Anda di halaman 1dari 25

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

TAUHID DAN
URGENSINYA BAGI
KEHIDUPAN
MUSLIM
Hasbullah, M.Pd.I
Dosen AIK STIKes Muhammadiyah Pringswu
A. Pengertian Tauhid
Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk
masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan
huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan
sesuatu satu saja.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah
menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya
Pembagian Tauhid

Tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid Rububiyah,


Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.
Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah
dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan
oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa
Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua
makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah
keadaan mereka
Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam
segala bentuk peribadahan baik yang zhahir maupun
batin
ُ ‫ك نَ ْستَ ِع‬
‫ين‬ َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإ@ِيَّا‬
َ ‫إِيَّا‬
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al
Fatihah: 5)
Tauhid Al Asma’ was Sifat adalah mentauhidkan
Allah Ta’ala dalam penetapan nama dan sifat Allah,
yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya
dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan
menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah
tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat
yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif,
tanpa ta’thil dan tanpa takyif
Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
‫َوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْد ُعوهُ بِهَا‬
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka
memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-
nama-Nya” (QS. Al A’raf: 180)
 Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama
atau sifat Allah dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang
batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang artinya ‘bersemayam’
dipalingkan menjadi ‘menguasai’.
 Ta’thil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat
Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa Allah
berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-
mana.
 Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal
Allah sama sekali tidak serupa dengan makhluknya, sehingga
tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat
wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan
bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
B. Makna Lailahaillallah Dan Konsekuensinya
Dalam Kehidupan

Dari Rabi’ah bin Ibad ad-Daili, beliau


menceritakan,Saya melihat Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memandangku di pasar Dzil Majaz,
sambil mendakwahkan,
‫ تُ ْفلِحُوا‬،ُ‫ اَل إِلَهَ إِاَّل هللا‬:‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا‬
Wahai sekalian manusia, ucapkanlah Laa ilaaha
illallah, kalian akan mendapat kesuksesan. (HR.
Ahmad).
Kalimat “lailaha illallah” adalah kalimat yang
didakwahkan Rasulullah kepada orang-orang quraisy.
Orang quraisy pada waktu itu beriman akan keberadaan
Allah. Firman Allah:
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu
dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan
siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka
akan menjawab: “Allah”. (QS. Yunus: 31)
Orang musyrikin Quraisy meyakini, Allah itu
ada, Allah Maha Kuasa, Allah yang
menciptakan, yang memiliki, dan yang
mengatur alam semesta beserta isinya. Dan
mereka memberikan pemujaan kepada selain
Allah, agar yang dipuja itu mengantarkan doa
mereka kepada Allah.
Makna Laa Ilaaha Illallah

Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, Nabi


Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
َ‫ات َوهُ َو يَ ْعلَ ُم أَنَّهُ الَ إِلَهَ إِالَّ هَّللا ُ َد َخ َل ْال َجنَّة‬
َ ‫َم ْن َم‬
“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan
mengetahui bahwa sesungguhnya tiada
sembahan yang berhak disembah kecuali Allah
maka akan masuk Surga”. (HR. Muslim 145)
Dari hadits tersebut dapat diambil
pelajaran bahwa kalimat “la ilaha illallah”
adalah kunci untuk masuk ke SURGA.
Maka sebagai muslim hendaklah kita
mengetahui makna dari kalimat tersebut.
Walaupun lafadznya SEDERHANA
namun memiliki makna yang sangat dalam.
Laa Ilaaha Illallah adalah kalimat yang terdiri dari 4 kata,
yaitu: kata (laa), kata (Ilaha), kata (illa) dan kata (Allah).
Adapun secara bahasa bisa kita uraikan secara ringkas sebagai
berikut:
Laa adalah nafiyah lil jins (Meniadakan keberadaan semua
jenis kata benda yang datang setelahnya). Misalnya perkataan
orang Arab “Laa rojula fid dari” (Tidak ada laki-laki dalam
rumah) yaitu menafikan (meniadakan) semua jenis laki-laki di
dalam rumah. Sehingga laa dalam kalimat tauhid ini bermakna
penafian semua jenis penyembahan dan peribadahan yang haq
dari siapapun juga kecuali kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Ilah adalah mashdar (kata dasar) yang bermakna maf’ul
(obyek) sehingga bermakna ma`luh yang artinya adalah
ma’bud (yang diibadahi). Karena aliha maknanya adalah
‘abada sehingga makna ma’luh adalah ma’bud. Hal ini
sebagaimana dalam bacaan Ibnu ‘Abbas radhiallahu
‘anhuma terhadap ayat 127 pada surah Al-A’raf:
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun
(kepada Fir’aun): “Apakah kamu membiarkan Musa dan
kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir)
dan meninggalkan kamu serta ilahatahmu (peribadatan
kepadamu)?”.
lla (kecuali). Pengecualian di sini adalah mengeluarkan
kata yang terletak setelah illa dari hukum kata yang telah
dinafikan oleh laa. Misalnya dalam contoh di atas laa
rajula fid dari illa Muhammad, yaitu Muhammad (sebagai
kata setelah illa) dikeluarkan (dikecualikan) dari hukum
sebelum illa yaitu peniadaan semua jenis laki-laki di dalam
rumah, sehingga maknanya adalah tidak ada satupun jenis
laki-laki di dalam rumah kecuali Muhammad. Jika
diterapkan dalam kalimat tauhid ini maka maknanya adalah
bahwa hanya Allah yang diperkecualikan dari seluruh jenis
ilah yang telah dinafikan oleh kata laa sebelumnya.
Lafadz “Allah” asal katanya adalah Al-Ilah dibuang
hamzahnya untuk mempermudah membacanya, lalu
lam yang pertama diidhgamkan (digabungkan) pada
lam yang kedua maka menjadilah satu lam yang
ditasydid dan lam yang kedua diucapkan tebal
sebagaimana pendapat Imam Al-Kisa`i dan Imam Al-
Farra` dan juga pendapat Imam As-Sibawaih.
 Adapun maknanya, berkata Al-Imam Ibnu Qoyyim
dalam Madarij As-Salikin (1/18) : “Nama “Allah”
menunjukkan bahwa Dialah yang merupakan ma’luh
(yang disembah) ma’bud (yang diibadahi). Seluruh
makhluk beribadah kepadanya dengan penuh
kecintaan, pengagungan dan ketundukan”.
 Lafadz jalalah “Allah” adalah nama yang khusus
untuk Allah saja, adapun seluruh nama-nama dan
sifat-sifat Allah yang lainnya kembali kepada lafadz
jalalah tersebut. Karena itulah tidak ada satupun dari
makhluk-Nya yang dinamakan Allah.
Makna Laa ilaaha illallah adalah tidak ada
sembahan yang berhak untuk disembah kecuali
Allah. Maka kalimat tauhid ini menunjukkan akan
penafian/penolakan/peniadaan semua jenis
penyembahan dan peribadahan dari semua selain
Allah Ta’ala, apa dan siapapun dia, serta penetapan
bahwa penyembahan dan peribadahan dengan seluruh
macam bentuknya –baik yang zhohir maupun yang
batin- hanya ditujukan kepada Allah semata tidak
kepada selainnya
Kalimat Laa Ilaaha Illallah mengandung dua rukun asasi
yang harus terpenuhi sebagai syarat diterimanya syahadat
seorang muslim yang mengucapkan kalimat tersebut:
Pertama: An-Nafyu (penafian/penolakan/peniadaan) yang
terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha. Yaitu menafikan,
menolak dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak
untuk disembah bagaimanapun jenis dan bentuknya dari
kalangan makhluk, baik yang hidup apalagi yang mati,
baik malaikat yang terdekat dengan Allah maupun Rasul
yang terutus terlebih lagi makhluk yang derajatnya di
bawah keduanya.
Kedua: Al-Itsbat (penetapan) yang terkandung dalam
kalimat Illallah. Yaitu menetapkan seluruh ibadah baik
yang lahir seperti sholat, zakat, haji, menyembelih dan
lain-lain maupun yang batin seperti tawakkal, harapan,
ketakutan, kecintaan dan lain-lain.
Syahadat seseorang belumlah benar jika salah satu dari
dua rukun itu atau kedua-duanya tidak terlaksana.
Misalnya ada orang yang hanya meyakini Allah itu berhak
disembah (hanya menetapkan) tetapi juga menyembah
yang lain atau tidak mengingkari penyembahan selain
Allah (tidak menafikan).
Syarat-syarat @@@‫ا@@@ ا@@الهللا‬
‫الله‬
Syaratnya laa ilaaha illallah itu ada tujuh :
1. Al ‘ilmu (mengetahui makna laa ilaaha illallah)
2. Al Yaqiin (meyakini makna laa ilaaha illallah)
3. Al Ikhlas (memurnikan ibadah kepada Allah)
4. Ash-Shidqu /Kejujuran (Sesuainya lahir dan batin)
5. Al-Mahabbah (cinta )
6. Al-Inqiyaad (ketundukan)
7. Al-Qabul (penerimaan )
Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”

1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.


2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang
telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah
dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang
gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri,
harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan
orang lain serta mengamalkan sunnahnya.
Konskuensi Syahadatain
[A] Konsekuensi “Laa ilaha illallah”
Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari
segala macam yang dipertuhankan sebagai keharusan
dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah
kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai
keharusan dari penetapan illallah.
[B]. Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah”
Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan
apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan
mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang
lain dari hal-hal bid’ah, serta mendahulukan sabdanya
di atas segala pendapat orang.

Anda mungkin juga menyukai