Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan”

Mata Kuliah: Kemuhammadiyahan

Dosen Pengampu: Drs. San Susilo, M.M

Disusun Oleh:

Nama: Rifki Ahad Ridwandhani

NIM : 212223049

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

STKIP MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dengan judul “Muhammadiyah dan Pemberdayaan Perempuan”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua.
 Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian.

Kuningan, 03 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
A. Cara KH. Ahmad dahlan dalam Memberdayakan Perempuan..............................................3
B. Kesetaraan Gender dalam Muhammadiyah...........................................................................5
C. Peran Perempuan Muhammadiyah dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara..................6
KESIMPULAN......................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 9

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 71-76 bahwa kedudukan


antaralaki-laki dan wanita di hadapan allah itu sama. Sama-sama memikul kewajiban
dansama-sama mendapat hak. Penjelasan senada juga banyak terdapat dalam hadist
Nabi.Kaum wanita juga memikul tanggung jawab beragama, turut serta
mengokohkanaqidah dan ibadah. Islam mensejajarkan antara laki-laki dan perempuan
dalamsejumlah hak dan kewajiban. Sekalipun ada beberapa perbedaan maka hal
itumerupakan penghormatan terhadap asal fitrah kemanusiaan dan dasar-dasar perbedaan
kewajiban.
Salah satu alasan kaum wanita zaman ini ingin memperjuangkan haknya
adalahkarena semacam asumsi yang menyatakan bahwa norma agama dianggap sebagai
penghalang bagi kemajuan. Agama sering disalah artikan dan telah melegitimasi budaya
patriarki dimana posisi laki-laki berada diatas derajat wanita. Hal ini berangkatdari
pemahaman yang salah terhadap agama, padahal islam sejak awal telahmenunjukkan
komitmen yang besar untuk memberdayakan martabat wanita. Realitaswanita di zaman
kontemporer ini, secara umum terdapat cukup banyak nilai-nilai positif pada gerakan
mereka. Hal ini disebabkan karena pintu pengetahuan yangdibukakan dihadapan mereka
menjadikan mereka mampu berkreatifitas pada banyak bidang ilmu dan menjadikan
mereka mampu mewujudkan banyak hasil positif di bidang-bidang tertentu.
Kajian gerakan wanita islam yang membahas bagaimana gerakan tersebut
bergerak beriringan dengan gerakan sosial lainnya masih sangat terbatas. Baik itudalam
kajian konteks waktu, aspek pemikir pergerakan wanita per-periode, hingga bagaimana
sebuah gerakan wanita saling mempengaruhi dengan islam sebagai dasargerakan.
Padahal, bila ditilik lebih jauh, kaum wanita islam merupakan kalangan gardadepan
dalam melakukan sebuah gerakan kemasyarakatan baik dalam hal memahami persoalan
kaum wanita ataupun dalam bentuk langkah kongkret. Seiring pergerakandan perubahan
sosial budaya masyarakat, isu tentang wanita dalam berbagai bidangkehidupan terus

1
bergulir. Adanya gerakan-gerakan muslimah baik individu atauorganisasi, sedikit banyak
telah memberikan pengaruh ke arah perubahan yang lebih baik.
Di indonesia, gerakan wanita islam terbesar adalah Aisyiyah. Aisyiyahmerupakan
organisasi wanita islam non-politik yang terkemuka. Organisasi ini telahtersebar ke
seluruh indonesia dengan kiprah yang bisa dirasakan banyak pihak. Padaawalnya
organisasi ini menjadi bagian dari muhammadiyah, organisasi massa yang juga bersifat
non-politik. Sejak tahun 1952 kedudukan Aisyiyah ditetapkan menjadi bagian otonom di
dalam muhammadiyah karena dipandang telah mampu mengaturrumah tangga
perkumpulannya sendiri. Aisyiyah dengan motif geraknya membawa
kesadaran beragama dan berorganisasi, mengajak warganya menciptakan
“Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” sebuah kehidupan yang bahagia dan sejahtera
penuhlimpahan rahmat allah SWT di dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah dari Latar Belakang diatas yaitu:

1. Bagaimana Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan?


2. Bagaimana Kesetaraan gender Muhammadiyah?
3. Apa peran perempuan Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan.


2. Untuk mengetahui Kesetaraan gender Muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui peran perempuan Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2
PEMBAHASAN

A. Cara KH. Ahmad Dahlan dalam Memberdayakan Perempuan

Muhammadiyah adalah organisasi yang berkemajuan, yang ketika penggunaan


bangkumasih dianggap warisan belanda yang notabene disebut kafir oleh ulama pada
masa itu, KH. Ahmad Dahlan membuat terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-
sekolah muhammadiyah. Ketika khutbah jum’at masih menggunakan bahasa arab,
Muhammadiyah berani menganjurkan penggunaan bahasa indonesia dan tidak jarang
menggunakan Bahasa setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami oleh masyarakat,
KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Kyai yang moderat dan cenderung melawan arus
pada zamannya, banyak mengkritik pemahaman masyarakat tentang islam pada masa itu.
Islam sering dituduh telah memberi legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan
hingga kekerasan terhadap perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi islam yang
cukup mapan menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kyai Ahmad Dahlan
dibantu Nyai Walidah menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan
aksi sosial di luar rumah yang bisa disebut radikal dan revolusioner saat itu, kaum
perempuan didorong meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan
nonformal seperti pengajiandan kursus-kursus, serta didirikannya organisasi Aisyiyah.
Berdirinya aisyiyah tak luput dari sejarah berdirinya organisasi muhammadiyah,
KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan terhadap kaum wanita, wanita
yang berpotensi untuk berorganisasi dan memperjuangkan islam akhirnya di didik oleh
KH. Ahmad Dahlan, di antara anak-anak perempuan yang di didik oleh KH. Ahmad
Dahlanialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri),
SitiDawingah, dan Siti Badilah Zuber, dengan diadakan kelompok pengajian wanita
dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan)
dengan nama “Sopo Tresno”.
Pengajian “Sopo Tresno” belum merupakan suatu nama organisasi hanya sebuah
perkumpulan pengajian biasa, untuk memberi suatu nama perkumpulan yang konkrit,
beberapa tokoh muhammadiyah seperti KH. Ahmad dahlan, KH. Mokhtar, KH.
Fachruddin dan Ki Bagus Hadi Kusuma serta pengurus muhammadiyah yang lain
mengadakan pertemuan dirumah KH. Ahmad dahlan. Waktu itu diusulkan nama Fatimah,

3
namum tidak disetujui, oleh KH. Fachruddin dicetuskan nama Aisyiyah, yang kemudian
dipandang tepat dengan harapan perjuangan perkumpulan itu meniru perjuangan Aisyah,
istri nabi Muhammad SAW yang selalu membantu berdakwah.
Peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan dengan peringatan isra’ mi’raj Nabi
Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan 19 Mei 1917 M dan
diketuai oleh Siti Bariyah. Peringatan isra’ mi’raj tersebut merupakan peringatan yang
diadakan muhammadiyah untuk pertamakalinya. Selanjutnya, KH. Mukhtar memberi
bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaan
dibimbing langsung oleh KH. Ahmad dahlan.
Setelah organisasi ini sudah terbentuk maka KH. Ahmad dahlan memberikan
suatu pesan untuk para pengurus yang memperjuangkan islam, pesan itu berbunyi:
1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam sesuai
dengan bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak
mundur selangkah karena dicela.
2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.
3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Allah SWT hanya
untukmenghindari suatu tugas yang diserahkan.
4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama islam
5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan seperjuangan.
Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian dari muhammadiyah yang
membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau kaum wanita muhammadiyah.
Komponen perempuan pesyarikatan muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri
dalam ranahsosial, pendidikan, kesehatan, dan keagaman yang selama ini menjadi titik
tolak gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan
memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan
indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan
taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.
Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang berazaskan amar
ma’ruf nahi munkar dan berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunnah. Pemberdayaan
perempuan oleh Aisyiyah yang bergerak dalam bidang keagaman dan kemasyarakatan,

4
aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan
kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenaga kerjaan.
Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang menjadi salah satu
pilar utama gerakan aisyiyah, melalui majelis pendidikan dasar dan menengah serta
mejelis pendidikan tinggi, aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak
mulai untuk umat dan bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, nonformal
dan informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim
yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan
berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program dikembangkan
untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai sekolah menengah umum
dan keguruan.
Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa rumah sakit, rumah bersalin, badan
kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan dan posyandu. Secara keseluruhan berjumlah
280 yang tersebar di seluruh wilayah indonesia. Aisyiyah melalui majelis kesehatan dan
lingkungan hidup juga melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan
penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan HIV/AIDS dan
NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan menggunakan berbagai
pendekatan dan bekerjasama dengan berbagai pihak , meningkatkan pendidikan dan
perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot proyek sistem
pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi islami.
Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai program majelis-majelis tabliq,
dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah yang mampu memberi pencerahan
kehidupan keagamaan untuk mencapai masyarakat madani, majelis tabliq
mengembangkan gerakaran-gerakan dakwah islam dalam seluruh aspek kehidupan,
menguatkan kesadaran keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan
media dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat.
B. Kesetaraan Gender dalam Muhammadiyah

Dengan seiring kesadaran perempuan yang mempertanyakan tentang sejauh


manakah peran agama dalam memberikan rasa aman dari berbagai tekanan, ketakutan
danketidak adilan persoalan agama dan perempuan menjadi marak, dan sekarang agama
mendapat suatu tantangan baru dengan dianggapnya agama sebagai salah satu unsur yang

5
melanggengkan suatu ketidak adilan bagi perempuan, oleh karena itu pada agamawan
baik individu atau kelompok di tuntut untuk melihat secara lebih jelas, apakah persoalan
itu berhubungan dalam agama itu sendiri ataukah persoalan terletak pada tafsir
keagamaan, bisa jadi tepengaruh oleh kultural tertentu.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah selagi tidak muncul
suatu ketidak adilan dan diskriminasi, baik laki-laki dan perempuan, ketidak adilan
gender termanifestasi dalam berbagai bentuk ketidak adilan, yakni marjinalisasi
subordinasi (anggapan tidak penting), stereotype (pelabelan negatif), violesence
(kekerasan), beban kerja ganda atau lebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran gender,
perbedaan gender yang menimbulkan ketidak adilan ini menyebabkan kerugian bagi laki-
laki maupun perempuan. Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang cukup besar dan
berpengaruh di Indonesia harus ikut serta menyumbangkan pemikirannya dalam masalah
pemberdayaan perempuan ini, tuntutan ini sebenarnya sejalan dengan semangat tajdid
(perubahan) Muhammadiyah yang sudah di gagaskan oleh KH. Ahmad dahlan.
Dengan pendirian KH. Ahmad dahlan yang keras terhadap taqlid dan
keterbukaannya terhadap perubahan menjadikan muhammadiyah sebagai organisasi yang
dinamis dan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan. Dengan semboyan kembali yang
disebut bid’ah dan sikat taqlid yang membelenggu umat pada hal-hal yang tidak
bermanfaat. Penguburan yang sederhana merupakan suatu contoh yang mengajarkan
kepada umat islam agar berhemat tanpa menghilangkan unsur-unsur yang di ajarkan
islam.
Di sisi yang lain ini juga membuat muhammadiyah untuk terbuka dan fleksibel
terhadap unsur-unsur inovasi baru yang membawa mashlahat, walau dari manapun
asalnya inovasi itu asalkan tidak bertentangan dengan kedua prinsip di atas yaitu Qur’an
dan sunnah, ini seperti keterbukaan KH. Ahmad dahlan yang beradaptasi terhadap
pemikiran dan intuisi yang berasal dari kolonial barat dan kristen seperti sistem
pendidikan, kurikulum, pakaian, panti asuhan, dan lain-lain.

C. Peran Perempuan Muhammadiyah dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana ini Aisyiyah telah banyak memiliki
amal usaha diberbagai bidang diantaranya adalah pendidikan, kewanitaan, PKK,

6
kesehatan dan organisasi wanita. Pimpinan pusat aisyiyah berusaha memberi didikan
dikalangan Wanita islam untuk berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental
luhur, memberikan bimbingan perkawinan dan kerumah tangganan, tanggung jawab istri
dalam dan di luar rumah tangga, memberikan motivasi keluarga sejahtera, keluarga
bahagia, memberikan bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam
dan sebagainya.
Peran dan kontribusi Nasyiatul Aisyiyah (NA), bergerak dalam bidang dan
organisasi gerakan putri islam, bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian.
Nasyiatul Aisyiyah memberikan terobosan baru yang inovatif yaitu mengadakan kegiatan
SP (Siswa Praja) wanita. Mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah
tangga. Membekali wanita dan putri-putri muhammadiyah dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan. Dalam organisasi Nasyiatul Aisyiyah (NA) mengadakan
tablig ke luar kotadan kampung-kampung, mengadakan kursus administrasi, dan ikut
memasyarakatkan organisasi muhammadiyah. Kegiatan SP (Siswa Praja) wanita
merupakan terobosan yang inovatif dalam melakukan emasipasi wanita di tengah kultur
masyarakat feodal saat itu.
Kultur patriarkis saat itu benar-benar mendominasi wanita dalam kegiatan-
kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar
rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipasif. Namun dengan munculnya SP (Siswa
Praja) wanita, kultur patriarkis dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP (Siswa
Praja) Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP (Siswa Praja) wanita membekali
wanita dan putri- putri muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan.
Prinsip gerakan Nasyiatul Aisyiyah (NA), sering juga disebut Nasyiah, adalah
organisasi otonom dan kader muhammadiyah yang merupakan gerakan putri islam yang
bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian. Tujuan organisasi ini
adalah membentuk pribadi putri islam yang berarti bagi agam, keluarga dan bangsa
menuju terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh allah SWT.

7
KESIMPULAN

Posisi aisyiyah dalam muhammadiyah adalah sebagai suatu organisasi otonom


muhammadiyah yang di peruntukan untuk perjuangan para wanita muslimah. Karena lembaga
ini adalah bagian dari organisasi muhammadiyah maka fungsi dari lembaga ini sebagai partner
gerak langkah muhammadiyah, di mana asas dan tujuannya tidak terpisah dari induk
persyarikatan. Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang berazaskan amar
ma’ruf nahi munkar dan berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnah.

Sekarang ini, gerakan perempuan aisyiyah masih sangat dibutuhkan dan dikembangkan
keberadaannya khususnya di indonesia, dengan melihat tantangan dan kondisi sosial politik yang
ada saat ini. Berbagai problema yang teramati dan dialami saat ini yang dihadapi perempuan
indonesia juga semakin multi aspek seperti ketidak adilan gender, kekerasan, perdagangan
perempuan dan anak, kualitas kesehatan perempuan dan anak yang masih memperihatinkan,
kemiskinan, dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Selain itu, berbagai pandangan
keagamaan yang bias gender masih dihadapi dalam realitas kehidupan masyarakat sehingga
berdampak luas bagi kehidupan perempuan. Aisyiyah perlu melakukan revitalisasi yang
bertujuan untuk mewujudkan terbentuknya keluarga sakinah dan qaryah thayyibah (masyarakat
utama), yang telah dikenalkan sebagai praksissosial, dengan strategi pengembangan masyarakat.
Dalam konteks muhammadiyah penguatan gerakan perempuan dalam persyarikatan melekat
dengan misi dan dinamika gerakan muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat islam yang
sebenar-sebenarnya. Revitalisasi gerakan perempuan muslim juga sejalan dengan misi islam
sebagai agama yang menjunjung tinggi kemuliaan perempuan dan kemanusiaan untuk menjadi
kholifah dimuka bumi ini dan sebagai perwujudan risalah rahamatan lil’alamin.

8
DAFTAR PUSTAKA

- Makalah pgmi iaim sinjai ardi febri, “Muhammadiyah”, (diakses 27 Desember2017),


diambil dari:
https://makalahpgmiiaimsinjaiardifebri.blogspot.co.id/2017/01/muhammadiyah.htm

Anda mungkin juga menyukai