Dosen Pengampu:
Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah ini telah diselesaikan. Akan tetapi, kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun penyusunan kata dan kalimat. Oleh
karenanya, kami memohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan dalam makalah
kami.
penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kasmir, Bunga dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), hal.114.
2
Muslimin H.Kara, Bank Syariah di Indonesia, Analisis kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap
Perbankan Syaria, (Yogyakarta: UII Press 2005), hal. 71-73.
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan
berikut:
1. Apa pengertian dari Bunga Bank?
2. Apa saja jenis Bunga Bank?
3. Bagaimana pendapat para ulama mengenai Bungan Bank?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bunga Bank
2. Untuk mengetahui jenis-jenis Bungan Bank
3. Untuk memahami bagaimana pandangan para ulama terhadap Bungan Bank
BAB II
PEMBAHASAN
3
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal.182
Bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar
oleh pemimjam kepada bank, seperti bunga kredit. Bagi pihak bank, bunga
pinjaman merupakan harga jual.
Bunga simpanan dan bunga pinjaman merupakan komponen utama faktor
biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpana merupakan dana yang harus
dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan
yang diterima dari nasabah. Selisih dari bunga pinjaman dikurangi bunga
simpanan merupakan laba atau keuntungan yang diterima oleh pihak bank.4
C. Bunga Bank Menurut Para Ulama
Islam tidak mengenal sistem perbankan modern dalam arti praktis, sehingga
terjadi perbedaan pendapat. Sehingga menimbulkan kesimpulan-kesimpulan hukum
yang berbeda pula, dalam hal boleh tidaknya, halal haramnya bunga bank ini. Ulama
kontemporer berbeda pandangan mengenai hukum bunga bank, ada yang
meperbolehkan dan yang mengatakan syubhat dan adapula yang mengharamkan
karena dianggap sama dengan riba.
1. Ulama yang Memperbolehkan
Syekh Ali Juma’ah, Muhammad Abduh, Muhammad Sayyid Thanthawi,
Abdul Wahab Khalaf dan Muhammad Syaltut menegaskan bahwa bunga bank
hukumnya boleh dan tidak termasuk riba. Meraka berpegangan pada firman Allah
subhanahu wata’ala surah An-Nisa ayat 29: “Hai orang-orang ynag beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara
kamu.” Mereka berpendapat bahwa dalam ayat ini Allah melarang memakan
harta orang lain dengan cara yang batil, seperti mencuri, menggasab dan dengan
cara riba. Sebaliknya Allah menghalalkan hal itu jika dilakukan dengan
perniagaan yang berjalan dengan saling ridha. karena adanya keridhaan dari kedua
belah pihak yang melakukan transaksi untuk menentukan besaran keuntungan
diawal inilah, sebagaimana yang terjadi di bank, dibenarkan dalam Islam. Selain
itu, mereka juga berpegang pada fatwa Majma’ al-Buhus al-Islamiyyah yang
berbunyi “ sesungguhnya menginvestasikan harta di bank-bank yang menentukan
keuntungan atau bunga di depan hukumnya halal menurut syariat, dan tidak apa-
apa.5
4
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah), hal. 503-504.
lihat Ali Ahmad Mar’i, Buhus fi Fiqhil Mu’amalat, Asmaul Ulama Al-ladzina Ajazu Fawaidal Bunuk;
5
Fatwa Majma’ Buhusts al-Islam bi Ibdhati Fawaidil Masharif,(Kairo: Al-Azhar Press), hal. 134-158.
Hasan berpendapat bahwa bunga bank (rente) seperti yang berlaku di
Indonesia, bukan termasuk riba yang diharamkan karena tidak berlipat ganda
sebgaimana yang dimaksud dalam firman Allah dalam surah Ali-Imran ayar
30:“Hai orang-orang ynag beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda, dan bertaqwalah kmau kepada Allah supaya kamu mendapat
keuntungan.” A.Hasan memiliki pandangan bahwa pada kata “berlipat ganda”
dalam ayat tersebut, hanya menyatakan peristiwa (kejadian) yang pernah terjadi di
masa jahiliyah dan jangan di pahami mafhum mukhalafnya, yaitu sekiranya tidak
berlipat ganda, berarti tidak haram (diperbolehkan).6
Abduh dan Ridha serta Ibnu Qayyim, Abd al-Razzaq Sanhuri, yang
merupakan pakar hukum Islam kebangsaan Mesir, menegaskan bahwa bunga yang
dilarang adalah ynag berlipat ganda, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. Ali
Imran ayat 130. Keterangan ini berdasarkan bukti faktual dalam praktek riba pada
masa pra-Islam dan juga implikasi yang ditimbulkannya, sehingga bunga yang
tidak berlipat ganda tidaklah dilarang. Pakar hukum Islam Mesir lainnya, Ibrahim
Zaki al-Badwi, juga berargumentasi bahwa larangan keras praktek riba pada masa
pra-Islam menurutnya adalah peningktan dari nilai pokok pinjaman (hutang) pada
waktu meningkat (ketika peminjam tidak dapat mengembalikan hutangnya hingga
jatuh tempo pembayaran) supaya pemberi pinjaman menerima pinjaman baru.7
Mustafa Ahmad az-Zaqra’, guru besar hukum Islam dan hukum perdata
Universitas Syariah di Damskus mengemukakan, bahwa riba yang diharamkan
seperti riba yang berlaku pada masyarakat Jahiliyah, yang merupakan pemerasan
terhadap orang lemah (miskin), yang bersifat konsumtif. Berbeda dengan yang
bersifat produktif, tidak termasuk haram. Dr.Muhammad Hatta di Indonesia ini
juga berpendapat demikian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bank menurut Undang-Undang Pokok Perbankan tahun 1967 adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang. Dari pengertian tersebut, jelas bahwa bank akan
11
https://rumaysho.com/17476-hadits-arbain-06-hati-hati-dengan-syubhat-dan-jaga-hati.html
selalu dikaitkan dengan masalah uang. Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa
Belanda yang dikenal dengan istilah bunga.
Bunga bank dibedakan menjadi dua jenis yaitu, bunga simpanan dan bunga
pinjaman yang merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank.
Bunga simpanan merupakan dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan
bunga pinjaman merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Selisih dari
bunga pinjaman dikurangi bunga simpanan merupakan laba atau keuntungan yang
diterima oleh pihak bank.
Ada tiga pendapat para ulam mengenai bunga bank. Pertama, pendapat yang
mempersamakan antara bunga bank dengan riba secara mutlak, sehingga hukumnya
haram. Kedua, pendapat yang tidak mempersamakan bunga bank dengan riba,
sehingga hukumya boleh. Ketiga, pendapat yang mengatakan hukumnya syubhat
(diragukan tentang halal atau haramnya). Sebab para ahli hukum berselisih pendapat
tentangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008).
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah).
https://islam.nu.or.id/fiqih-perbandingan/ragam-pendapat-ulama-tentang-hukum-
bunga-bank-rDsVp
https://rumaysho.com/17476-hadits-arbain-06-hati-hati-dengan-syubhat-dan-jaga-
hati.html
Kasmir, Bunga dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012).
lihat Ali Ahmad Mar’i, Buhus fi Fiqhil Mu’amalat, Asmaul Ulama Al-ladzina Ajazu
Fawaidal Bunuk; Fatwa Majma’ Buhusts al-Islam bi Ibdhati Fawaidil Masharif,(Kairo: Al-
Azhar Press).
M .Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksui Dalam Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004).
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,
2004).
M. Ali Hasan, Berbagai Macan Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2004).
Muslimin H.Kara, Bank Syariah di Indonesia, Analisis kebijakan Pemerintah
Indonesia Terhadap Perbankan Syaria, (Yogyakarta: UII Press 2005).
Yusuf Qaradhawi, Fawa’id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram, (Kairo: Dar al-
Shahwah, halaman 5-11; Fatwa MUI Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga).