1. Pendahuluan
2
dalam catatan-catatan yang ada ialah Tarikat Samaniyah. Sebuah
Tarikat yang cukup berjasa ketika perlawanan dengan Belanda,
bahkan menurut salah satu sumber merupakan salah satu Tarikat
yang mula-mula masuk ke Indonesia dan memperoleh pengikut besar
di bumi nusantara ini. Maka di sini kita akan melihat sekilas mengenai
tokoh dan Literatur Tarikat Samaniyah di Minangkabau, negeri
gudangnya ulama-ulama Tasawwuf itu.
3
telah bersinggungan dengan Jaringan Ulama Internasional, dengan
pusatnya kala itu ialah Mekkah dan Madinah.
Posisi mereka setelah pulang ke kampung halamannya –
Minangkabau- menjadi ulama terkemuka, dan ilmu yang mereka bawa
pulang, tersimpan dalam sudur, bukan sekedar ilmu yang di dapat
lingkungan bawah, kalangan lokal, lebih dari itu ilmu yang mereka
peroleh ialah pengetahuan agama yang kosmopolitan sebagaimana
jaringan global yang mereka bentuk ketika menuntut ilmu dari
berbagai Syekh terkemuka di Haramain. Di samping itu, keilmuan
mereka mencapai keotentikan yang bisa diuji, lewat sanad keilmuan
dari para musnid, ulama-ulama besar di Mekkah dan Madinah.
Dengannya mata rantai keilmuan itu bersambung (musalsil), tiada
terputus (munqathi’), sampai kepada tokoh-tokoh ulama salaf yang
shaleh, hingga sampai kepada Rasulullah.
4
Mengenai pribadi Syekh Muhammad Saman sendiri, beliau
merupakan seorang tokoh Sufi terkemuka di Abad XVIII, bahkan
dikatakan bahwa Beliau merupakan Qutub Auliya’ (Pusaran Wali-wali)
yang tersirat dalam berbagai kisah-kisah kekeramatan yang banyak
tertulis dalam Hikayat Muhammad Saman. Syekh Saman mempelajari
berbagai Tarikat kepada Syekh-syekh besar di zamannya. Selain
sebagai Syekh Tarikat yang berpengaruh, beliau juga dikenal ‘alim
dalam fiqih yang dipelajarinya dari lima ulama Fiqih terkemuka yaitu
Muhammad ad-Daqaq, Sayyid ‘Ali al-Atthar, ‘Ali al-Kurdi, ‘Abdul
Wahab al-Thantawi dan Sayyid Hilal al-Makki. Di bidang Tasawwuf dan
Tauhid, guru Syekh Saman yang paling mengesankan adalah Mustafa
bin Kamaluddin al-Bakri (w. 1749), seorang penulis produktif dan
Syekh Tharikat Khalwatiyah dari Damaskus. Selain itu as-Samani juga
pernah belajar Tharikat Khalwatiyah kepada dua orang syekh
terkemuka di Mesir, yaitu Muhammad bin Salim al-Hifnawi dan
Mahmud al-Kurdi. Syekh lain yang sangat berpengaruh terhadap
ajaran dan praktek-praktek Syekh Saman ialah Syekh Abdul Karim an-
Nablusi (w. 1731) , seorang Syekh Besar Naqsyabandiyah dan pembela
jitu Ibnu al-‘Arabi dan al-Jili. Dari berbagai syekh terkemuka yang
pernah menjadi gurunya, maka Syekh Muhammad Saman setidak
telah mengambil 4 macam Tarikat, yaitu Khalwatiyah, Qadiriyah,
Naqsyabandiyah dan Syadziliyah. Dari berbagai teknik-teknik Tarikat
inilah Syekh Muhammad Saman merumuskan sebuah metode Zikir,
yang kemudian hari dikenal dengan Tarikat Saman, atau Tarikat
Samaniyah.
5
rupanya telah menarik beberapa murid jawi untuk mengambil ilmu
dan berba’iat kepadanya, seperti salah seorang yang sangat
terkemuka dan menjadi ulama serta tenar namanya lewat karya
monumentalnya Siyarus Salikin ialah Arif billah Syekh Abdus Shamad
al-Falimbani (abad 18), melalui ulama yang satu ini kita memperoleh
gambaran terbaik tentang ajaran Syekh Saman dalam bahasa Melayu.
6
26. Syekh Muhammad ad-Dinuri, mengambil dari:
27. Sayyidi Mumsad ad-Dinuri, mengambil dari:
28. Sayyidi Junaid al-Baghdadi, mengambil dari:
29. Sayyidi Sirri Siqthi, mengambil dari:
30. Sayyidi Ma’ruf al-Kharkhi, mengambil dari:
31. Sayyidi Daud ath-Tha’i, mengambil dari:
32. Sayyidi Habibul ‘Ajami, mengambil dari:
33. Sayyidi Hasan al-Bashri, mengambil dari:
34. Amirul Mu’minin Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib KW, mengambil dari:
35. Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
7
Di Minangkabau sendiri, Tharikat Samaniyah sendiri telah
menampakkan dirinya sejak awal abad ke-19. menurut catatan yang
ada, salah seorang ulama yang mengembangkannya ialah Syekh
Muhammad Sa’id Padang Bubus Pasaman , guru dari yang mulia Syekh
Ibrahim Kumpulan. Lewat ulama-ulama dan surau-surau sufi setelah
itu Tarikat Samaniyah berkembang pesat. Kehadiran Tarikat Saman
semakin terlihat dengan tampilnya Syekh Abdurrahman al-Khalidi
Kumango, seorang ulama masyhur yang disegani kala itu. Dengan
surau Kumango beliau mengajarkan Tarikat Saman dan salah satu
teknik silat tradisional Minangkabau kepada murid-muridnya yang
banyak datang dari segenap penjuru Minangkabau. Menurut cacatan
M. Sanusi Latief, pusat-pusat Tarikat Samaniyah di Minangkabau
antara lain:
8
mengenai Ulama Saman dan koneksi keilmuannya
Setiap ilmu mesti pula ada mata rantai yang saling berhubungan. Jika
berbica mengenai mata rantai keilmuan itu maka kita tidak akan
terlepas dari hubungan istimewa antara guru dan murid, bahkan
karena sakin istimewanya hubungan ini tidak pisah terputus sama
sekali, walaupun murid atau guru itu telah wafat. Salah satu sebab
hubungan guru murid ini takkan terputus ialah karena hubungan ini
dibentuk oleh ikatan rohani yang sangat kuat. Begitulah halnya yang
berlaku dalam transmisi keilmuan islam sejak dahulunya, di mana
murid-murid akan benar-benar menjaga isnad ilmu yang diperolehnya
dari guru-gurunya itu. Namun akhir-akhir ini, zaman modern
dikatakan orang, perhatian penuntut ilmu tidak lagi mementingkan
hal tersebut. Salah satu keilmuan yang masih mempertahankan isnad
(mata rantai) itu hingga sekarang ialah ilmu Tarikat sebagai sebuah
kearifan bertasawwuf. Di mana melalui isnad atau silsilah inilah
nantinya kita akan menemui jaringan keilmuan islam yang kompleks
dan saling berkait.
9
Samaniyah, Beliau juga merupakan guru besar sekaligus pencipta Silat
Tharikat “Silek Kumango”, silat terkemuka di Minangkabau.
Perjalanan menuntut ilmu “Beliau Kumango” terlihat unik, pada
mulanya beliau adalah parewa, dan akhirnya menjadi Syekh Besar dan
Ulama yang dihormati.
10
Luak nan Bonsu Luak Limapuluh kota. Perjalanan menuntut Tasawwuf
dijalaninya semasa masih belia, beliau pernah mengaji kepada Tuan
Syekh Abdurrahman Batu Hampar (wafat 1899) yang terkenal itu. Dari
Syekh Batu Hamparlah Beliau menerima kaji Naqsyabandiyah sampai
memperoleh gelar “Syekh Mudo” sebagai prestasinya dibidang
Tharikat. Kemudian secara berturut-turut belajar Tasawwuf atas jalur
Naqsyabandiyah di-6 tempat terkenal, di antaranya di Kumpulan,
yakninya kepada yang Mulia Syekh Ibrahim Kumpulan; Padang Bubus
Bonjol; Padang Kandih; Simabur; Kumango dan lainnya. Di
Kumangolah beliau menerima Tharikat Samaniyah. Muridnya sangat
banyak dan umumnya menjadi ulama terkemuka.
Beliau berasal dari Durian Gadang, Luak Limapuluh kota. Beliau salah
satu di antara murid Syekh Mudo Abdul Qadim yang terkemuka, dari
segi keilmuan dan kekeramatan. Paruh kedua hidupnya beliau
menetap di Deli, Sumut. Beliaupun terkenal sebagai pejuang di zaman
Jepang, ketika tentara Jepang mengepungnya di Surau Suluk Tebing
Tinggi Deli, tiba-tiba saja hamparan halaman dan surau itu berubah
menjadi danau, sehingga tentara Jepang itu pulang saja dengan
tangan hampa.
11
Foto : Syekh Ibrahim Bonjol di Binjai
12
Beliau masyhur di Luak nan Bungsu selaku ulama. Beliau mendirikan
Madrasah Tarbiyah Islamiyah di Batu Tanyoh sebagai wadah
mengajarkan ilmu-ilmu islam. Pada usia mudanya mengaji kepada
Syekh Ibrahim Harun Tiakar, dan secara khusus belajar Tarikat kepada
Syekh Mudo Abdul Qadim Belubus. Selain Samaniyah, beliau juga
merupakan Syekh Naqsyabandiyah yang kuat memegang prinsip.
salah satu karangannya ialah kitab Izzatul Qulub bima ja’a bihin
Naqsyabandiyah. Murid-muridnya banyak, sampai saat ini dimasa
kepemimpinan anaknya Buya Zed Dt. Bungkuak. Bahkan sebahagian
orang-orang yang bersuluk berasal dari Banten.
13