Anda di halaman 1dari 6

LEARNING LOG

Nama : Masyiqah Amaliyah


NIM : 20100119036
Kelas : PAI B ‘19

Pengembangan Instrumen Tes Essai dalam Pembelajaran PAI


A. Pengertian Tes Essai
Tes essai sering disebut juga tes subjektif karena dalam pelaksanaannya sering
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Tes essai merupakan salah satu bentuk tes
tertulis, yang susunannya terdiri dari item-item pertanyaan yang mengandung permasalahan
dan menuntut jawaban siswa melalui bentuk uraian-uraian kata yang merefleksikan
kemampuan berpikir siswa. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk
menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri
dalam bentuk, teknik, dan gaya berbeda satu dengan lainnya.
Biasanya soal essai itu jumlahnya tidak banyak, sekitar 5-10 butir soal. Dan biasanya
pertanyaan atau soal essay itu dimulai dengan kata-kata seperti : uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, berilah alasan, berilah contoh-contoh yang sesuai,
terangkan bagaimana, jelaskan apa yang akan terjadi jika dan jelaskan bagaimana pendapat
anda, dan sebagainya. Usahakan soal essay yang kita susun itu benar-benar dapat
menimbulkan perilaku yang kita kehendaki untuk dilakukan oleh siswa. Terakhir, sesuaikan
panjang pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat kematangan siswa. Demikian,
bentuk-bentuk pertanyaan tersebut meminta peserta didik untuk menjelaskan,
membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan
tersebut mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian mereka terhadap materi
yang telah dipelajari.
Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas
pada hasil belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level
kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat
kompleks. Sehingga tes essai lebih banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang
lebih tinggi dalam struktur kognitif peserta didik dimana peserta didik dituntut untuk benar-
benar memahami pertanyaan dan merealisasikan gagasannya melalui bahasa tulisan,
sehingga tipe esai tes lebih bersifat power test.
Maka, tujuan penggunaan tes essay itu sendiri ialah:
1. Mengukur prestasi pendidikan yang telah dimilki siswa yang penting dan dapat diukur
melalui tes tertulis.
2. Memahami kemampuan siswa dalam menggunakan dan memanfaatkan prinsip-prinsip.
3. Menguji kemampuan siswa dalam berpikir kritis (critical thinking).
4. Menguji kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving).
5. Menguji kemampuan memilah-milah fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang sesuai
kemudian mengitegrasikannya untuk pemecahan masalah-masalah kompleks.
Adapun untuk menyusun soal-soal essai maka perlu memperhatikan ketentuan-
ketentuan berikut:
a. Tentukan siswa tidak akan menjawab terlalu banyak atau terlalu panjang sehingga waktu
tidak cukup
Jumlah soal pada tes essay bergantung pada kompleksitas dan banyaknya jawaban
yang dikehendaki, tingkat kemampuan siswa, dan waktu yang tersedia untuk mengerjakan
tes tersebut. Tes essay bukanlah tes kecepatan menulis.Soal-soal essay yang baik menuntut
agar siswa menganalisis soal iu dengan teliti, enentukan apa yang dituntut dan apa yang
tidak dituntut (oleh soal) dalam jawaban, memikirkan tentang cara mengorganisasi jawaban
yang paling cocok, kemudin menuliskan jawaban tersebut. Proses ini memakan waktu :
makin kompleks suatu pertanyaan atau soal, makin membutuhkan waktu yang lebih lama.
b. Jika beberapa soal essay akan diberikan, usahakan agar ada rentangan kesukaran dan
kompleksitasnya.
Kebanyakan tes yang dibuat guru bertujuan untuk membedakan tingkat penguasaan
dan pencapaian siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan. Jika semua soal essay
itu sukar dan kompleks, beberapa orang siswa yang kuang kemampuannya tidak akan dapat
menghasilkan jawaban yang askeptabel terhadap satu pun dari soal-soal tersebut. Akan
tetapi, jika soal-soal itu semuanya mudah dan sederhana, kita akan memperoleh pengukuran
yang tidak memadai dari apa yang tidak sebenarnya dan dapat dilakukan oleh siswa yang
lebih pandai. Dengan memberikan variasi terhadap kesulitan dan komplesitas soal-soal itu,
guru dapa memperoleh informasi tentang siswa, baik yang kurang pandai maupun yang
pandai.
c. Kebanyakan tes diberikan di kelas (calssroom tests) menuntut semua siswa menjawab
soal-soal yang sama.
Jika suatu tes essay digunakan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan suatu program
umum dari pengajaran, tiap siswa dituntut utuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama.
Memberikan suatu pilihan soal atau pertanyaan akan mengurangi dasar umum, yang
terhadapnya individu-individu yang berbeda-beda dapat dibandingkan.
d. Tulislah seperangkat petunjuk umum bagi tes tersebut.
Pada kebanyakan tes essay yang diberikan di kelas, soal-soal itu didahului hanya
dengan kata-kata : “Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.” Pernyataan ini tidak memadai
seagai petunjuk bagi siswa dalam menjawab soal-soal itu. Petunjuk yang baik bagi suatu tes
essay hendaknya mencakup pertanyaan-perttanyaan sebagai berikut:
- Rencana umum yang harus digunakan siswa dalam mengerjakan tes itu;
- Bagaimana bentuk jawaban itu harus ditulis (secara garis besar);
- Kriteria umum yang akan digunakan dalam menilai jawaban-jawaban tersebut ; dan
- Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut.
e. Specify the point for each question on the test (tentukan poin untuk setiap pertanyaan pada
tes)
Jika lebih dari satu soal essay digunakan pada suatu tes, atau jika soal essay
dikombinasikan dengan seperangkat soal objektif, guru harus menjelaskan kepada siswa
tititk berat soal-soal itu. Akan tetapi, jika soal-soal pada tes essay berbeda-beda dalam
kompleksitas dan karena itu in time untuk menjawab secara memadai, hal itu dimungkinkan
atau dapat diterima bahwa makin kompleks soal-soal itu memut point value yang lebih tinggi
dari soal-soal yang lebih sederhana. Dengan menunjukan perbedaan atau macam-macam
pertanyaan atau soal, guru dapat membantu siswa memperkirakan kompleksitas relatif dari
soal-soal itu sehingga dengan demikian memungkinkaan mereka mengalokasikan waktunya
secaa lebih bijaksana.
B. Kelebihan dan Kelemahan Tes Essai
Soal-soal bentuk uraian jika direncanakan dengan baik, sangat tepat untuk menilai
proses berfikir seseorang serta kemampuannya mengekspresikan buah pikiran, kelemahan
yang sering dirasakan penggunaan soal-soal bentuk uraian ini antara lain terbatasnya lingkup
bahan pelajaran yang dinilai dan sulitnya mengoreksi jawaban dengan objektif. Maka,
berikut ini diuraikan beberapa kelebihan juga kelemahan tes essay yang dapat dijadikan
alasan mengapa tes essay baik digunakan di dalam kelas begitu pun sebaliknya, yaitu:
Kelebihan Tes Essai yaitu:
- Peserta didik dapat mengorganisasikan jawaban dengan pendapatnya sendiri.
- Murid tidak dapat menerka-nerka jawaban soal.
- Tes ini sangat cocok untuk mengukur dan mengevaluasi hasil suatu proses belajar
yang kompleks yang sukar diukur dengan mempergunakan test objektif.
- Derajad ketepatan dan kebenaran murid dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya.
- Melatih penyusunan kalimat dengan bahasa yang baik, benar, dan cepat.
- Melatih peserta didik untuk memilih fakta yang relevan dengan persoalan.
Kelemahan Test Essay yaitu:
- Sukar dinilai secara tepat.
- Bahan materi yang diukur terlalu sedikit, sehingga agak sulit untuk mengukur
penguasaan siswa terhadap keseluruhan kurikulum.
- Sulit mendapatkan soal yang memiliki standar nasional maupun internasional.
- Membutuhkan waktu memeriksa hasilnya
- Kadar validitas dan reliabilitas soal rendah
C. Tata Cara Menskor Tes Essai
Sebelumnya Depdikbud mengelompokkan bentuk-bentuk tes essay menjadi Bentuk
Essay Objektif (BOU) dan Bentuk Essay Non Objektif (BUNO) yang didasarkan pada
pendekatan juga cara pemberian skor/nilainya.
a. Bentuk Essay Objektif (BOU)
Pada BOU rumusan jawabannya lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran
secara objektif. Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak dijawab
mendapat skor 0. Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci sehingga nilai
maksimar skor dapat lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa apa saja seperti kalimat, kata,
gambar, dan angka. Berikut adalah langkah-langkah pemberian skor soal Bentuk Essay
Objektif (BOU):
1) Tuliskan kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
2) Beri skor 1 untuk jawaban yang benar sempurna dan tidak ada pemberian skor
setengah untuk jawaban yang kurang sempurna.
3) Apabila pertanyaan terdiri dari beberapa subpertanyaan, perincilah kata kunci dari
setiap jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan buatkan
skornya.
4) Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Hasil
penjumlahan skor ini disebut skor maksimum.
Contoh:
Indikator : Menuliskan keuntungan adanya pembangunan kenampakan buatan bagi
masyarakat
Soal : Sebutkan tujuan dan 4 manfaat adanya pembangunan waduk!
Langkah penskoran:
i. Tujuan waduk = menampung air sungai =1
ii. Manfaat = pengendali banjir =4
= rigasi lahan pertanian
= pembangkit listrik
= pahan baku air minum
= perikanan
iii. Skor maksimum =5
b. Bentuk Essay Non Objektif (BUNO)
Bentuk Essay Non Objektif (BUNO) mempunyai struktur perumusan jawaban yang sama
dengan essay bebas sehingga memungkinkan terdapat unsur subjektivitas. Bentuk ini dapat
menilai hasil belajar siswa yang berupa kemampuan menghasilkan, menyusun dan
menyatakan ide-ide, memadukan berbagai hasil belajar, mendesain sebuah eksperimen, dan
menilai arti makna sebuah ide. Pada model ini penskoran dijabarkan dengan menggunakan
rentang. Rentangnya skor ditetapkan berdasarkan kompleksitas jawaban. Skor mininal untuk
peserta yang tidak menjawab adalah 0, sedangkan skor maksimum ditentukan oleh
penyusunan soal dan jawaban yang runtut dalam soal tersebut. Langkah-langkah penskoran
sebagai berikut:
1) Menuliskan garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam
pemberian skor.
2) Menetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
3) Pemberian skor tergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta
4) Jumlahkan skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban.
5) Periksalah soal setiap nomor sebelum beralih kenomor yang lain untuk menghindari
pemberian skor berbeda untuk jawaban yang sama.
6) Setelah semua butir soal mendapatkan skor hitunglah skor yang diperoleh peserta,
kemudian hitung nilai dengan rumus:
Nilai tiap soal = Skor perolehan peserta didik x bobot soal
Skor maksimum tiap butir soal
7) Jumlahkan nilai semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir suatu perangkat tes yang
diberikan.
Contoh:
Indikator : Menjelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman di
Indonesia
Soal : Jelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman di Indonesia!
Kriteria:
i. Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku bangsa = 0-5
ii. Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku budaya = 0-5
iii. Skor maksimum = 10
Sebenarnya memberi skor essai dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan
sukar. Dikatakan mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa menilai jawaban yang
diberikan oleh para siswanya termasuk jawaban yang berasal dari tes essai, karena dalam
pemberian skor pada tes essai tidak ada eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan.
Sebaliknya, sebagian guru juga merasa sukar dalam memberikan skor pada tes essai, karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa.
Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektifitas, pertimbangan, pengaruh intraksi antara guru
dengan para siswa selama dalam proses belajar mengajar berlangsung.
Namun, secara umum cara menskor soal-soal essai itu seperti:
a. Penilaian soal essay ada hubungannya dengan hasil belajar yang sedang di ukur.
b. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas, gunakan pedoman jawaban sebagai
petunjuk. Tulislah lebih dulu pedoman jawabannya untuk tiap soal dan tentukan nilai
skor yang dikenakan kepada tiap soal atau bagian soal (dengan pembobotan ).
c. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka, nilailah dengan ratting method; gunakan
kriteria tertentu sebagai pedoman penilaian.
d. Extended-response items menuntut jawaban yang terbuka dan bebas sehingga seringkali
tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya. Oleh karena itu, biasanya guru
atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang kualistas dalam
hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi bukan menskor
point dengan kunci jawaban. Untuk itu bisa dilakukan denagn mengklasifikasikan
jawaban – jawaban itu ke dalam lima tingkat ; yang selanjutnya di beri nilai 0, 1, 2, 3, 4,
dan A, B, C, D, E,.
e. Evaluasilah semua jawaban siswa soal demi soal dan bukan siswa demi siswa. Dengan
demikian dapat dihindakan terjadi halo effect.
f. Evaluasilah jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahui identitas atau nama murid
yang mengerjakan jawaban itu.
g. Bilamana mungkin, mintalah dua atau tiga guru lainnya yang mengetahui masalah itu
untuk menilai tiap jawaban. Ini diperlukan untuk mengecek keandalan skoring terhadap
jawaban-jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap penilaian,
tapi sewaktu sewaktu saja, misalnya jika diperlukan untuk memilih siswa-siwi yang akan
dicalonkan untuk mengikuti latihan tertentu atau untuk memilih juara sekolah.
Disamping itu dibutuhkan juga metode-metode dalam menskor tes essay, antara lain:
1) Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban berdasarkan tahapan
tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor tertentu. Misalnya: ¼ benar
diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan benar
semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.
2) Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap
keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban
yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali. Tiap
klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari yang baik
hingga ke yang kurang sekali.
3) Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi nomor bagi
seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik hingga ke yang
paling buruk lalu dilakukan pemberian skor.
D. Cara Mengatasi Kelemahan Tes Essai
Agar dapat meminimalkan hal-hal yang membuat lemahnya tes essay, dalam
menyiapkan soal-soal essay, para guru hendaknya memerhatikan hal-hal berikut.
1. Menyediakan waktu yang cukup untuk menyusun pertanyaan dalam setiap soal.
Walaupun banyak anggapan bahwa mengontruksi tes essay adalah sangat mudah
olehsetiap guru, juga soal-soal essai yang baik pembuatannya itu memerlukan
kecermatan selain dilihat dari unsur bahasa juga perlu dilihat aspek substansi dari setiap
item pertanyaan.
2. Item pertanyaan yang direncanakan hendaknya membuat persoalan penting yang telah
diajarkan dalam proses belajar mengajar.
3. Permasalahan yang hendak dirumuskan memiliki arti yang dinyatakan secara eksplisit
dalam tujuan instruksional.
4. Kata-kata yang digunakan dalam pertanyaan hendaknya tidak diambil secara langsung
dari buku/catatan. Para guru atau evaluator dapat memodifikasi atau menggunakan kata
lain yang mungkin artinya sama agar siswa tidak semata-mata menghafal.
5. Sebaiknya disertai/dilengkapi kunci jawaban. Membuat kunci jawaban sebaiknya
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembuatan pertanyaan essa.
Kegagalan membuat jawaban kunci akan membuat reliabilitas jawab bisa berubah secara
signifikan.
6. Pertanyaan essay yang direncanakan sebaiknya dilihat bervariasi dan mencakup unit-unit
mata pelajaran yang telah diajarkan di kelas.
7. Menjelaskan sistem pemberian skor kepada para sisiwa peserta tes, juga menjelaskaan
kepada mereka seberapa besar nilai setiap pertanyaan.
8. Hendaknya soal-soal tes dapat meliputi ide-ide pokok yang mewakili materi
pembelajaran yang akan di teskan, dan kalau mungkin disusun soal yang sifatnya
komperehensif.
9. Menyeimbangkan jumlah pertanyaan esay yang memerlukan jawaban panjang dengan
pertanyaan yang memerlukan jawaban pendek. Sedangkan untuk mengatasi waktu lama
yaitu dengan memberikan waktu yang cukup kepada siswa. Berikan pilihan pertanyaan
kepada para siswa, misalnya siswa menjawab hanya tiga pertanyaan dari lima pertanyaan
yang disediakan, sesuai pilihan dan kemampuan mereka.
10. Mengatasi dalam mengoreksi sukar bisa dengan saat menyusun soal, hendaknya soal-
soal itu sudah dilengkapi dengan kuncinjawaban serta pedoman penilaiannya. Dan
hendaknya ditegaskan model jawaban apa yang dikehendaki oleh penyusun tes. Untuk
itu pertanyaan tidak boleh terlalu umum, tetap spesifik.
11. Mengatasi kadar validitas dan reliabilitas rendah bisa dengan cara, pada tahap
pertama soal yang telah dibuat diberikan kepada ahli evaluasi dan penilaian
pembelajaran untuk di review, ditelaah dan dianaliasis. Validator dan Reliabilitator ahli
yang baik, tentu akan berusaha mereview secara optimal dan memberi masukan
perbaikan. Tahap kedua merevisi soal yang telah di validasi ahli termasuk
mengakomodasi masukan atau saran demi perbaikan soal. Tahap ketiga, melakukan uji
coba lapangan dalam evaluasi pembelajaran di kelas, perangkat yang telah direvisi
digunakan untuk mengevaluasi dan menilai pembelajaran sehingga diketahui nilai dan
proses hasil pembelajaran di kelas tempat uji coba. Data nilai (hasil) belajar
dianalisis. Tahap keempat mengembangkan soal yang telah di revisi berdasarkan hasil uji
coba lapangan sehingga menghasilkan soal final yang bagus dan siap digunakan untuk
melakukan tes.
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan diatas, seorang guru/pendidik harus
dapat menyusun tesnya dengan teliti dan baik sehingga tes atau pertanyaan-pertanyaan itu
benar-benar dapat merangsang berpikir anak didiknya.

Anda mungkin juga menyukai