A. Pengertian syahadat
“Syahadat” berasal dari kata: syahida—yasyhadu—syahadatan. Secara bahasa,
kata ini memiliki makna:
1. Menyampaikan berita yang pasti.
2. Menampakkan sesuatu yang tidak diketahui orang lain.
3. Menjelaskan. (Mukhtarush Shihah,Misbahul Munir,Al-Mu’jamul Wasith, kata: sya–
hi–da)
Kita memuja dan memuji Allah, Dzat Pemberi berbagai ni’mat terutama ni’mat islam,
iman dan sunnah. Tak lupa kita bershalawat dan salam atas kekasih Allah, Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan para shahabat serta orang-orang yang senantiasa
setia menempuh jalan petunjuk beliau hingga hari kemudian.
Tak asing bagi kita Syahadat laa ilaha illah ini. Karena kita senantiasa membacanya
dalam sholat, tepatnya ketika tasyahud. Ia merupakan salah satu dari rangkaian dua kalimat
syahadat yaitu syahaadatu an laa ilaha illallah dan syahaadatu anna muhammadar
rasulullahyang dengan mengikrarkannya seorang yang kafir menjadi muslim. Syahadat ini
disebutSyahadat Tauhid, karena mengandung pentauhidan Allah Jalla wa ‘Ala dalam ibadah.
Kandungan syahadat
a. Ikrar
Ikrar adalah pernyataan seorang muslim mengenai keyakinannya. Ketika seseorang
mengucapkan kalimat syahadah, maka ia memiliki kewajiban untuk menegakkan dan
memperjuangkan apa yang ia ikrarkan.
b. Sumpah
Syahadat juga bermakna sumpah. Seseorang yang bersumpah, berarti dia bersedia
menerima akibat dan risiko apapun dalam mengamalkan sumpahnya tersebut. Seorang
muslim harus siap dan bertanggung jawab dalam tegaknya Islam dan penegakan ajaran
Islam.
c. Janji
Syahadat juga bermakna janji. Artinya, setiap muslim adalah orang-orang yang
berjanji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah
Allah, yang terkandung dalam Al Qur'an maupun hadist Rasul.
“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,
dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Berikut ini akan disebutkan makna-makna yang keliru ketika menafsirkan Laa ilaha
illallah.
Demikian pula, andaikata tafsir tersebut benar, tentulah orang-orang kafir Quraisy dan
yang semisal mereka akan menerima dakwah Nabi Shallallahu ‘alahi wa
sallam . Namun nyatanya tatkala Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam menyeru
mereka “Ucapkanlah Laa ilaha illallah, niscaya kalian akan beruntung (di dunia dan
akhirat)”(HR.Ahmad dan lainnya), mereka pun lantas membantah dengan ucapan
mereka yang diabadikan Allah Ta’ala dalam firman-Nya:“Apakah dia menjadikan
sesembahan-sesembahan itu hanya satu sesembahan (Allah) saja?! Sungguh ini
sesuatu yang aneh.” (QS. Shad:5).
Makna yang benar dari tafsir Laa ilaha illallah adalah Laa ma’buda bi haqqin
illallah yaitu Tiada sesembahan yang haq (berhak disembah) melainkan Allah. Hal ini
berdasarkan Al-Quran surah Shad ayat 5 dan hadits riwayat Ahmad di atas, di mana orang-
orang kafir di masa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam mengingkari dakwah beliau
untuk mentauhidkan Allah (menjadikan Allah satu-satunya Dzat yang disembah) dengan
ucapan mereka; “Apakah dia menjadikan sesembahan-sesembahan itu hanya satu
sesembahan (Allah) saja?! Sungguh ini sesuatu yang aneh.”
5
Illallah = Al-Itsbat, yaitu menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah dan
diibadahi melainkan Allah serta beramal dengan landasan ini.
Banyak ayat-ayat Al-Quran yang mencerminkan 2 rukun ini. Diantaranya adalah firman
Allah Ta’ala yang artinya: “Maka barangsiapa yang mengingkari Thoghut (sesembahan
selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang dengan tali
yang sangat kuat (kalimat Laa ilaha illallah).” (QS.Al-Baqarah:256).
“Tidaklah Kami utus seorang rasul pun sebelum kamu (Muhammad) kecuali Kami
wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku.
Karena itu, sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’:25)
D. Syarat-Syarat Syahadatain
1. Syarat-syarat “Laa ilaha illallah”
Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu
syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat
itu adalah:
“Artinya :… Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui
yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86]
Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya
apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa
maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa
tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan
(balasan) Surga.” [HR. Al-Bukhari]
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-
orang yang difirmankan Allah:
“Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha
illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.
dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami karena seorang penyair gila?” [Ash-Shafat: 35-36]
Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah,
tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti
mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah.
Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang
berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.”
[Luqman : 22
Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu
(patuh, pasrah).
“Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepa-da Allah dan Hari
kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah:
8-10]
9
“Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa
ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik
mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi
kandungan laa ilaaha illallah.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta
mengamalkan sunnahnya.
Secara Singkat Dan Garis Besar, Hal Yang Dapat Membatalkan Syahadat Kita Adalah
Sebagai Berikut :