Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

Muhammadiyah Dan Pemberdayaan Perempuan

Dosen Pengampu :
Antok Kurniawan,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok IX :


1. Marcello Okan H
2. Muhammad Rahmanto
3. Nadya Shilvia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TAHUN AJARAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalah-Nya, dan
atas do’a restu dan dorongan dari berbagai pihak-pihak yang telah
membantu saya memberikan referensi dalam pembuatan Makalah.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua, saya dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Makalah, oleh karena itu saya sangat menghargai akan saran
dan kritik untuk membangun Makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga melalui Makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bungo, Desember 2022

Kelompok IX

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan...........3
B. Kesetaraan gender dalam muhammadiyah.........................................6
C. Peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara......................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................9
A. Kesimpulan.........................................................................................9
B. Saran...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 71-76 bahwa
kedudukan antara laki-laki dan wanita di hadapan allah itu sama. Sama-
sama memikul kewajiban dan sama-sama mendapat hak. Penjelasan
senada juga banyak terdapat dalam hadist Nabi. Kaum wanita juga
memikul tanggung jawab beragama, turut serta mengokohkan aqidah dan
ibadah. Islam mensejajarkan antara laki-laki dan perempuan dalam
sejumlah hak dan kewajiban. Sekalipun ada beberapa perbedaan maka
hal itu merupakan penghormatan terhadap asal fitrah kemanusiaan dan
dasar-dasar perbedaan kewajiban.
Salah satu alasan kaum wanita zaman ini ingin memperjuangkan
haknya adalah karena semacam asumsi yang menyatakan bahwa norma
agama dianggap sebagai penghalang bagi kemajuan. Agama sering
disalah artikan dan telah melegitimasi budaya patriarki dimana posisi
laki-laki berada diatas derajat wanita. Hal ini berangkat dari pemahaman
yang salah terhadap agama, padahal islam sejak awal telah menunjukkan
komitmen yang besar untuk memberdayakan martabat wanita. Realitas
wanita di zaman kontemporer ini, secara umum terdapat cukup banyak
nilai-nilai positif pada gerakan mereka. Hal ini disebabkan karena pintu
pengetahuan yang dibukakan dihadapan mereka menjadikan mereka
mampu berkreatifitas pada banyak bidang ilmu dan menjadikan mereka
mampu mewujudkan banyak hasil positif di bidang-bidang tertentu.
Kajian gerakan wanita islam yang membahas bagaimana gerakan
tersebut bergerak beriringan dengan gerakan sosial lainnya masih sangat
terbatas. Baik itu dalam kajian konteks waktu, aspek pemikir pergerakan
wanita per-periode, hingga bagaimana sebuah gerakan wanita saling
mempengaruhi dengan islam sebagai dasar gerakan. Padahal, bila ditilik
lebih jauh, kaum wanita islam merupakan kalangan garda depan dalam
melakukan sebuah gerakan kemasyarakatan baik dalam hal memahami

1
persoalan kaum wanita ataupun dalam bentuk langkah kongkret. Seiring
pergerakan dan perubahan sosial budaya masyarakat, isu tentang wanita
dalam berbagai bidang kehidupan terus bergulir. Adanya gerakan-
gerakan muslimah baik individu atau organisasi, sedikit banyak telah
memberikan pengaruh ke arah perubahan yang lebih baik.
Di indonesia, gerakan wanita islam terbesar adalah Aisyiyah.
Aisyiyah merupakan organisasi wanita islam non-politik yang terkemuka.
Organisasi ini telah tersebar ke seluruh indonesia dengan kiprah yang
bisa dirasakan banyak pihak. Pada awalnya organisasi ini menjadi bagian
dari muhammadiyah, organisasi massa yang juga bersifat non-politik.
Sejak tahun 1952 kedudukan Aisyiyah ditetapkan menjadi bagian otonom
di dalam muhammadiyah karena dipandang telah mampu mengatur
rumah tangga perkumpulannya sendiri. Aisyiyah dengan motif geraknya
membawa kesadaran beragama dan berorganisasi, mengajak warganya
menciptakan “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur” sebuah
kehidupan yang bahagia dan sejahtera penuh limpahan rahmat allah
SWT di dunia dan akhirat
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan
perempuan ?
2. Bagaimana Kesetaraan gender dalam muhammadiyah ?
3. Bagaimana Peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara ?
C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui Cara KH. Ahmad Dahlan dalam
memberdayakan perempuan
4. Mahasiswa mengetahui Kesetaraan gender dalam muhammadiyah
5. Mahasiswa mengetahui Peran perempuan muhammadiyah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara KH. Ahmad Dahlan dalam memberdayakan perempuan


Muhammadiyah adalah organisasi yang berkemajuan, yang ketika
penggunaan bangku masih dianggap warisan belanda yang notabene
disebut kafir oleh ulama pada masa itu, KH. Ahmad Dahlan membuat
terobosan dengan pemakaian bangku di sekolah-sekolah muhammadiyah.
Ketika khutbah jum’at masih menggunakan bahasa arab, muhammadiyah
berani menganjurkan penggunaan bahasa indonesia dan tidak jarang
menggunakan bahasa setempat agar isi khutbah tersebut bisa dipahami
oleh masyarakat, KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai Kyai yang moderat
dan cenderung melawan arus pada zamannya, banyak mengkritik
pemahaman masyarakat tentang islam pada masa itu. Islam sering
dituduh telah memberi legitimasi terhadap penyempitan peran perempuan
hingga kekerasan terhadap perempuan. Muhammadiyah adalah organisasi
islam yang cukup mapan menempatkan perempuan setara dengan laki-
laki. Kyai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah menggerakkan
perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah
yang bisa disebut radikal dan revolusioner saat itu, kaum perempuan
didorong meningkatkan kecerdasan melalui pendidikan informal dan
nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus, serta didirikannya
organisasi Aisyiyah.
Berdirinya aisyiyah tak luput dari sejarah berdirinya organisasi
muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan sangat memperhatikan pembinaan
terhadap kaum wanita, wanita yang berpotensi untuk berorganisasi dan
memperjuangkan islam akhirnya di didik oleh KH. Ahmad Dahlan, di
antara anak-anak perempuan yang di didik oleh KH. Ahmad Dahlan ialah
Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau
sendiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah Zuber, dengan diadakan

3
kelompok pengajian wanita dibawah bimbingan KH. Ahmad Dahlan dan
Nyai Walidah (istri KH. Ahmad Dahlan) dengan nama “Sopo Tresno”.
Pengajian “Sopo Tresno” belum merupakan suatu nama organisasi
hanya sebuah perkumpulan pengajian biasa, untuk memberi suatu nama
perkumpulan yang konkrit, beberapa tokoh muhammadiyah seperti KH.
Ahmad dahlan, KH. Mokhtar, KH. Fachruddin dan Ki Bagus Hadi
Kusuma serta pengurus muhammadiyah yang lain mengadakan
pertemuan dirumah KH. Ahmad dahlan. Waktu itu diusulkan nama
Fatimah, namum tidak disetujui, oleh KH. Fachruddin dicetuskan nama
Aisyiyah, yang kemudian dipandang tepat dengan harapan perjuangan
perkumpulan itu meniru perjuangan Aisyah, istri nabi Muhammad SAW
yang selalu membantu berdakwah.
Peresmian Aisyiyah dilaksanakan bersamaan dengan peringatan isra’
mi’raj Nabi Muhammad SAW pada tanggal 27 Rajab 1335 H, bertepatan
19 Mei 1917 M dan diketuai oleh Siti Bariyah. Peringatan isra’ mi’raj
tersebut merupakan peringatan yang diadakan muhammadiyah untuk
pertamakalinya. Selanjutnya, KH. Mukhtar memberi bimbingan
administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaan
dibimbing langsung oleh KH. Ahmad dahlan.
Setelah organisasi ini sudah terbentuk maka KH. Ahmad dahlan
memberikan suatu pesan untuk para pengurus yang memperjuangkan
islam, pesan itu berbunyi :

1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita islam


sesuai dengan bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung
puji dan tidak mundur selangkah karena dicela.

2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu.

3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Allah SWT
hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan.

4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama islam

5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan

4
seperjuangan.

Lembaga ini sejak kehadirannya merupakan bagian dari


muhammadiyah yang membidangi kegiatan untuk kalangan putri atau
kaum wanita muhammadiyah. Komponen perempuan pesyarikatan
muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial,
pendidikan, kesehatan, dan keagaman yang selama ini menjadi titik tolak
gerakannya. Gerakan Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang
dan memberikan manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan
martabat perempuan indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud
amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar,
hingga perguruan tinggi.

Aisyiyah adalah organisasi persyarikatan muhammadiyah yang


berazaskan amar ma’ruf nahi munkar dan berpedoman kepada Al-Qur’an
dan sunnah. Pemberdayaan perempuan oleh Aisyiyah yang bergerak
dalam bidang keagaman dan kemasyarakatan, aisyiyah diharapkan
mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan
kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan
ketenagakerjaan.

Dalam bidang pendidikan sejalan dengan pengembangan yang


menjadi salah satu pilar utama gerakan aisyiyah, melalui majelis
pendidikan dasar dan menengah serta mejelis pendidikan tinggi, aisyiyah
mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulai untuk umat dan
bangsa. Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, nonformal dan
informal) serta mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud
manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada
diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridhai
Allah SWT, berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah
pendidikan dari usia pra TK sampai sekolah menengah umum dan
keguruan.

Dalam bidang kesehatan Aisyiyah berupa rumah sakit, rumah

5
bersalin, badan kesehatan ibu dan anak, balai pengobatan dan posyandu.
Secara keseluruhan berjumlah 280 yang tersebar di seluruh wilayah
indonesia. Aisyiyah melalui majelis kesehatan dan lingkungan hidup juga
melakukan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat dan
penanggulangan penyakit berbahaya dan menular, penanggulangan
HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan bekerjasama dengan berbagai
pihak , meningkatkan pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi
perempuan, menyelenggarakan pilot proyek sistem pelayanan terpadu
antara lembaga kesehatan, dakwah sosial dan terapi psikologi islami.

Dalam bidang keagamaan Aisyiyah mempunyai program majelis-


majelis tabliq, dengan visi untuk menjadi organisasi dakwah yang
mampu memberi pencerahan kehidupan keagamaan untuk mencapai
masyarakat madani, majelis tabliq mengembangkan gerakaran-gerakan
dakwah islam dalam seluruh aspek kehidupan, menguatkan kesadaran
keagamaan masyarakat, mengembangkan materi, strategi dan media
dakwah, serta meningkatkan kualitas mubalighat.
B. Kesetaraan gender dalam muhammadiyah
Dengan seiring kesadaran perempuan yang mempertanyakan
tentang sejauh manakah peran agama dalam memberikan rasa aman dari
berbagai tekanan, ketakutan dan ketidakadilan persoalan agama dan
perempuan menjadi marak, dan sekarang agama mendapat suatu
tantangan baru dengan dianggapnya agama sebagai salah satu unsur yang
melanggengkan suatu ketidakadilan bagi perempuan, oleh karena itu pada
agamawan baik individu atau kelompok di tuntut untuk melihat secara
lebih jelas, apakah persoalan itu berhubungan dalam agama itu sendiri
ataukah persoalan terletak pada tafsir keagamaan, bisa jadi tepengaruh
oleh kultural tertentu.
Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah selagi
tidak muncul suatu ketidak adilan dan diskriminasi, baik laki-laki dan
perempuan, ketidakadilan gender termanifestasi dalam berbagai bentuk

6
ketidakadilan, yakni marjinalisasi subordinasi (anggapan tidak penting),
stereotype (pelabelan negatif), violesence (kekerasan), beban kerja ganda
atau lebih, dan sosialisasi ideologi nilai peran gender, perbedaan gender
yang menimbulkan ketidak adilan ini menyebabkan kerugian bagi laki-
laki maupun perempuan. Muhammadiyah sebagai organisasi islam yang
cukup besar dan berpengaruh di indonesia harus ikut serta
menyumbangkan pemikirannya dalam masalah pemberdayaan
perempuan ini, tuntutan ini sebenarnya sejalan dengan semangat tajdid
(perubahan) muhammadiyah yang sudah di gagaskan oleh KH. Ahmad
dahlan.
Dengan pendirian KH. Ahmad dahlan yang keras terhadap taqlid
dan keterbukaannya terhadap perubahan menjadikan muhammadiyah
sebagai organisasi yang dinamis dan bisa menyesuaikan diri dengan
perubahan. Dengan semboyan kembali yang disebut bid’ah dan sikat
taqlid yang membelenggu umat pada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Penguburan yang sederhana merupakan suatu contoh yang mengajarkan
kepada umat islam agar berhemat tanpa menghilangkan unsur-unsur yang
di ajarkan islam.
Di sisi yang lain ini juga membuat muhammadiyah untuk terbuka
dan fleksibel terhadap unsur-unsur inovasi baru yang membawa
mashlahat, walau dari manapun asalnya inovasi itu asalkan tidak
bertentangan dengan kedua prinsip di atas yaitu Qur’an dan sunnah, ini
seperti keterbukaan KH. Ahmad dahlan yang beradaptasi terhadap
pemikiran dan intuisi yang berasal dari kolonial barat dan kristen seperti
sistem pendidikan, kurikulum, pakaian, panti asuhan, dan lain-lain.
C. Peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Dengan tugas dan peran (fungsi) sederhana ini Aisyiyah telah
banyak memiliki amal usaha diberbagai bidang diantaranya adalah
pendidikan, kewanitaan, PKK, kesehatan dan organisasi wanita.
Pimpinan pusat aisyiyah berusaha memberi didikan dikalangan wanita

7
islam untuk berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental
luhur, memberikan bimbingan perkawinan dan kerumahtangganan,
tanggung jawab istri dalam dan di luar rumah tangga, memberikan
motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia, memberikan bimbingan
pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, berislam dan sebagainya.
Peran dan kontribusi Nasyiatul Aisyiyah (NA), bergerak dalam
bidang dan organisasi gerakan putri islam, bidang keagamaan,
kemasyarakatan dan keputrian. Nasyiatul Aisyiyah memberikan
terobosan baru yang inovatif yaitu mengadakan kegiatan SP (Siswa
Praja) wanita. Mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah
tangga. Membekali wanita dan putri-putri muhammadiyah dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dalam organisasi Nasyiatul
Aisyiyah (NA) mengadakan tablig ke luar kota dan kampung-kampung,
mengadakan kursus administrasi, dan ikut memasyarakatkan organisasi
muhammadiyah. Kegiatan SP (Siswa Praja) wanita merupakan terobosan
yang inovatif dalam melakukan emasipasi wanita di tengah kultur
masyarakat feodal saat itu.
Kultur patriarkis saat itu benar-benar mendominasi wanita dalam
kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali melarang anak
perempuannya keluar rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipasif.
Namun dengan munculnya SP (Siswa Praja) wanita, kultur patriarkis dan
feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP (Siswa Praja) wanita sangat
dirasakan manfaatnya, karena SP (Siswa Praja) wanita membekali wanita
dan putri- putri muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan
ketrampilan.
Prinsip gerakan Nasyiatul Aisyiyah (NA), sering juga disebut
Nasyiah, adalah organisasi otonom dan kader muhammadiyah yang
merupakan gerakan putri islam yang bergerak di bidang keagamaan,
kemasyarakatan dan keputrian. Tujuan organisasi ini adalah membentuk
pribadi putri islam yang berarti bagi agam, keluarga dan bangsa menuju

8
terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh
allah SWT.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Posisi aisyiyah dalam muhammadiyah adalah sebagai suatu
organisasi otonom muhammadiyah yang di peruntukan untuk
perjuangan para wanita muslimah. Karena lembaga ini adalah bagian
dari organisasi muhammadiyah maka fungsi dari lembaga ini sebagai
partner gerak langkah muhammadiyah, di mana asas dan tujuannya
tidak terpisah dari induk persyarikatan. Aisyiyah adalah organisasi
persyarikatan muhammadiyah yang berazaskan amar ma’ruf nahi
munkar dan berpedoman kepada al-Qur’an dan sunnah.
Sekarang ini, gerakan perempuan aisyiyah masih sangat
dibutuhkan dan dikembangkan keberadaannya khususnya di
indonesia, dengan melihat tantangan dan kondisi sosial politik yang
ada saat ini. Berbagai problema yang teramati dan dialami saat ini
yang dihadapi perempuan indonesia juga semakin multiaspek seperti
ketidakadilan gender, kekerasan, perdagangan perempuan dan anak,
kualitas kesehatan perempuan dan anak yang masih memperihatinkan,
kemiskinan, dan berbagai permasalahan sosial lainnya. Selain itu,
berbagai pandangan keagamaan yang bias gender masih dihadapi
dalam realitas kehidupan masyarakat sehingga berdampak luas bagi
kehidupan perempuan. Aisyiyah perlu melakukan revitalisasi yang
bertujuan untuk mewujudkan terbentuknya keluarga sakinah dan
qaryah thayyibah (masyarakat utama), yang telah dikenalkan sebagai
praksis sosial, dengan strategi pengembangan masyarakat. Dalam
konteks muhammadiyah penguatan gerakan perempuan dalam
persyarikatan melekat dengan misi dan dinamika gerakan
muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-
sebenarnya. Revitalisasi gerakan perempuan muslim juga sejalan
dengan misi islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kemuliaan
perempuan dan kemanusiaan untuk menjadi kholifah dimuka bumi ini

10
dan sebagai perwujudan risalah rahamatan lil’alamin
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki makalah tersebut kami meminta kritik yang membangun
dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Makalah pgmi iaim sinjai ardi febri,“Muhammadiyah”,(diakses 27 Desember


2017),diambildarihttps://makalahpgmiiaimsinjaiardifebri.blogspot.c
o.id/2017/01/muhammadiyah.html
https://subair3.wordpress.com /2018/01/02/ muhammadiyah-dan pemberdayaan -
perempuam /
https://www.slideshare.net/dwikamal/muhammadiyah-dan-pemberdayaan-
perempuan
https://www.academia.edu/7859573/Strategi_pemberdayaan_Perempuan

12

Anda mungkin juga menyukai