Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS SOAL ESSAY

Disusun oleh :

Anggota kelompok 3 :
1. Sri Lestari (A1C319042)
2. Elza Triani ( A1C319055)
3. Mutiara Maulani (A1C319059)
4. Eva Astetika Aulia (A1C319062)
5. Nilan Fia Monica (A1C319068)

Kelas :
Reguler B 2019

Nama Dosen Pengampu :


Drs. Menza Hendri, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan


dikatakan bahwa penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian merupakan komponen penting
dalam sistem pendidikan untuk mengetahui perkembangan dan tingkat pencapaian hasil
pembelajaran. Penilaian memerlukan data yang baik. Salah satu sumber data itu adalah hasil
pengukuran. Pengukuran merupakan seperangkat langkah dalam rangka pemberian nilai terhadap
hasil kegiatan pembelajaran. Kegiatan pengukuran atau penilaian hasil belajar oleh pendidik
menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan
peserta didik (Permendiknas, 2007).

Menurut Idrakusumah, tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematika dan objektif
untuk memperoleh data atau keterangan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan
cepat dan tepat. Tes sebagai alat ukur, perlu dirancang secara khusus sesuai dengan tujuan
peruntukannya, dan perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan kaidah-kaidah
penyusunannya. Tes yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar harus benar-benar didesain
sesuai dengan kegunaannya. Tes yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu
jenjang atau jenis pendidikan tertentu akan berbeda dengan desain tes formatif yang digunakan
untuk mencari umpan balik guna memperbaiki proses pembelajaran, baik bagi guru maupun bagi
siswa. Penggunaan bentuk tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku / kompetensi yang akan
diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur / ditanyakan dengan mempergunakan tes tertulis
dalam bentuk tes objektif. Ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan mempergunakan
tes essay atau uraian. Jenis tes objektif memang baik dan efektif jika digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Akan tetapi tes
objektif tidak tepat digunakan untuk mengukur kemampun siswa dalam tingkat sintesis dan
evaluasi. Untuk mengukur kemampuan siswa dalam tingkat sintesis dan evaluasi, diperlukan jenis
tes lain yaitu tes essay. Tes essay sangat baik digunakan untuk menarik hubungan antara
pengetahuan atau fakta-fakta yang telah mengendap dalam struktur kognitif siswa dengan
pengertian materi yang sedang dipikirkannya (Suherman, E, 1993).

Berdasarkan hal tersebut, penulis menyusun makalah yang berjudul “Mengkonstruksi Tes
Esai” guna mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan tes essay agar dapat lebih memahami cara
mengkonstruksi pertanyaan esai, mengetahui kelebihan dan kelemahan dari tes esai serta cara
pemberian skor dari tes hasil belajar.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan tes esai?


2. Bagaimanakah kelebihan dan kelemahan tes esai?
3. Apa saja jenis-jenis tes esai?
4. Bagaimanakah jenis pertanyaan dalam tes esai ?
5. Bagaimanakah aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes esai ?
6. Bagaimanakah menskor tes esai ?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang dicapai dalam penulisan makalah ini yang sejalan dengan rumusan
masalah di atas adalah untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian tes esai


2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan tes esai
3. Untuk mengetahui jenis-jenis tes esai
4. Untuk mengetahui jenis pertanyaan dalam es esai
5. Untuk mengetahui aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes esai
6. Untuk mengetahui cara menskor tes esai
BAB II

KERANGKA BERPIKIR DALAM PENULISAN

A. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu metode
literatur atau pustaka. Metode Pustaka atau literatur adalah metode yang dilakukan dengan
mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dangan alat, baik berupa
buku, jurnal, skripsi maupun informasi dari internet.

B. Ruang Lingkup Kajian dan Penyajian Data dan Informasi

Adapun ruang lingkup kajian pada makalah ini yaitu terkait dengan Mengkonstruksi Tes
Esai dengan membahas 4 sub pokok bagian yaitu mengkonstruksi pertanyaan esai, kelebihan dan
kelemahan tes esai, menskor tes esai, dan menskor tes esai dari tes hasil belajar.

C. Sumber Data dan Informasi

Adapun sumber data dan informasi dalam penyusunan makalah ini yaitu buku-buku
referensi dan internet terkait dengan cara mengkonstruksi tes esai.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Penyajian Data dan Informasi

Teknik pengumpulan data pada makalah ini dengan studi dokumenter yaitu teknik
pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis buku-buku, baik tertulis, gambar
maupun elektronik, dokumen atau buku yang telah diperoleh kemudian diuraikan, dibandingkan
dan dipadukan (sintesis) guna membentuk satu hasil kajian yang sistematis.

Penyajian data informasi pada makalah ini menggunakan penyajian data verbal. Penyajian
data verbal itu sendiri merupakan penyajian dengan menggunakan kata-kata atau kalimat berupa
narasi,dengan memperhatikan hal-hal seperti penggunaan bahasa yang baik,tegas dan jelas.

E. Peta Konsep Kajian dan Pembahasan


kelebihan dan
kelemahan tes esai

Memuat
Mengkonstruksi menskor tes esai
Tes Esai

menskor tes esai


dari tes hasil belajar
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Esai

Secara ontologis tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas
item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban
siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008).

Menurut Suherman (1993) tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun
dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara
mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri.

Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay adalah salah satu bentuk tes
yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan essay, yakni pertanyaan yang menuntut jawaban
tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri. Setiap siswa memiliki
kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan jawaban siswa lainnya.

Tes essay juga dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan pertanyaan terbuka, dimana
dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes essay juga sering disebut sebagai tes uraian karena
untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara terurai. Jawaban tidak cukup
hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan uraian yang lengkap dan jelas. Selain
harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan
dengan baik. Tes essay yang biasa dipakai di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya
mengukur kemampuan siswa dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut
kemampuan siswa dalam hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan
mengekspresikan pendapat.

Dalam tes dituntut kemampuan peserta didik untuk benar – benar memahami pertanyaan dan
merealisasikan gagasannya melalui bahasa tulisan, sehingga tipe esai tes lebih bersifat power test.
Bentuk-bentuk pertanyaannya biasanya meminta pada peserta didik untuk menjelaskan,
membandingkan, menginterpretasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk pertanyaan tersebut
mengharapkan agar peserta didik menunjukkan pengertian mereka terhadap materi yang dipelajari.
Tes esai digunakan untuk mengatasi kelemahan daya ukur soal objektif yang terbatas pada hasil
belajar rendah. Soal tes bentuk ini cocok untuk mengukur hasil belajar yang level kognisinya lebih
dari sekedar memanggil informasi, karena hasil belajar yang diukur bersifat kompleks.

B. Kelebihan Dan Kelemahan Tes Essay

Dalam pembelajaran di kelas, tes essay masih banyak digunakan oleh para guru, karena tes
essay memiliki beberapa kelebihan. Menurut Sukardi, H.M (2009) tes essay dapat digunakan untuk
menilai hal-hal berkaitan erat dengan beberapa butir berikut :

a. Mengukur proses mental para siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item
secara tepat.
b. Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c. Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan
pemikiran siswa secara aktif.
d. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk
kalimat mereka sendiri.
e. Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan
atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas.

Gronlund, N.E (1982) menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol dari tes essay
adalah kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa. Karakteristik ini menjadi sebuah
kelebihan dari tes essay.

Pertanyaan dalam tes essay ini mengharuskan siswa untuk memproduksi jawaban mereka
sendiri. Mereka relatif bebas untuk memutuskan bagaimana mendekati masalah, informasi faktual
apa yang digunakan, bagaimana mengatur jawaban, dan apa penekanan yang diberikan pada setiap
aspek jawabannya. Dengan demikian, tes essay dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memproduksi, mengintegrasikan, dan mengekspresikan ide-ide. Menurut Azhar, L.M (1991) salah
satu kelebihan atau keuntungan tes essay yang lain adalah mencegah siswa menjawab secara
menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan tes objektif.
Di samping beberapa kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, ternyata tes essay juga
memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Menurut Suherman, E
(1993) kelemahan tes essay di antaranya sebagai berikut.

a. Ruang lingkup yang disajikan dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh. Hal ini
disebabkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap butir soal cukup
banyak, sehingga jumlah butir soal yang disajikan sedikit. Pada tes essay ini, jika siswa
kebetulan mempelajari materi yang secara kebetulan sesuai dengan butir soal yang
disajikan, ia dapat dengan mudah menyelesaikannya. Sebaliknya jika siswa tidak
mempelajari dengan baik materi yang tersaji dalam soal itu biasanya mendapat hasil
yang kurang baik.
b. Sesuai dengan namanya, soal tipe subjektif ini dalam pemeriksaan dan pemberian nilai
akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas dari pemeriksa atau pemberi nilai,
sehingga nilai akhir yang diterima siswa ada kemungkinan bias, kurang mencerminkan
kemampuan sebenarnya. Faktor subjektivitas itu sebagai akibat pengaruh kondisi
pemeriksa, siswa dan lingkungan.
c. Pemeriksaan jawaban pada tes essay ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang,
tetapi harus diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dalam bidangnya. Bila
pemeriksa kurang mengetahui pokok persoalan yang diujikan, akan mengakibatkan
hasil pemeriksaan yang dapat merugikan siswa. Demikian pula jika pemeriksa kurang
memiliki pengetahuan luas mengenai cara penyelesaian suatu soal, mungkin langkah-
langkah penyelesaian suatu soal tidak sama dengan kunci jawaban akan dianggap salah,
padahal pekerjaan itu benar.

Memeriksa jawaban tes essay cukup rumit sehingga memerlukan waktu yang cukup
banyak. Pola jawaban siswa untuk soal bentuk ini bisa beraneka ragam, karena siswa diberi
kebebasan untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri. Pengetahuan yang telah diperoleh dan
dikuasainya akan diutarakan sesuai dengan relevansi pada jawaban persoalan yang ditanyakan.
Tiap siswa tentu akan memberikan uraian yang berlainan dan bermacam-macam, apalagi jika
persoalannya divergen. Meskipun demikian dalam matematika keanekaragaman ini tidak akan
jauh berbeda karena sifatnya eksak, lain halnya dengan ilmu-ilmu sosial lainnya. Karena
keanekaragaman itu, baik cara penyelesaian maupun alur pikiran yang terdapat di dalamnya, maka
pemeriksaaan akan memerlukan banyak waktu dan melelahkan.

Kelemahan-kelemahan menurut Suherman, E (1993) di atas hampir sama dengan apa yang
dinyatakan oleh Gronlund, N.E (1982). Selain kelemahan tersebut, Gronlund, N.E (1982) juga
menyatakan bahwa kelemahan tes essay ini berkaitan dengan respon siswa. Karena siswa harus
menulis jawaban dengan kata-kata sendiri, maka kemampuan menulis cenderung untuk
mempengaruhi skor yang mereka terima. Miskin ekspresi dan kesalahan dalam menggunakan
tanda baca, ejaan, dan tata bahasa biasanya mengurangi skor yang didapatkan.

Untuk lebih memahami karakteristik serta kelebihan dan kelemahan dari tes essay, berikut
disajikan perbedaan antara tes objektif dan tes essay :

• Tingkatan kemampuan hasil belajar yang diukur Baik digunakan untuk mengukur
kemampuan pada tingkatan pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi tidak cocok
digunakan untuk mengukur kemapuan pada tingkat sintesis dan evaluasi.

• Tidak efektif digunakan untuk mengukur kemampuan pada tingkatan pengetahuan,


pemahaman, aplikasi dan analisis. Tetapi baik jika digunakan untuk mengukur kemapuan pada
tingkat sintesis dan evaluasi

Ruang lingkup materi yang disajikan Terdiri dari banyak item soal dan mencakup materi yang
cukup luas sehingga tes tersebut dapat mewakili isi dari materi yang dipelajari Terdiri dari sedikit
item soal dalam jangkauan materi yang terbatas sehingga tes tersebut tidak representatif dalam
mewakili isi materi.

• Penyusunan tes Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang cukup lama
Untuk mempersiapkan tes yang baik, diperlukan waktu yang lebih cepat dan lebih mudah
dibandingan dengan tes objektif.

• Penskoran Objektif, sederhana dan dapat diandalkan Subjektif, sulit, dan kurang dapat
diandalkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi skor yang diperoleh :

1. Kemampuan membaca dan menebak-nebak


2. Kemampuan menulis dan memberikan penekanan dan jawaban
3. Kemungkinan efek yang ditimbulkan terhadap cara belajar siswa
4. Mendorong siswa untuk mengingat, menginterpretasikan dan menganalisis ide-ide
orang lain
5. Mendorong siswa untuk mengatur, mengintegrasikan, dan mengekspresikan ide
mereka sendiri

C. Menskor Tes Esai

Memberi skor esai dapat dikatakan mudah dan juga dapat dikatakan sukar. Dikatakan
mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa menilai jawaban yang diberikan oleh para siswanya
termasuk jawaban yang berasal dari tes esai, karena dalam pemberian skor pada tes esai tidak ada
eksplanasi penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya, sebagian guru juga merasa sukar
dalam memberikan skor pada tes esai, karena banyak faktor selalu muncul yang sedikit banyak
dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut
diantaranya subjektifitas, pertimbangan, pengaruh intraksi antara guru dengan para siswa selama
dalam proses belajar mengajar berlangsung. Berikut ini beberapa petunjuk yang dapat digunakan
sebagai acuan para guru untuk mengatasi ketiga faktor di atas.

Dalam pemberian skor esai seorang guru sebaiknya :

1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting
yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian.
2. Menentukan nilai dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan,
kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelasaikan jawaban.
3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan
kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.
4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban sebelum pindah ke
pertanyaan lainnya.
5. Guna mengecek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke
dalam tiga sampai lima tumpukan dengan memperhatikan rangking dari yang tertinggi
sampai terrendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang
ada atas dasar nilai yang dicapai.
6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa penjawabnya.
7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang
dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan.

D. Jenis-Jenis Tes Essay

Menurut Suherman, E (1993), ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Tes essay (uraian) berstruktur

Tes essay bentuk ini disajikan secara terinci menjadi sub-sub masalah yang sifatnya saling
menunjang. Soal, biasanya disusun dari hal yang elementer menuju pada hal yang sifatnya lebih
kompleks.

2. Tes essay (uraian) bebas

Tes essay bentuk ini disajikan secara global, tidak terinci. Dalam menjawabnya siswa
diperbolehkan mengerjakan bagian jawaban soal itu secara bebas, asal masalah yang ditanyakan
dapat dijawab secara benar. Soal yang hanya terdiri dari satu masalah bisa tergolong pada Tes
essay bentuk bebas.

Ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah jawaban itu, tes
essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)

Bentuk uraian objektif adalah tes essay yang memiliki sekumpulan jawaban dengan
rumusan yang pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif. Ini berarti walaupun
pemeriksanya berlainan dapat menghasilkan skor yang sama. Untuk tes bentuk ini dapat dibuatkan
kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Dengan kunci dan pedoman ini, jawaban siswa yang
bervariasi tetap dapat diperiksa oleh orang yang berbeda tetapi skor yang diperoleh tidak berbeda.
Cara pemberian skor untuk soal bentuk BUO ini adalah bersifat dikotomi, yaitu jika jawaban siswa
benar diberi skor 1 sedangkan jika salah diberi skor 0.

2. Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO)


Bentuk uraian non objektif adalah tes essay yang menuntut siswa untuk memberikan
jawaban berdasarkan pendapat, pikiran, atau pandangan pribadinya. Untuk soal bentuk ini, kunci
jawaban bersifat relatif karena kemungkinan jawaban yang diberikan siswa bisa bervariasi,
malahan bisa juga muncul jawaban yang tidak diduga sebelumnya oleh pembuat soal (guru).
Dalam pemeriksaan dan pemberian skor terhadap jawaban siswa cenderung dipengaruhi oleh
pertimbangn, situasi, kondisi, lingkungan dan pengalaman pemeriksa. Dengan demikian unsur
subjektivitasnya bisa dominan, sehingga kurang objektif.

Untuk soal jenis ini skor dijabarkan dalam skala rentangan. Makin baik jawaban siswa,
makin tinggi pula skor yang diperoleh. Sebaliknya, semakin kurang bemutu, makin rendah pula
skor yang diberikan. Besarnya rentangan itu ditetapkan oleh guru, misalnya 1 – 5, 1 – 10, 0 – 4.
Kualitas jawaban siswa biasanya diperhitungkan dari banyaknya kata kunci yang dijawab dengan
benar, sistematika jawaban, dan pengertian logis dari jawaban itu.

E. Jenis-Jenis Pertanyaan Dalam Tes Essay

Kebebasan respon yang dihasilkan dari pertanyaan essay adalah bervariasi. Siswa mungkin
diminta untuk memberikan respon yang singkat dan tepat, atau mereka mungkin diberikan
kebebasan yang lebih luas dalam menentukan bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka. Terkait
dengan kebebasan respon di atas, menurut Gronlund, N.E (1982) pertanyaan essay dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu :

1. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbatas (restricted-response questions)

Pertanyaan dengan jawaban terbatas memiliki kedudukan yang terbatas pada jawaban yang
diberikan. Batas-batas subjek yang harus dipertimbangkan biasanya didefinisikan secara sempit
dalam masalah dan jawabannya spesifik yang ditunjukkan dengan kata-kata seperti “daftarkan”,
“definisikan”, dan “berikan alasan”. Dalam beberapa kasus, lebih lanjut jawaban dibatasi dengan
menggunakan kata pengantar atau dengan menggunakan arah khusus:

Contoh:

Menjelaskan manfaat relatif dari item tes objektif dan pertanyaan essay untuk mengukur hasil
pembelajaran pada tingkat pemahaman. Batasi jawaban Anda pada satu halaman. Membatasi
bentuk dan ruang lingkup dari jawaban-jawaban pertanyaan essay memiliki kelebihan dan
kekurangan. Pertanyaan seperti itu dapat dibuat lebih mudah, lebih terkait langsung dengan hasil
pembelajaran yang spesifik, dan menskor lebih mudah. Di sisi lain, pertanyaan essay memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam mengatur,
mengintegrasikan, dan mengembangkan pola-pola jawaban baru. Pembatasan yang ditetapkan
dalam membuat item dengan jawaban terbatas sangat berguna untuk mengukur hasil pembelajaran
pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis dalam pembelajaran. Pertanyaan dengan jawaban
terbatas kurang relatif untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi.

2. Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions)

Pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-response questions) digunakan


untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini memberikan
kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan bentuk dan ruang lingkup
jawaban mereka. Meskipun masih terdapat beberapa batasan-batasan, seperti batasan waktu atau
batasan halaman, batasan pada bahan-bahan materi yang termasuk dalam jawaban dan bentuk
jawaban dapat diminimumkan. Siswa harus diberikan kebebasan yang cukup untuk menunjukkan
kemampuan sintesis dan evaluasi, dan cukup dikontrol untuk memastikan bahwa keahlian dan
kemampuan intelektual akan dipanggil keluar oleh pertanyaan itu. Dengan demikian jumlah
struktur akan bervariasi dari item ke item, yang bergantung pada hasil pembelajaran yang diukur.
Pertanyaan dengan jawaban terbuka (exended-response question) menyediakan ide-ide kreatif
yang terintegrasi, mengevaluasi secara keseluruhan materials, dan merupakan pendekatan
pemecahan masalah (problem solving). Itu semua merupakan hasil belajar yang penting, dan tidak
dapat diukur dengan jenis item-item tes lainnya oleh orang lain. Secara umum, tentu saja
mengevaluasi jawaban-jawaban dengan cukup handal untuk menyediakan manfaat dalam
mengukur hasil pembelajaran. Hal ini tentu sangat sulit untuk dilakukan dan merupakan tugas
time-consuming, namun pentingnya hasil nampaknya memerlukan pembenaran dari additional
care dan effort.

F. Aturan Mengkonstruksi Pertanyaan dalam Tes Essay


Menurut Gronlund, N.E (1982), aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay sehingga
menghasilkan soal essay dengan kualitas yang tinggi adalah sebagai berikut.

1. Gunakan pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks.
1. Sebagian besar pemerolehan hasil belajar diukur dengan menggunakan pertanyaan essay.
Hubungkan pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang
diukur.
2. Rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan.
3. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan
itu.
4. Sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada setiap
pertanyaan.

Sementara menurut Sukardi, H.M (2009), untuk meningkatkan mutu pertanyaan essay sebagai
alat pengukur hasil belajar yang kompleks, memerlukan dua hal penting yang perlu diperhatikan
oleh para evaluator. Kedua hal tersebut yaitu (1) bagaimana mengkonstruksi pertanyaan essay
yang mengukur perilaku yang direncencanakan, dan (2) bagaimana menskor jawaban yang
diperoleh dari siswa. Untuk mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti berikut.

1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi pembelajaran yang
tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor
penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya bisa diungkap oleh tes essay, antara
lain: pembelajaran yang kompleks, organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban,
dan ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal
ini menjadikan tes essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator.
2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku
spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar. Tes yang direncanakan oleh
guru, baik tes objektif maupun tes essay perlu tetap mengukur penilaian tujuan
instruksional. Pertanyaan yang tidak mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya
dikesampingkan lebih dahulu.
3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan
(tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak
ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti terangkan, bandingkan,
buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan dan sebagainya.
4. Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat
memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan
waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut hendaknya didasarkan pada
tingkat kesulitan setiap pertanyaan.
5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya menghindari
menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat
instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaan
yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan pilihan dimungkinkan mempengaruhi
reliabilitas tes essay yang direncanakan.

G. Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay

Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan


subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar penilaian dari siswa yang satu ke
siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut.

1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang
sedang diukur. Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh
bukti yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan
demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai dengan
panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi jawaban. Jika
suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur “kemampuan untuk menjelaskan
hubungan sebab-akibat”, misalnya jawabannya harus dievaluasi dalam hal bagaimana
siswa dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu yang disajikan dalam
pertanyaan, maka semua faktor-faktor lain, seperti informasi faktual yang menarik tapi
asing, gaya menulis, dan kesalahan dalam mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan
(sejauh mungkin) selama evaluasi. Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja
maupun menulis mungkin memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya
tidak diperbolehkan karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili
pencapaian tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang dimaksudkan.
2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions), berilah
skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman
jawaban) sebagai petunjuk.

Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya disiapkan adalah mungkin dengan item
restricted-response karena keterbatasan pada jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu
model jawaban untuk setiap pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan diperlukan
untuk itu dan untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi point-point dalam jawaban tentu saja
harus mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai dalam hasil pembelajaran yang
diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan pada relevansi contoh yang digunakan dan struktur
jawabannya, serta isi dari jawaban: jika hal ini merupakan aspek yang sah dalam hasil belajar.

3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions), skorlah


dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran. Item-item
extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas sehingga sering kali
tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya. Oleh karena itu, biasanya
guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang
kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi
bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas
dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat pertanyaan dan demikian juga oleh hasil
pembelajaran yang diukur. Jika para siswa diminta untuk “menjelaskan rencana
lengkap dari tes prestasi belajar”, misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1)
kelengkapan rencana (misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan
dari perencanaan yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi
dengan setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap
langkah, dan (4) tingkat keterpaduan dari bagian-bagian rencana.

Biasanya kriteria untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk mengklasifikasikan jawaban-


jawaban itu ke dalam lima tingkat, yang selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan
E.

Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan membaca jawaban dua
kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan pertama, tulisan harus disortir secara
tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari kualitas yang tinggi ke rendah atau sebaliknya.
Pembacaan kedua dapat mencapai tujuan memeriksa keseragaman jawaban di setiap tumpukan
dan membuat sebuah perubahan penting dalam menilai.

4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke


pertanyaan berikutnya.

Hal ini merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama menskor. Jawaban-
jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis, bukan dalam bentuk apa yang diketahui
penulis dari kontak langsung dengan siswa. Cara terbaik untuk mencegah pembiasan dalam
penilaian adalah mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui identitas penulis. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa untuk menuliskan namanya dibelakang
kertas jawabannya atau dengan menggunakan kode nomor sebagai pengganti nama.

5. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah itu,
untuk menskor tiap jawaban.

Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan scoring terhadap jawaban-jawaban essay
itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan pada setiap penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja,
misalnya jika diperlukan untuk memilih siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti
latihan tertentu atau untuk memilih juara sekolah.

Sementara, menurut Azhar, L. M (1991), terdapat beberapa upaya untuk meningkatkan


objektivitas penilaian dalam tes essay yaitu sebagai berikut.

1. Baca beberapa lembar jawaban yang diambil secara acak (random) sebagai gambaran
umum sebelum mulai memberikan penilaian.
2. Usahakan tidak melihat nama testi. Bila perlu digunting dan diberi kode seperti pada
saat memeriksa tes Ebtanas.
3. Jangan memberi skor dipengaruhi oleh tulisan yang baik/buruk.
4. Periksalah nomor yang sama untuk seluruh testi baru ke nomor berikutnya.
5. Buatlah pedoman penilaian sebelumnya (terlebih-lebih untuk tes essay yang diperiksa
lebih dari seorang) hingga skor yang diberikan relatif sama.
6. Buat pula kunci jawaban yang memuat hal-hal pokok yang harus ada dalam masing-
masing jawaban.
7. Bila tes essay disatukan dengan tes objektif maka tes essay dapat dikategorikan “sukar”
dalam merancang kisi-kisi untuk tingkat kesukaran soal tetapi bila seluruh tes adalah
tes essay soal dapat dibagai menjadi 3 atau 5 tingkatan.
8. Menggunakan metode berikut dalam menskor tes essay, antara lain:
a. Metode analisis: yakni menskor dengan menyiapkan model jawaban
berdasarkan tahapan tingkat kebenaran suatu jawaban dengan memberikan skor
tertentu. Misalnya: ¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾
benar diberikan skor 7,5; dan benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap
item.
b. Metode sortir: yakni menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap
keseluruhan pekerjaan testi. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan
jawaban yang ada. Misalnya jawaban benar (baik), cukup, sedang, kurang, dan
kurang sekali. Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya 9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 –
4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
c. Metode keseluruhan (whole method): yakni pemeriksaan secara nomor demi
nomor bagi seluruh testi hingga diperoleh jawaban dari tingkat yang paling baik
hingga ke yang paling buruk lalu dilakukan pemberian skor.

Sementara, menurut Sukardi, H.M (2009), pemberian skor pada tes essay dapat dikatakan
mudah dan juga dapat dikatakan sulit. Dikatakan mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa
memberikan skor jawaban para siswanya termasuk penggunaan jawaban yang berasal dari tes
essay, karena dalam pemberian skor pada tes essay tidak ada eksplanasi penilaian angka secara
pasti diberikan. Sebaliknya dikatakan sulit, karena banyak faktor selalu muncul yang dapat
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut
diantaranya subjektivitas, pertimbangan, dan pengaruh interaksi antara guru dengan para siswa
selama dalam proses pembelajaran berlangsung. Untuk mengatasi faktor-faktor di atas, berikut
beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan para guru, antara lain:

1. Menyusun jawaban kunci untuk setiap pertanyaan yang mengandung materi penting
yang dapat digunakan sebagai acuan dasar ketika melakukan penilaian.
2. Menentukan skor dari setiap pertanyaan berdasarkan bobot permasalahan,
kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan jawaban.
3. Memutuskan berapa poin pengurangan skor penilaian apabila siswa melakukan
kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan, tanda baca, dan penggunaan kata.
4. Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua lembar jawaban, sebelum lanjut ke
pertanyaan berikutnya.
5. Guna mencek kesamaan kualitas jawaban, kelompokkan lembar jawaban siswa ke
dalam 3 – 5 tumpukan dengan memperhatikan ranking dari yang tertinggi sampai
terendah dan menempatkan lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas
dasar skor yang dicapai.
6. Usahakan dalam proses penilaian jawaban soal tidak melihat nama siswa penjawabnya.
7. Disarankan untuk sering beristirahat untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang
dapat mengakibatkan pemberian skor berubah secara signifikan
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpukan beberapa hal penting berikut ini :

1. Tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya terdiri atas item-item
pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan dan menuntut jawaban
siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan kemampuan berpikir siswa.
2. Kelebihan tes essay diantaranya : (a) mengukur proses mental para siswa dalam
menuangkan ide-ide ke dalam jawaban, (b) mengukur kemampuan siswa dalam
menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri, (c) mendorong siswa untuk
mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif, (d)
mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk
kalimat mereka sendiri, (e) mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan
mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas,
(f) kebebasan respon yang diberikan oleh para siswa, (g) mencegah siswa menjawab
secara menebak serta relatif lebih mudah dan lebih cepat dibuat dibandingkan dengan
tes objektif. Sedangkan kelemahannya diantaranya: (a) ruang lingkup yang disajikan
dalam bentuk tes essay kurang menyeluruh, (b) dalam pemeriksaan dan pemberian nilai
akhir seringkali dipengaruhi faktor subjektivitas, (c) pemeriksaan jawaban pada tes
essay ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, (d) memeriksa jawaban tes essay
cukup rumit.
3. Ditinjau dari cara menyajikan soal, tes essay dapat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu: Tes essay (uraian) berstruktur dan Tes essay (uraian) bebas. Sedangkan
jika ditinjau dari pola jawaban siswa dan cara pemberian skor untuk setiap langkah
jawaban itu, tes essay (uraian) dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: Bentuk
Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BUNO).
4. Jenis-jenis pertanyaan dalam tes essay meliputi: (a) pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban terbatas (retricted-response questions) yang berguna dalam mengukur hasil
pembelajaran pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis, dan (b) pertanyaan-
pertanyaan dengan jawaban terbuka (extended-renponse questions) yang digunakan
untuk mengukur hasil pembelajaran pada tingkat sintesis dan evaluasi. Pertanyaan ini
memberikan kebebasan kepada siswa yang hampir tak terbatas untuk menentukan
bentuk dan ruang lingkup jawaban mereka.
5. Aturan-aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay yaitu: (a) gunakan
pertanyaan essay sebagai alat ukur hasil belajar yang kompleks, (b) hubungkan
pertanyaan-pertanyaan langsung yang berhubungan dengan hasil belajar yang diukur,
(c) rumuskan pertanyaan yang menyajikan tugas yang jelas untuk dilakukan, (d) hindari
penggunaan pertanyaan pilihan kecuali pertanyaan hasil belajar yang memerlukan itu,
dan (e) sediakan waktu yang cukup untuk menjawab dan memberikan batas waktu pada
setiap pertanyaan.
6. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan objektivitas penilain dalam
tes essay, diantaranya: (a) evaluasi jawaban-jawaban untuk soal essay dalam
hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur, (b) untuk soal-soal essay
dengan jawaban terbatas (restricted-response), berilah skor dengan metode point (point
method), gunakan suatu model jawaban (pedoman jawaban) sebagai petunjuk, (c)
untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response answer), skorlah
dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran, (d)
evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke
pertanyaan berikutnya, (e) evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai
identitas penulis, dan (f) bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain
yang mengetahui masalah itu, untuk menskor tiap jawaban.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan kepada para pembaca makalah ini yakni kita
sebagai calon pengajar dan pendidik harus lebih memahami cara-cara dalam mengkonstruksi tes
essay dan memperhatikan segala kelemahan-kelemahannya sehingga tes yang dibuat untuk
mengukur hasil pembelajaran berkualitas tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, L.M. 1991. Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya : Usaha Nasional

Gronlund, N.E. 1982. Constructing Achievement Test. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs,
N.J.07632

Hamalik, O. 2001. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar Maju

Permendiknas. 2007. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan : prinsip dan operasionalnya . Jakarta : Bumi Aksara

Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai