objektif antara lain: tepat digunakan untuk mengukur proses berpikir tinggi, tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan atau ide, serta lebih cepat dan mudah membuatnya. Tetapi tes uraian mempunyai kelemahan antara lain: hanya sedikit materi yang dapat ditanyakan untuk satu waktu ujian, adanya unsur subjektivitas dalam pemeriksaan hasil pekerjaan siswa, sulit memeriksa hasil pekerjaan siswa, sering terjadi hallo effect, carry over effect, dan order effect. Hallo effect dapat diatasi dengan memeriksa hasil ujian siswa tanpa nama sedangkan carry over effect dapat diatasi dengan memeriksa nomor per nomor butir soal untuk keseluruhan siswa. Order effect dapat diatasi dengan tidak memaksakan untuk terus memeriksa manakala kita sudah merasa jenuh untuk memeriksa. KB 2 Mengembangkan Tes Jangan gunakan tes uraian hanya untuk mengukur proses berpikir rendah tetapi gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kompleks. Sebaliknya jangan paksakan tes objektif untuk mengukur ranah kognitif tingkat tinggi terutama jika Anda belum terampil dalam mengkonstruksi tes objektif yang baik. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam mengkonstruksi tes adalah sebagai berikut: Tes Objektif: 1. Inti permasalahan yang akan ditanyakan harus dirumuskan dengan jelas pada pokok soal. 2. Hindari pengulangan kata yang sama pada pokok soal. 3. Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal. 4. Alternatif jawaban yang dibuat harus logis, homogen, dan pengecoh menarik untuk dipilih. 5. Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk ke arah jawaban yang benar. 6. Setiap butir soal hanya mempunyai satu jawaban yang benar. 7. Hindari penggunaan ungkapan negatif pada pokok soal.. 8. Hindari altematif-jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau semua jawaban salah. 9. Jika alternatif jawaban berbentuk angka, urutkan mulai dari yang besar atau yang kecil. 10. Hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis pada pokok soal. 11. Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung soal yang lain. Tes Uraian: 1. Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes (kisi-kisi) yang ada; 2. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang kurang tepat atau tidak dapat diukur dengan tes objektif; 3. Gunakan tes uraian terbatas untuk menambah sampel yang dapat ditanyakan dalam satu waktu ujian; 4. Gunakan tes uraian untuk mengungkap pendapat, tidak hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata tanya seperti: jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokkanlah, formulasikan, dan lain sebagainya. Hindarkan penggunaan kata tanya seperti sebutkan karena kata tanya seperti itu biasanya hanya meminta siswa untuk menyebutkan fakta saja; 5. Rumuskan butir soal dengan jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir; 6. Usahakan agar jumlah butir soal dapat dikerjakan dalam waktu yang telah ditentukan; 7. 7. Jangan menyediakan sejumlah pertanyaan yang dapat dipilih oleh siswa; 8. Tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa pada setiap butir soal. Setelah menulis butir soal, penulis diwajibkan untuk membuat pedoman penkoran sebagai berikut: 1. Apa jawaban terbaik dari pertanyaan tersebut? Jika ada jawaban lain maka jawaban tersebut harus ditulis; 2. Tandai butir, kata kunci atau konsep penting yang harus muncul pada jawaban tersebut; 3. Adakah butir, kata kunci atau konsep yang lebih penting dari yang lain? 4. Beri skor pada setiap butir, kata kunci, atau konsep yang harus muncul pada jawaban tersebut; 5. Butir, kata kunci, atau konsep yang lebih penting dapat diberi skor lebih dari yang lain. Sebelum digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa maka tes uraian yang selesai ditulis harus ditelaah terlebih dulu. KB 3 Perencanaan Tes Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan selama proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi- kisi. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman bagi penulis dalam menulis setiap butir soal. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain: 1. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan serepresentatif mungkin. 2. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya harus diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal, dan waktu tes yang disediakan. 3. Jenjang kemampuan berpikir yang akan diujikan. Jenjang kemampuan berpikir yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang kemampuan berpikir yang dilatihkan selama proses pembelajaran. 4. Sebaran tingkat kesukaran. Penentuan sebaran tingkat kesukaran butir soal sebenarnya tergantung pada interpretasi skor yang akan digunakan. Jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan kriteria maka sebaran tingkat kesukaran butir soal tidak perlu dipikirkan tetapi jika akan digunakan pendekatan penilaian acuan norma maka sebaran tingkat butir soal harus diperhatikan. 5. Waktu ujian yang disediakan. Waktu ini akan membatasi jumlah butir soal yang akan ditanyakan. 6. Jumlah butir soal. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung pada waktu ujian yang disediakan. Modul 3 Pengembangan Asesmen Alternatif KB 1 Konsep Dasar Asesmen Alternatif Secara sederhana dapat dikatakan bahwa asesmen alternatif adalah suatu bentuk asesmen yang merupakan alternatif dari asesmen tradisional. Asesmen tradisional yang dimaksudkan di sini adalah asesmen yang hanya mengandalkan tes tertulis (paper and pencil test). Jenis-jenis asesmen alternatif yang sekarang mulai digunakan antara lain asesmen kinerja, asesmen otentik, dan portofolio. Alat ukur yang digunakan dalam asesmen alternatif tidak hanya berupa tes tertulis tetapi juga menggunakan alat ukur nontes yang berupa penyelesaian tugas-tugas, lembar pengamatan, dan lembar penilaian (rubric). Jika dibandingkan dengan asesmen tradisional, asesmen alternatif mempunyai banyak keunggulan tetapi juga mempunyai beberapa kelemahan. Yang harus Anda perhatikan adalah bagaimana Anda dapat menekan kelemahan tersebut seminimal mungkin. KB 2 Bentuk Asesmen Kinerja Struktur asesmen kinerja terdiri dari tugas (task) dan kriteria penilaian (rubric). Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari berbagai jenis tugas atau tagihan antara lain computer adaptive testing, tes uraian, tugas individu, tugas kelompok dan sebagainya. Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah: 1. mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas tersebut. 2. merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir dan keterampilan. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalaman dan keluasan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 3. Menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah tugas disusun dengan baik maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria keberhasilan yang akan digunakan sebagai patokan untuk menilai kinerja siswa. Berdasarkan jenisnya rubric dibedakan menjadi dua, yaitu; holistic rubric dan analytic rubric. Holistic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek yang akan dinilai serta deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya yang seperti itu, holistic rubric dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kinerja. Sedangkan analitic rubric merupakan rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang seperti itu, analytic rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja tertentu. KB 3 Asesmen Portofolio Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil, dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dan waktu ke waktu. Portfolio is a purposeful collection of student work that tells the story of student achievement or growth. Portfolios are not folders of all work a student does. (http://www.smallschoolsproject.org). Karakteristik portofolio adalah: 1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara murid dengan guru. 2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang dilakukan berdasar kriteria tertentu untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya siswa. 3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu. Kumpulan karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan. Kelemahan tersebut akan digunakan sebagai bahan pembelajaran berikutnya. 4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru ataupun bagi siswa dan diterapkan secara konsisten. Beberapa komponen penting yang harus Anda perhatikan dalam menggunakan portofolio sebagai asesmen: 1. Portofolio hendaknya memiliki kriteria penilaian yang jelas, spesifik, dan berorientasi pada research based criteria. 2. Untuk menilai kemampuan dan keterampilan siswa dapat digunakan berbagai sumber informasi yang mengenal dengan baik kemampuan dan keterampilan siswa, misalnya orang tua, anggota keluarga, guru, dan orang lain yang mengetahui persis kemampuan dan keterampilan siswa. 3. Untuk mendisain portofolio perlu diperhatikan berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang berkontribusi terhadap portofolio. Bukti-bukti tersebut dapat berupa bukti-bukti tercetak (printed materials) maupun bukti non-cetak (non-printed materials) seperti audio/video, hasil observasi, anecdotal record, self report dan sebagainya. 4. Portofolio dapat terdiri dari berbagai bentuk informasi seperti karangan, hasil lukisan, skor tes, foto dan sebagainya. 5. Kualitas portofolio harus ditingkatkan dari waktu ke waktu. 6. Setiap mata pelajaran mungkin mempunyai bentuk portofolio yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain. 7. Portofolio harus dapat diakses secara langsung oleh orang-orang yang berkepentingan terhadap portofolio tersebut seperti guru, sekolah, orang tua, dan siswa sendiri. Agar Anda dapat melaksanakan asesmen portofolio dengan baik maka Anda perlu merancang, melaksanakan, dan menilai dengan baik. KB 4 Penilaian Ranah Afektif Menurut Krathwohl (dalam Gronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri atas lima level yaitu: (1) receiving, (2) responding, (3) valuing, (4) organization, dan (5) characterization. Level yang paling rendah adalah receiving dan paling tinggi characterization. Menurut Ericson dalam Nasoction dan Suryanto (2002), penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara: pengamatan langsung, wawancara, angket atau kuesioner, teknik proyektil, atau pengukuran terselubung. Langkah-langkah penyusunan instrumen afektif dimulai dengan menentukan tujuan dan diteruskan dengan mencari definisi konseptual, menentukan definisi operasional, mencari indikator yang dapat digunakan untuk mengukur definisi operasional dan menggunakan indikator sebagai dasar penulisan butir-butir pernyataan dalam instrumen. Langkah selanjutnya adalah menelaah instrumen, melakukan uji coba, memperbaiki instrumen berdasar hasil uji coba, dan mengadministrasikan instrumen. Modul 4 Pengumpulan dan Pengolahan Informasi Hasil Belajar KB 1 Mengumpulkan dan Mengolah Informasi Hasil Belajar Setelah Anda melakukan pengukuran baik dengan menggunakan tes maupun non- tes maka langkah selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah mengolah data tersebut untuk mengambil keputusan tentang hasil belajar siswa. Untuk menskor hasil tes objektif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu diperiksa secara manual atau diperiksa dengan menggunakan mesin scanner untuk kemudian diolah dengan menggunakan fasilitas komputer. Sedangkan untuk memberi skor pada tes uraian hanya dapat dilakukan secara manual. Setiap lembar jawaban siswa hendaknya diperiksa minimal oleh dua orang pemeriksa. Pengaruh unsur subjektivitas pemeriksa harus diminimalkan sekecil mungkin agar dapat dihasilkan hasil pemeriksaan yang mendekati objektif. Agar skor mentah yang diperoleh dari hasil pengukuran dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain maka skor tersebut perlu diolah lebih dulu antara lain diubah dalam bentuk persentase. Jika Anda menggunakan skala rating atau skala sikap dari Likert untuk mengukur suatu keterampilan atau kecenderungan sikap maka pengolahan datanya dapat dilakukan sebagai berikut. a. hitung jumlah skor maksimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua indikator; b. jumlahkan skor yang diperoleh setiap siswa; c. tentukan tingkat keterampilan siswa dengan cara membandingkan jumlah skor yang diperoleh setiap siswa dengan jumlah skor maksimal kali 100% kemudian bandingkan skor tersebut dengan standar yang telah ditentukan; d. untuk menentukan kecenderungan sikap seseorang dapat lakukan dengan cara membandingkan skor yang diperoleh siswa dengan standar yang telah ditentukan. KB 2 Pendekatan dalam Pemberian Nilai Informasi hasil belajar siswa dapat dikumpulkan dengan menggunakan berbagai jenis tagihan seperti kuis, ulangan harian, ujian akhir semester, pemberian tugas, laporan kerja praktek dan sebagainya. Setiap jenis tagihan tersebut dikumpulkan dengan berbagai jenis alat tagihan seperti tes, pedoman pengamatan, skala rating, atau skala sikap. Informasi hasil belajar yang diperoleh pada awalnya merupakan data terserak (belum beraturan). Data hasil belajar siswa tersebut perlu ditata agar lebih mudah dipahami. Selanjutnya data tersebut diolah dan diinterpretasikan untuk kemudian diambil keputusan tentang bagaimana pencapaian hasil belajar siswa. Ada dua jenis pendekatan penilaian yang sering digunakan untuk menginterpretasikan hasil belajar siswa yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK). Penilaian Acuan Norma merupakan salah satu pendekatan penilaian di mana hasil belajar seorang siswa dibandingkan dengan hasil belajar yang diperoleh kelompoknya. PAN tidak mencerminkan pencapaian setiap siswa terhadap tujuan pembelajaran tetapi lebih mencerminkan pencapaian kelompok siswa terhadap tujuan pembelajaran. Jika jumlah siswa banyak maka pengolahan data dengan pendekatan PAN akan lebih mudah dilakukan dengan bantuan statistika sederhana (mean dan simpangan baku). Sedangkan Penilaian Acuan Kriteria mendasarkan pada pencapaian setiap individu siswa terhadap Standard keberhasilan yang telah ditetapkan terlebih dulu. Siswa yang mampu melampaui kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, ia akan dinyatakan berhasil dan apabila belum mencapai kriteria, ia dinyatakan belum berhasil. Dalam pembelajaran berbasis kompetensi maka penilaiannya tidak dapat menggunakan PAN tetapi harus menggunakan PAK. Modul 5 Kualitas Alat Ukur (Instrumen) KB 1 Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran Untuk mengukur sesuatu Anda harus dapat memilih alat ukur yang sesuai agar Anda dapat memperoleh hasil pengukuran yang tepat. Ketepatan hasil pengukuran inilah yang dinamakan validitas. Validitas dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu validitas isi (content validity), validitas konstrak (construct validity), dan validitas yang dikaitkan dengan kriteria lain (criteria related, validity). Validitas isi mengacu pada sejauh mana materi alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur keseluruhan materi yang seharusnya diukur. Validitas konstrak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur konstrak-konstrak yang digunakan sebagai dasar penyusunan tes tersebut. Sedangkan validitas yang dikaitkan dengan kriteria lain mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat dengan tepat memprediksi kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki sekarang dengan keberhasilannya pada masa yang akan datang atau kesesuaian antara penguasaan suatu pengetahuan dengan keterampilan penggunaan pengetahuan tersebut. Dari ketiga macam validitas tersebut validitas isilah yang paling penting Anda pahami dalam rangka mempersiapkan tes hasil belajar yang baik. Ada dua masalah yang harus Anda perhatikan dalam rangka mempersiapkan tes hasil belajar yang baik yaitu masalah validitas (dalam hal ini validitas isi) dan reliabilitas. Agar tes hasil belajar mempunyai validitas isi yang tinggi dapat ditempuh dengan cara membuat perencanaan tes (kisi-kisi tes). Di samping tes harus memiliki validitas isi yang dapat dipertanggungjawabkan maka tes tersebut harus reliabel artinya jika tes tersebut digunakan lebih dari satu kali pada kelompok yang sama maka tes tersebut harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tetap. Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan cara menambah jumlah butir soal, dengan catatan bahwa soal yang ditambahkan harus homogen dengan butir soal yang sudah ada. KB 2 Analisis dan Perbaikan Instrumen Analisis item merupakan suatu proses pengambilan dan penggunaan informasi tentang tiap-tiap butir terutama informasi tentang respons siswa terhadap setiap butir soal. Informasi dari hasil analisis item sangat bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil analisis item dapat memberi informasi kepada guru tentang kualitas butir soal itu sendiri dan untuk mengetahui materi yang sudah atau belum dikuasai oleh siswa. Bagi siswa sendiri hasil analisis item dapat menunjukkan sampai sejauh mana tingkat penguasaan materi yang telah dicapai. Analisis item dilakukan pada tes pilihan berganda dan dapat pula dilakukan pada tes uraian khususnya uraian terbatas. Dua karakteristik butir soal yang perlu diketahui dalam analisis butir soal adalah tingkat kesukaran (p) dan daya beda (D). Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai tingkat kesukaran sedang dengan daya beda positif tinggi. Butir soal yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dan butir soal yang pengecohnya mempunyai daya beda positif atau kuncinya mempunyai daya beda negatif. Perbaikan butir soal dapat dilakukan pada pokok soal atau pada alternatif jawaban. Modul 6 Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian KB 1 Prinsip-prinsip Pemberian Nilai Standar kompetensi sebagai bentuk penyempurnaan kurikulum menuntut adanya perubahan orientasi dari semua pihak yang terkait dengan pendidikan agar tujuan dan upaya peningkatan mutu pendidikan dapat tercermin dari meningkatnya mutu kompetensi lulusan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Diterapkannya standar kompetensi membawa implikasi pada orientasi dan strategi penilaian di kelas oleh guru yang lebih menerapkan prinsip- prinsip pembelajaran tuntas. Penilaian kelas harus bersifat otentik, yakni penilaian yang menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan tujuan dan proses serta pengalaman belajar siswa. Agar dapat berdaya guna secara optimal, pelaksanaan penilaian kelas harus selalu dilandasi dengan prinsip- prinsip penilaian kelas. Berbagai metode dan teknik dapat digunakan guru dalam melakukan penilaian kelas. KB 2 Penilaian di Berbagai Jenjang Pendidikan Buku pedoman pelaksanaan penilaian yang diterbitkan oleh Direktoran Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya untuk SMA sudah mencantumkan prinsip penilaian universal. Pelaksanaan pemberian nilai untuk SLTP dan SD tidak banyak berbeda dengan yang tercantum dalam buku pelaksanaan penilaian SMA. Pedoman penilaian untuk lembaga pendidikan tinggi berbeda dengan yang diterapkan pada pendidikan dasar dan menengah. Pada pendidikan tinggi nilai hasil belajar setiap mata kuliah ditentukan oleh bobot yang diberikan pada mata kuliah tersebut. Bobot ini tercermin dalam jumlah jam perkuliahan per minggu. Mata pelajaran di SMA yang diajarkan 6 jam pertemuan seminggu dengan yang diajarkan 3 jam pertemuan per minggu tidak memberi pengaruh pada nilai akhir. KB 3 Pemanfaatan Hasil Tes untuk Meningkatkan Proses Pembelajaran Agar proses pembelajaran yang Anda lakukan dapat berhasil dengan efektif, terdapat beberapa jenis tes yang dapat Anda manfaatkan yaitu pre-test-post-test, tes formatif, dan tes diagnostik. Pre-test berfungsi untuk mengetahui dan menentukan kompetensi manakah yang telah dan belum dikuasai oleh siswa sehingga dapat menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Post-test pada akhir pembelajaran berfungsi untuk menilai efektivitas proses pembelajaran. Tes diagnostik mempunyai fungsi utama untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami siswa dan penyebab timbulnya kesulitan tersebut. Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran dan penguasaan kompetensi yang ditetapkan digunakan tes formatif. Hasil tes formatif menjadi dasar tindakan perbaikan yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran. Hasil penilaian non-tes dapat memberikan informasi tentang perkembangan kemampuan siswa dalam kurun waktu tertentu, kecenderungan belajar siswa, dan sikap siswa. Bagi guru hasil penilaian tersebut dapat dimanfaatkan untuk peningkatan profesionalisme dalam proses pembelajaran. Bagi siswa hal tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kesiapan belajarnya.