Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehdiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karuniaNya,penulis dapat menyelesaikan makalah “Tauhid dan Urgensinya” dengan baik dan
lancar.Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap tauhid dan dan Urgensinya,pemahaman tersebut dapt dipahami melalui
pendahuluan,pembahasan masalah,serta penarikan kesimpulan dalam makalah ini.Makalah
Tauhid dan Urgensinya ini disajikan dalam bahasa yang sederhana sehinggah dapat membuat dan
membantu pembaca dalam memahami tentang Tauhid dan Urgensinya.
Ucapanterima kasih penulis sampaikan kepada pembimbing mata kuliah Al Islam
Kemuhammadiyaan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya
menyusun makalah ini.Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan gagasan dalam penyusunan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dengan segala kerendahan hati,saran-saran dan kritik yang konstruktif saya
harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada
waktu mendatang.

Sidoarjo
penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang kompleks dalam agama Islam,dimana Tauhid
itu sendiri adalah dasar agama karena Tauhid itu sendiri adalah peEsahan terhadap Allah dalam
hal yang menjadikan kekhususan diriNya.Dalam Tauhid itu sendiri terdiri dari tiga macam
yaitu;Rububiyah,Uluhiyah,dan Asma Was Shifat.
Manusia pada dasarnya terlahir dalam keadaan fitrah,namun seiring perkembangannya manusia
terpengaruh lingkungan dan orangtuanya yang terkadan menyebabkan mereka melupakan arti
dari Tauhid yang sebenarnya.dan terkadang ada pula orang yang beribadah namun menyimpang
dari ketetapan dan konsekuensi Tauhid yang sebenarnya.
Berangkat dari uraian diatas Kami berupaya menyampaikan dan mencoba memjelaskan mengenai
Tauhid dan Urgensinya

Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka kami merumuskan masalah yang ingin kami pecahkan
yaitu,apa yang dimaksud dengan kalimat laaihaaillallah pada kalimat tauhid dan konsekuensinya
dalam kehidupan.

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas,tujuan yang ingin kami capai,adalah untuk
mengetahui tentang kalimat tauhid dan konsekuensinya dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Laa ilaaha Illa Allah
Sebelum membahas makna la illaha illa Allah ada baiknya terlebih dahulu membahas asal usul
kata Laa Illaha Illa Allah itu sendiri. Dalam bahasa Arab kata La Illaha Illa Allah itu sendiri terdiri
dari 4 kata yaitu: kata “Laa”, kata “illaha”, kata “illa’ dan kata “Allah”. Adapun secara bahasa
dapat diuraikan sacara ringkas sebagai berikut:
1. Kata “Laa’ adalah nafiya lil jins (meniadaka keberadaan semua jenis benda yang datang
setelahnya). Sehingga kata “Laa” dalam kalimat tauhid ini bermakna penafian semua jenis
penyembahan dan peribadatan yang haq dari siapapun juga kecuali kepada Allah Azza wa Jalla.
2. Kata “Ilaha” adalah mashdar (kata dasar) yang bermakna maf’ul(obyek). Sehingga
bermakna ma’luh yang artinya adalah ma’bud ( yang diibadah). Karena kata”ilaha” barasal dari
kata “Aliha” maknanya adalah abada. Sehingga kata Ma’luh adalah Ma’bud. Hal ini sebagaimana
bacaan Ibnu Abbas ra. Pada ayat 127 surat Al A’raaf :
Yang artinya “Berkatalah pembesar-pembesar kaum Firaun:”Apakah kamu
membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini(Mesir) dan
meninggalkan kamu serta Ilahatmu (peribadatan kepadamu)?”
Ilahat aka(Ilahat mu) yaitu peribadatan kepadamu. Karena Firaun itu disembah dan tidak
menyembah. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Abbas memahami bahwa Ilaha artinya
adalah ibadah.
3. Kata “Illah” (kecuali).pengecualian disini adalah mengeluarkan kata yang terletak setelah
“illaha”dari hukum kata yang telah di nafianoleh kata “Laa”. Misalny dalam contoh “Laa rojul
fiddari illa Muhammad” yaitu Muhammad (sebagai kata setelah Ilah). Dikeluarkan pengecualian
dar hukum sebelum “Illah” yaitu peniadaan semua jenis laki-laki di dalam rumah.Sehingga
maknanya adalah tidak ada satupun jenis laki-laki di dalam rumah kecuali Muhammad. Jika
diterapkan dalam kalimat tauhid ini maknanya adalah bahwa hanya Allah yang diperkecualikan
dari seluruh jenis Illahayang telah dinafikan oleh kata “Laa”sebelumnya.
4. Kata Allah asal katanya adalah Al-ilah dibuang hamzahnya untuk mempermudah
bacaaannya,lalu lam yang pertama diidghomkan(digabungkan) pada lam yang kedua maka
terjadilah satu lam yang bersasdid dan lam yang kedua dibaca tebal sebagimana pendapat imam
Al kisa’i dan imam al farra’i juga pendapat imam As sibawih
Adapun maknanya menurut Al imam Ibnu Qoyyim dalam Madarij As Salikin (1/8):
“Nama Allah menunjukkan bahw dialah yang merupakan ma’luh(yang disembah) ma’bud
kecintaan ,pengagungan,dan penundukan.
Maka dari penjelasan diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa makna laa
ilaaha illallah adalah tiada tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah .Maka kalimat
tauhid ini menunjukkan penafian/penolakan/peniadaan semua jenis penyembahan dan
peribadatan dari semua selain Allah ta’ala, apa dan siapa pun dia, serta penetepan bahwa
penyembahan dan peribadatan dengan seluruh macam bentuknya baik zahir maupun batin
hanya ditujukan kepada Allah semata tidak kepada selain Nya.

B. Konsekuensi Tauhid Dalam Kehidupan


Dalam bertauhid setidaknya ada 7 konsekuensi yang harus dipenuhi oleh orang yang mengaku
bahwa bahwa dirinya bertauhid kepada Allah. Dan adapun syarat nya adalah:
1. Al-Ilmu (mengetahui makna Laa ilaha Illa Allah ), yang menafikan Al- jahl (kebodohan)
.Syarat pertama Al- Ilmu (mengetahui) yaitu mengetahui makna dan maksud “Laa Ilaha Illa
Allah”dengan kedua dimensinya, penafian dan penatapan. Yaitu maksud dari penafian dalam
muatan kalimat “Laa Illaha Illa Allah” adalah menafikan semua bentuk peribadatan atau
sesembahan selain Allah, dan dimensi penetapan dalam hal ini adlah penetepan hak ibadah bagi
Allah semata.
2. Al-Yaqin (meyakini) yaitu menafikan Ass-syak (keraguan). Syarat kedua : Al- yaqin (meyakini
kalimat “Laa Iaha Illa Allah”). Maksudnya adalah seseorang harus meyakini tanpa ada keraguan
sama sekali.Dalam hadits yang artinya:” Allah mengatakan bahwa orang yang mengucapkan “Laa
Ilah Illa Allah”akan masuk syurga dengan syarat yakin tanpa adda keraguan.
3. Al-iklas (memurnikan), yang menafikan As-Syirik ( kemusrikan). Syarat ketiga adalah Al-iklas
(keiklasan). Kata ini diambil dari kata Al-Alaban al iklas (susu murni) yang tidak lagi di campuri
kotoran yang merusak kemurnian dan kejernihan. Maka Al- iklas berarti membersihkan hati dari
segala sesuatu yang bertentangan dengan makna Laa Ilaha Illa Allah. Allah berfirman dalam suarat
Al-BAyyinah 198/5

Yang artinya “pada hal mereka tidak diuruh kecuali supya menyembah ALLAH dengan
memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan tulus”.
4. Ash-shidqu (jujur) yang menafikan An-nifaq(kemunafikan).
Syarat ke empat : As-sshidqu yaitu bahwa lahirnya tidak menyalahi batinnya. Keduanya
harus saling sesuia dan sejalan. Yaitu antara lahir dan batinnya. Ilmu dan amlanya . Antara apa
yang ada dalam hatinya dan apa yang dikerjakanoleh raganya.Allah berfirman dalam QS. Al-
Ahzab;23
Yang artinya” diantara orang-orang mukminitu ada yang menepati apa yang telah mereka janjikan
kepada Allah .Maka diantara mereka ada yang gugur .Dan diantara mereka adapula yang
menunggu -nuggu dan mereka tidak sedikitpun merubah (janjinya).
LAwan kejujuran adalah An-nifaq (kemunafikan).Yaitu menmpakkan sesuatu yang sebenarnya
tidak ada dalam hatinya. Atau bahwa ia menyimpan kekufuran dalam hatinya tetapi ia
menampakkan iman dalam lisan dan raganya.
5. Al-Mahabbah (cinta). Yang menafikan Al-bughdhu(kebencian)
Syarat ke lima :Al-Mahbbah(cinta). Yaitu mencintai Allah da rasul nya. Mencintai amal dan ilmu
yang dicintai Allah dan rasul Nya.
6. Al-Inqiyaad (ketundukan)
Syarat keenam :Al-inqiyaad (ketundukkan). Yaitu meniadakan sikap meningalkan yaitu
seseorang yg mengucapkan Laa Ilaaha Illa Allah haruslah patuh dan berserah diri kepada Nya.
Karena adnya inilah seseorang akan berpegang teguh dengan kalimat Laa Ilaah Illa Allah. Allah
berfirman QS Al-Luqman :22
Yang artinya “Dan barang siapa yang menyerehkan diri kepada allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan , maka sesunguhnya ia telah berpegng teguh pada buhul tali yang kokoh”
Yang dimaksudkan buhul tali yang kokoh adalahberpegang teguh pada kalimat Laa Ilaaha
Illa Allah.
7. Al-Qabul (penerimaan) yang menafikan Ar-araad(penolakan)
Syarat ketujuh :Al - Qabul (peneriman). Yaitu kerendahan dan ketundukan serta penarimaan
hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah da rasul Nya yang menumbuhkan
ketaatan beribadah kepada Allah
Ada perbedaan Qabul(penerimaan) dan inqiyaad (ketundukkan)adalah sebagai berikut: Qabul
terikat dengan hati dan lisan.Sedangkan Inqiyaadnya terikat dengan ketundukkan segala badan

C . Macam Macam Tauhid


Tauhid sendiri dibagi menjadi tiga macam yaitu; tauhid Rububiyah,tauhid Uluhiyah,tauhid Asma
Was Shifat
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah bersal dari kata rabb,dari sisi bahasa berarti tuan dan pemilik.Yaitu dengan
mengesahkan allah dalam ibadah,seperti berdoa,berqurban,shalat dan lainnya yang menjadikan
kekuasaan Allah
2. Tauhid Uluhiyah
Mengesahkan Allah dalam beribadah kepadanya.maksudnya adalah hanya allah yang berhak
diibadahi ,tidak boleh mempersembhakan peribadahdan selain kepadanyabaik secara lahiriyah
maupun batininyah.
3. Tauhid Asma Was Shifat
Mengesahkan Allah dalam nama namanya dan sifat-sifatnya maksudnya adalah meyakini hanya
Allah yang memiliki nama Husna(baik) dan sifat Ulya(tinggi),sedangkan selain allah tidaklah
berhak dikatakan memiliki nama dan sifat tersebut.
4. Hubungan Antara Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah
Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah saling berhubugan satu sama lain Tauhid Rububiyah
mengharuskan Tauhid Uluhiyah.Siapa yang meyakini bahwa Allah SWT. Dialah
Rabb,pencipta,,yang memiliki dan memberi rizki niscaya dia mengharuskan dia meyakini tidak
boleh berdoa selain kepada Allah SWT. Tauhid Uluhiyah mengharuskan bagi Tauhid Rububiyah
agar setiap orang hanya menyembah kepada Allah SWT. Adalah Rabbnya,Penciptanya,dan
Pemiliknya.
Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah terkadang disebutkan secara bersama-sama akan
tetapi memiliki pengertian yang berbeda .Makna Rabb adalah yang mengatur dan memiliki
sedangkan Illah adalah yang disembah dengan sebenarnya,yang berhak disembah,dan tidak ada
sekutu baginya Firman Allah QS. An-Nass 1-3
ِْ ‫قُلْْأَعُو ْذُْ ِب َر‬
ْ ِ َّ‫بْالن‬
(1). ‫اس‬
qul a'uudzu birabbi nnaas (Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia)

ْ ِ َّ‫َملِكِْْالن‬
(2). ‫اس‬
maliki nnaas (Raja manusia)

ْ ِ َّ‫ِإ َٰلَ ِْهْالن‬


(3). ‫اس‬
ilaahi nnaas (Sembahan manusia)

ْ ِ َّ‫اسْال َخن‬
(4). ‫اس‬ ْ ِ ‫َرْال َوس َو‬
ِْ ‫مِ نْْش‬
min syarri lwaswaasi lkhannaas (dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi)

ْ ِ َّ‫ُورْالن‬
(5). ‫اس‬ ِْ ‫صد‬ ُْ ‫الَّذِيْي َُوس ِو‬
ُ ْ‫سْفِي‬
alladzii yuwaswisu fii shuduuri nnaas (yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia)

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kalimat laailahaillallah sendiri terdiri dari 4 kata yaitu; kata “Laa” yang berarti meniadakan,kata
“Ilahaa” berasal dari kata masdhar Ilah yang bermakna ma’ful(obyek) sehinggah bermakna ma’luh
yang artinya diibadahi,kata Illah berarti pengecualian ,kata pengecualian ini mengeluarkan kata
yang terletak dibelakang illah,dan kata “Allah” berasal dari kata Al-llah menunjukkan dialah
ma’luh(yang disembah) dan ma’bud(yang diibadahi).maka dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa makna laailahaillallah adalah tiada Tuhan selain Allah dan kalimat ini
menafikan semua jenis penyembahan selain kepada Allah.dan peribadahtan harus dilandaskan
pada aturan dan konsekueniya.

B. Saran
Kita sebagai orang beriman diwajibkan mempercayai dan mengenal keEsaan Allah dan
mengetahui syarat dan konsekuensi dalam tindakan.Namun untuk menunjukkan itu tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan.karena akan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran
agama sehinggah untuk menghindari hal tersebut,penulis akan membutuhkan saran agar bisa
memperbaaiki makalah ini dengan baik,terutama bagi pembaca.

Anda mungkin juga menyukai