Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN TES ESSAY

DOSEN PENGAMPU : SUSILAWATI AMDAYANI. S.Si., M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

1. ELISA FITRI SARAGIH (4223131042)


2. IDA RONAULI SIBURIAN(4223131025)
3. NONI PUTRI PASARIBU (4223331010)
4. RIZKY JULIANA SIREGAR (422431021)
5. UNI SARI HARAHAP (4223131059)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa atas karunia dan rahmatnya, kami dapat menyusun makalah ini
sampai selesai. Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah EVALUASI PENILAIAN HASIL
BELAJAR KIMIA. Rasa terimakasih kami kepada dosen kami bu
Susilawati Amdayani. S.Si., M.Pd serta semua pihak yang telah
mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca


dan menambah wawasan dan pengetahuan. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dengan kelemahan dari kami.untuk
itu, kami mohon kritik dan saran dari teman teman semua untuk kemajuan
kami.

Medan,Maret 2023

Kelompok 6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam tes yang digunakan. Tes
diberikan sebagai sarana untuk mengetahui apakah materi-materi yang sudah
disampaikan selama proses belajar berlangsung, sudah diterima dan dipahami dengan
baik oleh siswa. Terdapat berbagai macam tes yang dapat digunakan, salah satu bentuk
tes itu adalah tes bentuk essay (uraian). Dengan digunakannya tes bentuk essay,
setidaknya dapat menjadi alat pengukur kemampuan siswa secara objektif. 

Dalam pelaksanaannya, ternyata tes bentuk essay ditemukan banyak


kelemahan. Bentuk essay sering disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya
sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Oleh karena itu, seringkali ditemui
permasalahan dalam penilaian jawaban dari peserta didik. Banyak terjadi kesalahan
pemberian nilai kepada peserta didik, dikarenakan berbagai faktor baik internal maupun
eksternal.

Namun demikian, tidak berarti bentuk essay tidak digunakan sebagai alat
pengukur kemampuan siswa. Bentuk essay dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-
kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk-bentuk objektif. Dengan tes bentuk essay
ini, diharapkan siswa mampu menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban
dengan kata-katanya sendiri.

Untuk itu, dalam makalah ini akan membahas lebih detail mengenai tes essay.
Adapun materi yang akan dibahas mengenai tes essay antara lain pengertian tes essay,
penggunaan tes essay, jenis-jenis tes essay, kelebihan dan kelemahan tes essay, aturan
mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay, upaya meningkatkan objektivitas penilaian
dalam tes essay dan metode pengoreksian tes essay.
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah mengenai tes essay adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan tes essay?

2. Bagaimana penggunaan tes essay?

3. Apa saja jenis-jenis tes essay?

4. Bagaimana kelebihan dan kelemahan tes essay?

5. Bagaimana aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay?

6. Bagaimana upaya meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay?

7. Apa saja metode pengoreksian tes essay?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah mengenai tes essay adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui pengertian tes essay.

2. Mengetahui penggunaan tes essay.

3. Mengetahui jenis-jenis tes essay.

4. Mengetahui kelebihan dan kelemahan tes essay.

5. Mengetahui aturan mengkonstruksi pertanyaan dalam tes essay.

6. Mengetahui upaya meningkatkan objektivitas penilaian dalam tes essay.

7. Mengetahui metode pengoreksian tes essay.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Essay


Secara ontologis tes essay adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang
susunannya terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung
permasalahan dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang
merefleksikan kemampuan berpikir siswa (Sukardi, 2008). Menurut Suherman (1993) tes
essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-
gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau
mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri. 
Senada dengan itu, menurut Oemar Hamalik (2001) tes essay adalah salah satu
bentuk tes yang terdiri dari satu atau beberapa pertanyaan essay, yakni pertanyaan yang
menuntut jawaban tertentu oleh siswa secara individu berdasarkan pendapatnya sendiri.
Setiap siswa memiliki kesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan
jawaban siswa lainnya. Tes essay juga dapat disebut sebagai tes dengan menggunakan
pertanyaan terbuka, dimana dalam tes tersebut siswa diharuskan menjawab sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.
Selain itu, menurut Suherman, E (1993) tes essay juga sering disebut sebagai
tes uraian karena untuk menjawab soal siswa dituntut untuk menyusun jawaban secara
terurai. Jawaban tidak cukup hanya dengan satu atau dua kata saja, tetapi memerlukan
uraian yang lengkap dan jelas. Selain harus menguasai materi tes, siswa dituntut untuk
bisa mengungkapkannya dalam bahasa tulisan dengan baik. Tes essay yang biasa dipakai
di sekolah mempunyai arti yang luas, yaitu tidak hanya mengukur kemampuan siswa
dalam menyajikan pendapat pribadi, melainkan juga menuntut kemampuan siswa dalam
hal menyelesaikan hitungan, menganalisis masalah, dan mengekspresikan pendapat.
B. Penggunaan Tes Essay
Tes essay sangat baik digunakan apabila:
1. Jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang. Bila peserta ujian
terlalu banyak, misalnya lebih dari 100 orang, penggunaan tes essay akan menyita
waktu guru dalam memeriksa lembar jawaban, sehingga kurang efisien lagi.
2.   Waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia
mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
3.  Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah kemampuan mengekspresikan pikiran
dalam bentuk tulisan, menguji kemampuan menulis dengan baik atau kemampuan
penggunaan bahasa tulis.
4. Ingin memperoleh informasi yang tidak tertulis secara langsung di dalam soal ujian,
tetapi dapat disimpulkan dari tulisan peserta tes, seperti sikap, nilai, atau pendapat.
5. Untuk memperoleh hasil pengalaman belajar siswa, maka tes essay merupakan salah
satu bentuk yang paling tepat untuk mengukur pengalaman belajar tersebut (Metika,
2011).

C. Jenis-Jenis Tes Essay


Tes essay dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu essay terbatas (restricted
respons items) dan essay bebas (extended respons items).Tes essay tersebut dibedakan
berdasarkan luas sempitnya materi yang ditanyakan.
1. Tes Essay Bebas (Extended Respons Items) 
Pada tes essay bebas (extended respons items) peserta dapat mengemukakan
pendapat sesuai dengan kemampuan mereka tanpa ada batasan-batasan dari pembuat
soal, sehingga jawaban setiap peserta akan berbeda satu sama lain. Namun, pembuat
soal harus tetap mempunyai acuan pengoreksi jawaban peserta.
Contoh :
a. Bagaimana peranan pupuk kompos dalam pertanian?
b. Bagaimana peranan komputer dalam dunia pendidikan?

2. Tes Essay Terbatas (Restricted Respons Items)

Pada tes essay terbatas (restricted respons) peserta dapat dengan bebas


mengemukakan pendapat mereka, namun harus ada pokok penting yang terkandung
dalam jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki
dalam soal. Bentuk essay terbatas ini dapat dipergunakan untuk menguji kemampuan
sebab-akibat, menggambarkan prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi yang relevan,
merumuskan hipotesis yang tepat, merumuskan asumsi yang tepat, menggambarkan
keterbatasan data, merumuskan kesimpulan yang tepat, menjelaskan metode dan
prosedur, dan hal-hal yang sejenis. Apabila disimpulkan soal essay terbatas dapat
menilai kemampuan-kemampuan peserta yang kompleks.
Contoh:

a. Jelaskan bagaimana cara mancangkok tanaman!

b. Sebutkan komponen yang terdapat untuk mengoperasikan komputer!

Depdikbud sering menyebutkan bentuk-bentuk tes essay dengan sebutan lain,


yaitu Bentuk Essay Objektif (BOU) dan Bentuk Essay Non Objektif (BUNO). BOU
dan BUNO merupakan bagian dari bentuk tes essay terbatas. Penggelompokkan yang
dilakukan oleh Depdikbud berdasarakan pada pendekatan atau cara pemberian skor.

a. Bentuk Essay Objektif (BOU)


Pada BOU rumusan jawabannya lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran
secara objektif. Jawaban yang benar dapat diberi skor 1 dan yang salah atau tidak
dijawab mendapat skor 0. Pada satu rumusan jawaban terdapat beberapa kata kunci
sehingga nilai maksimar skor dapat lebih dari satu. Kata kunci dapat berupa apa
saja seperti kalimat, kata, gambar, dan angka. Berikut adalah langkah-langkah
pemberian skor soal Bentuk Essay Objektif (BOU) :
1) Tuliskan kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap
soal.
2) Beri skor 1 untuk jawaban yang benar sempurna dan tidak ada pemberian skor
setengah untuk jawaban yang kurang sempurna.
3) Apabila pertanyaan terdiri dari beberapa subpertanyaan, perincilah kata kunci
dari setiap jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban dan
buatkan skornya.
4) Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut.
Hasil penjumlahan skor ini disebut skor maksimum.

Contoh:

Indikator : Menuliskan keuntungan adanya pembangunan kenampakan

buatan bagi masyarakat.

Soal     : Sebutkan tujuan dan 4 manfaat adanya pembangunan waduk!

Langkah penskoran :

1) Tujuan waduk = menampung air sungai               = 1


2) Manfaat           = pengendali banjir                       = 4

                        = rigasi lahan pertanian

              = pembangkit listrik

              = pahan baku air minum

              = perikanan

3) Skor maksimum                                                      = 5

b. Bentuk Essay Non Objektif (BUNO)


Bentuk Essay Non Objektif (BUNO) mempunyai struktur perumusan jawaban
yang sama dengan essay bebas sehingga memungkinkan terdapat unsur subjektivitas.
Bentuk ini dapat menilai hasil belajar siswa yang berupa kemampuan menghasilkan,
menyusun dan menyatakan ide-ide,  memadukan berbagai hasil belajar, mendesain
sebuah eksperimen, dan menilai arti makna sebuah ide. Pada model ini penskoran
dijabarkan dengan menggunakan rentang. Rentangnya skor ditetapkan berdasarkan
kompleksitas jawaban. Skor mininal untuk peserta yang tidak menjawab adalah 0,
sedangkan skor maksimum ditentukan oleh penyusunan soal dan jawaban yang runtut
dalam soal tersebut. Langkah-langkah penskoran sebagai berikut:
1) Menuliskan garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan
pegangan dalam pemberian skor.
2) Menetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
3) Pemberian skor tergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh peserta.
4) Jumlahkan skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban.
5) Periksalah soal setiap nomor sebelum beralih kenomor yang lain untuk
menghindari pemberian skor berbeda untuk jawaban yang sama.
6) Setelah semua butir soal mendapatkan skor hitunglah skor yang diperoleh peserta,
kemudian hitung nilai dengan rumus :
Nilai tiap soal = Skor perolehan peserta didik  x bobot soal
 Skor maksimum tiap butir soal
7) Jumlahkan nilai semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir suatu perangkat
tes yang diberikan.
Contoh :
Indikator : Menjelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman
di Indonesia

Soal : Jelaskan alasan yang membuat kita harus menghormati keragaman di


Indonesia!

Kriteria :

1) Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku bangsa   = 0-5

2) Kebanggaan yang berkaitan dengan keragaman suku budaya  = 0-5

3) Skor maksimum                                                                         = 10

D. Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay

Kelebihan tes essay antara lain:

1. Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks, seperti kemampuan
mengaplikasikan prinsip, kemampuan menginterpretasikan hubungan, kemampuan
merumuskan kesimpulan yang sahih dan sebagainya. Namun demikian, tidak dengan
sendirinya tes essay menghasilkan pengukuran hasil belajar yang kompleks. Hal ini
tergantung pada kemampuan pembuat tes (guru maupun dosen) untuk menyusun butir
soal essay. Bahkan, tidak jarang ditemukan adanya butir soal essay yang menanyakan
hal yang sederhana, yang sebenarnya jauh lebih efektif bila dites dengan
menggunakan butir soal objektif.
2. Meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan bentuk tes objektif.
Sesuai dengan sifatnya yang menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-
kata sendiri, maka bentuk tes essay menuntut penguasaan bahan secara penuh.
Penguasaan bahan yang tanggung dapat dideteksi dengan mudah melalui jawaban
yang ditulis oleh peserta tes. Oleh karena itu, untuk menjawab tes essay dengan baik
peserta tes akan berusaha menguasai bahan yang diperkirakan akan diujikan dalam tes
secara tuntas. 
3. Mudah disiapkan dan disusun, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi
guru untuk mempersiapkannya. Kemudahan ini terutama disebabkan oleh dua hal,
pertama jumlah butir soal tidak terlalu banyak, dan kedua guru tidak harus
menyediakan jawaban atau kemungkinan jawaban yang benar.
4. Tidak banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. Karena tidak ada
alternatif jawaban yang disiapkan oleh penyusun tes maka peserta tes dituntut untuk
betul-betul memikirkan jawaban yang dibutuhkan.
5. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya ke
dalam bentuk kalimat yang tepat. Dalam menjawab soal ujian tertulis peserta dituntut
untuk mampu menyusun kalimat yang mudah dipahami oleh pemeriksa hasil tes. Hal
ini akan melatih keberanian dan keterampilan siswa menyampaikan ide maupun
gagasan secara tertulis.
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri. Kemampuan menjawab soal ujian essay dengan baik akan
membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam menyatakan pikiran secara
tertulis.

Terdapat juga kekurangan pada tes essay antara lain:

1. Reliabilitas tes rendah. Artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila
tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa kali. Ada tiga penyebab rendahnya
reliabilitas tes essay. Pertama, keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam butir
soal tes. Karena sifat jawaban tes essay menuntut waktu yang relatif banyak, maka
tidak mungkin soal tes essay terdiri dari beberapa butir soal yang banyak jumlahnya
sehingga mewakili seluruh bahan yang diujikan. Hal ini berarti pokok bahasan yang
dapat diambil sebagai bahan tes sangat terbatas. Kedua, batas-batas tugas yang harus
dikerjakan peserta tes sangat longgar, walaupun telah diusahakan untuk menentukan
batasan-batasan yang cukup ketat. Keragaman jawaban antar peserta tetap saja besar.
Keragaman tidak hanya antara peserta tes, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, waktu, bahkan suasana tes yang ada. Tes yang sama diuji pada pagi hari,
dimana peserta masih segar akan menghasilkan skor yang berbeda bila tes
dilaksanakan pada siang hari. Dan ketiga, adanya subjektivitas penskoran yang
dilakukan oleh pemeriksa jawaban tes. Berbeda orang yang memeriksa, maka berbeda
juga yang diperoleh peserta. Bahkan, orang yang sama memeriksa tes yang sama pada
waktu yang berbeda akan menghasilkan skor yang berbeda pula.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memeriksa lembar jawaban dan tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain. Adanya berbagai macam pertimbangan dalam
penilaian hasil tes essay serta adanya jawaban yang cukup panjang menyebabkan
pemeriksaan lembar jawaban tes essay membutuhkan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan tes objekif. Begitu adanya tuntutan bahwa pihak yang
mengadakan penilaian juga harus menguasai materi yang diujikan menyebabkan
pemeriksaan terhadap hasil tes essay tidak bisa diwakilkan kepada orang lain yang
tidak menguasai materi.
3. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan bualan. Peserta tes yang kurang
menguasai bahan yang akan diujikan acap kali mencoba menjawab dengan
menguraikan hal lain yang tidak berhubungan dengan hal yang ditanyakan atau
dengan kata lain peserta tes membual. Jawaban yang tidak berharga ini pun harus
dibaca oleh guru dengan teliti.
4. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama untuk
membedakan prestasi belajar antara siswa. Padahal tidak semua hasil belajar bisa
dikomunikasikan dalam bentuk tulisan. Sebagian besar hasil belajar lain dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku atau sikap, bukan dalam bentuk pernyataan
tertulis (Metika, 2011).

E. Aturan Mengkonstruksi Pertanyaan dalam Tes Essay

Untuk mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa cara


seperti berikut :

1. Para guru hendaknya memfokuskan pertanyaan essay pada materi pembelajaran yang
tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif. Ada beberapa faktor
penting dalam kegiatan pembelajaran yang hanya bisa diungkap oleh tes essay, antara
lain: pembelajaran yang kompleks, organisasi materi, integrasi penyusunan jawaban,
dan ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa ke dalam bentuk jawaban soal. Hal ini
menjadikan tes essay tetap menjadi pilihan para guru atau para evaluator.

2. Para guru hendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku


spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru,
baik tes objektif maupun tes essay perlu tetap mengukur penilaian tujuan instruksional.
Pertanyaan yang tidak mengarah pada tujuan instruksional sebaiknya dikesampingkan
lebih dahulu. 

3. Item-item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan
(tidak mengandung makna ambigu) sehingga para siswa dapat menjawab dengan tidak
ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti terangkan, bandingkan,
buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan dan sebagainya.

4.  Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat
memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan
waktu yang disediakan. Pertimbangan waktu tersebut hendaknya didasarkan pada
tingkat kesulitan setiap pertanyaan.

5. Ketika mengkonstruksi sejumlah pertanyaan essay, para guru hendaknya menghindari


menggunakan pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan biasanya terletak pada kalimat
instruksi pengerjaan pada awal tes, misalnya “pilih empat soal dari lima pertanyaan
yang tersedia”. Penggunaan pertanyaan pilihan dimungkinkan mempengaruhi
reliabilitas tes essay yang direncanakan (Metika, 2011).

F. Upaya Meningkatkan Objektivitas Penilaian dalam Tes Essay

Menurut Gronlund, N. E (1982), terdapat beberapa upaya untuk meminimalkan


subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman standar penilaian dari siswa yang
satu ke siswa yang lainnya, yaitu sebagai berikut :

1. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang
sedang diukur. Tes essay, seperti halnya tes objektif, digunakan untuk memperoleh
bukti yang jelas mengenai sejauh mana hasil pembelajaran telah tercapai. Dengan
demikian, kinerja siswa yang diinginkan dalam hasil pembelajaran harus sesuai dengan
panduan baik dalam mengkontruksi pertanyaan maupun mengevaluasi jawaban. Jika
suatu pertanyaan dirancang untuk mengukur “kemampuan untuk menjelaskan hubungan
sebab-akibat”, misalnya jawabannya harus dievaluasi dalam hal bagaimana siswa dapat
menjelaskan hubungan sebab-akibat tertentu yang disajikan dalam pertanyaan, maka
semua faktor-faktor lain, seperti informasi faktual yang menarik tapi asing, gaya
menulis, dan kesalahan dalam mengeja dan tata bahasa, harus diabaikan (sejauh
mungkin) selama evaluasi. Dalam beberapa kasus, untuk kemampuan mengeja maupun
menulis mungkin memberi skor-skor yang terpisah, tetapi hal ini seharusnya tidak
diperbolehkan karena dapat mencemarkan (contaminate) skor yang mewakili
pencapaian tingkat prestasi dari hasil pembelajaran yang dimaksudkan.

2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas (restricted-response questions), berilah


skor dengan metode point (point method), gunakan suatu model jawaban (pedoman
jawaban) sebagai petunjuk. Menskor dengan bantuan kunci jawaban yang sebelumnya
disiapkan adalah mungkin dengan item restricted-response karena keterbatasan pada
jawabannya. Prosedur ini melibatkan penulisan suatu model jawaban untuk setiap
pertanyaan dan menentukan jumlah point-point yang akan diperlukan untuk itu dan
untuk bagian-bagian di dalamnya. Distribusi point-point dalam jawaban tentu saja harus
mempertimbangkan semua unit scorable yang ditandai dalam hasil pembelajaran yang
diukur. Misalnya, point-point dapat diberikan pada relevansi contoh yang digunakan
dan struktur jawabannya, serta isi dari jawaban: jika hal ini merupakan aspek yang sah
dalam hasil belajar. 

3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka (extended-response questions), skorlah


dengan rating method, gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penskoran.
Item-item extended-response menuntut jawaban yang terbuka dan bebas sehingga
sering kali tidak mungkin untuk menyiapkan pedoman jawabannya. Oleh karena itu,
biasanya guru atau pembuat tes itu menilai tiap jawaban dengan menimbang-nimbang
kualitasnya dalam hubungannya dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, jadi
bukan menskor point demi point dengan kunci jawaban. Kriteria untuk menilai kualitas
dari suatu jawaban ditentukan oleh sifat pertanyaan dan demikian juga oleh hasil
pembelajaran yang diukur. Jika para siswa diminta untuk “menjelaskan rencana lengkap
dari tes prestasi belajar”, misalnya kriteria akan mencakup hal-hal seperti (1)
kelengkapan rencana (misalnya, apakah itu termasuk pernyataan objektif, kumpulan
dari perencanaan yang terperinci, dan jenis yang sesuai item, (2) kejelasan dan akurasi
dengan setiap langkah yang telah dijelaskan, (3) kecukupan pembenaran untuk setiap
langkah, dan (4) tingkat keterpaduan dari bagian-bagian rencana. Biasanya kriteria
untuk mengevaluasi jawaban digunakan untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban itu
ke dalam lima tingkat, yang selanjutnya diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 atau A, B, C, D, dan E.
Lebih lanjut keseragaman standar dari grading biasanya diperoleh dengan membaca
jawaban dua kali untuk setiap pertanyaan. Selama membaca bacaan pertama, tulisan
harus disortir secara tentatif menjadi lima tumpukan, mulai dari kualitas yang tinggi ke
rendah atau sebaliknya. Pembacaan kedua dapat mencapai tujuan memeriksa
keseragaman jawaban di setiap tumpukan dan membuat sebuah perubahan penting
dalam menilai.

4. Evaluasi semua jawaban-jawaban siswa untuk satu pertanyaan sebelum melanjutkan ke


pertanyaan berikutnya. Menskor atau menilai tes essay dengan pertanyaan demi
pertanyaan, lebih baik daripada siswa demi siswa, hal ini memungkinkan untuk
mempertahankan standar keseragaman dalam menilai jawaban untuk setiap pertanyaan.
Prosedur ini juga membantu untuk menghindari halo effect dalam menilai. Manfaatnya
adalah agar guru dapat membandingkan jawaban-jawaban siswa dalam tingkat-tingkat
yang lebih tepat, dan agar guru hanya berpegang pada satu daftar angka guna menjamin
ketepatan dalam menilai.

5. Evaluasi jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahuai identitas penulis. Hal ini
merupakan upaya lain untuk mengontrol personal bias selama menskor. Jawaban-
jawaban dari soal essay dievaluasi dalam bentuk tertulis, bukan dalam bentuk apa yang
diketahui penulis dari kontak langsung dengan siswa. Cara terbaik untuk mencegah
pembiasan dalam penilaian adalah mengevaluasi setiap jawaban tanpa mengetahui
identitas penulis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menginformasikan kepada siswa
untuk menuliskan namanya dibelakang kertas jawabannya atau dengan menggunakan
kode nomor sebagai pengganti nama.

6. Bila memungkinkan, mintalah dua atau lebih orang guru lain yang mengetahui masalah
itu, untuk menskor tiap jawaban. Hal ini diperlukan untuk mengecek kehandalan
scoring terhadap jawaban-jawaban essay itu. Tentu saja hal ini tidak perlu dilakukan
pada setiap penskoran, tetapi sewaktu-waktu saja, misalnya jika diperlukan untuk
memilih siswa-siswa yang akan dicalonkan untuk mengikuti latihan tertentu atau untuk
memilih juara sekolah (Metika, 2011).

G. Metode Pengoreksian Tes Essay

Terdapat 3 metode yang dapat digunakan oleh guru dalam mengoreksi soal
bentuk essay. Metode-metode tersebut antara lain:

1. Metode Pernomor (Whole Method)


Guru mengoreksi hasil jawaban setiap nomor dari peserta didik, misalnya guru
mengoreksi nomor 1 terlebih dahulu dari jawaban seluruh peserta didik, kemudian
dilanjutkan ke nomor 2, dan seterusnya.
2. Metode Perlembar (Separated Method)
Guru mengoreksi satu lembar jawaban peserta didik mulai dari nomor 1
hingga nomor terakhir, kemudian setelah selesai mengoreksi satu lembar jawaban dari
peserta didik yang satu, guru mengoreksi lembar jawab peserta didik yang lain, begitu
seterusnya.
3. Metode Bersilang (Cross Method)
Guru mengoreksi jawaban peserta didik dengan cara menukarkan
hasil  koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain. Dengan kata lain, lembar
jawab yang telah dikoreksi oleh seorang korektor, kemudian dikoreksi kembali oleh
korektor lain.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Pengoreksian

Jenis
Kelebihan Kekurangan
Metode

Pernomor Pemberian skor yang berbeda Pelaksanaan terlalu berat dan


atas dua jawaban yang memakan banyak waktu.
kualitasnya hampir sama hampir
tidak akan terjadi.

Perlembar Tidak memakan waktu banyak. Guru sering memberi skor yang
berbeda atas dua jawaban yang
sama kualitasnya.

Bersilang Hasil pengoreksian lebih Membuang waktu dan tenaga


objektif. yang banyak.

Di samping metode-metode di atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban
soal bentuk essay, antara lain:

1. Metode Analisis (Analytical Method)


Cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik dengan membandingkan jawaban
peserta didik dengan model jawaban yang sudah disiapkan dan sudah dianalisis menjadi
beberapa langkah dan pada setiap langkah tersebut disediakan skor-skor tertentu.Misalnya:
¼ benar diberikan skor 2,5; ½ benar diberikan skor 5; ¾ benar diberikan skor 7,5; dan
benar semuanya diberikan skor 10 untuk setiap item.
2. Metode Penyortiran (Sorting Method)
Cara menskor dengan terlebih dahulu melakukan sortir terhadap keseluruhan
pekerjaan peserta didik. Penyortiran dilakukan dengan mengklasifikasikan jawaban yang
ada.Misalnya mengklasifikasikan skor ke dalam beberapa tingkatan seperti jawaban benar
(baik), cukup, sedang, kurang, dan kurang sekali.Tiap klasifikasi diberikan skor misalnya
9 – 10; 7 – 8; 5 – 6; 3 – 4; dan 1 – 2 dari yang baik hingga ke yang kurang sekali.
3. Metode Poin (Point Method)
Dalam metode ini (yang sering disebut sebagai metode poin jawaban), jawaban
ideal atau model jawaban disusun secara mendetail sampai ke poin-poin spesifik setiap
jawaban. Nilai yang akan diberikan kepada seorang siswa tergantung dari jumlah poin-
poin isi jawaban yang disertakan dalam jawabannya, selain itu komponen–komponen
bagian seperti kejelasan ekspresi yang digunakan, cara mengorganisasi pemikiran yang
logis, dan bukti pendukung jawaban juga dipertimbangkan dan diberi nilai. Oleh karenaitu,
sebuah daftar periksa sangat berguna untuk dapat memberikan penilaian yang objektif.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memberikan poin nilai untuksoal-soal
essay tertentu adalah (1) waktu yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut, (2) tingkat
kerumitan dari soal tersebut, (3) penekanan pada isi yang dibahas pada suatu soal dalam
garis-garis besar tes. Jadi, setiap jawaban siswa dibandingkan dengan jawaban ideal yang
telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan akan bergantung pada
derajat kepadanannya dengan kunci jawaban. Metode ini cocok untuk bentuk essay
terbatas, karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu.

4. Metode Rating
Dalam metode penilaian global (juga disebut sebagai metode holistik atau
metode rating), jawaban ideal tidak dibagi-bagi ke dalam poin-poin spesifik dan
komponen-komponen tambahan; jawaban ideal hanya berfungsi sebagai standar. Tulisan
siswa yang kurang dari standar ideal tersebut dan yang melenceng dalam halkualitas
digolongkan kedalam standar diluar standar ideal atau tolok ukur ideal. Para guru atau
penilai kemudian diinstruksikan untuk memeriksa jawaban dengan cepat danmemberikan
pendapat globalnya secara keseluruhan megenai kualitas jawaban. Jadi, jawaban setiap
peserta didik ditetapkan dalam salah satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan
kualitasnya selagi jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan
kualitas dan dan menentukan berapa skor yang akan diberikan pada setiap jawaban.
Misalnya, sebuah soal akan diberi skor maksimal 8, maka soal tersebut akan dapat dibuat
menjadi 9 kelompok jawaban, mulai dari 0 sampai 8. Metode ini cocok untuk bentuk essay
bebas (Metika, 2011).
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai tes essay, dapat disimpulkan bahwa :

 Tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan
gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara
mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-
kata sendiri. 
 Penggunaan tes essay sangat baik digunakan salah satunya yaitu ketika jumlah peserta
tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang dan waktu yang dimiliki guru untuk
mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup
untuk memeriksa hasil ujian.
 Mengkonstruksi pertanyaan essay dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti
memfokuskan pertanyaan essay pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap
dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif, memformulasikan item pertanyaan yang
mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar, item-
item pertanyaan tes essay sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan,
sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan dan menghindari
menggunakan pertanyaan pilihan.
 Upaya untuk meminimalkan subjektivitas penilaian dan memberikan keseragaman
standar penilaian dari siswa yang satu ke siswa yang lainnya salah satunya yaitu
evaluasi jawaban-jawaban soal essay dalam hubungannya dengan hasil belajar yang
sedang diukur.
 Metode pengoreksian tes essay antara lain metode pernomor (whole method), metode
perlembar (separated method), metode bersilang (cross method), metode analisis
(analytical method), metode penyortiran (sorting method), metode poin (point
method) dan metode rating.
DAFTAR PUSTAKA

Zainal. (2009). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, prosedur. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Kurniawan, Gede. (2011). Mengkonstruksi tes essay. Diakses dari

http://benny-metika.blogspot.com/2011/08/mengkonstruksi-tes-essay.html

25 Februari 2015.

Masidjo. (1995). Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah.

Yogyakarta: Kanisius.

Suryadi. (_____). Teknik menyusun alat evaluasi dan analisis hasil belajar. Diakses
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1968072919
98021-SURYADI/pengembangan_soal.pdf. 28 Februari 2015.

Widoyoko, Eko Putro. (2009). Evaluasi program pembelajaran: Panduan   praktis


bagi pendidik dan calon pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai