AH
AKHLAK
TASAW
UF
KEUTAMAAN AKHLAK
DISUSUN OLEH :
AHMAD PRAYOGI
ILMU KOMPUTER
MEDAN
2020
Daftar Isi
BAB I
BAB II
A. Pengertian Akhlak
B. Ciri-Ciri Akhlak yang Islami ……………………………………….
C. Macam-Macam Akhlak……………………………………………..
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia bukanlah malaikat yang lepas dari kesalahan dan dosa, sanggup
beribadah dan bertasbih selamanya, namun manusia juga bukan syaitan yang senantiasa
salah, sesat dan menyesatkan, akan tetapi manusia adalah makhluk yang diberikan dan
dibekali oleh allah akal dan nafsu ditambah lagi dengan qalbu kesinambungan akal dan
nafsu disertai dengan hati yang bersih menjadikan manusia mendapatkan derajat yang
tinggi dari malaikat
Kalau kita tengok sejarah kebelakang sebelum islam itu datang, kita dapat
temukan refernsi-referensi tentang bejad dan tercelanya sifat para kaum-kaum jahiliyah
yang tidak mempunyai peradaban yang murni mereka hanya mengumbar nfsu belaka
tanpa mementingkan etika yang baik dan mulia. Ini semua adallah disebabkan oleh
tidak adanya aturan dalam hidup, oleh sebab itu Allah SWT mengutus seorang nabi
yang merupakan nabi dan rosul terakhir yang diutus hingga akhir zaman untuk
menyempurnakan akhlak dimuka bumi ini terkhusus bagi bangsa arab sendiri
sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
Hadits diatas menunjukan kepada kita, bahwa benar-benar nabi kita Muhammad
SAW diutus untuk menyempurnakan dan memaksimalkan akhlak baik di dunia ini,
karena dengan akhlak baiklah maka kan berbuah syurga yang dinanti.
Maka dengan adanya pengutusan nabi dan rosul terakhir ini terbukti adanya
perubahan yang sangat signifikan yang merubah dari zaman kegelapan menjadi zaman
terang benderang. Keadaan ini pun berlangsung sangat lama karena benar-benar
pengaruh nabi Muhammad begitu terasa.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian akhlak yang di lihat dari segi kebahasaan (Linguistik) dan segi
peristilahan (Terminologi).
2. Ciri-ciri akhlak yang islami.
3. Macam-macam akhlak yang yang di sertai hadits sebagai dalil atau penguatnya.
Artinya:
َ س ٍر ِمنْ َغ ْي ِر َح
اج ٍة اِلَى فِ ْك ٍر َو ُر ِويَّ ٍة ُ َِص ُد ُر ْااَل ْف َعا ُل ب
ْ ُس ُه ْولَ ٍة َوي ْ س َخ ٍة َع ْن َها ت ِ ق ِعبَا َرةٌ عَنْ َه ْيئَ ٍة فِى النَّ ْف
ِ س َرا ُ ُاَ اَ ْل ُخل
Artinya:
“Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-
perbuatan dengan mudah, dengan tidak memertrlukan pertimbangan pikiran (lebih
dahulu)”.
3. Prof. Dr. Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak
“Adatul-Iradah” atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat dalam
suatu tulisannya yang berbunyi:
Artinya:
“Sementara orang membuat definisi akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak
yang dibiasakan. Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka
kebiasaan itu dinakamakan akhlak.”
Makna kata kehendak dan kata kebiasaan dalam penyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang,
sedang kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya.
Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan
dari kekuatan dari kekuatan yang besar inilah dinamakan Akhlak.
Sekalipun ketiga definisi akhlak diatas berbeda kata-katanya, tetapi sebenarnya tidak
berjauhan maksudnya, Bahkan berdekatan artinya satu dengan yang lain. Sehingga Prof.
Kh. Farid Ma’ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
Persoalan “Akhlak” di dalam islam banyak dibicarakan dan dimuat pada Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan
sehari-hari bagi manusia. Ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi
informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan bagaimana harus
bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau
tercela, benar atau salah.
Artinya:
“ Dari Anas Bin Malik berkata: Bersabda Nabi Saw: Telah kutinggalkan atas kamu
sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan
tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunah Rasul-Nya”.
Sehubungan dengan Akhlak Islam, Drs. Sahilun A, Nasir menyebutkan bahwa Akhlak
Islam berkisar pada:
1. Tujuan hidup setiap muslim, ialah menghambakan dirinya kepada Allah, untuk
mencapai keridhaan-Nya, hidup sejahtera lahir dan batin, dalam kehidupan masa
kini maupun yang akan datang.
2. Dengan keyakinannya terhadap kebenaran wahyu Allah dan sunah Rasul-Nya,
membawa konsekuensi logis, sebagai standar dan pedoman utama bagi setiap
akhlak seorang muslim. Ia memberi sangsi terhadap akhlak dalam kecintaan dan
kekuatannya kepada Allah, tanpa perasaan adanya tekanan-tekanan dari luar.
3. Keyakinannya akan hari kemuadian/pembalasan, mendorong manusia berbuat
baik dan berusaha menjadi manusia sebaik mungkin, dengan segala
pengabdiannya kepada Allah.
4. Ajaran Akhlak Islam meliputi segala segi kehidupan manusia berdasrkan asas
kebaikan dan bebas dari segala kejahatan. Islam tidak hanya mengajarkan tetapi
menegakkannya, dengan janji dan sangsi Illahi yang Maha Adil. Tuntutan moral
sesuai dengan bisikan hati nurani , yang menurut kodratnya cenderung kepada
kebaikan dan membenci keburukan.
C. Macam-Macam Akhlak
Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk kepada
kholiq-Nya, diantaranya:
Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya
dengan perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta
nasihat kepada Rasulullah saw, lalu Rasulyllah memberinya nasihat singkat dengan
mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi manusia musyrik, menyekutukan Allah swt
dengan sesuatupun, meski kamu harus menerima resiko kematian dengan cara dibakar
hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi dua“. (HR. Ibnu Majah).
2. Akhlak kepada Diri Sendiri
Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:
o Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
o Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
o Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan
oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang
tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan
lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi
muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan
keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara
mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-
betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi
penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam
keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi
pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa kasih
sayang dan hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Mukmin yang paling sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang
paling baik diantara kamu ialah mereka yang paling baik terhadap isterinya“. (HR.
Ahmad).
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah
sebagai berikut:
o Husnuzan
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti
prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni
berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib,
wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
– Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya
Adalah untuk kebaikan manusia
– Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat
buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan
kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu
kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri
maupun orang lain.
o Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan
diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda :
“Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat
derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan
merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).
o Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama
manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S.
Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
o Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama
manusia. Allah berfirman, ”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)
Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya yang menjadi
patokan akhlak kita antar sesame.
Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitanya akhlak antar sesama
diantaranya:
o Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat
orang lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling
membenci dan janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling
menjatuhkan. Dan hendaklah kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak
boleh seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari“. (HR. Anas).
o Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas
kejahatan. Allah berfirman:
”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan
yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang
terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya.
Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan
gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti
pembicaraan itu disebut fitnah. Allah berfirman:
o Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang
belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara
keduanya. Allah berfirman,:
”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun
yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak
ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang
manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
B. Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi
pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik
pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi
Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.