Anda di halaman 1dari 4

Materi ke 3 Keunggulan dan kelemahan Tes Objektif

Hanya saja untuk menulis tes objektif yang dapat mengukur proses berpikir tinggi
(analisis, sintesis, dan evaluasi) memang tidak mudah. Untuk itu sebagai seorang guru
atau calon guru, Anda harus terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan menulis
tes objektif terutama tes objektif yang dapat mengukur proses berpikir tinggi. Fakta di
lapangan masih menunjukkan bahwa tes objektif yang digunakan dalam tes sumatif,
EBTA ataupun untuk tes penerimaan siswa baru sebagian besar masih mengukur
proses berpikir yang sederhana yaitu ingatan atau pemahaman. Ini merupakan
tantangan bagi kita yang bergelut dalam dunia pendidikan.
Di samping dapat mengukur semua jenjang berpikir dalam ranah kognitif, tes objektif
mempunyai keunggulan-keunggulan yang lain sebagai berikut.

A. Keunggulan tes Objektif

1. Dengan menggunakan tes objektif maka semua atau sebagian besar materi yang
telah diajarkan dapat ditanyakan saat ujian. Dengan menanyakan semua materi
yang telah diajarkan maka semua atau sebagian besar tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dalam Satuan Pembelajaran (SP) ataupun dalam Rencana
Pembelajaran (RP) dapat diukur ketercapaiannya. Hal ini sulit diwujudkan
apabila dalam ujian hanya menggunakan tes uraian. Jika dalam ujian hanya
menggunakan tes uraian maka ada kemungkinan tidak semua materi yang telah
diajarkan dapat ditanyakan kepada siswa. Dengan demikian akan ditemukan
beberapa tujuan pembelajaran yang tidak terukur ketercapaiannya.
2. Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat
dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten karena jawaban yang benar untuk
setiap butir soal sudah jelas dan pasti. Dengan demikian maka kelemahan-
kelemahan yang ada pada tes uraian seperti adanya unsur subjektivitas dalam
pemeriksaan, hallo effect, carry over effect, order effect dan kelemahan yang lain
dapat dihilangkan dengan menggunakan jenis tes ini. Kita juga dapat menggunakan
fasilitas komputer untuk memproses hasil ujian sehingga kecepatan, ketepatan, dan
kekonsistenannya dapat lebih terjamin. Penggunaan fasilitas komputer sangat
membantu terutama jika jumlah peserta tes sangat besar. Universitas Terbuka
sangat mengandalkan fasilitas komputer dalam mengolah hasil ujian mahasiswanya
karena jumlah peserta tesnya sangat besar. Pada tahun 2002 UT mempunyai
jumlah mata kuliah lebih dari 800 buah (diujikan sekaligus dalam setiap Ujian
Akhir Semester) dengan jumlah mahasiswa lebih dari 300 ribu orang. Dengan
jumlah mata kuliah dan mahasiswa sebanyak itu maka sangat tidak mungkin
apabila UT hanya menggunakan tangan untuk memeriksa hasil ujian
mahasiswanya. Dengan jumlah mahasiswa sebanyak itu, dalam Ujian Akhir
Semester UT lebih banyak menggunakan tes objektif daripada tes uraian. Tes
uraian hanya digunakan untuk beberapa mata kuliah yang memang harus diuji
dengan tes uraian seperti mata kuliah writing, keterampilan menulis, dan Ujian
Komprehensif Tertulis. Kecuali untuk mata kuliah-mata kuliah seperti itu, tes
uraian hanya boleh digunakan untuk menguji mata kuliah yang jumlah peserta
ujiannya tidak lebih dari 200 orang. Setiap UAS, UT mengolah hasil ujian
mahasiswa tidak kurang dari 1.000.000 (satu juta) lembar jawaban ujian. Proses
tersebut tidak dapat dilakukan dengan cepat apabila UT tidak menggunakan
fasilitas komputer. Keunggulan penggunaan tes objektif inilah yang dimanfaatkan
UT untuk mengukur hasil belajar mahasiswanya.
3. Dengan tes objektif khususnya pilihan ganda, akan memungkinkan untuk
dilakukan analisis butir soal. Dari hasil analisis butir soal maka akan dapat
diperoleh informasi tentang karakteristik setiap butir soal seperti tingkat
kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta reliabilitas set tes. Berdasarkan
informasi dari hasil analisis butir soal maka kita akan dapat memperbaiki atau
merevisi butir soal sehingga akan menjadi lebih baik.
4. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan. Dengan menggunakan tes
objektif khususnya pilihan ganda maka kita dapat mengendalikan tingkat
kesukaran butir soal hanya dengan mengubah homogenitas alternatif jawaban.
Semakin homogen alternatif jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir
soal akan semakin tinggi. Dan sebaliknya semakin kurang homogen alternatif
jawaban yang kita buat maka tingkat kesukaran butir soal akan semakin rendah.

5. Informasi yang diperoleh dari tes objektif lebih kaya. Jika tes objektif dikonstruksi
dengan baik maka kita akan memperoleh informasi yang banyak dari respon yang
diberikan oleh siswa. Setiap respon siswa terhadap setiap alternatif jawaban akan
memberikan informasi kepada kita tentang penguasaan kognitif siswa terhadap
materi yang diujikan. Dengan demikian kita dapat mengetahui kemampuan dan
kelemahan siswa.

B. Kelemahan Tes Objektif

Di samping mempunyai keunggulan, tes objektif juga mempunyai beberapa kelemahan


yang perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut.
1. Walaupun tes objektif dapat digunakan untuk mengukur semua proses berpikir dalam
ranah kognitif mulai dari jenjang berpikir sederhana (ingatan) sampai dengan jenjang
berpikir tinggi (evaluasi), tetapi pada kenyataannya butir soal yang diujikan kepada siswa
atau mahasiswa kebanyakan hanya mengukur proses berpikir rendah, walaupun tujuan
pembelajaran yang akan diukur sebenarnya lebih tinggi dari sekadar ingatan atau
pemahaman. Hal ini semata-mata bukan karena tes objektif tidak dapat digunakan untuk
mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari sekadar ingatan atau pemahaman tetapi
lebih disebabkan oleh penulis soal yang belum dapat menulis tes objektif yang mengukur
proses berpikir tinggi. Untuk itu Anda sebagai seorang guru atau calon guru harus terus
berlatih menulis tes pilihan ganda yang baik terutama yang dapat mengukur proses
berpikir yang lebih tinggi dari sekadar ingatan atau pemahaman.
2. Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar daripada membuat pertanyaan tes
uraian. Sebenarnya menulis tes uraian yang baik juga sukar tetapi kalau dibandingkan
dengan menulis tes objektif khususnya pilihan ganda maka menulis tes pilihan ganda
yang baik lebih sukar. Tampaknya menulis tes objektif dalam bentuk pilihan ganda tidak
sulit karena hanya membuat pokok soal (stem) yang diikuti dengan tiga sampai dengan
lima alternatif. Tetapi kesulitan tersebut akan muncul pada saat penulis harus membuat
alternatif jawaban yang memenuhi syarat sebagai tes objektif yang baik, misalnya semua
alternatif jawaban harus homogen dan pengecoh menarik untuk dipilih. Karena membuat
tes objektif yang baik sulit maka untuk membuat satu set tes untuk ujian sumatif atau
EBTA diperlukan waktu yang lama.
3. Kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuannya dalam membaca dan menerka.
Jika tes objektif tidak dikonstruksi dengan baik misalnya ditulis dengan menggunakan
kalimat yang terlalu panjang serta tidak menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik
dan benar maka maksud butir soal tersebut akan sukar dipahami oleh siswa. Jika hal ini
terjadi maka kesalahan siswa dalam menjawab butir soal dapat terjadi bukan karena siswa
tidak memahami materi yang ditanyakan tetapi karena siswa mengalami kesukaran dalam
memahami kalimat dalam butir soal. Di samping itu, kemampuan siswa juga dapat
dipengaruhi karena adanya unsur tebakan. Hal ini akan terjadi apabila siswa merasa ragu
atau kehabisan waktu untuk mengerjakan soal.
4. Siswa tidak dapat mengorganisasikan, menghubungkan, dan menyatakan idenya sendiri
karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah diberikan oleh penulis
soal. Dalam hal ini siswa hanya dapat mengingat, menginterpretasi, atau menganalisis ide
orang lain yaitu ide penulis soal.

Menyadari akan adanya kelemahan yang ada pada tes objektif maka sebagai seorang guru
Anda harus berupaya untuk meminimalkan kelemahan tersebut. Bagaimana caranya?

C. Mengatasi Kelemahan tes Objektif

Upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes objektif antara lain
sebagai berikut.
1. Upaya untuk mengatasi agar butir soal yang ditulis tidak cenderung mengukur proses
berpikir rendah. Agar butir soal objektif yang ditulis tidak cenderung mengukur proses
berpikir rendah maka pada saat menulis butir soal, penulis harus selalu berorientasi pada
kisi-kisi soal. Penulis harus menguasai materi yang akan ditulis butir soalnya dan penulis
juga harus menguasai teknik-teknik penulisan tes objektif serta terus meningkatkan
kemampuan menulis dengan cara menulis butir soal baru atau merevisi butir soal
berdasarkan hasil analisis butir soal.

2. Upaya untuk mengatasi lamanya waktu penulisan butir soal. Untuk menulis satu set tes
objektif memang diperlukan waktu yang relatif lebih lama jika dibandingkan dengan
menulis satu set tes uraian. Masalah tersebut akan menjadi berkurang jika Anda sudah
terlatih dengan baik dalam menulis tes objektif. Kesulitan utama dalam mengembangkan
tes objektif terutama untuk tes pilihan ganda adalah terletak pada kesulitan untuk
menemukan alternatif jawaban yang homogen. Tetapi dengan bekal penguasaan materi
yang baik dan latihan yang terus menerus maka masalah tersebut tidak akan menjadi
hambatan lagi. Semua butir soal yang telah ditulis dan diujikan sebaiknya tidak dibuang
tetapi terus dikumpulkan dalam suatu kumpulan butir soal (pooling item). Lakukanlah
analisis butir soal setelah butir soal tersebut diujikan. Dengan melakukan analisis butir
soal maka Anda akan dapat memperoleh informasi yang banyak tentang butir soal
tersebut. Dengan melakukan analisis butir soal, Anda akan mengetahui karakteristik
setiap butir soal yang meliputi tingkat kesukaran, daya beda, efektivitas pengecoh, serta
reliabilitas set tes. Dengan informasi dari hasil analisis butir soal tersebut Anda dapat
memperbaiki atau merevisi butir soal yang masih rendah kualitasnya. Jika ini dapat terus
Anda lakukan maka pooling item Anda akan dapat ditingkatkan menjadi Bank Soal
(Item Bank). Jika bank soal sudah terbentuk dan terisi dengan jumlah butir soal yang
cukup banyak maka Anda tidak perlu lagi menulis butir soal baru tetapi Anda dapat
memanfaatkan butir soal yang sudah ada dalam bank soal tersebut. Dengan demikian
lamanya waktu penulisan bukan menjadi hambatan lagi.

3. Upaya untuk mengatasi agar kemampuan siswa tidak terganggu oleh kemampuan
membaca dan menerka. Kemampuan siswa akan terganggu oleh kemampuan membaca
jika butir soal tersebut tidak dikonstruksi dengan baik. Misalnya pokok soal dan alternatif
jawaban dibuat dengan kalimat yang sangat panjang, pokok soal sulit dimengerti, pokok
soal dapat diterjemahkan lebih dari satu arti, atau butir soal tidak ditulis dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Masalah ini dapat diatasi dengan cara menulis butir soal
yang baik sesuai dengan kaidah penulisan butir soal objektif yang telah ditentukan.
Sedangkan untuk mengatasi masalah tebakan (guessing) dapat diatasi dengan
memperbanyak jumlah alternatif jawaban menjadi empat atau lima. Dengan
bertambahnya jumlah alternatif jawaban maka probabilitas menebak akan semakin kecil.

Agar siswa tidak asal menebak, Anda dapat menerapkan formula tebakan dalam
menentukan skor akhir yang diperoleh siswa. Formula tersebut adalah:

s
SA  b 
n 1

di SA : Skor Akhir yang diperoleh siswa


mana: b : jumlah jawaban benar
s : jumlah jawaban salah
n : jumlah alternatif jawaban

Dengan adanya formula tersebut maka siswa akan lebih berhati-hati dalam menjawab
karena jika mereka menjawab salah maka akan berakibat pada pengurangan jumlah skor
akhir yang ia peroleh.

Contoh:
Dari 60 butir soal pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban, Adi dapat menjawab benar
40 butir. Bandingkanlah skor yang diperoleh Adi jika:

a. dihitung tanpa menggunakan formula guessing,


b. menggunakan formula guessing.

Tetapi jika Anda ingin menggunakan formula tersebut dalam menentukan nilai akhir
siswa, Anda harus menuliskan pemberitahuan tersebut pada lembar soal sehingga siswa
dapat mengetahuinya.

Dengan tes objektif siswa tidak dapat mengemukakan idenya sendiri tetapi harus
mengikuti ide orang lain (dalam hal ini ide penulis soal). Ini memang kelemahan tes
objektif yang tidak dapat diminimalkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan menggunakan tes uraian karena hanya tes uraianlah yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab butir soal sesuai dengan ide siswa
sendiri. Anda dapat menggunakan tes uraian dan objektif secara bergantian selama proses
penilaian hasil belajar siswa. Tes uraian dapat Anda gunakan pada saat ulangan harian
atau pada saat tes formatif sedangkan tes objektif dapat Anda gunakan pada saat tes
sumatif atau

Anda mungkin juga menyukai