Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEMUHAMMADIYAHAN
“Aisyiyah Sebagai Gerakan Perempuan Muhammadiyah”

Disusun Oleh Kelompok 7:


Putra Jaya Alamsyah 1914201036
Indri Dwi Lestari 1914201029

Dosen :
Drs. M. Salim Bella Pili

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, November 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Masalah................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Aisyiyah.................................................................................. 3
B. Identitas Aisyiyah................................................................................ 6
C. Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah.............................................. 8
D. Pemberdayaan Perempuan oleh Aisyiyah........................................... 8
E. Aisyiyah dalam Gerakan Gender Modern........................................... 9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW. Maksud dan tujuan dari organisasi ini
adalah menjunjung dan menegakan syariat agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya atau utama, adil, makmur yang
diridhai oleh Alloh SWT. Muhammadiyah lahir karena pertama keprihatinan
terhadap kondisi masyarakat Islam dalam kehidupan yang masih
menyimpang, adanya kelemahan pendidikan Islam (kebodohan), dan
masuknya budaya lain seperti negara bagian barat.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan
pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran
Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan
berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada
perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para
tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan
amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung
makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah
sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia. Gerakan

1
Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom, diantaranya:
Aisyiyah (organisasi wanita), Pemuda Muhammadiyah (organisasi pemuda),
Nasyiatul Aisyiyah (organisasi pemudi), Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(organisasi pelajar dan remaja), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (organisasi
mahasiswa), Hizbul Wathan (organisasi kepanduan), Tapak Suci (perguruan
silat).
Aisyiyah sebagai salah satu organisasi wanita otonom keagamaan terbesar
di Indonesia didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1426 H bertepatan dengan
19 Mei 1917 oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan. Gerakan ‘Aisyiyah dari waktu ke
waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan
kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata
adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah
dasar, hingga perguruan tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Aisyiyah?
2. Bagaimana Identitas Aisyiyah?
3. Bagaimana Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah?
4. Bagaimana Pemberdayaan Perempuan oleh Aisyiyah?
5. Bagaimana Aisyiyah dalam Gerakan Gender Modern?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah Aisyiyah
2. Untuk mengetahui Identitas Aisyiyah
3. Untuk mengetahui Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah
4. Untuk mengetahui Pemberdayaan Perempuan oleh Aisyiyah
5. Untuk mengetahui Aisyiyah dalam Gerakan Gender Modern

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Aisyiyah
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah dan mendapat
imbuhan yah. Sebutan Aisyah disini adalah nama isteri Nabi Muhammad saw,
yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kata “yah” dalam bahasa arab
disini adalah “yah” nisbah yang artinya “membangsakan”. Jadi Aisyiyah
berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani
cara-cara hidup Siti Aisyah r.a. Adapun secara terminologi atau istilah ,
Aisyiyah adalah suatau organisasi wanita dalam muhammadiyah yang
mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan
muhammadiyah.
Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang
berkumpul lalu diberi bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad
Dahlan dengan pelajaran agama. Di antara mereka itu terdapat beberapa orang
yang dipersiapkan untuk menjadi wanita Muhammadiyah, yakni Siti Baryiah,
Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), Siti Wadingah
dan Siti Badilah Zuber. Meskipun mereka itu masih kecil dan paling tinggi 15
tahun, oleh K.H.Ahmad Dahlan sudah diajak berpikir tentang kemasyarakatan.
Demikianlah perhatian beliau begitu besar tentang wanita setelah mendirikan
Muhammadiyah.
Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini
kemudian diberi nama Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi
utuh, akan tetapi masih terbatas sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian
timbul pemikiran tentang perlunya pemberian nama pada kelompok ini. Maka
diadakan pertemuan antara K.H. Mukhtar, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Bagus
Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus Muhammadiyah yang lain di
rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada usulan nama untuk kelompok ini
diberi nama FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian
oleh K.H Fachruddin diusulkan nama Aisyiyah.

3
Tampaknya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita yang
baru itu. Nama ini dipandang tepat karena diharapkan perjuangan
perkumpulan ini dapat meniru Siti Aisyiyah istri Nabi Muhammad SAW,
yang selalu membantu berdakwah. Setelah nama itu disetujui secara aklamasi,
lalu diadakan peresmian pada tanggal 27 Rajab 1335 H atau 19 Mei 1917 M
bersamaan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw.
Peringatan ini baru pertama kali diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Pada
waktu itu tempat duduk murid-murid wanita dan ibu-ibu dipisahkan dengan
kelambu berwarna merah jambu. Selanjutnya, K.H. Mukhtar memberi
bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa
keagamaannya dibimbing langsung oleh KH A. Dahlan.
Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan Aisyiyah secara resmi terbentuk
ialah sebagai berikut:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai
dengan bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan
tidak mundur selangkah karena dicela.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah
hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam.
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan peperjuangan.
Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, Aisyiyah merintis pendidikan
dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanak-
kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya, taman
kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK Aisyiyah Bustanul
Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Adapun susunan kepengurusan Aisyiyah pada saat itu ditetapkan sebagai
berikut.
Ketua : Siti Bariyah
Penulis : Siti Badillah
Bendahara : Siti Aminah Harowi

4
Pembantu : Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah Wasol, Siti Dawingah, Siti
Dalalah, Siti Dawimah dan Siti Busyro.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar
perjuangan Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta
huruf pertama kali, baik buta huruf arab maupun latin pada tahun 1923.
Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri dari para gadis dan ibu- ibu
rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan
peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun
1926, Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara
Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan Bahasa Jawa. Melalui majalah
bulanan inilah Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan
kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.
Dalam hal pergerakan kebangsaan, Aisyiyah juga termasuk organisasi
yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada
tahun 1928. Dalam hal ini, Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain
bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu
penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres
Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita
Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa
dapat dilakukan secara terpadu.
Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai
organisasi wanita modern. Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk
pembinaan dan pendidikan wanita. Diantara aktivitas Aisyiyah ialah Siswa
Praja.Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri- puteri di luar
sekolah sebagai kader Aisyiyah. Pada Kongres Muhammadiyah ke-20 tahun
1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA). Di
samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi
sekolah atau madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi
penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri
yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu,
Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang

5
bertugas mencari dana untuk membangun Gedung 'Aisyiyah dan modal
mendirikan koperasi.
Perkembangan Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik
kemajuan yang sangat pesat. Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU)
yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah
putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan Pengajaran pun
didirikan di Aisyiyah. Di samping itu, Aisyiyah juga mendirikan Biro
Konsultasi Keluarga. Demikianlah, Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam
yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam
masyarakat pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan
kaum perempuan.

B. Identitas Aisyiyah
Identitas ‘Aisyiyah dapat dilihat dalam Anggaran Dasar Organisasi
perempuan Muhammadiyah ini, yaitu ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar
makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas Islam serta bersumber kepada
Al- Qur’an dan As-Sunah. Status Aisyiyah tertera pada bab yang sama
(Anggaran Dasar Aisyiyah BAB II, Pasal 4 dan 5), yaitu:
1. Aisyiyah adalah organisasi otonom Khusus Persyarikatan
Muhammadiyah.
2. Organisasi otonom khusus adalah organisasi Otonom yang seluruh
anggotanya anggota Muhammadiyah dan diberi wewenang
menyelenggarakan amal usaha yang ditetapkan oleh pimpinan
Muhammadiyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan yan
membidangi sesuai denan ketentuan yang berlaku tentang amal usaha
tersebut.
Visi Ideal
Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Visi Pengembangan

6
Tercapainya usaha-usaha Aisyiyah yang mengarah pada penguatan dan
pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar secara lebih berkualitas
menuju masyarakat madani, yakni masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Misi
Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program dan kegiatan
meliputi:
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,
meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam
segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita sesuai dengan ajaran
Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkaian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta
mempertinggi akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq, shodaqoh, wakaf,
hibah, serta membangun dan memelihara tempat ibadah, dan amal usaha
yang lain.
6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan
penyempurna gerakan Aisyiyah.
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, mempertuas
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup
yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial,
kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan
kebenaran serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi,ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan
kalangan masyarakat dalam dan luar negeri.
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi.

7
C. Posisi Aisyiyah dalam Muhammadiyah
Selain menjadi pelopor gerakan perempuan islam di Indonesia ‘Aisyiyah
juga disebut sebagai organisasi perempuan islam modern terbesar dan tertua
diindonesia. ‘Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan persyarikatan
muhammadiyah telah memberikan corak tersediri dalam ranah sosial,
pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi persyerikatan
muhammadiyah.
Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah ada ialah
sebagai berikut :
1. Aisyiyah
2. Pemuda Muhammadiyah
3. Nasyiyatul Aisyiyah
4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah
7. Hizbul Wathan

D. Pemberdayaan Perempuan oleh Aisyiyah


Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan
dan kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen
dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam
pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan. Dengan visi “tertatanya
kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi
keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, Aisyiyah melalui
Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan
menengah serta pengembangan- pengembangan ekonomi kerakyatan.
Beberapa program pemberdayaan diantaranya : Mengembangkan Bina
Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha
Ekonomi sebanyak 1426 buah di Wilayah, Daerah dan Cabang yang berupa
badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil atau

8
toko. Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang menjadi
salah satu pilar utama gerakan Aisyiyah, melalui Majelis Pendidikan Dasar
dan Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi, Aisyiyah mengembangkan
visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal)
serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang
bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air
dan berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program
dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai
Sekolah Menengah Umum dan Keguruan. Dalam bidang kesehatan Aisyiyah
berupa Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai
Pengobatan dan Posyandu secara keseluruhan berjumlah 280 yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia.
Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga
metakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan penanggulangan
penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA,
bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagi
pendekatan dan bekerjasama dengan berbagi pihak, meningkatkan pendidikan
dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot
project sistem pelayanan terpadu antara lembagakesehatan, dakwah sosial dan
terapi psikologi Islami. Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai
program majelis-majelis tablig, Dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah
yang mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai
masyarakat madani, Majelis Tabligh mengembangkan gerakan-gerakan
Dakwah Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran
keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media dakwah,
serta meningkatkan kualitas mubalighat.

E. Aisyiyah dalam Gerakan Gender Modern


Mengutip perkataan KH A. Dahlan mengenai “ berhati-hatilah dengan
urusan ‘Aisyiyah, kalau saudara-saudara memimpin dan membimbing mereka

9
insyaallah mereka akan menjadi pembantu dan teman yang setia dalam
melancarkan persyarikatan kita menuju cita-citanya,” Kepada para wanita
beliau berpesan: “ urusan dapur janganlah dijadikan halangan untuk
menjalankan tugas dalam menghadapi masyarakat.”
Rupanya beliau mengetahui bahwa tak mungkin pekerjaan besar akan
berhasil tanpa bantuan kaum wanita. Dalam melaksanakan cita-cita beliau,
bantuan dari kaum hawa yang berbadan halus itu diperlukan, dan ini
sebetulnya ikut menentukan berhasil tidaknya usaha beliau. Karenanya,
mereka oleh beliau dihimpun dan diajak serta melaksanakan tugas kewajiban
yang berat, tetapi luhur itu. Oleh karena itu wanita atau perempuan itu
memegang peranan penting pula, tidak hanya laki-laki yang memiliki peran
penting dalam kemuhammadiyahan.
Gender dipahami juga sebagai suatu konsep budaya yang menghasilkan
pembedaan dalam peran, sikap, tingkah laku mentalitas dan karakteristik
emosional antara laki-laki dan perempuan yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Gender sering juga disebut dengan istilah “jenis kelamin sosial.
Perbedaan gender sesunguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak
melahirkan ketidakadilan gender. Ketidakadilan gender termanifestasi dalam
berbagai bentuk ketidakadilan, yaitu marjinalisasi (peminggiran), subordinasi
(penomorduaan atau anggapan tidak penting), stereotipe (pelabelan negatif
biasanya dalam bentuk pencitraan yang negatif), violence ( kekerasan), double
burden (beban kerja ganda atau lebih), dan sosialisasi ideologi peran gender.
Perbedaan gender ini hanya dapat mempersulit baik laki-laki maupun
perempuan.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang hendak diwujudkan
Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah masyarakat yang rahmatan lil’alamin,
masyarakat yang sejahtera lahir batin dunia dan akhirat, baldatun thoyyibatun
warabbun ghafur, masyarakat utama, masyarakat madani, masyarakat
berkesetaraan dan berkeadilan gender. Aisyiyah sebagai komponen
perempuan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat yang
berkeseteraan dan berkeadilan gender, berkiprah dengan merespon isu-isu

10
perempuan (seperti KDRT, kemiskinan, pengangguran, trafficking, pornografi
dan aksi, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan) dan sekaligus
memberdayakannya secara terorganisir, terprogram, dengan menggunakan dan
memanfaatkan seluruh potensi.
Model gerakannya ‘Aisyiyah dalam bentuk keluarga sakinah atau Qaryah
Tayyibah merupakan arus utama strategi gerakan ‘Aisyiyah dalam
membangun kehidupan umat yang lebih baik. Dalam rangka menyesuaikan
dengan perkembangan dan perubahan sosial agar lebih dekat dengan
pertumbuhan dan perkembangan kondisi masyarakat modern, maka dilakukan
pengkayaan, seperti model gerakan ‘Aisyiyah berbasis jamaah karena jamaah
merupakan bagian paling nyata yang hidup dalam masyarakat.
Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sampai sekarang tetap berkomitmen dalam
pemberdayaan perempuan untuk kesetaraan dan keadila gender, hal ini dapat
dilihat dari hasil Muktamar Muhammadiyah ke-46 tahun 2010 di Yogyakarta
mengenai Program Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
yang terdiri dari Visi Pengembangan dan Program Pengembangan.
1. Visi Pengembangan, yaitu berkembangnya relasi dan budaya yang
menghargai perempuan berbasis ajaran Islam yang berkeadilan gender dan
terlidunginya anak-anak dari berbagai ancaman menuju kehidupan yang
berkeadaban utama.
2. Program Pengembangan, yaitu:
a. Meningkatkan usaha-usaha advokasi terhadap kekerasan terhadap anak
dan perempuan serta human trafficking yang merusak kehidupan
keluarga dan masa depan bangsa.
b. Meningkatakan usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
mencegah dan mengadvokasi kejahatan human trafficking (penjualan
manusia) yang pada umunya menimpa anak-anak dan perempuan.
3. Meningkatakan usaha dan kerjasama dengan berbagai pihak dalam
melakukan perlindungan terhadap tenaga kerja perempuan dan anak-anak
dari berbagai bentuk eksploitasi dan pelanggaran hak asasi manusia.

11
4. Menyusun dan menyebarluaskan pandangan Islam yang berpihak pada
keadilan gender disertai tuntunan-tuntunan produk Majelis Tarjih dan
sosialisasinya yang bersifat luas dan praktis.
5. Mengembangkan model advokasi berbasis dakwah dalam menghadapi
berbagai bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan anak di ruang publik
yang tidak kondusif seperti di penjara, pabrik, dan di tempat-tempat yang
dipandang rawan lainnya.
6. Mengembangkan pendidikan informal dan non formal selain pendidikan
formal yang berbasis pada pendidikan anti kekerasan dan pendidikan
perdamaian yang pro-perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ke-8 masa
jabatan 2009-2014 Linda Amalia Sari Gumelar menyatakan dengan tegas
bahwa ‘Aisyiyah telah membantu percepatan kesetaraan, persamaan dan
keadilan gender terutama dan langsung dirasakan melalui Lembaga
Pendidikan dan Kesehatan yang dikelola ‘Aisyiyah. Hal ini disampaikan pada
acara Rapat Kerja Nasional Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, di Wisma Makara UI
Depok, 3 Juni 2011.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah & mendapat
imbuhan “yah”. Sebutan Aisyah disini adalah nama isteri Nabi Muhammad
saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kata “yah” dalam bahasa
arab disini adalah “yah” nisbah yang artinya “membangsakan”. Jadi Aisyiyah
berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani
cara-cara hidup Siti Aisyah r.a. Identitas ‘Aisyiyah dapat dilihat dalam
Anggaran Dasar Organisasi perempuan Muhammadiyah ini, yaitu ‘Aisyiyah
adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah merupakan
gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas
Islam serta bersumber kepada Al- Qur’an dan As-Sunah.
Aisyiyah juga disebut sebagai organisasi perempuan islam modern
terbesar dan tertua diindonesia. Aisyiyah yang merupakan komponen
perempuan persyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersediri
dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini
menjadi persyerikatan muhammadiyah. Pemberdayaan Perempuan oleh
Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi, Majelis Kesehatan dan Lingkungan
Hidup. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang hendak diwujudkan
Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah masyarakat yang rahmatan lil’alamin,
masyarakat yang sejahtera lahir batin dunia dan akhirat, baldatun thoyyibatun
warabbun ghafur, masyarakat utama, masyarakat madani, masyarakat
berkesetaraan dan berkeadilan gender.

B. Saran
Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan etika, moral dan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2007. Manajemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta.

Blackburn, Susan. 2007. Kongres Wanita Pertama: Tinjauan Ulang. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia-KITLV.

Darban, Ahmad Adaby dan Musthafa Kamal Pasha. 2002. Muhammadiyah


Sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis.
Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam. Darban,

Ahmad Adaby, dkk. 2010. Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan


Indonesia: Sebuah Tinjauan Awal. Yogyakarta: Jurusan Sejarah Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Darban, Ahmad Adaby. 2000. Sejarah Kauman: Menguak Identitas Kampung


Muhammadiyah. Yogyakarta: Tarawang.

Hayati, Chusnul. 1985. Aktivitas Aisyiyah dalam Meningkatkan Peranan Sosial


Wanita di Indonesia. Yogyakarta: Seminar Sejarah Nasional IV.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana

14

Anda mungkin juga menyukai