Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP TAUHID DALAM ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir-Hadist Akidah & Akhlak

Dosen Pengampu : KH. Naerul Azmi, S. E., I., M.,H

Disusun Oleh:

ADI NURHADIANSYAH (200110004)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA AL-AZHAR

KOTA BANJAR

TAHUN AKADEMIK (2020/2021)

Alamat : Jln Pesantren. No 02 Citangkolo Kujangsari Langensari Kota Banjar


Jawa Barat, kode pos 46324
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang 

Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu pokok ajaran yang
tidak dapat diganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap keislaman
seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat,
maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.

Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan


keesaan Allah. Sebuah sumpah akan kesetiaan dan kepercayaan yang
mutlak tentang Allah yang Maha Esa. Dengan menyakini akan keesaan
Allah, maka seorang muslim tidak akan lagi menyakini adanya tuhan
selain Allah. Sehingga seluruh hidupnya akan senantiasa
dipersembahkan hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dengan tauhid
yang kuat maka seorang muslim akan mampu melaksanakan seluruh
perintah Allah dengan keyakinan yang kuat pula.

Dengan memperdalam pemahaman terhadap ilmu tauhid, maka


diharapkan seorang muslim mempunyai landasan kuat dalam
mengimplementasikan kewajiban-kewajibanmenyembah Allah. Dengan
keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah, maka akan semakin ringan
seorang muslim melaksanakan seluruh ibadah yang yang diwajibkan
kepada seorang muslim. Tidak ada lagi rasa malas, dan menganggap
bahwa semua kewajiban yang harus dijalaninya tersebut merupakan
kebutuhan untuk bertemu dengan penciptanya, Allah SWT.
1.2  Rumusan Masalah

1.  Apa yang dimaksud dengan Tauhid sebagai landasan Aqidah,


Iman, dan Islam?

2.   Apa saja rukun kalimat tauhid?

3.   Apa saja syarat-syarat kalimat tauhid?

1.3  Tujuan

1. Meningkatkan pemahaman mengenai konsep “tauhid” sebagai landasan


aqidah, Iman dan Islamiyah.

2. Mengetahui hakekat dan kedudukan tauhid dalam Islam.

3. Mengetahui rukun kalimat tauhid.

4. Mengetahui syarat-syarat kalimat tauhid.

5. Mengkaji pengaruh tauhid dalam kehidupan seorang muslim.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid

Tauhid (Arab : ), adalah konsep dalam aqidah Islam


yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada
Yuwahhidu Tauhidan yang artinya mengesakan. Satu suku kata
dengan kata wahid yang berarti satu atau kata ahad yang berarti esa.
Sedangkan pengertian tauhid dalam bahasa adalah masdar/kata benda
dari kata wahhada – yuwahhidu, yang artinya menunggalkan sesuatu.

Secara istilah syar‟i: Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi


kekhususan diri- Nya. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti keyakinan akan
keesaan Allah. (Al ikhlas:01).

Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan
norma Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama
tauhid yaitu agama yang mengesakan Tuhan.

2.2 Keutamaan dan Keagungan Tauhid 

Keutamaan dan keagungan tauhid terdapat pada firman Allah


Subhaanahu Wa Ta'aalaa diantaranya adalah:
  Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak
disembah) melainkan Allah.” (QS. Muhammad: 19)
Dan firman-Nya 'Azza wa Jalla,
“…akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaatialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya).” (QS. al-Zukhruf:
86)
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu"
(QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan yang layak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah:31)

"  Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (AlQuraan)


dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan
Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang
yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara
mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuk iorang-orang yang
pendusta dan sangatingkar. (QS Az Zumar: 2-3)
Dari semua dalil quran di atas, maka jelas sekali bahwa konsep
tauhid merupakan landasan paling fundamnental dalam kehidupan
seorang muslim yang sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
ajaran-ajaran Islam lainnya.

2.3 Kalimat Tauhid


2.3.1 Makna Dari Kalimat Tauhid

Berikut penjelasan secara singkat mengenai makna kalimat tauhid yang


mulia ini :
 Laa Ilaaha Illallah adalah kalimat yang terdiri dari 4 kata,
yaitu : kata (laa), kata ( Ilaha), kata (illa) dan kata ( Allah). Adapun
secara bahasa bias kita uraikan secara ringkas sebagai berikut:
 Laa adalah nafiyah liljins (meniadakan keberadaan semua jenis
kata benda yang dating setelahnya).Misalnya
perkataanorangArab,“Laa rojulafid dari” (tidak ada laki-
lakidalam rumah) yaitu menafikan (meniadakan) semua
jenis laki-laki di dalam rumah. Sehingga laa dalam kalimat
tauhid ini bermakna penafian semua jenis penyembahan dan
peribadahan yang haq dari siapapun juga kecuali kepada
Allah.

 Ilah adalah mashdar (kata dasar) yang bermakna


maf‟ul (obyek) sehingga dia bermakna ma`luh () yang artinya
adalah ma‟bud , sementara ma‟bud sendiri bermakna yang
diibadahi atau yang disembah.

 Illa (kecuali).Pengecualian disini adalah mengeluarkan kata


yang terletak setelah illa dari hukum kata yang telah dinafikan
oleh laa. Misalnya dalam contoh di atas laa rajula fid dari illa
Muhammad  (tidak ada seorang pun lelaki di dalam rumah
kecuali Muhammad). Yakni Muhammad (sebagai kata setelah
illa) dikeluarkan (dikecualikan) dari hukum sebelum illa, yaitu
rumah sehingga maknanya adalah:

Tidak ada satupun jenis laki-laki di dalam rumah kecuali


Muhammad. Dan jika menerapkan hal ini dalam kalimat tauhid di
atas, makna maknanya adalah: Hanya Allah yang
diperkecualikan dari seluruh jenis ilah yang telah dinafikan oleh kata
laa sebelumnya.

 Lafazh “Allah”, berasal dari kata al- Ilah, Kemudian huruf


hamzah yang berada ditengah sengaja dihilangkan untuk
mempermudah membacanya, lalu huruf lam yang pertama di
idhgamkan (digabungkan) pada lam yang kedua maka
menjadilah satu lam yang ditasydid, dan lam yang kedua
diucapkan tebal. Inilah pendapat yang dipilih oleh Al-Kasa`i,
Al-Farra`, dan Sibawaih.

 berlandaskan pada firman Allah Ta‟ala dalam surah Luqman ayat 30:
“Yang demikian itu karena Allahlah yang hak (untuk disembah )dan
apa saja yang mereka Sembah selain Allah maka itu adalah sembahan
yang batil dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.
Dan mirip dengannya dalam surah Al-Hajj ayat 62.
Maka dari seluruh penjelasan di atas, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa makna kalimat tauhid „laa ilaaha illallah‟ adalah:
Tidak ada sembahan yang berhak untuk disembah kecuali Allah.
Maka kalimat tauhid ini menunjukkan akan
penafian/penolakan/peniadaan semua Jenis penyembahan.
Nabi bersabda:
“Kalimat yang paling benar yang dikatakan seorang penyair adalah
kalimat yang dikatakan oleh Labid. Dia bersya‟ir;  “Segala sesuatu
selain Allah adalah bathil”. (HR. Al-Bukhari no. 3841 dan Muslim

no. 6147)
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Wushabi berkata di awal
Al-Qaul Al-Mufid, “Makna„laa ilaha illallah‟ adalah tidak ada
sembahan yang berhak disembah selain Allah. Dan selain Allah, jika dia
disembah maka sungguh dia telah disembah dengan kebatilan.” 
2.3.2 Rukun Kalimat Tauhid

Kalimat„ laailaahaillallah‟m mengandung dua rukun asasi yang


harus terpenuhi sebagai syarat diterimanya syahadat seorang muslim
yang mengucapkan kalimat tersebut:
 Pertama:  An-nafyu (penafian/penolakan atau peniadaan) yang
terkandung dalam kalimat„laailaha ilallah menafikan, menolak,
dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah
selain Allah, bagaimanapun jenis dan bentuknya dari kalangan
makhluk. Baik yang masih hidup apalagi yang sudah mati, baik
malaikat yang terdekat dengan Allah maupun rasul yang terutus,
terlebih lagi makhluk yang derajatnya di bawah keduanya.
 Kedua: Al-itsbat (penetapan) yang terkandung dalam kalimat
„illallah‟. Yaitu menetapkan seluruh ibadah baik yang lahir
-seperti sholat, zakat, haji, dan menyembelih-maupun yang batin-
seperti tawakkal, harapan, ketakutan, dan kecintaan-seluruhnya
hanya untuk Allah semata. Baik yang berupa ucapan seperti zikir,
membaca Al-Qur‟an, berdoa dan sebagainya, maupun yang berupa
perbuatan seperti ruku dan sujud sewaktu sholat, tawaf dan sa`i
ketika haji dan lain-lain, semuanya hanya untuk Allah semata.

Maka syahadat seseorang belumlah benar jika salah satu dari dua
rukun itu atau kedua-duanya tidak terlaksana. Misalnya ada orang
yang hanya meyakini Allah itu berhak disembah (hanya menetapkan)
tetapi juga menyembah yang lain atau tidak mengingkari
penyembahan selain Allah (tidak menafikan). Maka dengan
keyakinannya ini dia belumlah dianggap masuk ke dalam Islam,
bahkan dia masih dikategorikan ke dalam orang-orang yang berbuat
kesyirikan.

Berikut penyebutan beberapa ayat Al-Qur`an yang menerangkan dua


rukun „laailahaillallah‟ ini: Allah berfirman:
“Karena itu barang siapa yang ingkar kepada thagut dan beriman
kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus”.(QS. Al-Baqarah: 256).

Allah berfirman:
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
“Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu sembah, tetapi
(aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya
Dia akan memberi hidayah kepadaku”. (QS. Az-Zukhruf : 26-27)

Allah Ta‟ala juga berfirman: 


“Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun”. (QS. An Nisa`: 36) 

Kaum Musyrikin Memahami Makna Ini:


Inilah kesimpulan makna dari kalimat tauhid yang agung dan
mulia ini. Makna inilah yang dipahami oleh para shahabat dan
paraulama yang dating setelah mereka sampai hari ini. Bahkan makna
inilah yang diyakini dan dipahami oleh kaum musyrikin Quraisy
dizaman Nabi semisal Abu Jahl, Abu Lahab, dan selainnya. Allah
berfirman tentang mereka:

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada


mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada  sembahan yang berhak
disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka
berkata: Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-
sembahan kami karena seorang penyair gila?”. (QS. Ash-Shaffat:
35-36)

Perhatikan jawaban mereka ketika disuruh mengucapkan kalimat


tauhid! Mereka menjawab, “Apakah sesungguhnya kami harus
meninggalkan sembahan-sembahan kami. ”Maka ini jelas menunjukkan
bahwa yang mereka pahami dari makna kalimat tauhid adalah harusnya
meninggalkan semua sembahan selain Allah (an-nafyu).

Perhatikan juga komentar mereka tentang kalimat tauhid ini:


“Apakah dia (Muhammad) menjadikan sembahan-sembahan yang
banyak itu menjadi sembahan  yang satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat  mengherankan”.(QS.Shad: 5)
Mereka lagi-lagi memahami bahwa makna dari kalimat tauhid ini adalah
menetapkan Bahwahanya Allah sendiri yang berhak untuk disembah (al-
itsbat)  .
Maka cermatilah kedua ayat ini -semoga Allah merahmatimu-,
bagaimana jawaban kaum musyrikin tatkala diperintah mengucapkan
kalimat tauhid, spontan mereka menolak karena sangat mengetahui apa
makna dan konsekwensi kalimat ini. Yaitu harusnya meninggalkan semua
sembahan mereka dan menjadikannya hanya satu sembahan yaitu hanya
Allah . Maka betapa celakanya seseorang yang mengaku muslim yang
Abu Jahl lebih tahu dan lebih faham tentang makna „laa ilaha illallah‟ 
dari pada dirinya. Wallahulmusta‟an. 

2.3.3 Keutamaan Kalimat Tauhid

bagi yang mengucapkannya dengan benar dan melaksanakan


konsekuensinya-:
Dari Ubadah dari Nabi beliau bersabda:

“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang


berhak kecuali Allah satu-Satunya dengan tidak menyekutukan-Nya
dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya dan
(bersaksi) bahwa „Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya dan firman-
Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan surga
adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka Allah akan
memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan
amalnya”. (HR. Al-Bukhari no. 3435 dan Muslim no. 46)

Dalam hadits Itban bahwa Rasulullah bersabda:


“Sesungguhnya Allah Ta‟ala mengharamkan neraka bagi orang
orang yang mengucapkan dengan ikhlas dan hanya mengharapkan
(pahala melihat) wajah  Allah”. (HR. Al-Bukhari no. 425 dan
Muslim no. 263) 

Dari Ibnu Abbas dia berkata: Ketika Rasulullah mengutus Muaz bin
Jabal ke Yaman, beliau bersabda kepadanya:
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab,
maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan
Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
kepada mereka shalat lima waktu pada setiap siang dan malam. Jika
mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah yang
diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang
fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut
maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap
doa orang yang tersakiti karena tidak ada penghalang antara dia dan
Allah .”   (HR.Al-Bukharino.4347 dan Muslim no.29) 

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim no. 37 bahwa Rasulullah bersabda:


“Barang siapa yang mengucapkan , dan mengingkari sesembahan
selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya, adapun
perhitungannya adalah terserah kepada Allah”. 
Maka dari semua dalil-dalil di atas bisa kita petik beberapa keutamaan
kalimat tauhid ini:

1. Dia merupakan tujuan dakwah yang pertama dan terbesar, baik


dakwah para nabi maupun para pengikut mereka dari kalangan para
sahabat mereka dan pengikut mereka.
2. Dia merupakan sebab terbesar masuknya seseorang ke dalam surga.
Karenanya barang siapa yang mengucapkannya diakhir hidupnya maka
dia akan masuk surga. Dari Mu‟adzbin Jabal, ia berkata; Rasulullah
bersabda:

“Barang siapa yang akhir perkataannya (sebelum meninggal dunia)


„laa ilaha illallah‟ maka dia akan masuk surga.” (HR. Abu Daud
no.2709) 
3. Dia bisa menghapuskan semua dosa, sebesar apapun dosanya. Di
antara dalil terbesar yang menunjukkan hal ini adalah hadits al-
bithaqah (kartu kecil) yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari
Abdullah bin Amr bin Al-Ash.
4. Dia merupakan jaminan untuk tidak kekal didalam api neraka, kalau
ternyata seseorang masuk  ke dalamnya.
5. Dia merupakan kalimat paling berberkah dan menjadi syarat
seseorang masuk Islam.
Karenanya barangsiapa yang mengucapkannya maka dia
mendapatkan hak seorang muslim, di antaranya bahwa harta,
darahnya, dan kehormatannya haram untuk diganggu.

2.3.4 Syarat-syarat Kalimat Tauhid

yaitu sebagai berikut:


1. Berilmu dan memahami kandungan makna dan rukun syahadat ini
sehingga hilang kebodohan Terhadap kandungan makna dan rukun
kalimat ini. Rasulullah Shallallahu„ alahi wasallam Bersabda yang artinya:
“Barang siapa yang mati dalam keadaan ia mengetahui (kandungan makna)
„laailahaillallah‟ (bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah), pasti
masuk surga (HR. Muslim).
2. Meyakini segala yang ditunjukkan oleh kalimat ini tanpa ada
keraguan sedikitpun. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya:
”Sesungguhnya orang mukmin itu hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan rasul- Nya kemudian mereka tidak ragu”. (QS. Al-
Hujurat:15).
3. Menerima konsekuensi (tuntutan) kalimat ini berupa beribadah
hanya kepada Allah semata dan meninggalkan beribadah kepada
selain-Nya tanpa adanya penolakan yang didasari keengganan,
pembangkangan, dan kesombongan. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya:

”Sesungguhnya mereka (orang-orangkafir) apabila diucapkan kepada


mereka“laailaha illallah (Tiada sesembahan yang berhak disembah
melainkan Allah) maka merekapun menyombongkan diri(35). Dan
mereka berkata, “Apakah kita akan meninggalkan sesembahan-
sesembahan kita karena penyair yang gila”.(QS.Ash-Shaffat:35-36).
4. Tunduk dan berserah diri terhadap segala tuntutan kalimat ini tanpa
mengabaikannya. Allah Ta‟ala berfirman yang artinya:”Dan barang siapa
yang berserah diri kepada Allah dalam keadaan berbuat kebajikan, maka
sungguh dia telah berpegang dengan tali yang sangat kuat (kalimat
Laa ilaha illallah).” (QS.Luqman:22)
5. Jujur dalam mengucapkan kalimat ini dengan disertai hati yang
membenarkannya. Jika seseorang mengucapkan kalimat ini namun hatinya
mengingkari dan mendustai nya, maka dia orang munafik tulen.
AllahTa‟ala berfirman yang artinya:”Dan diantara manusia ada yang
mengucapkan,”Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal mereka tidak
beriman(8).
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beiman.
Tidaklah mereka menipu kecuali diri mereka sendiri sementara mereka
tidak meyadari(9). Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah
menambah penyakit mereka. Dan mereka mendapat azab yang pedih
karena kedustaan yang mereka lakukan. (QS.Al-Baqarah: 8-10).

6- Ikhlas dalam mengucapkannya dan memurnikan amal dari segala kotoran


syirik, bukan karena riya, atau untuk ketenaran, maupun tujuan-tujuan
duniawi. Rasulullah Shallallahu alahi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan
”laailaha illallah” dengan tujuan mengharap wajah Allah.”(HR.Bukhari dan
Muslim).

7.Mencintai kalimat ini dan segala tuntutannya serta mencintai


orang yang melaksanakan tuntutannya. AllahTa‟ala berfirman yang artinya:
”Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan
yang mereka mencintainya seperti mencintai Allah. Sedangkan orang-ora ng
yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS.Al-Baqarah:165). Orang – orang
yang benar dalam imannya mencintai.

8.Pelaku kesyirikan memiliki cinta ganda. Mereka mencintai Allah


sekaligus mencintai tandingan Nya.
BAB III
PENUTUPAN

3.1  Kesimpulan

1.  Tauhid memiliki pengertian yaitu berarti kita mengesakan


Allah swt tanpa menduakannya dengan yang lain.

2.  Mengucapkan kalimat tauhid adalah yang utama bagi


umat islam.

3.  Dalam mengucapkan kalimat tauhid kita harus yakin dan


mempercayainya dalam hati dan tanpa paksaan barulah
kalimat tauhid kita diterima Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA

http://akhwat.or.id/majalah-jurnal-muslimah-keluarga-sakinah-
pendidikan-anak/artikel-islamiyah/makna-dan-keutamaan-kalimat-
tauhid.html (diaksestanggal16Okteber2012)
(diunduh tanggal 17 Okteber 2012).
http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_the_book eed.pdf
(diunduh tanggal 17 Okteber 2012)
http://s1.islamhouse.com/data/id/ih_books/single/id_tawheed_the_mean
ing_of_the_two_testimon

Anda mungkin juga menyukai