Anda di halaman 1dari 25

TES URAIAN

Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan MIPA


Dosen : Dr. Drs. Lambok Simamora, M.Pd.

Disusun oleh:
Tri Kuntoro (20217270165)
Asep Saeful Rohman (20217270028)
Lulus Juharman (20217270139)
Anggi Novita Sari (20217270027)
Nurlela Tuti S. Siregar (20217270025)
Silvia Kusumaningrum (20217270040)

FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA
JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam tes yang digunakan.
Tes diberikan sebagai sarana untuk mengetahui apakah materi- materi yang sudah
disampaikan selama proses belajar berlangsung, sudah diterima dan dipahami
dengan baik oleh siswa. Terdapat berbagai macam tes yang dapat digunakan,
salah satu bentuk tes itu adalah tes bentuk essay (uraian) dan multiple choice
(pilihan ganda). Dengan digunakannya tes bentuk essay (uraian) dan multiple
choice (pilihan ganda), setidaknya dapat menjadi alatpengukur kemampuan siswa
secara objektif. Dalam pelaksanaannya, ternyata tes bentuk essay (uraian) dan
multiple choice (pilihan ganda) ditemukan banyak kelemahan. Bentuk essay
(uraian) sering disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering
dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Oleh karena itu, seringkali ditemui
permasalahan dalam penilaian jawaban dari peserta didik. Banyak terjadi
kesalahan pemberian nilai kepada peserta didik, dikarenakanberbagai faktor baik
internal maupun eksternal, sedangkan multiple choice (pilihan ganda) berbentuk
objektif karena dalam pelaksanaanya dipengaruhi faktor objektifitas siswa jika
siswa tidak mengerti akan jawaban dari suatu butir soal mereka dapat menjawab
dengan cara menebak.
Namun demikian, tidak berarti bentuk essay (uraian) dan multiple choice
(pilihan ganda) tidak digunakan sebagai alat pengukur kemampuan siswa. Untuk
menentukan salah satu jenis tes yang akan di gunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa, guru harus berpedoman pada tujuan pembelajaran. Jika tujuan
pembelajaran yang akan diukur lebih banyak pada ranah kognitif rendah sampai
dengan sedang dan jumlah peserta tesnya banyak maka tes objektif merupakan
pilihan yang tepat. Tetapi jika tujuan pembelajaran yang akan diukur berada pada
tingkatan kognitif tingkat tinggi seperti analisis, evaluasi, dan kreasi maka tes
uraian merupakan pilihan yang tepat.
Tes merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses pembelajaran
yang dianggap mampu memfasilitasi kebutuhan orang-orang di bidang
pendidikan tentang perangkat atau alat yang mampu memberi gambaran tentang
proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menghasilkan gambaran yang
akurat, relevan dan sesuai dengan data yang sesungguhnya terjadi dilapangan
membutuhkan tes yang berkualitas, oleh karena itu dibutuhkan analisis kualitas
tes guna menciptakan kualitas tes yang benar-benar mampu melaksanakan
tugasnya sebagai alat evaluasi. Analisis kualitas tes merupakan suatu tahap yang
harus ditempuh untuk mengetahui derajat kualitas suatu tes, baik tes secara
keseluruhan maupun butir soal yang menjadi bagian dari tes tersebut. Analisis
kualitas tes digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah tes sebagai alat ukur
benar-benar mampu mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur dan apakah
tes tersebut dapat diandalkan dan berguna bagi dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah:
1. Apa yang dimaksud dengan tes bentuk essay (uraian)?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay (uraian)?
3. Bagaimana cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay (uraian))?
4. Bagaimana cara untuk melalukan analisis kualitas tes bentuk essay (uraian)

C. Tujuan:
1. Mengetahui tentang tes bentuk essay (uraian).
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay (uraian).
3. Mengetahui cara mengetahui kekurangan dari tes bentuk essay (uraian).
4. Mengetahui bagaimana cara melakukan analisis kualitas tes bentuk essay
(uraian).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menulis Tes Bentuk Essay (uraian)


➢ Tes Bentuk Essay (uraian)
1. Pengertian
Tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau
tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukandengan cara
mengekspresikan pikiran peserta tes (Widoyoko, 2009). Tes essay dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu essay terbatas (restricted respons items)
dan essay bebas (extended respons items). Tes essay tersebut dibedakan
berdasarkan luas sempitnya materi yang ditanyakan. Pada tes essay bebas
(extended respons items) peserta dapat mengemukakan pendapat sesui
dengan kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari pembuat soal,
sehingga jawaban setiap peserta akan berbada satu sama lain.
Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas
mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang
terkandung dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soal. Bentuk essay terbaatas ini dapat
dipergunakan untuk menguji kemampuan sebab-akibat, menggambarkan
prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi yang relevan, merumuskan
hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi yang tepat, menggambarkan
keterbatasan data, merumuskan kesimpulan yang tepat, menjelaskan metode
dan prosedur, dan hal-hal yang sejenis. Apabila disimpulkan soal essay
terbatas dapat menilai kemampuan-kemampuan peserta yang kompleks.
Contoh:
Jelaskan bagaimana cara mancangkok tanaman!
Depdikbud sering menyebutkan bentuk-bentuk tes essay dengan
sebutan lain, yaitu : Bentuk Essay Objektif (BOU) dan Bentuk Essay Non
Objektif (BUNO). BOU dan BUNO merupakan bagian dari bentuk tesessay
terbatas. Penggelompokkan yang dilakukan oleh Depdikbud berdasarkan
pada pendekatan atau cara pemberian skor. Pada BOU rumusan jawabannya
lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif.
Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak dijawab
mendapat skor 0. Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci
sehingga nilai maksimar skor dapat lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa
apa saja seperti kalimat, kata, gambar, dan angka. Berikut adalah langkah-
langkah pemberian skor soal bentuk essay objektif:
a. Tuliskan kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk
setiap soal.
b. Beri skor 1 untuk jawaban yang benar sempurna dan tidak ada pemberian
skor setengah untuk jawaban yang kurang sempurna.
c. Apabila pertanyaan terdiri dari beberapa sub pertanyaan, perincilah kata
kunci dari setiap jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci sub
jawaban dan buatkan skornya.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal
tersebut.
Hasil penjumlahan skor ini disebut skor maksimum.
Contoh:
Indikator :
➢ Mendeskripsikan akibat kepunahan hewan terhadap keseimbangan
lingkungan
➢ Menjelaskan cara melestarikan hewan dari kepunahan
Soal:
➢ Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan kepunahan hewan dan cara-
cara pencegahannya!
Langkah penskoran :
➢ Faktor-faktor penyebab kepunahan : (skor = 4)
1. Jumlah makanan
2. Habitat/tempat tinggal
3. Peristiwa alam
4. Perburuan hewan
➢ Manfaat : (skor = 2)
1. Perlindungan hewan dengan mendirikan suaka margasatwa dan
cagar alam
2. Membudidayakan jenis hewan langka
Skor maksimum 6
Bentuk Essay Non Objektif (BUNO) mempunyai strukturperumusan
jawaban yang sama dengan essay bebas sehingga memungkinkan terdapat
unsur subjektivitas. Bentuk ini dapat menilai hasil belajar siswa yang berupa
kemampuan menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide, memadukan
berbagai hasil belajar, mendesain sebuah eksperimen, dan menilai arti makna
sebuah ide. Pada ,odel ini penskoran dijabarkan dengan menggunakan rentang.
Rentangnya skor ditetapkan berdasarkan kompleksitas jawaban. Skor minimal
untuk peserta yang tidak menjawab adalah 0, sedangkan skor maksimum
ditantukan oleh penyusunan soal dan jawaban yang runtut dalam soal tersebut.
Langkah-langkah pengskoran sebagai berikut:
a. Menuliskan garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan
pegangan dalam pemberian skor.
b. Menetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
c. Pemberian skor tergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh
peserta
d. Jumlahkan skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban.
e. Periksalah soal setiap nomor sebelum beralih kenomor yang lain untuk
menghindari pemberian skor berbeda untuk jawaban yang sama.
f. Setelah semua butir soal mendapatkan skor hitunglah skor yang
diperoleh peserta, kemudian hitung nilai dengan rumus:
Nilai tiap soal = skor perolehan peserta didik x bobot soal
skor maksimum tiap butir soal
g. Jumlahkan nilai semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir suatu
perangkat tes yang diberikan.
Contoh :
Perhatikan percobaan yang dilakukan berikut ini!
Disediakan 4 buah toples A, B, C, dan D. Masing-masing toples diisi air yang
jenis, ukuran, dan jumlah yang sama serta diberi pakan yang cukup.
Pada toples A ditambahkan tumbuhan air.
Pada toples B ditambahkan bata merah.
Pada toples C ditambahkan tumbuhan air dan bata merah
Pada toples D ditambahkan tumbuhan air dan batu.
Pertanyaan :
a. Pada percobaan tersebut, apakah ada hubungan antara tumbuhan air
dengan kelangsungan hidup ikan? Jelaskan!
b. Ikan pada toples mana yang dapat bertahan hidup paling lama? Jelaskan!
Pedoman penskoran :
No.
Aspek yang dinilai Skor
Soal
1. a. Ada, 1

Jika ada energi cahaya maka tumbuhan air dapat melakukan 1


fotosintesis.
Hasil fotosintesis antara lain oksigen. 1
Oksigen ini sangat diperlukan oleh ikan untuk bernapas. 1
1. b. Ikan pada toples C 1
Pada toples C terdapat tumbuhan air dan bata merah yang 1
tidak terdapat pada toples lain.
Tumbuhan air mampu berfotosintesis sehingga dapat 1
menghasilkan oksigen yang diperlukan ikan untuk bernapas.
Bata merah mempunyai kemampuan menyerap kotoran yang 1
ada dalam air sehingga kebersihan air dapat terjaga.
Kebersihan air sangat menunjang untuk bertahan hidup ikan. 1
Dengan adanya tambahan oksigen dari tumbuhan air dan
kebersihan air maka ikan dalam toples C dapat bertahan hidup 1
paling lama.
Jumlah skor 10

Guna meningkatkan objektivitas dapat digunakan beberapa langkah berikut :


1. Harus diingat kembali prinsip-prinsip penyusunan tes dan langkah-
langkah pengembangan tes secara umum
2. Guru harus mempunyai gambaran terhadap kedalaman, lingkup, dan
perincian materi yang mungkin diberikan kepada peserta didik agar
menghindari kerancuan soal dan dapat mempermudah penskoran.
3. Setelah membuat soal guru harus segera membuat kunci jawaban dan
pedoman penskoran. Pedoman penskoran terdiri dari:
a. Batasan atau kata kunci
b. Kriteria jawaban
4. Semua identitas peserta didik harus disembunyikan bahkan bila perlu
diganti dengan kode yang tidak mencirikan peserta didik tersebut.
5. Jauhkan hal-hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas pemberian skor
seperti kerapian, tulisan/huruf, ukuran kertas dan lain-lain.

2. Prinsip-Prinsip Pembuatan Tes Essay


Untuk menghasilkan butir soal tes essay yang baik, bagi penyusun tes
diharapkan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Butir soal hendaknya meliputi ide-ide pokok dari materi yang diujikan,
dan jika mungkin disusun soal yang bersifat komprehensif yang mampu
mewakili materi pokok dalam mata pelajaran yang diujikan.
b. Sebaiknya butir soal tidak mengambil kalimat-kalimat yang disalin
langsung dari buku atau catatan. Penyusunan butir soal yang menyalin
langsung dari buku atau catatan cenderung mendorong siswa hanya
menghafalkan materi ujian saja. Apabila hal ini terjadi, butir soal tes essay
hanya mengungkap aspek kemampuan kognitif tingkatan yang paling
rendah, yaitu ingatan.
c. Pada waktu menyusun butir soal hendaknya sudah dilengkapi dengan
kunci jawaban serta pedoman penskorannya. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan reliabilitas butir soal. Dengan adanya pedoman tersebut
diharapkan ketidakkonsistenan penilai (rater unreliability) dapat
dikurangi.
d. Hendaknya diusahakan pertanyaannya bervariasi antara “jelaskan”,
“mengapa”, “bagaimana”, “uraikan”, “bandingkan”, agar dapat diketahui
lebih jauh tingkat penguasaan siswa terhadap bahan ujian.
e. Hendaknya rumusan butir soal disusun sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh peserta tes. Hindari penggunaan istilah atau kata-katayang
memiliki makna ganda.
3. Penulisan item
a. Soal sesuai dengan indikator.
b. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai.
c. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran.
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan atau
tingkat kelas.
e. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian.
f. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
g. Ada pedoman penskorannya serta tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
h. Rumusan kalimat soal komunikatif dan butir soal menggunakan bahasa
yang baku
i. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian.
j. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
k. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik

4. Penggunaan Tes Essay


Tes essay sangat baik digunakan apabila :
a. Jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang. Bila
peserta ujian terlalu banyak, misalnya lebih dari 100 orang, penggunaan
tes essay akan menyita waktu guru dalam memeriksa lembar jawaban,
sehingga kurang efisien lagi.
b. Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas,
sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
c. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah kemampuan
mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, menguji kemampuan
menulis dengan baik atau kemampuan penggunaan bahasa tulis.
d. Ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam
soal ujian, tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap,
nilai, atau pendapat.
e. Untuk memperoleh hasil pengalaman belajar siswa, maka tes essay
merupakan salah satu bentuk yang paling tepat untuk mengukur
pengalaman belajar tersebut.

5. Metode Pengoreksian Soal Essay


Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengoreksi
soal bentuk essay. Metode-metode tersebut antara lain:
a. Metode per nomor ( Whole method)
Guru mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya
guru mengoreksi nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta
didik, kemudian dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.
b. Metode per lembar (Separated method)
Guru mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1
hingga nomor terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar
jawaban dari peserta didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab
peserta didik yang lain, begitu seterusnya.
c. Metode Bersilang (Cross method)
Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan cara menukarkan hasil
koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain,
lembar jawab yang telah dikoreksi oleh seorang korektor, kemudian
dikoreksi kembali oleh korektor lain.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengoreksian
Jenis
Kelebihan Kekurangan
Metode
Per Pemberian skor yang berbeda Pelaksanaan terlalu berat dan memakan
nomor atas dua jawaban yang banyak waktu.
kualitasnya hampir sama
hampir tidak akan terjadi.
Per Tidak memakan waktu Guru sering memberi skor yang berbeda
lembar banyak. atas dua jawaban yang sama kualitasnya.
Bersilang Hasil pengoreksian lebih Membuang waktu dan tenaga yang
objektif. banyak.
Di samping metode-metode di atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban
soal bentuk essay, yaitu:
a. Metode Analisis (Analytical method)
Cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan membandingkan jawaban
peserta didik dengan model jawaban yang sudah disiapkan dan sudah dianalisis
menjadi beberapa langkah dan pada setiap langkah tersebut disediakan skor-skor
tertentu.Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar
diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.
b. Metode Penyortiran (Sorting method)
Cara menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan
pekerjaan peserta didik. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan
jawaban yang ada.Misalnya mengklasifikasikan skor ke dalam beberapa tingkatan
seperti jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali.Tiap
klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1
– 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c. Metode Poin (Point method)
Dalam metode ini (yang sering disebut sebagai metode poin jawaban), jawaban
ideal atau model jawaban disusun secara mendetail sampai ke poin -poin spesifik
setiap jawaban. Nilai yang akan diberikan kepada seorang siswa tergantung dari
jumlah poin-poin isi jawaban yang disertakan dalam jawabannya, selain itu
komponen –komponen bagian seperti kejelasan ekspresi yang digunakan, cara
mengorganisasi pemikiran yang logis, dan bukti pendukung jawaban juga
dipertimbangkan dan diberi nilai. Oleh karena itu, sebuah daftar periksa sangat
berguna untuk dapat memberikan penilaian yangobjektif.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan poin nilai untuk
soal-soal essay tertentu adalah :
1) waktu yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut,
2) tingkat kerumitan dari soal tersebut,
3) penekanan pada isi yang dibahaspada suatu soal dalam garis-garis besar tes.
Jadi, setiap jawaban siswa dibandingkan dengan jawaban ideal yang telah
ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan akan bergantung
pada derajat kepadanannya dengan kunci jawaban. Metode ini cocok untuk
bentuk essay terbatas, karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria
tertentu.
d. Metode Rating
Dalam metode penilaian global (juga disebut sebagai metode holistik atau metode
rating), jawaban ideal tidak dibagi -bagi kedadalam poin-poin spesifik
dankomponen-komponen tambahan; jawaban ideal hanya berfungsi sebagai
standar. Tulisan siswa yang kurang dari standar ideal tersebut dan yang
melenceng dalam halkualitas digolongkan kedalam standar diluar standar ideal
atau tolok ukur ideal. Para guru atau penilai kemudian diinstruksikan untuk
memeriksa jawaban dengan cepat danmemberikan pendapat globalnya secara
keseluruhan megenai kualitas jawaban.Jadi, jawaban setiap peserta didik
ditetapkan dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan
kualitasnya selagi jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut
menggambarkan kualitas dan dan menentukan berapa skor yang akan diberikan
pada setiap jawaban. Misalnya, sebuah soal akan siberi skor maksimal 8, maka
soal tersebut akan dapat dibuat menjadi 9 kelompok jawaban, mulai dari 0
sampai 8. Metode ini cocok untuk bentuk essay bebas.

Contoh Soal dari SK dan KD:


Standar Kompetensi :
1. Memahami hubungan antara ciri-ciri makhluk hidup dengan lingkungan
temapat tinggalnya.
Kompetensi Dasar :
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan
(kelelawar, cecak, itik) dan lingkungan hidupnya.
1.2 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan
(kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungannya.
Contoh soal tipe essay :
1. Apa fungsi kulit berduri bagi landak?
No Kriteria Penilaian Kata Kunci Skor
1 Fungsi kulit berduri bagi landak Bertahan hidup 0-2
2. Bagaimana cara tumbuhan venus memperoleh makanan!
No Kriteria Penilaian Kata Kunci Skor
1 Cara tumbuhan venus Daunnya 1-2
memperoleh makanan membuka dan
menutup jika
serangga datang

B. Kelebihan dan Kekurangan Tes Essay (uraian)


1. Kelebihan dan Kekurangan Tes Essay (uraian)
➢ Kelebihan
a. Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks,
seperti kemampuan mengaplikasikan prinsip, kemampuan
menginterpretasikan hubungan, kemampuan merumuskan
kesimpulan yang sahih dan sebagainya. Namun demikian, tidak
dengan sendirinya tes essay menghasilkan pengukuran hasil belajar
yang kompleks. Hal ini tergantung pada kemampuan pembuat tes
(guru maupun dosen) untuk menyusun butir soal essay. Bahkan,tidak
jarang ditemukan adanya butir soal essay yang menanyakan hal yang
sederhana, yang sebenarnya jauh lebih efektif bila dites dengan
menggunakan butir soal objektif.
b. Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk
tes objektif. Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan
mengekspresikan dengan kata-kata sendiri, maka bentuk tes essay
menuntut penguasaan bahan secara penuh. Penguasaan bahan yang
tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban yang ditulis
oleh peserta tes. Oleh karena itu, untuk menjawab tes essay dengan
baik peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakan
akan diujikan dalam tes secara tuntas.
c. Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu
yang lama bagi guru untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini
terutama disebabkan oleh dua hal, pertama jumlah butir soal tidak
terlalu banyak, dan kedua guru tidak harus menyediakan jawaban atau
kemungkinan jawaban yang benar.
d. Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
Karena tidak ada alternatif jawaban yang disiapkan oleh penyusun tes
maka peserta tes dituntut untuk betul-betul memikirkan jawaban yang
dibutuhkan.
e. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusunnya ke dalam bentuk kalimat yang tepat. Dalam menjawab
soal ujian tertulis peserta dituntut untuk mampu menyusun kalimat
yang mudah dipahami oleh pemeriksa hasil tes. Hal ini akan melatih
keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan ide maupun
gagasan secara tertulis.
f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan menjawab soal
ujian essay dengan baik akan membantu meningkatkan keterampilan
siswa dalam menyatakan pikiran secara tertulis.

➢ Kekurangan
Terdapat juga kekurangan yang ada pada tes bentuk essay, yaitu:
a. Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes
tidak konsisten bila tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa
kali. Ada tiga penyebab rendahnya reliabilitas tes essay (Asmawi
Zaenul dan Noehi Nasution (2005:41)). Pertama, keterbatasan sampel
bahan yang tercakup dalam butir soal tes. Karena sifat jawaban tes
essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka tidak mungkin soal
tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya
sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok
bahasan yang dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Kedua,
batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta tes sangat longgar,
walaupun telah diusahakan untuk menentukan batasan-batasan yang
cukup ketat. Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar.
Keragaman tidak hanya antara peserta tes, tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada.
Tes yang sama diuji pada pagi hari, dimana peserta masih segar akan
menghasilkan skor yang berbeda bila tes dilaksanakan pada siang
hari. Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang dilakukan oleh
pemeriksa jawaban tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka
berbeda juga yang diperoleh peserta. Bahkan, orang yang sama
memeriksa tes yang sama pada waktu yang berbeda akan
menghasilkan skor yang berbeda pula.
b. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar
jawaban dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Adanya
berbagai macam pertimbangan dalam penilaian hasil tes essay serta
adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan pemeriksaan
lembar jawaban tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan tes objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa
pihak yang mengadakan penilaian juga harus menguasai materi yang
diujikan menyebabkan pemeriksaan terhadap hasil tes essay tidak bisa
diwakilkan kepada orang lain yang tidak menguasai materi.
c. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta
tes yang kurang menguasai bahan yang akan diujikan acap kali
mencoba menjawab dengan menguraikan hal lain yang tidak
berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau dengan kata lain
peserta tes membual. Jawaban yang tidak berharga ini pun harus
dibaca oleh guru dengan teliti.
d. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang
paling utama untuk membedakan prestasi belajar antara siswa.
Padahal tidak semua hasil belajar bisa dikomunikasikan dalam bentuk
tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan dalam bentuk
tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataantertulis.

➢ Mengatasi Permasalahan Tes Essay (uraian)


➢ Tes Essay (uraian)

Untuk mengatasi permasalahan dari penggunaan tes essay, dapat


dipertimbangkan beberapa hal, antara lain :
a. Yang bertugas sebagai korektor adalah orang yang membuat soal tes
essay. Apabila dalam pengoreksian menggunakan metode silang, kunci
jawaban yang digunakan itu sama.
b. Sebaiknya soal yang diberikan ke siswa tidak terlalu banyak namun
mencakup keseluruhan materi.
c. Instruksi untuk siswa menjawab pertanyaan sebaiknya diberikanbatasan
menjadi beberapa kata/kalimat.

d. Untuk menghilangkan subjektivitas pada lembar jawaban siswa


sebaiknya diberikan kode yang tidak mencirikan siswa.
C. Analisis Tes
Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi
yaitu: teknik analisis kesukaran item soal, teknik analisis daya pembeda, dan
teknik analisis fungsi distraktor. Berikut penjelasannya:
1. Teknik analisis Kesukaran Item Soal
Bermutu atau tidanya butir-butir soal, pertama-tama dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir
item tersebut. Butir-butir tersebut dapat dinyatakan sebagai butir-butir item
yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula
terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau
cukup. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut
indeks kesukaran (difficuly index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar,
sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Angka
indeks kesukaran item ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Dubois yaitu:
P = Np/N
Keterangan:
P : Angka indeks kesukaran item soal
Np : Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir
item yang bersangkutan
N : Jumlah testee yang mengikuti tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering di


klasifikasikan sebagai berikut:

➢ Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar


➢ Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
➢ Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah mudah

2. Teknink Analisis Daya Pembeda


Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda
disebut indeks diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks
kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai
1,00. Daya pembeda suatu butir menyatakan seberapa jauh kemampuan butir
tersebut mampu membedakan antara kelompok testi (siswa) pandai dengan
kelompok testi (siswa) lemah. Daya pembedaan (D) butir tes dihitung dengan
rumus :
D = PH - PL

Keterangan
D : Indeks Daya Pembeda
PH : Proporsi Siswa kelompok atas yang menjawab benar butir tes
PL : Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab benar butir tes

Daya pembeda ini sekurang-kurangnya harus berkualitas cukup kriteria yang


digunakan untuk menetukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut
Kategori Indeks Daya Pembeda :
➢ 0,40 < D : Butir sangat baik
➢ 0,30 < D ≤ 0,40 : Butir baik
➢ 0,20 < D ≤ 0,30 : Butir cukup
➢ D ≤ 0,20 : Butir jelek

3. Analisis Fungsi Distraktor (Pengecoh)

Analisis butir juga dilakukan dengan memerhatikan pengecoh. Pengecoh


(distractor) yang juga dikenal dengan istilah penyesat atau penggoda adalah
pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban. Pengecoh bukan
sekedar pelengkap pilihan. Pengecoh diadakan untuk menyesatkan siswa agar
idak mememilih kunci jawaban pengecoh menggoda siswa yang kurang begitu
memahami materi pelajaran untuk memilihnya. Agar dapat melakukan
fungsinya untuk mengecoh maka pengecoh harus dibuat semirip mungkin
dengan kunci jawaban.
Pengecoh dikatakan berfungsi efektif apabila paling tidak ada siwa yang
terkecoh memilih.Pengecoh yang sama sekali tidak dipilih tidak dapat
melakukan fungsinya sebagai pengecoh karena terlalu mencolok dan
dimengerti oleh semua siswa sebagai penggecoh soal. Pengecoh yang
berdasarkan hasil uji coba tidak efektif direkomendasikan untuk diganti
dengan pengecoh yang lebih menarik.
Pada saat membicarakan tentang tes obyektif bentuk multiple choice item telah
dikemukakan bahwa pada tes obyektif multiple choice item tersebut untuk
setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes telah dilengkapi dengan beberapa
kemungkian jawab, atau yang sering dikenal dengan istilah option atau
alternatif.
Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga smpai dengan lima
buah, dan dari kemungkinan – kemungkinan jawab yang terpasang padasetiap
pada setiap butir item itu salah satunya adalah merupakan jawaban betul atu
disebut dengan kunci jawaban; sedangakan sisanya adalahmerupakan jawaban
salah. Jawaban salah itulah yang bisa dikenal dengan istilah distraktor
(distraktor merupakan jawaban pengecoh). Tujuan utama dari pemasangan
distraktor pada setiap butir item itu adalah agar dari sekian banyak testee yang
mengikuti tes ada yang tertarik atau terangsang uuntuk memilihnya, sebab
mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan
jawaban betul. Jadi mereka terkecoh, menganggap bahwa distraktor yang
terpasang pada item itu sebagai kunci jawaban item, pada hal bukan. Tentu
saja,makin banyak testee yang terkecoh, maka kita dapat menyatakan bahwa
distraktor itu semakin dapat menjalankan fungsinyadengan sebaik – baiknya.
Sebaliknya, apabila distraktor yang dipasang pada setiap butir item itu tidak
laku maksudnya tak ada seorang pun dari sekian banyak testee yang merasa
tertarik atau terangsang untuk memilih distraktor tersebut sebagai jawaban
betul, maka hal ini mengandung makna bahwa distraktor tersebut tidak
menjalankan fungsinya dengan baik.
➢ Analisis Butir Tes Uraian / Esai

Analisis butir adalah proses menguji respon-respon siswa untuk masing-


masing butir tes dalam upaya menjustifikasi kualitas item. Kualitas item,
khususnya direpresentasi oleh daya beda item, tingkat kesukaran item, dan khusus
untuk tes pilihan ganda tidak kalah pentingnya adalah keefektifan pengecoh
(Mehrens & Lehmann, 1984). Untuk melakukan analisis butir, Guru dianjurkan
melakukan langkah-langkah berikut:

1. Periksa hasil pekerjaan siswa dan berikan skor secara teliti dan cermat,
kemudian masukkan skor-skor tersebut dalam Tabel.
2. Urutkan skor siswa dari yang tertinggi hingga yang terendah.
3. Tetapkan kelompok atas (KA) dan kelompok (KB) dari skor-skor siswa
yang telah diurutkan seperti . Jumlah KA atau KB disesuaikan dengan
jumlah responden seluruhnya. Untuk jumlah responden relatif banyak
(sekitar 100), dapat digunakan angka 30%, 27%, 25%. Tetapi untuk jumlah
responden relatif sedikit, jumlah tersebut dapat disesuaikan, bahkan jika
hanya 40 orang, maka KA atau KB dapat ditetapkan 20.
4. Hitung jumlah siswa baik pada KA maupun pada KB untuk masing-masing
pilihan jawaban.
5. Sebagai contoh, misalkan jumlah responden seluruhnya adalah 40, maka
KA = 20 dan KB = 20.
6. Hitung Ideks Kesukaran Butir (IKB) dengan formula:

IKB dapat bernilai 0,00-1,00; 0,00 – 0,20 adalah sangat sukar, 0,20-0,40
sukar, 0,40-0,60 sedang, 0,60-0,80 mudah, 0,80-1,00 sangat mudah.Biasanya
butir yang ditoleransi sebagai tes standar adalah yang memiliki IKB = 0,30-
0,70.

7. Hitung Indek Daya Beda Butir soal (IDB) dengan formula berikut: dengan
IDB = Indeks Dayabeda Butir, RKA = jumlah responden Kelompok Atas
yang menjawab benar, RKB = jumlah responden Kelompok Bawah yang
menjawab benar, dan T = jumlah responden seluruhnya. Nilai IDB bergerak
dari –1,00 s.d +1,00. Apabila IDB bernilai positif, butir tersebut memiliki
dayabeda yang positif, yang berarti bahwa porsi siswa yang lebih tahutentang
jawaban benar lebih besar dibandingkan dengan porsi siswa yang tidak tahu.
Apabila IDB bernilai nol, butir tersebut memiliki dayabeda nol, artinya butir
tersebut tidak mampu membedakan antara siswa tahu jawaban benar dengan
siswa yang tidak tahu. Hal ini terjadi, karena beberapa hal, yaitu: (1) butir
terlalu mudah atau terlalu sukar, sehingga mungkin semua siswa salah atau
semua siswa benar, (2) butir tersebut membingungkan sebagai akibat
konstruksinya ambigu (mungkin menimbulkan penapsiran ganda). Apabila
porsi siswa yang tidak tahu jawaban benar lebih banyak dibandingkan dengan
yang tahu, maka IDB menjadi negatif. Hal ini bisa terjadi mungkin
disebabkan karena konstruksi tes bersifat ambigu, atau kunci jawabannya
yang salah. Secara umum, semakin tinggi IDB suatu butir semakin besar
kemungkinan butir tersebut mampu membedakan antara siswa yang tahu
jawaban benar dengan siswa yang tidak tahu. Kriteria IDB dapat diacu,
rentangan berikut, IDB: 0,00-20,00 adalah sangat rendah, 0,20-0,40 adalah
rendah, 0,40-0,60 adalah sedang, 0,60-0,80 adalah tinggi, 0,80- 1,00 adalah
sangat tinggi. Untuk tes standar dianjurkan menggunakan tes yang memiliki
IDB > 0,20. Untuk contoh pada Tabel 4, berarti RKA = 12, RKB = 8,
sehingga dapat dihitung IDB = 0,20, yang beraktegori rendah.
8. Menentukan keefektifan pengecoh (distracters effectiveness). Kriterianya,
adalah pengecoh akan efektif apabila jumlah siswa KB lebih banyak memilih
dibandingkan jumlah siswa KA.

2. Analisis Butir soal untuk Tes Essai


Untuk tes essay, analisis butir hanya menyangkut IKB dan IDB.
Prosedur analisisnya adalah sebagai berikut.
1. Lakukan koreksi terhadap semua jawaban responden pada semua butir tes,
kemudian tabulasi ke dalam tabel kerja.
2. Urutkan skor-skor responden tersebut dari yang tertinggi ke yang terendah.
3. Hitung jumlah skor-skor untuk masing-masing butir baik pada KA maupun
pada KB.
4. Tentukan IKB dan IDB masing-masing dengan formula-formula berikut:

➢ Indeks Kesukaran Butir soal

Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan sebagai berikut:


▪ 0,00 – 0,30 : sukar
▪ 0,31 – 0,71 : sedang
▪ 0,71 – 1,00 : mudah

Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total


skor tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK = < 0,25) distribusinya berbetuk
positif skewed, sedangkan tes yang mudah dengan (TK = > 0,80)
distribusinya berbentuk negatif skewed.

➢ Indeks Daya Beda butir soal


Menggunakan rumus :

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan


tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah
memahami materi yang diujikan. Adapun klasifikasinya adalah sebagai
berikut: (Crocker dan Algina, 1986:315)
▪ 0,40 – 1,00 : soal diterima baik
▪ 0,30 – 0,39 : soal diterima tetapi perlu diperbaiki
▪ 0,20 – 0,29 : soal diperbaiki
▪ 0,19 – 0,00 : soal tidak dipakai/dibuang
KESIMPULAN

➢ Yang dimaksud dengan tes bentuk essay adalah butir soal yang mengandung
pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes.
➢ Kelebihan dan kekurangan dari tes bentuk essay yaitu mengekspresikan jawaban
dari siswa namun akan sering terjadi subjektifitas dari guru ketika pengoreksian.
➢ Cara mengatasi kekurangan dari tes bentuk essay yaitu untuk menghilangkan
subjektivitas pada lembar jawaban siswa sebaiknya diberikan kode yang tidak
mencirikan siswa.

➢ Manfaat analisis butir tes hasil belajar Menentukan soal-soal yang cacat atau
tidak berfungsi dengan baik, meningkatkan butir soal melalui tiga komponen
analisis yaitu, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal dan merevisi
soal yang tidak relevan degan materi yang diajarkan yang ditandai dengan
banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
➢ Tes hasil belajar biasanya berupa soal-soal yang terdiri dari soal pilihan ganda
dan soal uraian. Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari
tiga segi yaitu Teknik analisis kesukaran item soal Teknik anallisis daya
pembedaTeknik analisis fungsi distraktor.
DAFTAR REFERENSI

Beny Kurniawan, Gede. (2011). Mengkonstruksi tes essay. Diakses dari


http://benny-metika.blogspot.com/2011/08/mengkonstruksi-tes-essay.html
25 Februari 2015.
Jihad, Asep dan Abdul Harir. (2012). Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Presindo.
Suwarno. (2010). Mengungkap karakteristik tes essay. Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=268342&val=7107&title=Meng
ungkap%20Karakteristik%20Tes%20Essay. 25 Februari 2015.
Adi Suryanto,dkk (2009). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi, Cet. II .
Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suprananto, Kusaen. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan . Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai