Disusun Oleh :
Arma Fitriana
1711110013
Dosen :
Bobby Hariyanto, SH., M.H.I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal ini
dapat diselesaikan dengan baik..
Penulis menyadari bahwa Proposal ini jauh dari kesempurnaan, Sehingga
kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Dan harapan kami semoga Proposal ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi Proposal agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.
Penulis,
i
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Kegunaan Penelitian............................................................................. 6
E. Penelitian Terdahulu............................................................................. 6
F. Kerangka Teori..................................................................................... 7
1. Pengertian Kafaah........................................................................... 7
2. Landasan Hukum dan Ukuran Kafaah............................................ 10
3. Tujuan dan Pentingnya Kafaah dalam Perkawinan........................ 13
4. Kafaah Dalam Perspektif Imam Mazhab........................................ 14
G. Metode Penelitian................................................................................. 18
H. Sistematika Penulisan........................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
i
1
A. Latar Belakang
keseimbangan atau kafa’ah dalam bahasa Arab. Tinjauan kafaah ini selalu
dilakukan agar perkawinan dapat dilakukan secara baik dan dapat lestari.
Kebiasaan yang terjadi dalam menilai kafaah ini dalam praktek di masyarakat
manusia. Oleh karena itu perkawinan, merupakan masalah yang selalu hangat
yang sangat besar dan luas, baik dalam hubungan kekeluargaan pada
hikmah dari perkawinan adalah menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal
yang tidak diizinkan syara’ dan menjaga kehormatan diri dari terjatuh pada
kerusakan seksual.1
melakukan suatu aqad atau perjanjian untuk mengikatkan diri antara seorang
1
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia : Antara Fiqih Munakahat dan
Undang- Undang Perkawinan, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 48
2
pria dan wanita untuk menghalalkan hubungan kelamin antara kedua belah
pihak, dengan dasar suka rela dan keridhoan kedua belah pihak untuk
tahun 1974 tentang perkawinan adalah “ ikatan lahir bathin antara seorang pria
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha
Esa”
masih banyak dari kalangan masyarakat kita yang terus mementingkan pada
penilaian materi saja dalam menempuh perkawinan. Mereka lupa bahwa ada
aspek lain yang tidak dapat dihargai dengan nilai materi. Karena pada
umumnya mereka memandang pada aspek yang nyata saja dalam kehidupan
ini, maka akhirnya mereka lupa apa makna dan tujuan perkawinan itu.
Pada zaman ini banyak dari kalangan masyarakat yang melupakan aspek
agama dan akhlak sebagai modal utama dalam membina kehidupan rumah
berumah tangga hanya dapat dicapai apabila kedua belah pihak mempunyai
menentukan dan perlu diperhatikan serta dipahami, yaitu aspek yang di dalam
ilmu fiqih disebut dengan kafaah. Kafaah sendiri mempunyai arti kesamaan,
serasi, seimbang. Sedangkan arti luas yaitu keserasian antara calon suami dan
istri, baik dalam agama, ahlak kedudukan, keturunan, pendidikan dan lain-
lain.
sebahagiannya sekufu bagi sebagian Orang Arab lainnya dan Mawalli sekufu
4
Alhafiz Ibn Mujar Asqolani Bulughul al-Maram, (Surabaya:T.tp, Indonsesia, T.th) h .215
4
Kafaah bisa menjadi faktor kebahagiaan hidup suami istri dan lebih
tangga.5
ada kesekufuan atau tidak di antara mereka, baik sekufu dari segi agama,
lainnya, asalkan mereka Islam dan bertaqwa. Ketentuan itu sudah menjadi
ukuran kafaah dalam perkawinan, dengan alasan bahwa setiap muslim itu
bersaudara.
Untuk dapat terbina dan terciptanya suatu rumah tangga yang sakinah,
keseimbangan antara calon suami istri. Tetapi ini bukan sesuatu hal yang
mutlaq, melainkan suatu hal yang perlu diperhatikan guna terciptanya tujuan
para Imam Mazhab pada waktu menentukan apa saja yang menjadi ukuran
5
Muhammad Thalib, Terjemah Fiqih sunnah Jilid 7, (Bandung: PT. Al-Ma’rif, 1987), h. 36
5
Oleh karena itu, menjadi hal yang menarik untuk penulis teliti faktor-
faktor apa yang termasuk kategori kafaah menurut masyarakat Kota Bengkulu
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan diteliti dan diuraikan dalam skripsi
ini adalah :
dalam pernikahan ?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
yaitu :
dalam perkawinan
6
D. Kegunaan Penelitian
hukum perkawinan.
pelaksanaannya di masyarakat.
E. Penelitian Terdahulu
skripsi yang membahas masalah kafaah. Karena tema-tema skripsi itu terlalu
luas, penulis hanya akan mereview skripsi yang secara khusus terkait dengan
laki-laki yang bukan dari keturunan Syarif. Dari beberapa pendapat imam
keturunan Nabi Saw karena silsilah ini merupakan anugrah ilahi yang
Syariah dan Hukum 2007 Skripsi ini membahas tradisi masyarakat Desa
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Kafaah
yaitu : atau artinya: sama, semacam, sepadan. Jadi kafaah atau sekufu
6
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta, Yayasan Penyelenggara Penterjemah
Penafsiran Al-Qur’an ), h. 378-379
7
Al-Munawwir, Kamus Arab indonesia (Jakarta, Pustaka Progresif, 2002) h. 1221
8
kesepadanan.8
Kafaah yang berasal dari bahasa Arab dari kata . berarti sama
atau setara, kata ini kata yang terpakai dalam bahasa Arab dan terdapat
dalam Al-Qur’an dalam arti “sama”. Contoh dalam Al-Qur’an surat al-
8
Ahmad Zuhdi Muhdor, Kamus Kontemporer Arab- Indonesia, Cet II ( Yogyakarta: Yayasan
Ali Maksum, 1996 ), h.1511
9
Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia h.140
10
Mona Siddiqui, Menyingkap Tabir Perempuan Islam, (Bandung: Nuansa, 2007), h 83
9
oleh calon sumi dan istri, agar dihasilkan keserasian hubungan suami istri
sederajat dalam akhlak serta kekayaan. Jadi, tekanan dalam hal kafaah
yang tidak sekufu kecuali yang bersangkutan ridha, demikian pula para
persetujuan dengan para wali. Apabila perempuan dan walinya sudah ridha
11
Hasbullah Bakry, Pedoman Islam di Indonesia, (Jakarta, UI PRESS, 1998), h. 159
12
M. Ali hasan , Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam.( Jakarta: Prenada Media,
2003), h. 33
13
Zaid Husein Ahmad, Terjemah Fiqhul Mar’atil Muslimah, (Jakarta, T.tp, 1995), h. 267
14
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1. (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999) h. 50
15
Ibid., h. 24-25,
10
sehingga bila dia akan dikawinkan oleh walinya dengan orang yang tidak
se-kufu dengannya, dia dapat menolak atau tidak memberikan izin kepada
walinya.16
pasal 61: Tidak se-kufu tidak dapat dijadikan alasan untuk mencegah
al-dien.17
dicatat, sehingga dapat dijadikan alat bukti, seandainya ada para pihak
a. Landasan hukum
dalam kafaah tidak diatur secara jelas mengenai batasan dan ukuran
16
Abd Rahman Ghazaliy, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 140
17
Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 1992) h, 77
11
keluarga.18
mempertimbangkan :
bersabda :
dan ahlaknya, maka nikahkan dia kalau tidak kamu lakukan maka nanti
18
Farhat J. Ziadeh, h.503
12
b. Ukuran Kafaah
Ulama berpendapat ukuran kafaah yaitu sikap hidup yang lurus dan
kualitas perkawinan yang sudah terjadi. Maka jika seorang pria kawin
ternyata pria tersebut seorang pezina, ini tidak bisa menjadi alasan bagi
bubarnya perkawinan.
19
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Al-Syamilah (http://www. al-islam.com) juz,
VI, h. 105
20
Sahih, Bukhari, (Beirut, Dar El Fikr, 1991), jilid 9, h. 72
13
a. Tujuan kafaah
b. Pentingnya kafaah
pernikahan yang singkat dan menjaga wanita dari rasa malu karena
Quraisy.25
kriteria :
25
Hasyim Assegaf, h. 46
26
Ibid, h. 47
16
bertaubat.
orang tua.
dan saleh
berhubungan dengan dua hal yang menjadi hak bagi perempuan bukan
walinya yaitu :
tabel 2.1.28
Tabel 2.1
28
Kiki Sakinatul Fuad, h.33
18
mazhab yang empat banyak yang memiliki kesamaan pada definisi dan
sakinah.
G. Metode Penelitian
kerangka konsep dan landasan teori dalam operasi penelitian ini. Studi
deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang
diamati.29
ini penulis memperoleh dari hasil angket yang penulis sebarkan di Kota
pendekatan kualitatif.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Bengkulu Bogor
b. Data Skunder
Data sekunder yang dalam hal ini bersifat pelengkap diperoleh dari
29
Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. XVII (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), h.3
20
tujuh belas sampai dengan tujuh puluh tahun sesuai dengan daftar nama
yang diperoleh dari kantor Kota Bengkulu terdaftar sebanyak 9.496 jiwa.
juga menemukan tidak sedikit responden yang tidak mengerti atau tidak
peduli akan sampel yang disebarkan. Namun pada akhirnya penulis dapat
6. Teknik Penulisan
H. Sistematika Penulisan
Agar penulis menjadi lebih sistematis, maka tata uraian terbagi menjadi
kafaah, Dasar Hukum Kafaah dalam Perkawinan, dan Pendapat Para Imam
Bab III Memaparkan gambaran umum lokasi penelitian. Bab ini meliputi:
Bab IV Bab ini berisi tentang: analisis hasil penelitian. Bab ini memuat:
Bab V Adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
Dalam bab ini, penulis membuat kesimpulan atas masalah yang telah dibahas
permasalahan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
M. Ali hasan , Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam.( Jakarta: Prenada
Media, 2003)
Zaid Husein Ahmad, Terjemah Fiqhul Mar’atil Muslimah, (Jakarta, T.tp, 1995)
Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 1992)