Anda di halaman 1dari 11

RELEVANSI KONDISI SISWA

A. Pendahuluan
Suatu rumusan nasional tentang istilah, Pendidikan adalah sebagai
berikut: pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1). Dengan usaha sadar
yang dimaksudkan, bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang
matang, mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-
objektif. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. menyiapkan
diartikan bahwa peserta didik pada hakekatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan
dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan pada proses yang
berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan
yang nyata.
Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan. Bimbingan pada hakekatnya adalah
pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu
mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pelaksanaan
metode-metode yang menjamin pemenuhan perbedaan individual masih
merupakan persoalan bagi guru. Hal itu disebabkan oleh karena pengaruh ujian
dan banyak guru berkomentar bahwa suatu hal yang mustahil melayani murid
secara individual bila mereka mempersiapkan diri untuk suatu ujian yang sama.
Begitu pula kita jumpai murid dalam kelas memiliki tingkat pengalaman yang
berbeda di rumah atau disekolah yang terdahulu (ibtidaiyah). Disebabkan oleh
perbedaan tersebut di atas, setiap kesempatan belajar yang diberikan di sekolah
akan berbeda bagi murid yang berbeda.

1
B. Pembahasan
1. Pengertian Relevansi
Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah
bersangkut paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia).
Relevansi berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia). Menurut Green,
relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat
membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi.
Dokumen dinilai relevan bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama,
atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Pada
berbagai tulisan mengenai relevance, topicality (topik) merupakan faktor
utama dalam penilaian kesesuaian dokumen. Froelich dalam menyebutkan
bahwa inti dari relevance adalah topicality. 1
Relevansi/relevansi/ /rlevansi/ n hubungan; kaitan: setiap mata
pelajaran harus ada--nya dengan keseluruhan tujuan pendidikan;
Pendidikan/pendidikan/ n proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik; Relevansi
pendidikan adalah hasil pendidikan sesuai dengan pembangunan dan
perkembangan zaman.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan
pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal
untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya. Masalah yang
berhubungan dengan relevansi (kesesuaian) pemilikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap lulusan suatu sekolah dengan perkembangan zaman
dan pembangunan. Relevan berarti bersangkut paut, kait-mengait, dan
berguna secara langsung.

1
Nirwana, Herman dkk. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP, 2006 hal 17

2
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama
dengan tuntunan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru yang sebagainya sering tidak diramalkan
sebelumnya. Relevansi pendidikan adalah sejauh mana sistem pendidikan
dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan,
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan
yang beraneka ragam seperti sektor produksi maka relevansi pendidikan
dianggap tinggi. Relevansi pendidikan dapat dilihat dengan mengikuti alur
input-proses-output.
2. Pengertian Siswa
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian murid berarti
orang (anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut
Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa adalah orang yang datang ke
suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.
Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun
usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa
pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan
dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan. 2
Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses
belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki
tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi
faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan
untuk mencapai tujuan belajarnya. Murid atau anak adalah pribadi yang
unik yang mempunyai potensi dan mengalami proses berkembang. Dalam
proses berkembang itu anak atau murid membutuhkan bantuan yang sifat dan

2
Dimyati dan Mudjiono. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama
dengan Rineka, 2006 hal 88

3
coraknya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu
kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
Dalam proses belajar-mengajar yang diperhatikan pertama kali adalah
murid/anak didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu
menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan,
bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat atau fasilitas apa yang cocok
dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan/karakteristik
murid. Itulah sebabnya murid atau anak didik adalah merupakan subjek
belajar.
Dengan demikian, tidak tepat kalau dikatakan bahwa murid atau anak
didik itu sebagai objek (dalam proses belajar-mengajar). Memang dalam
berbagai statment dikatakan bahwa murid/anak didik dalam proses belajar-
mengajar sebagai kelompok manusia yang belum dewasa dalam artian
jasmani maupun rohani. Oleh karena itu, memerlukan pembinaaan,
pembimbingan dan pendidikan serta usaha orang lain yang dipandang dewasa,
agar anak didik dapat mencapai tingkat kedewasaanya. Hal ini dimaksudkan
agar anak didik kelak dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, warga negara, warga masyarakat dan pribadi yang
bertanggung jawab.
3. Kondisi Belajar
Kondisi belajar merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi proses
dan hasil belajar. Kondisi belajar yang baik akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar yang baik, begitu pula sebaliknya.3
Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya Condition of learning
menyatakan bahwa Kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning
situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada
seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.

3
Dimyati dan Mudjiono. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama
dengan Rineka, 2006 hal 89

4
Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:
a. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada
pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang
dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi.
b. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar
diri si belajar.
Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk
setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan
membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi
eksternal yang berbeda pula. Kondisi Belajar Untuk Berbagai Jenis Belajar
Gagne menyatakan bahwa dibutuhkan belajar yang efektif untuk berbagai
jenis/ kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar dibagi atas lima kategori
belajar sebagai berikut:4
a. Keterampilan intelektual (Intellectual Skill): kondisi belajar yang
dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan keterampilan
bawahan (yang sebelumnya), pembimbing dengan kata-kata atau alat
lainnya, pendemonstrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan
balikan, pemberian review.
b. Informasi verbal (Verbal Information): kondisi belajar yang dibutuhkan
adalah pengambilan kembali konteks dari informasi yang bermakna,
kinerja (performance) dari pengetahuan baru yang konstruktsi, balikan
c. Stategi kognitif (Cognitive Strategy/problem solving): kondisi belajar
yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-
konsep yang relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasil,
pendemonstrasian solusi oleh siswa.
d. Sikap (Attitude): kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan
kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan

4
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008 hal 23

5
tindakan pribadi yang diharapkan. Pembentukan atau pengingatan kembali
model manusia yang dihormati, penguatan tindakan pribadi dengan
pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain
dengan mengamati orang yang dihormati.
e. Keterampilan motorik (Motor Skill): kondisi belajar yang dibutuhkan
adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan atau
pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatiahn
keterampilan-keterampilan keseluruahn, balikan yang tepat.
4. Relevansi Kondisi Siswa
Semua guru mengetahui bahwa murid-murid berbeda satu dari yang
lainnya. Kemungkinan perbedaaan itu cukup besar dan tidak ada dua orang
anak yang identik. Terdapat beberapa kecenderungan umum yang dapat
diamati, tetapi pada dasarnya setiap anak adalah seorang individu. Masalah
perbedaan individu ini mendapat perhatian secara teoretis dalam lembaga
pendidikan guru pada umumnya. Beberapa perbedaan murid cukup jelas dan
dengan segera dapat diamati dan diketahui oleh guru pada saat pertama kali
memasuki kelas, perbedaaan itu terutama mengenai fisik. Perbedaan-
perbedaan lainnya seperti perbedaan kepribadian dan watak akan kelihatan
setelah beberapa waktu kemudian. Untuk menyadari perbedaan-perbedaan itu
perlu waktu agak lama, namun demikian dalam jangka waktu tertentu akan
jelas bahwa terdapat ketidakseragaman dalam materi yang dipelajari, dalam
kecepatan belajar, sikap terhadap pelajaran dan dalam cara belajar. Begitu
pula kita jumpai murid dalam kelas memiliki tingkat pengalaman yang
berbeda di rumah atau disekolah yang terdahulu (ibtidaiyah). Disebabkan oleh
perbedaan tersebut di atas, setiap kesempatan belajar yang diberikan di
sekolah akan berbeda bagi murid yang berbeda.5

5
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : PT Rosdakarya, 2004 hal
142

6
Kesemuanya ini sudah diketahui dengan baik. Guru-guru sanggup
menukil contoh-contoh dari pengalaman mereka sendiri tentang perbedaan
yang beraneka ragam dan menerima teori dalam pendidikan mereka bahwa
mereka harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individu dan menyiapkan
pendidikan bagi murid yang dapat memenuhi perbedaan itu. Hal ini teoretis
sifatnya yang bagaimana dalam prakteknya
Kalau kita perhatikan bahwa sistem pengajaran di madrasah masih
mengikuti sistem klasikal di mana murid dengan berbagai ragam
perbedaannya mendapat pelajaran yang sama pada waktu yang sama, maka
metode yang relevan untuk memenuhi perbedaan-perbedaan individual
(walaupun tidak seluruhnya) ialah dengan metode proyek, pemberian tugas-
tugas tambahan dan pengelompokan berdasar kemampuan.6
Pelaksanaan metode-metode yang menjamin pemenuhan perbedaan
individual masih merupakan persoalan bagi guru. Hal itu disebabkan oleh
karena pengaruh ujian dan banyak guru berkomentar bahwa suatu hal yang
mustahil melayani murid secara individual bila mereka mempersiapkan diri
untuk suatu ujian yang sama. Para guru itu lupa bahwa tidak hanya satu jalan
ke Roma, ada berbagai cara untuk mencapai tujuan yang sama. Kalau
memang murid berbeda dalam kenyataannya dalam berbagai aspek, mengapa
mereka diharuskan mencapai tujuan dengan cara yang sama. Lebih-lebih lagi
sudah kebiasaan bagi murid yang akan ujian dan tidak ujian, diberikan
kesempatan belajar yang sama-materi yang sama, keterampilan yang sama,
cara belajar dan sebagainya serba sama
Pada tataran konseptual-normatifnya, nilai-nilai yang perlu
dikembangkan di dalam tujuan pendidikan Islam adalah nilai-nilai yang
bersifat fundamental seperti nilai-nilai sosial, ilmiah, moral dan agama.
Pendidikan menyimpan kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan

6
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2005 hal 41

7
keseluruhan aspek lingkungan hidup dapat memberikan informasi paling
berharga mengenai pegangan hidup masyarakat umat manusia, serta
membantu peserta didik dalam mempersiapkan kebutuhan yang esensial
dalam menghadapi perubahan. Kalau mengutip beberapa pandangan tokoh
pendidikan Islam seperti Omar Muhammad at-Toumy as-Syaibani yang
mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah perubahan yang diingini,
yang diusahakan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk
mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau
kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau
pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu
kegiatan asasi dan sebagi proporsi di antara profesi asasi dalam masyarakat.7
Akhir-akhir ini sudah dikembangkan pula sistem modul untuk bidang
studi Bahasa Arab yang dapat memenuhi perbedaan individu khususnya
dalam hal kecepatan belajar. Sistem ini dapat juga dikembangkan untuk
bidang studi pendidikan agama, terutama bahan yang menyangkut
pengetahuan. Sebagai penutup dari bab ini perlu disimpulkan bahwa antara
metode, tujuan, materi dan situasi (termasuk murid) mempunyai hubungan
yang jalin-menjalin. Jadi suatu metode yang ditetapkan oleh guru harus
relevan tidak hanya dengan tujuan, melainkan juga dengan materi, dan situasi.

7
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005 hal 42

8
C. Penutup
Relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat
membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen
dinilai relevan bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau
berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Peserta didik
merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan
hasil belajar. Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu: (1) Kondisi internal
(internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum
ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses
transformasi. (2) Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi
perangsang di luar diri si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar
berbeda-beda untuk setiap kasus.
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan
menghambat kelancaran proses belajar, bisa berkenaan dengan keadaan diri siswa
itu sendiri ataupun berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan.
Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar.
Kondisi itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada
dalam proses dan di sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses
belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi
pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi
emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan.
Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada di sekitar siswa juga
turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nirwana, Herman dkk. Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP, 2006

Dimyati dan Mudjiono. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud


berkerjasama dengan Rineka, 2006

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung : PT Rosdakarya,


2004

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada, 2005

10
MAKALAH
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN PAI
Relevansi Kondisi Siswa

Disusun Oleh :
Sisti Juniarti
1516510046

Dosen Pembimbing :
Dr. Ahmad Suradi, M. Ag

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BENGKULU
2017

11

Anda mungkin juga menyukai