Anda di halaman 1dari 8

v-class mk ayat dan hadist ekonomi islam prodi Eksyar

bahan ajar 3: PRODUKSI

dosen : khadijah anwar ibrahim

‫صدَّقَ ِب ِه َو َيسْ َت ْغن َِي ِب ِه م َِن‬ َ ِ‫ َف َيحْ ط‬،‫ «أَل َنْ َي ْغد َُو أَ َح ُد ُك ْم‬:ُ‫ َيقُول‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ َف َي َت‬،ِ‫ب َعلَى َظه ِْره‬ َ ‫هللا‬
ِ ‫ت َرسُو َل‬ *ُ ْ‫ َسمِع‬:‫ َقا َل‬،َ‫َعنْ أَ ِبي ه َُري َْرة‬
ْ ْ
َ »ُ‫ َوا ْب َدأ ِب َمنْ َتعُول‬،‫ض ُل م َِن ال َي ِد ال ُّس ْفلَى‬ َ ْ ْ ْ َ ِ‫ أعْ طاهُ أ ْو َم َن َع ُه ذل‬، ‫ َخ ْي ٌر لَ ُه مِنْ أَنْ َيسْ أ َل َر ُج‬،‫اس‬
َ ‫ َفإِنَّ ال َيدَ العُل َيا أ ْف‬،‫ك‬ َ َ َ َ ‫اًل‬ َ
)‫(ر َواهُ مُسْ لِ ٌم‬ ِ ‫ال َّن‬
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: hendaklah seseorang
di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga
diri (tidak minta-minta) dari manusia lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun
tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang
menjadi tanggung jawabmu" (HR. Muslim)

Maksud dari hadits tersebut adalah mengapa Rasulullah mewajibkan sesorang untuk berangkat pagi-
pagi sekali, karena pengertian dari berangkat pagi-pagi sekali adalah untuk bekerja, dalam hadits
tersebut ada tahapan-tahapannya, yang pertama seseorang harus bekerja karena bekerja adalah
pekerjaan wajib untuk dilaksanakan, yang kedua adalah bersedaqah karena bersadaqah adalah
pekerjaan yang sunnah, shadaqah adalah sinonim dari memberi, jadi apabila seseorang sudah merasa
puas dalam pekerjaannya dan merasa cukup atas jerih payah dari pekerjaannya, maka disunnahkan
untuk memberi kepada yang membutuhkan. Kemudian maksud dari tangan atas lebih baik bari tangan
dibawah ialah kita lebih diutamakan untuk selalu memberi dibandingkan untuk meminta, dalam
pemaknaan hadits tersebut kita harus mengetahui asbabul wurudnya, sehingga dapat memberikan
pemaknaan secara luas.

Definisi Produksi

Produksi dalam bahasa Arab disebut dengan ‫ االنتاج‬dari akar kata ‫ نتج‬yang yang secara harfiah dimaknai
dengan ijadul sil'atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu'ayyanatin bi
istikhdami muzayyajin min'anashiral intajdhami naitharuzamanin muhaddadin (pelayanan jasa yang
jelas dengan adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang
terbatas.

Produksi adalah menciptakan manfaat atas suatu benda. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila
memberikan manfaat atau lebih dari semula. Secara terminologi, produksi adalah proses menghasilkan
atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dalam
kajian ekonomi, kegiatan produksi dapat diartikan sebagai kegitan yang menciptakan manfaat (utility)
baik berupa barang atau jasa di masa kini maupun di masa yang akan datang yang kemudian
dimanfaatkan oleh konsumen demi memuaskan kebutuhan. Kegiatan produksi merupakan mata rantai
dari konsumsi dan distribusi. Dalam menghasilkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi oleh
konsumen, kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi dan tanpa produksi maka kegiatan
ekonomi akan berhenti. Ketiganya saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Akan tetapi, posisi
produksi merupakan titik pangkal dari kegiatan ekonomi. Tidak akan ada konsumsi bila tidak ada
produksi, karena hasil dari kegiatan produksi adalah sesuatu yang dapat dikonsumsi.
Sedangkan dari pandangan Islam kegiatan produksi tidak semata-mata hanya ingin memaksimalkan
keuntungan dunia saja akan tetapi yang lebih penting lagi adalah untuk mencapai maksimalisasi
keuntungan di akhirat. Konsep produksi dalam Islam sangat erat sekali hubungannya dengan sistem
ekonomi Islam, karena dia sama-sama disimpulkan dari Al- Quran dan Hadist.

Berikut definisi produksi menurut ekonomi muslim:

1. Kahf mendefinisikan kegiatan produksi dalam Islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki
tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup
sebagaimana yang telah digariskan dalam agama iaitu kebahagian dunia dan akhirat.

2. Siddiqi (1992) mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan
memperhatikan nilai keadilan dan memanfaatkan (maslahah) bagi masyarkat. Dalam pandangannya
sepanjang produsen telah bertindak adil dan telah membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia telah
bertindak secara Islami.

Dalam sistem ekonomi islam, kata produksi merupakan salah satu kata kunci terpenting. Dari konsep
dan gagasan produksi ditekankan bahwa tujuan utama yang ingin dicapai dalam kegiatan ekonomi Islam
dalam sistem ekonomi Islam adalah untuk kemaslahatan individu ( self interest)  dan kemaslahatan
masyarakat (sosial interest) secara berimbang yang dibangun atas dasar-dasar dan tatanan Al-Qur‟an
dan Al-Sunnah dengan tujuan maslahah(kemaslahatan) bagi umat manusia. Dalam hal ini untuk
mewujudkan kemaslahatan individu dan masyarakat, sistem ekonomi Islam menyediakan beberapa
landasan teoritis iaitu, keadilan ekonomi, jaminan sosial,  pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi
produktif dan efisien. Produksi dalam Islam tidak berarti hanya menciptakan secara fisik sesuatu yang
tidak ada, melainkan juga membuat barang-barang yang dihasilkan dari beberapa aktivitas produksi
memiliki daya guna. Tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat dalam produksi berkaitan dengan maqashid
al-syari‟ah sebagai prinsip produksi antara lain kegiatan produksi harus dilandasi nilai-nilai Islam
sehingga dalam memproduksi barang/jasa tidak boleh bertentangan dengan penjagaan terhadap
agama, jiwa, akal, keturunan dan harta, prioritas produksi harus sesuai dengan prioritas kebutuhan yaitu
dharuriyyat, hajyiyatdan tahsiniyat, kegiatan produksi harus memperhatikan aspek keadilan, sosial,
zakat, sedekah, infak dan wakaf, mengelola sumber daya alam secara optimal, tidak boros, tidak
berlebihan serta tidak merusak lingkungan serta distribusi keuntungan yang adil antara pemilik dan
pengelola, manajemen dan karyawan.

Syari'ah yang didasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah, bertujuan untuk menebar kemaslahatan bagi
seluruh manusia yang terletak pada terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan hidup manusia, Allah telah
menganugerahkan sumber-sumber daya produktif. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
proses produksi adalah dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas yang tercela karena
bertentangan dengan syari'ah (haram).

Teori Produksi

Produksi dalam ekonomi Islam merupakan setiap bentuk aktivitas yang dilakukan untuk mewujudkan
manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi yang disediakan
Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi kebutuhan manusia, oleh karenanya aktifitas
produksi hendaknya berorientasi pada kebutuhan masyarakat luas.Sistem produksi berartimerupakan
rangkaian yang tidak terpisahkan dari prinsip produksi serta faktor produksi. Prinsip produksi dalam
Islam berarti menghasilkan sesuatu yang halal yang merupakan akumulasi dari semua proses produksi
mulai dari sumber bahan baku sampai dengan jenis produk yang dihasilkan baik berupa barang maupun
jasa. Sedangkan faktor-faktor produksi berarti segala yang menunjang keberhasilan produksi seperti
faktor alam, faktor tenaga kerja, faktor modal serta faktor manajemen.Pengertian produk tidak dapat
dilepaskan dengan kebutuhan (need) (Gitosudarmo, 2002). Produksi berarti memenuhi semua
kebutuhan melalui kegiatan bisnis karena salah satu tujuan utama bisnis adalah untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan (needs and wants)manusia. Untuk dapat mempertahankan hidupnya, manusia
membutuhkan makan, minum, pakaian dan perlindungan (Zaki Fuad Chalil, 2009).

Produksi, distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi yang tidak
dipisahkan. Ketiganya, memang saling mempengaruhi namun harus diakui produksi merupakan titik
pangkal dari kegiatan itu. Tidak akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori ekonomi makro kita
memperoleh informasi. Kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat diukur
dengan tingkat produktivitasnya dari pada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan kemampuan
ekspornya ketimbang agregat impornya.

Dari sisi pandangan konvensional, biasanya produksi dilihat dari tiga hal, iaitu apa yang diproduksi,
bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang/jasa diproduksi. Cara pandang ini untuk
memastikan bahwa kegiatan produksi cukup layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam produksi itu
terjadi, ekonomi konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari empat faktor
produksi, tiga faktor lainnya adalah sumber alam, modal dan keahlian. Dalam memandang faktor tenaga
kerja ini terdapat sejumlah perbedaan. Paham ekonom sosialis misalnya memang mengakui faktor
tenaga kerja merupakan faktor penting. Namun paham ini tidak memberikan pengakuan dan
penghargaan terhadap hak milik individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya
menjadi sekedar pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis yang saat ini menguasai dunia,
memandang modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting, dan oleh sebab itu para pemilik modal
atau para kapitalis yang menduduki tempat yang sangat dalam ekonomi kapitalis.

Sedangkan dalam pandangan Islam maka dalam menjalankan aktivitas produksi harus diperhatikan
aspek kehalalan. Dalam ekonomi Islam tidak semua aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa
disebut sebagai aktivitas produksi, karena aktivitas produksi sangat terkait erat dengan halal haramnya
suatu barang atau jasa dan cara memperolehnya.  Dengan kata lain, aktivitas yang menghasilkan barang
dan jasa yang halal saja yang dapat disebut sebagai aktivitas produksi. Karena itu menurut M.M.
Metwally, dalam sebuah perusahaan misalnya, asumsi-asumsi produksi harus dilakukan untuk barang
halal dengan proses produksi dan pasca produksi yang tidak menimbulkan kemudharatan. Semua orang
diberikan kebebasan untuk melakukan usaha produksi asalkan halal dan tidak menimbulkan
kemudharatan itu. Produksi sangat prinsip bagi keberlangsungan hidup dan peradaban manusia dan
bumi. Maka sering disebut produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam.

Dalam sistem ekonomi islam tidak semua barang dapat diproduksi atau dikonsumsi, terdapat prinsip-
prinsip dalam berproduksi dalam Islam :

1). Islam dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang atau komoditas ke dalam dua kategori.
Pertama  barang yang disebutkan Al-Quran tyayyibat yaitu barang-barang yang secara hukum halal
dikonsumsi dan diproduksi, kedua khabaits yaitu barang-barang yang secara hukum haram dikonsumsi
dan diproduksi. 
2). Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah kepada kezaliman, seperti riba dimana
kezaliman menjadi illat hukum bagi haramnya riba, dan riba secara bertahap dapat menghilangkan
keadilan ekonomi yang merupakan ciri khas ekonomi islam, dan berdampak negatif bagi perekonomian
umat. 

3). Segala bentuk penimbunan ( ikhtikar) terhadap barang-barang kebutuhan bagi masyarakat, adalah
dilarang sebagai perlindungan syari'ah terhadap konsumen dari masyarakat. Pelaku penimbunan
menurut yusuf kamal,  mengurangi tingkat produksi untuk menguasai pasar, sangat tidak
menguntungkan bagi konsumen dan masyarakat karena berkurangnya suplai dan melonjaknya harga
barang. 

Hal ini sama dengan kezaliman yang dikutuk Allah swt. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
penimbunan terhadap barang kebutuhan pokok,  Islam telah menyediakan sarana hukum yaitu
pemerintah harus bertindak tegas, menyita produk dan barang tersebut kemudian menjualnya kepada
konsumen dengan harga yang adil setelah membayar ganti harga yang adil kepada pemilik barang, atau
pemerintah memaksa menjual barang-barang tersebut dengan harga yang adil. 

4). Memelihara lingkungan. Manusia memiliki keunggulan dibandingkan makhluk lain ditunjuk sebagai
wakil (khalifah) Tuhan di bumi bertugas menciptakan kehidupan dengan memanfaatkan sumber-sumber
daya yang dalam perspektif ekonomi Islam diuraikan sebagai: Pertama, setiap manusia adalah produsen,
untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang dalam prosesnya bersentuhan langsung dengan bumi
sebagai faktor produksi. Kedua, bumi selain sebagai faktor produksi, juga berfungsi mendidik manusia
mengingat kebesaran Allah, kebaikan-Nya yang telah mendistribusikan rezeki yang adil di antara
manusia. Ketiga, sebagai produsen dalam melakukan kegiatan produksi tidak boleh melakukan tindakan-
tindakan yang merusak lingkungan hidup atau lingkungan makhluk lain.

Produksi dalam Islam selain memiliki prinsip-prinsip yang disebutkan diatas juga memilik faktor-faktor
yang mendorong terjadinya produksi yang dibagi dalam enam macam yaitu :

1). Tanah dan segala potensi.

Tanah telah menjadi suatu faktor produksi terpenting sejak dulu kala. Penekanan pada penggunaan
tanah tanah mati (ihya’ al-mawat) menunjukkan perhatian Rasulullah SAW dalam menggunakan sumber
daya bagi kemakmuran rakyat. Islam mempunyai komitmen untuk melaksanakan keadilan dalam hal
pertahanan. Islam mengakui adanya kepemilikan sumber daya yang ada dengan selalu mengupayakan
penggunaannya dan pemeliharaan yang baik atas sumber daya tersebut.

2). Tenaga kerja terkait langsung dengan tuntutan hak milik melalui produksi.

 Tenaga Kerja merupakan human capital bagi suatu perusahaan. Diberbagai macam jenis produksi,
tenaga kerja merupakan aset bagi keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produksi terletak
pada kinerja sumber daya manusia yang ada didalamnya, termasuk diantaranya kinerja para tenaga
kerja. Sangat banyak sekali ajaran yang tertulis dalam al-qur'an dan Hadist tentang bagaimana
seharusnya hubungan antara atasan dan bawahannya terbangun. Sehingga dasar-dasar ajaran tersebut
bisa ditetapkan di antara komisaris dengan direksi, antara direksi dan karyawan, dan lain sebagainya.
Tenaga kerja yang memiliki skill  dan integritas yang baik merupakan modal utama bagi suatu
perusahaan, di lain model-model yang lain-lainnya. Karena secara umum, banyak di antara ahli ekonomi
yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya produsen, dan pangkal produktivitas dari
semua faktor produksi yang lainnya. Tanah, modal, mesin, material yang baik tidak akan bisa
menghasilkan suatu barang/jasa tanpa adanya tenaga kerja.

3). Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi. Tanpa adanya modal, produksi
yang tidak akan bisa menghasilkan suatu barang/jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa saja
berupa  asest maupun intangible asest, yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu kekayaan. Dalam
Islam, modal suatu usaha haruslah bebas dari riba. Dalam beberapa cara perolehan modal Islam
mengatur suatu sistem yang lebih baik dengan cara kerjasama mudharabah atau musharakah. Hal ini
untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar tercapai suatu kebaikan dalam suatu
aktivitas produksi;

4). Manajemen produksi

Beberapa faktor produksi diatas tidak akan menghasilkan suatu profit yang baik ketika tidak ada
manajemen yang baik. Karena tanah, tenaga kerja, modal, dan lain sebagainya tidak akan bisa berdiri
dengan sendirinya. Semuanya memerlukan suatu pengaturan yang baik, berupa suatu organisasi,
ataupun suatu manajemen yang bisa menerbitkan, mengatur, merencanakan, dan mengevaluasi segala
kinerja yang akan dan telah dihasilkan oleh masing-masing divisi. Di dalam Al-Qur’an, kata-kata yang
berkaitan dengan manajerial diungkapkan dalam beberapa bentuk, yaitu yudabbiru, yatadabbarun,
yatadabbar, dan al-mudabbirat.

5). Teknologi

Di era kemajuan produksi yang ada pada saat ini, teknologi mempunyai peranan yang sangat besar
dalam sektor ini. Berapa banyak produsen yang kemudian tidak bisa survive karena adanya kompetisi
lainnya yang lebih banyak yang bisa menghasilkan barang atau jasa jauh lebih baik, karena didukung
oleh faktor teknologi. Misalnya ketika seorang tenaga kerja menjahit sebuah baju dengan menggunakan
mesin jahit biasa, dalam satu jam ia bisa menghasilkan 100 tusukan. Hal ini berbeda jika dikerjakan oleh
mesin yang telah canggih karena kemajuan teknologi, maka dalam satu jam teknologi tersebut akan bisa
menghasilkan 100.000. tusukan. Maka akan terlihat suatu persaingan yang tidak seimbang antara
produsen yang tidak menggunakan teknologi dan produsen yang menggunakan teknologi dalam
aktivitas produksinya.

6). Material

Bahan baku terbagi menjadi dua macam, adakalanya bahan baku tersebut merupakan sesuatu yang
harus didapat ataupun dihasilkan oleh alam, tanpa ada penggantinya. Ada juga yang memang dari alam
akan tetapi, bisa dicari bahan lain untuk mengganti bahan yang telah ada. Ketika seorang produsen akan
memproduksi suatu barang/jasa, maka salah satu hal yang harus dipikirkan yaitu bahan baku. Karena
jikalau bahan baku tersedia dengan baik, maka produksi akan berjalan dengan lancar, jikalau sebaliknya,
maka akan menghambat jalannya suatu produksi. Maka dari itu seorang produsen harus lah
mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran penyedia bahan baku, agar aktivitas produksi berjalan
dengan baik.

7). Manusia
Adanya faktor manusia dalam produksi dan strategi usaha barangkali mempunyai signifikansi lebih
diakui dibandingkan dengan startegi manajemen lainnya yang didasarkan pada memaksimalkan
keuntungan atau penjualan.

Dalam aktivitas produksinya produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang atau jasa.
Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi
tetap (fixed input)  dan variabel tetap (variabel input). Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang
jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan
produksi, faktor produksi itu haruslah tetap tersedia. Sementara jumlah penggunaan faktor produksi
variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor
produksi variabel yang digunakan. Beberapa faktor produksi antara lain: pertama, tanah dengan segala
potensinya, sebagai barang yang tidak akan pernah bisa dipisahkan dari bahasan tentang produksi;
kedua, tenaga kerja, karena kualitas dan kuantitas produksi sangat ditentukan oleh tenaga kerja; ketiga,
modal atau capital, objek material yang digunakan untuk memproduksi suatu kekayaan ataupun jasa
ekonomi; keempat, manajemen produksi, untuk mendapatkan kualitas produksi yang baik diperlukan
manajemen yang baik juga; kelima, teknologi, alat-alat produksi baik berupa mesin pabrik maupun yang
lainnya; keenam, bahan baku, ataupun material yang berupa pertambangan pertanian dan hewan.
untuk lebih

Yang terakhir adalah tujuan-tujuan adanya produksi yang mana beberapa ahli ekonomi Islam
mengungkapkan bahwa tujuan produksi menurut islam.

1). Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu secara wajar.

2). Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan keluarga.

3). Bekal untuk generasi mendatang.

4). Bekal untuk anak cucu.

5). Bantuan masyarakat, dalam rangka beribadah kepada Allah swt.

Adapun dalam berproduksi terdapat etika dalam muamalah Islam secara umum yang harus dipatuhi.
Etika itu sebagai berikut:

1. Peringatan Allah akan kekayaan alam. 

2. Berproduksi dalam lingkaran yang Halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah bekerja,
berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang toyyib, termasuk dalam
menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi.

3. Etika mengelola sumber daya alam dalam berproduksi dimaknai sebagai proses menciptakan
kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam harus bersandarkan visi penciptaan alam ini
dan seiring dengan visi penciptaan manusia yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam.

4. Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam juga sangat tergantung dari nilai-nilai
sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja sebagai sendi utama produksi
yang harus dilandasi dengan ilmu dan syari’ah islam. 
5. Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya guna suatu
barang saja melainkan Bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan untuk mencari keridhaan
Allah Swt.

Namun secara umum etika dalam Islam tentang muamalah Islam, maka tampak jelas dihadapan kita
empat nilai utama, yaitu rabbaniyah, akhlak, kemanusiaan dan pertengahan. Nilai-nilai ini
menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan dalam kenyataannya
merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak jelas pada segala sesuatu yang
berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan
dampak bagi seluruh segi ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi,
sirkulasi, dan distribusi.

Ayat dan Hadits Produksi

1.Ayat Al-Qur'an :

َّ‫ٱس* َت ْغفِرُوهُ ُث َّم ُتو ُب* ٓ*و ۟ا إِلَ ْي* ِه ۚ إِن‬


ْ ‫ٱس* َتعْ َم َر ُك ْم فِي َه**ا َف‬ ِ ْ‫ُوا ٱهَّلل َ َما َل ُكم مِّنْ إِ ٰ َل ٍه غَ ْي ُرهُۥ ۖ ه َُو أَن َشأ َ ُكم م َِّن ٱأْل َر‬
ْ ‫ض َو‬ َ ٰ ‫َوإِ َل ٰى َثمُودَ أَ َخا ُه ْم‬
۟ ‫صلِحً ا ۚ َقا َل ٰ َي َق ْوم ٱعْ ُبد‬
ِ
ٌ‫******************************************************************************************************************************************************************************************ريبٌ ُّم ِجيب‬
ِ ‫َربِّى َق‬
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)" (QS.
Hud (11): 61).

2. Hadis yang berkaitan dengan produksi 

Rasulullah mendorong umat Islam agar senantiasa berproduksi supaya mendapatkan dan menghasilkan
sesuatu. Jika seseorang mempunyai lahan produksi, tetapi ia tidak mampu untuk melakukannya maka
hendaklah diserahkan kepada orang lain agar memproduksinya jangan sampai lahan produksi itu
dibiarkan sehingga menganggur Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

‫ َف ْل َي ْم َنحْ َه**ا‬, ‫*او َع َج َز َع ْن َه**ا‬


َ *‫ َف**إٍنْ لَ ْم َي ْس* َتطِ عْ اَنْ َي ْز َر َع َه‬, ‫ت لَ ُه اَرْ ضٌ َف ْل َي ْز َرعْ َها‬
ْ ‫ (( َمنْ َكا َن‬: ‫ َقال رسول هلل صلى هللا عليه وسلم‬,‫َعنْ َجا ِبرقال‬
‫اَل‬ ْ
))ُ‫أ َخاهُ المُسْ لِ َم َو ي َُؤا ِجرْ َها إِيَّاه‬ ,  َ

  “Dari Jabir r.a, katanya, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mempunyai sebidang tanah, maka
hendaklah ia menanaminya, jika ia tidak bisa atau tidak mampu menanam,i maka hendaklah
diserahkan kepada orang lain (untuk ditanami) dan dan janganlah menyewakannya”. (HR. Muslim)

Hadis di atas menjelaskan tentang pemanfaatan faktor produksi berupa tanah yang merupakan faktor
penting dalam produksi. Tanah yang dibiarkan begitu saja tanpa diolah dan dimanfaatkan tidak disukai
oleh Nabi Muhammad karena tidak dimanfaatkan bagi yang punya dan orang-orang di sekelilingnya.
Sebaiknya tanah itu digarap untuk dapat ditanami tumbuhan dan tanaman yang dapat dipetik hasilnya
ketika panen dan untuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan. Penggarapan bisa dilakukan oleh
orang yang mempunyai tanah atau diserahkan kepada orang lain. Dalam hadis diatas, Nabi
menganjurkan agar umat Islam menggarap tanah yang dimilikinya agar berproduksi biji-bijian dan buah-
buahan sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan hajat hidup orang banyak. Nabi melarang
membiarkan aset produksi yang berupa tanah menganggur tanpa sentuhan penggarapan karena
disamping mubazir juga dapat mengurangi tingkat produksi pertanian. Menurut Ibnu Hasan al-Syaybani
(132-189 H/750-804) pekerjaan manusia dibagi menjadi empat yakni: ijarah (sewa menyewa),
tijarah  (perdangan), zira’ah (pertanian), dan shina’ah  (industri). Menurutnya, lapangan perkerjaan yang
terbaik adalah pertanian.

TUGAS !!!

a. Essai
1. Sebutkan prinsip-prinsip produksi dalam Islam !
2. Apa yang anda fahami dari pengertian produsi menurut ekonomi Islam ? jelaskan !
3. Sebutkan apa saja yang termasuk faktor-faktor produksi ?

b. Hafalan
1. Alquran surah Hud ayat 61
2. Hadis Muslim tentang dorongan Rasullulah agar senantiasa berproduksi

Anda mungkin juga menyukai