Disusun oleh:
Tri Kuntoro (20217270165)
Asep Saeful Rohman (20217270028)
Lulus Juharman (20217270139)
Anggi Novita Sari (20217270027)
Nurlela Tuti S. Siregar (20217270025)
Silvia Kusumaningrum (20217270040)
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam tes yang digunakan.
Tes diberikan sebagai sarana untuk mengetahui apakah materi- materi yang sudah
disampaikan selama proses belajar berlangsung, sudah diterima dan dipahami
dengan baik oleh siswa. Terdapat berbagai macam tes yang dapat digunakan,
salah satu bentuk tes itu adalah tes bentuk essay (uraian) dan multiple choice
(pilihan ganda). Dengan digunakannya tes bentuk essay (uraian) dan multiple
choice (pilihan ganda), setidaknya dapat menjadi alatpengukur kemampuan siswa
secara objektif. Dalam pelaksanaannya, ternyata tes bentuk essay (uraian) dan
multiple choice (pilihan ganda) ditemukan banyak kelemahan. Bentuk essay
(uraian) sering disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Oleh karena itu, seringkali ditemui
permasalahan dalam penilaian jawaban dari peserta didik. Banyak terjadi
kesalahan pemberian nilai kepada peserta didik, dikarenakanberbagai faktor baik
internal maupun eksternal, sedangkan multiple choice (pilihan ganda) berbentuk
objektif karena dalam pelaksanaanya dipengaruhi faktor objektifitas siswa jika
siswa tidak mengerti akan jawaban dari suatu butir soal mereka dapat menjawab
dengan cara menebak.
Namun demikian, tidak berarti bentuk essay (uraian) dan multiple choice
(pilihan ganda) tidak digunakan sebagai alat pengukur kemampuan siswa. Untuk
menentukan salah satu jenis tes yang akan di gunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa, guru harus berpedoman pada tujuan pembelajaran. Jika tujuan
pembelajaran yang akan diukur lebih banyak pada ranah kognitif rendah sampai
dengan sedang dan jumlah peserta tesnya banyak maka tes objektif merupakan
pilihan yang tepat. Tetapi jika tujuan pembelajaran yang akan diukur berada pada
tingkatan kognitif tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan kreasi maka tes
uraian merupakan pilihan yang tepat.
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran
yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang
pendidikan tentang perangkat atau alat yang mampu memberi gambaran tentang
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menghasilkan gambaran yang
akurat, relevan dan sesuai dengan data yang sesungguhnya terjadi dilapangan
membutuhkan tes yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis kualitas
tes guna menciptakan kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan
tugasnya sebagai alat evaluasi. Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang
harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara
keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Analisis
kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah tes sebagai alat ukur
benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dan apakah
tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah:
1. Apa yang dimaksud dengan tes bentuk essay (uraian)?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay (uraian)?
3. Bagaimana cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay (uraian))?
4. Bagaimana cara untuk melalukan analisis kualitas tes bentuk essay (uraian)
C. Tujuan:
1. Mengetahui tentang tes bentuk essay (uraian).
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay (uraian).
3. Mengetahui cara mengetahui kekurangan dari tes bentuk essay (uraian).
4. Mengetahui bagaimana cara melakukan analisis kualitas tes bentuk essay
(uraian).
BAB II
PEMBAHASAN
➢ Kekurangan
Terdapat juga kekurangan yang ada pada tes bentuk essay, yaitu:
a. Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes
tidak konsisten bila tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa
kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes essay (Asmawi
Zaenul dan Noehi Nasution (2005:41)). Pertama, keterbatasan sampel
bahan yang tercakup dalam butir soal tes. Karena sifat jawaban tes
essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak mungkin soal
tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya
sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok
bahasan yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Kedua,
batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta tes sangat longgar,
walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang
cukup ketat. Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar.
Keragaman tidak hanya antara peserta tes, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada.
Tes yang sama diuji pada pagi hari, dimana peserta masih segar akan
menghasilkan skor yang berbeda bila tes dilaksanakan pada siang
hari. Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh
pemeriksa jawaban tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka
berbeda juga yang diperoleh peserta. Bahkan, orang yang sama
memeriksa tes yang sama pada waktu yang berbeda akan
menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar
jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Adanya
berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes essay serta
adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan
lembar jawaban tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan tes objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa
pihak yang mengadakan penilaian juga harus menguasai materi yang
diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil tes essay tidak bisa
diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta
tes yang kurang menguasai bahan yang akan diujikan acap kali
mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak
berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau dengan kata lain
peserta tes membual. Jawaban yang tidak berharga ini pun harus
dibaca oleh guru dengan teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang
paling utama untuk membedakan prestasi belajar antara siswa.
Padahal tidak semua hasil belajar bisa dikomunikasikan dalam bentuk
tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk
tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataantertulis.
Keterangan
D : Indeks Daya Pembeda
PH : Proporsi Siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
PL : Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes
1. Periksa hasil pekerjaan siswa dan berikan skor secara teliti dan cermat,
kemudian masukkan skor-skor tersebut dalam Tabel.
2. Urutkan skor siswa dari yang tertinggi hingga yang terendah.
3. Tetapkan kelompok atas (KA) dan kelompok (KB) dari skor-skor siswa
yang telah diurutkan seperti . Jumlah KA atau KB disesuaikan dengan
jumlah responden seluruhnya. Untuk jumlah responden relatif banyak
(sekitar 100), dapat digunakan angka 30%, 27%, 25%. Tetapi untuk jumlah
responden relatif sedikit, jumlah tersebut dapat disesuaikan, bahkan jika
hanya 40 orang, maka KA atau KB dapat ditetapkan 20.
4. Hitung jumlah siswa baik pada KA maupun pada KB untuk masing-masing
pilihan jawaban.
5. Sebagai contoh, misalkan jumlah responden seluruhnya adalah 40, maka
KA = 20 dan KB = 20.
6. Hitung Ideks Kesukaran Butir (IKB) dengan formula:
IKB dapat bernilai 0,00-1,00; 0,00 – 0,20 adalah sangat sukar, 0,20-0,40
sukar, 0,40-0,60 sedang, 0,60-0,80 mudah, 0,80-1,00 sangat mudah.Biasanya
butir yang ditoleransi sebagai tes standar adalah yang memiliki IKB = 0,30-
0,70.
7. Hitung Indek Daya Beda Butir soal (IDB) dengan formula berikut: dengan
IDB = Indeks Dayabeda Butir, RKA = jumlah responden Kelompok Atas
yang menjawab benar, RKB = jumlah responden Kelompok Bawah yang
menjawab benar, dan T = jumlah responden seluruhnya. Nilai IDB bergerak
dari –1,00 s.d +1,00. Apabila IDB bernilai positif, butir tersebut memiliki
dayabeda yang positif, yang berarti bahwa porsi siswa yang lebih tahutentang
jawaban benar lebih besar dibandingkan dengan porsi siswa yang tidak tahu.
Apabila IDB bernilai nol, butir tersebut memiliki dayabeda nol, artinya butir
tersebut tidak mampu membedakan antara siswa tahu jawaban benar dengan
siswa yang tidak tahu. Hal ini terjadi, karena beberapa hal, yaitu: (1) butir
terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga mungkin semua siswa salah atau
semua siswa benar, (2) butir tersebut membingungkan sebagai akibat
konstruksinya ambigu (mungkin menimbulkan penapsiran ganda). Apabila
porsi siswa yang tidak tahu jawaban benar lebih banyak dibandingkan dengan
yang tahu, maka IDB menjadi negatif. Hal ini bisa terjadi mungkin
disebabkan karena konstruksi tes bersifat ambigu, atau kunci jawabannya
yang salah. Secara umum, semakin tinggi IDB suatu butir semakin besar
kemungkinan butir tersebut mampu membedakan antara siswa yang tahu
jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Kriteria IDB dapat diacu,
rentangan berikut, IDB: 0,00-20,00 adalah sangat rendah, 0,20-0,40 adalah
rendah, 0,40-0,60 adalah sedang, 0,60-0,80 adalah tinggi, 0,80- 1,00 adalah
sangat tinggi. Untuk tes standar dianjurkan menggunakan tes yang memiliki
IDB > 0,20. Untuk contoh pada Tabel 4, berarti RKA = 12, RKB = 8,
sehingga dapat dihitung IDB = 0,20, yang beraktegori rendah.
8. Menentukan keefektifan pengecoh (distracters effectiveness). Kriterianya,
adalah pengecoh akan efektif apabila jumlah siswa KB lebih banyak memilih
dibandingkan jumlah siswa KA.
➢ Yang dimaksud dengan tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung
pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
➢ Kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay yaitu mengekspresikan jawaban
dari siswa namun akan sering terjadi subjektifitas dari guru ketika pengoreksian.
➢ Cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay yaitu untuk menghilangkan
subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode yang tidak
mencirikan siswa.
➢ Manfaat analisis butir tes hasil belajar Menentukan soal-soal yang cacat atau
tidak berfungsi dengan baik, meningkatkan butir soal melalui tiga komponen
analisis yaitu, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal dan merevisi
soal yang tidak relevan degan materi yang diajarkan yang ditandai dengan
banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
➢ Tes hasil belajar biasanya berupa soal-soal yang terdiri dari soal pilihan ganda
dan soal uraian. Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari
tiga segi yaitu Teknik analisis kesukaran item soal Teknik anallisis daya
pembedaTeknik analisis fungsi distraktor.
DAFTAR REFERENSI