Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu:
Amalia Nurjannah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Gitot Riwansyah (21.001.1977)
Melvan Edwar (21.001.1970)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDHATUL ULUM


SAKATIGA INDRALAYA OGAN ILIR SUMSEL
TAHUN 2023

1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 3
A. Latar Belakang ......................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 4
A. Pengertian Tes, Measurmen, Assessment dan Evaluasi. .......... 4
B. Urgensi Evaluasi dalam Pendidikan ......................................... 4
C.Tujuan dan Fungsi Evaluasi …………………………….……. 9
D.Ciri-ciri Dan Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan …………… 11
BAB III PENUTUP .......................................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment) dikenal pula
beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran (measurement), tes (test) dan testing.
Diantara ketiga istilah tersebut, tes merupakan istilah yang paling akrab dengan
guru. Hal tersebut disebabkan karena Tes prestasi belajar (Achievement test)
seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menilai hasil belajar siswa.
Padahal tes sebenarnya hanya merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. Tes
prestasi belajar (Achievement test) seringkali dipertukarkan pemakaiannya oleh
guru dengan konsep pengukuran hasil belajar (measurement).

Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk memperkenalkan kepada guru


tentang pengertian dan esensi tentang konsep evaluasi, asesmen, tes dan
pengukuran yang sesungguhnya. Diantara peristilahan tersebut, Asesmen
merupakan istilah yang belum dikenal secara umum. Para guru seringkali salah
dalam menafsirkan makna asesmen yang sesungguhnya.

B.Rumusan Masalah

Adapaun rumusan masalah yang menjadi acuan pembuatan makalah ini


yaitu :
1.Apa yang dimaksud dengan Tes, Measurmen, Assessment dan Evaluasi ?

2.Apa itu Urgensi Evaluasi dalam Pendidikan ?

3.Jelaskan Tujuan dan Fungsi Evaluasi ?

4.Sebutkan Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Tes, Measurmen, Assessment dan Evaluasi.


Selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan asesmen (assessment) dikenal
pula beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran (measurement), tes (test) dan
testing. Diantara ketiga istilah tersebut, tes merupakan istilah yang paling akrab
dengan guru. Hal tersebut disebabkan karena Tes prestasi belajar (Achievement
test) seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk menilai hasil belajar siswa.

B.Urgensi Evaluasi dalam Pendidikan


a.Pengertian Tes
Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum
digunakan dalam kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang
terbaik dan tepat untuk beberapa tujuan. Jenisnya juga bermacam-macam.
Misalnya tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency
test), tes bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test). dan tes
penempatan (placement test). Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik,
maka tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk
objektif (objective).1
1. Pengembangan Tes Bentuk Uraian.
• Uraian Terbatas
Dalam menjawab soal benrtuk uraian terbatas ini, perserta
didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-
batas nya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu
beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang
terdapat dalam sistematika jawaban nya sesuai dengan batas-

1
Drs. Asrul,M.Si, Evaluasi Pembelajaran, Hal 42

4
batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya2.
Contoh :
a.jelaskan bagaiamana prosedur oprasiaonal sebuah
pesawat computer.
b.sebukan lima komponen dalam system komputer
• Uraian Bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal
dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas
mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus
mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jwaban
peserta didik nanti. Contoh:
a. Bagaimana perkembangan computer Indonesia, jelaksan
dengan singkat!
b. Bagaimana peranan computer dalam Pendidikan!3
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian,
baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini,
khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk
mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata
sendiri serta dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut:
- Memecahkan masalah
- Menganalisa masalah
- Membandingkan
- Menyatakan hubungan
- Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).4

2
Drs. Zainal Arifin,M.Pd., evaluasi Pembelajaran, Hal 125
3
Drs. Zainal Arifin,M.Pd., evaluasi Pembelajaran, Hal 126
4
Rusydi Ananda, M.Pd, evaluasi pembelajaran, Hal 43

5
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini
dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items)
dan uraian bebas (extended respons items).
Contoh untuk masing-masing jenis tes ini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tes uraian dalam bentuk bebas atau terbuka.
Contoh: Coba sebutkan manfaat belajar penaksiran dalam kehidupan
seharihari dan berikan contohnya.
2. Tes uraian dalam bentuk uraian terbatas.
Contoh: Toni akan memasukkan 21 kelereng merah dan 28 kelereng
biru ke dalam kotak. Tiap kotak berisi kelereng merah yang sama
banyak dan kelerengn biru yang sama banyak pula. Berapa banyak
kotak yang diperlukan?. Berapa kelereng merah dan kelereng biru
dalam setiap kotak? Tes uraian sebagaimana dicontohkan di atas
memiliki beberapa karakteristik,5 yaitu:
a. Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya
cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk
memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan,
membedakan, dan sebagainya.
c. Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai
dengan sepuluh butir.
d. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata,
“uraikan”,…. “Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”, Untuk
penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat
dipedomani sebagai berikut6:
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal tersebut
dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.

5
Rusydi Ananda, M.Pd, evaluasi pembelajaran, Hal 45-46
6
Dra.Rosnita, MA, Evaluasi pembalajaran , Hal 51-52

6
2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester misalnya,
menyontek dan bertanya kepada tester yang lainya hendaknya sesuatu kalimat
pada soal berlawanan dengan buku pelajaran.
3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar
pertanyaan-pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi.
Contohnya: Jelaskan perbedaan antara …dengan .. dan kemukakan alasannya…
mengapa..
4. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
Objektif.
b.Pengertian Measurmen/ Pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran
(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja
mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan
atau formula tertentu.7
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan
tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran
merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu
yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada
aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus
disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001).

7
Arikunto, S & Jabar, Evaluasi Program Pendidikan. Hal. 4

7
Dengan demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur
atribut atau karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur
bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada
dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004)
menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif 8

c.Pengertian Assessment
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai
penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu
asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data
which shows the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa.
Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam
asesmen, faktor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan. Gabel (1993: 388-
390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen
tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes
benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas.9
Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah
essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek,
penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio,
observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Wiggins (1984) menyatakan bahwa
asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam
memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995) menyatakan bahwa
asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan
hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya asesmen
menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.

8
Arikunto, S & Jabar, Evaluasi Program Pendidikan. Hal. 5-6

9
Herman, J.L. et al, Practical Guide to Alternative Assessment. Hal.2

8
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan
bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya
mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses
perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini
asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan
tetapi juga kemajuan belajarnya.10
d.Pengertian Evaluasi
Dalam system pembelajaran evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus di tempuh oleh guru untuk
mengetahui keefektifan pembelajaran.11

C.Tujuan dan Fungsi Evaluasi.


Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran
dimaksud meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan
maupun sistem penilaian itu sendiri. Selain itu, evaluasi pembelajaran juga
ditujukan untuk menilai efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan
meningkatkan efektifitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan efektifitas
pembelajaran, membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan peserta didik, serta untuk menyediakan data yang membantu dalam
membuat keputusan.12 Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan
penilaian (assessment purpose) adalah untuk
1. Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar peserta
didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Untuk itu, guru harus mengumpulkan data dan informasi dalam
kurun waktu tertentu melalui berbagai jenis dan teknik penilaian untuk
memperoleh gambaran tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik.

10
Herman, J.L. et al, Practical Guide to Alternative Assessment. Hal.2-3
11
Drs. Zainal Arifin,M.Pd., evaluasi Pembelajaran, Hal 2
12
Drs. Asrul,M.Si, Evaluasi Pembelajaran, Hal 12

9
2. Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta didik
selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, guru perlu
melakukan penilaian untuk mengetahui bagian mana dari materi yang sudah
dikuasai peserta didik dan bagian mana dari materi yang belum dikuasai.
3. Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif
solusinya.
4. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil penyimpulan ini
dapat digunakan guru untuk menyusun laporan kemajuan belajar ke
berbagai pihak yang berkepentingan.13
Fungsi Evaluasi memang cukup luas, bergantung dari sudut mana kita melihatnya.
Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah sebagai berikut:
a. secara fisikologis, peserta didik selalu butuh untuk mengetahui sejauh
mana kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
b. secara sosiologis, evaluasi berfunsi untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun kemasyrakat.
c. secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam
menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dangan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru dalam
usaha memperbaiki proses pembelajaranya.
d.secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan
tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, penjabat pemerintah, yang
berwenang,kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.14

13
Drs. Asrul,M.Si, Evaluasi Pembelajaran, Hal 12-13
14
Drs. Zainal Arifin,M.Pd., evaluasi Pembelajaran, Hal 16-17

10
D.Ciri-ciri Dan Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan
Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan
Suharsimi (2002:11), yaitu:
Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai contoh
mengetahui tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian melalui
ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal. Dengan acuan bahwa tanda-tanda
anak yang inteligen adalah anak yang mempunyai:
a. Kemampuan untuk bekerja dengan bilangan.
b. Kemampuan untuk menggunakan bahasa yang baik.
c. Kemampuan untuk menanggap sesuatu yang baru (cepat mengikuti
pembicaraan orang lain).
d. Kemampuan untuk mengingat-ingat.
e. Kemampuan untuk memahami hubungan (termasuk menangkap
kelucuan).
f. Kemampuan untuk berfantasi.15
Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif.
Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan
sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk
kualitatif. Contoh : Dari hasil pengukuran, Tika mempunyai IQ 125, sedangkan IQ
Tini 105. Dengan demikian maka Tika dapat digolongkan sebagai anak yang
pandai, sedangkan Tini anak yang normal.
Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal.
Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak
sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain. Contoh: hasil
ulangan yang diperoleh Mianti hari Senin adalah 80. Hasil hari Selasa 90. Tetapi
hasil ulangan dari Sabtu hanya 50. Ketidak tetapan hasil penilaian ini disebabkan
karena banyak faktor.

15
Drs. Asrul,M.Si, Evaluasi Pembelajaran, Hal 7-8

11
Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian
pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan.16
Prinsip-prinsip Evaluasi Pendidikan
1.Kontinuitas
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental karena
pembelajaran itu sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu,
evaluasi pun harus dilakukan secara kontinu.
2.Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus
mengambil seluruh objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya,jika objek
evaluasi itu adalah peserta didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta
didik itu harus dievalusi,baik yang menyangkut kognitif,efektif maupun
psikomotor.
3.Adil dan Objektif
Dalam melaksanakan evaluasi,guru harus berlaku adil tampa pilih
kasih. Kata adil dan objektif memang mudah di ucapkan,tetapi sulit
dilaksakan.
4.Kooperatif
Dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya berkerja sama dengan
pihak, seperti orang tua perseta didik, sesama guru, kepala sekolah,
termasuk dengan perserta didik itu sendiri.
5.Praktis
Praktis mengandung arti mudah di gunakan, baik oleh guru itu
sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan
menggunakan alat tersebut.17

16
Drs. Asrul,M.Si, Evaluasi Pembelajaran, Hal 8-10
17
Drs. Zainal Arifin,M.Pd., evaluasi Pembelajaran, Hal 30-31

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah selain dari istilah evaluasi (evaluation) dan
asesmen (assessment) dikenal pula beberapa istilah lainnya yaitu pengukuran
(measurement), tes (test) dan testing. Diantara ketiga istilah tersebut, tes merupakan
istilah yang paling akrab dengan guru. Hal tersebut disebabkan karena Tes prestasi
belajar (Achievement test) seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk
menilai hasil belajar siswa. Padahal tes sebenarnya hanya merupakan salah satu alat
ukur hasil belajar. Tes prestasi belajar (Achievement test) seringkali dipertukarkan
pemakaiannya oleh guru dengan konsep pengukuran hasil belajar (measurement).

13

Anda mungkin juga menyukai