Dengan nama Allah yang merupakan istilah bagi Dzat Ahadiyah, hal ini
berdasarkan pada;
1) Berdasarkan tanazzul-Nya (turunnya wujud dengan penyingkapan Tuhan) dari
Martabat Ahadiyah, karena tidaklah mungkin untuk mengistilahkan Dzat-Nya
dengan martabat asli-Nya;
2) Berdasarkan pada ketidak terbatasan dan kemencakupan-Nya atas segala asma
dan sifat Ilahi yang kepadanya segala mazhhar bersandar, yang menurut ahli kasyf
diistilahkan dengan al-ayn ats-tsbitah, dan menurut ahli syariat disebut dengan
Lauh al-Mahfzh dan al-Kitb al-Mubn.
Kata Ar-Rahman (Maha Pengasih) merupakan istilah bagi Dzat Ahadiyah, hal ini
berdasarkan pada;
1) Berdasarkan tajalliyat-Nya pada lembaran alam semesta dan perkembangan-Nya
dalam mulabas al-wujub dan al-imkan;
2) Berdasarkan tanazzul-Nya dari Martabat Ahadiyah kepada Martabat
Al-Adadiyah (martabat keberbilangan); taayyunat-Nya terhadap berbagai
manifestasi ilmiah dan esensi; serta pengejawantahan-Nya ( (perwujudan,
pelaksanaan, manifestasi) melalui citra eksistensial.
Kata Ar-Rahim (Maha Penyayang) merupakan istilah bagi Dzat Ahadiyah yang
diekspresikan melalui tauhid terhadap-Nya setelah disebutkan keberbilangannya;
melalui penyatuannya setelah pemisahannya; penggabungannya setelah
penghamparannya; pengangkatannya setelah penundukannya; dan tajrid-nya
setelah taqyid-nya.
Segala puji dan pemuliaan yang menghimpun segala pujian dan pengharagaan
yang lahir dari bahasa semua entitas semesta yang selalu bertawajuh kepada
Penciptanya dengan ketaatan yang mengakui penghargaannya dengan cara
bersyukur kepada Pemberi nikmat, baik melalui gerak maupun kata-kata, sejak
azali, abadi, secara khusus dan ajek (tetap/teratur) hanya untuk Allah, Dzat yang
Menghimpun semua asma dan sifat yang melahirkan dan memelihara alam semesta
seluruhnya karena Dia adalah Rabb semesta alam, yang jika saja pemeliharaan dan
pelestaran Dia terhadap alam semesta hilang meski sesaat, niscaya alam semesta
akan musnah sekaligus.
Pada hari ini semua pandangan dan pikiran lenyap. Segala hijab dan tirai
penghalang tersingkap. Semua entitas selain Allah akan sirna. Yang ada hanyalah
Allah yang Maha Esa dan Maha Penakluk.
Ketika hamba telah sampai pada maqam dan tujuan ini, serta menyerahkan segala
urusan kepada Allah, maka ia berhak selalu bersama Rabb-nya sebagai
penyempurna martabat ubudiyah, sehingga tidak ada lagi khitab yang menjelaskan
antara aku dan kamu dan tersingkap huruf ghain dan ain. Pada saat itulah
ucapan hamba akan selaras dengan bahasa tindakannya,
Ini adalah kesaksian bahwa hanya kepada-Mu, Ya Allah, bukan kepada selain
Engkau. Karena tidak ada yang lain bersama-Mu di alam wujud-Mu kami
menyembah, bertawajuh dan menempuh suluk secara hina dan tunduk. Karena
tidak ada sesembahan yang kami miliki selain Engkau, sebagaimana tidak ada
tujuan selain hanya kepada-Mu dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.
Maksudnya, kami tidak memohon pertolongan dan kemampuan untuk
menyembah-Mu, kecuali hanya pada-Mu, karena tidak ada tempat kami kembali
selain Engkau.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ya Allah, tunjukilah kami dengan kelembutan-Mu, jalan yang lurus, yang dapat
menghantarkan kami kepada puncak tauhid-Mu, yakni jalannya orang-orang yang
Engkau beri nikmat kepada mereka, dari kalangan para nabi, shiddiqun, syuhada,
dan orang-orang saleh, yang menjadi teman-teman terbaik.
Bukan orang-orang yang Engkau murkai, yaitu orang-orang yang ragu dan lari dari
jalan kebenaran yang terang, karena mengikuti akal yang penuh dengan ilusi. Dan
bukan orang-orang yang sesat, disebabkan fatamorgana dunia yang hina dan
godaan setan yang menyimpang dari jalan kebenaran dan hujah yang meyakinkan.
min... kami berharap ijabah dari-Mu wahai Dzat yang paling penyayang di antara
para penyayang.