PENDIDIKAN EKONOMI
Hasil/Proceed
(1 + r)n
PENDIDIKAN EKONOMI
HUMAN
INDUSTRI DANA PENDIDIKAN
CAPITAL
PRODUKT
INDUSTRI IVITAS INDIVIDU PUBLIK
Transformation Process
Inputs Structural System Outputs
Environmental
constraint (Bureaucratic expectation) Achievement
Human and
Capital Job satisfaction
Resources Learning Teaching
Absenteeism
Mission and Cultural System Political System
Board policy Drop-out rate
Materials and (ared Orientation) (Power Relation) Overall quality
methods Learning Teaching
Equipment
Individual system
c. Pendidikan informal
Di dalam PP 19/2005 tidak terdapat pengertian pendidikan informal dalam ketentuan
umumnya seperti halnya pendidikan formal dan nonformal, hal ini tidak lain karena PP tersebut
hanya berkaitan dengan standar nasional Pendidikan formal dan nonformal, dan tak satupun fasal
yang berbicara tentang standar untuk pendidikan informal, Sementara itu dalam UU no 20 tahun
2003 pasal 1 ayat 13, pendidikan informal diartikan sebagai jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan, pengertian ini amat ringkas dan tidak memberi gambaran tentang apa dan bagaimana
pendidikan informal itu, oleh karena itu untuk lebih jauh mendapat pemahaman tentang
pendidikan informal, pendapat pakar perlu dan dapat memperluas pemahaman berkaitan dengan
pendidikan informal.
Menurut Coombs (Soelaiman Joesoef dan Slamet Santosa, 1981:14) pendidikan informal
adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau
tidak sadar, sejak seorang lahir sampai mati, di dalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan
sehari-hari, sementara itu, International Council for Educational Development/ICED dalam
(Sudjana, 1983:10) mengartikan pendidikan informal sebagai berikut :
proses yang berlangsung sepanjang hayat yang dengannya tiap-tiap orang memperoleh
nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman hidup sehari-
hari dan dari pengaruh-pengaruh dan sumber-sumber pendidikan di dalam lingkungan
hidupnya - dari keluarga dan tetangga, pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan dan
media masa
Kedua pengertian di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang pendidikan
informal, yakni suatu pendidikan yang terjadi selama manusia hidup yang dapat berakibat pada
perubahan manusia dalam berbagai kapasitas individu dalam konteks kehidupan masyarakat.
Adapun karakteristik pendidikan informal adalah sebagai berikut : (mengacu pada UU no 20
tahun 2003 pasal 27 ayat 1 sampai 3, serta pendapat pakar pendidikan)
Tabel 3. Karakteristik Pendidikan informal
NO SIFAT KETERANGAN
1. Pelaku Keluarga
Pendidikan Lingkungan yang berbentuk Kegiatan Belajar
(Kelembagaan) Mandiri
2. Fungsi pengembangan Dari pengalaman dalam bentuk :
(perolehan) Nilai
Sikap
Pengetahuan
Psikomotor/keterampilan
3. Peserta Semua usia
4. keberlangsungan Sepanjang hayat
5. Kesetaraan Diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah lulus ujian sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan
Pendidikan Pendidikan
informal formal
Pendidikan
nonformal
Dari gambar di atas, nampak bahwa ketiga jalur pendidikan tersebut bersifat saling
mempengaruhi, pendidikan informal berpengaruh pada pendidikan formal dan non formal melalui
kualitas peserta didik dengan berbagai kompetensi yang diperolehnya dalam lingkungan keluarga
seperti nilai-nilai yang telah tertanam serta sikap dan prilaku sebagai makhluk sosial, sementara itu
pendidikan informal menerima pengaruh dari pendidikan formal dan non formal berupa
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan dan memperkaya pendidikan
informal baik bagi peserta didiknya, maupun bagi pendidikan informal selanjutnya. Namun
demikian dalam kajian pendidikan interaksi tersebut lebih ditekankan pada Pendidikan
formal/sekolah sebagai basis utama, sehingga sering pendidikan di luar sekolah disederhanakan
menjadi lingkungan (Childrens background) seperti terlihat dalam tulisan Allan Thomas dalam
bukunya The Productive School (1971) ketika menguraikan The Psychologists Production
Function dalam pendidikan sekolah.
Meskipun kesaling pengaruhan tersebut seakan menggambarkan jalur/lingkungan yang
terpisah, namun sebenarnya seluruh sistem dan proses interaksinya pada dasarnya berada dalam
suatu lingkup konteks budaya tertentu, sehingga bagaimana kualitas dan penataan, serta peristiwa
pendidikan pada jalur-jalur tersebut dalam banyak hal merupakan suatu cerminan budaya yang
berlaku, sebab pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan sebagaimana diungkapkan Tilaar
(2004) bahwa Pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya
yaitu politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan, dan bahwa antara pendidikan dan kebudayaan
terdapat hubungan yang erat. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula tidak ada
praksis pendidikan di dalam vacuum, tetapi selalu berada dalam lingkup kebudayaan yang
konkret, ini berarti bahwa pendidikan dipengaruhi oleh budaya, dan perkembangan budaya juga
akan sangat tergantung pada pendidikan, dalam hal ini pendidikan dapat menjadi alat untuk
mengembangkan budaya, sebab pendidikan tidak hanya mempunyai fungsi konservasi tapi juga
dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change). Untuk itu pemisahan secara ketat tanpa
melihat kesatuannya akan berakibat pada penyempitan makna pendidikan.
Kepemimpinan Pendidikan
Perencanaan
Proses pembelajaran
Dimensi Tujuan
Pengembangan potensi
Pesertadalam
Memang Didik -
aplikasinya Masyarakat - lebih
pemaknaan pendidikan Bangsa - Negara
Kualitas sekolah/mikro
Kualitas sekolah/mikro
KUALITAS
PENDIDIKAN PADA
TINGKATAN Uhar Suharsaputra/Persiapan Komprehensif/Adpen SPs-UPI 65
MAKRO/NASIONAL
Kualitas sekolah/mikro
Kualitas sekolah/mikro
Kualitas sekolah/mikro
Gambar. Hubungan pendidikan antara tingkatan makro dan mikro
Gambar di atas menunjukan bahwa apa yang terjadi dalam pendidikan nasional di
tingkatan makro akan berpengaruh pada pendidikan di tingkatan mikro/sekolah dan atau kelas,
sementara apa yang terjadi pada tataran mikro bila bersifat merata akan merupakan sumbangan
besar bagi keberhasilan pendidikan pada tataran makro, Oleh karena itu peran strategis pendidikan
dalam perspektif makro dan mikro perlu dilihat dalam keterpaduan, terutama bila berkitan dengan
kualitas pendidikan/pembelajaran yang menjadi perhatian penting baik dalam tataran makro
maupun mikro.
Disamping masalah kualitas pendidikan/pembelajaran, pembangunan pendidikan dalam
tingkatan makro mempunyai jangkauan lain yang sangat strategis dalam kehidupan bangsa secara
keseluruhan, seperti aspek pemerataan, relevansi, dan tata kelola, sebagaimana dikemukakan
dalam Renstra Depdiknas (2006), bahwa kebijakan pendidikan (penggunaan dana pendidikan)
lebih ditekankan pada :
Upaya pemerataan dan perluasan akses peendidikan
Peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan
Peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pengelolaan pendidikan.
Dari penekanan yang menjadi kebijakan pendidikan dalam tingkatan makro, nampak bahwa
faktor yang bersifat kemasyarakatan menjadi hal yang dominan. Dalam hubungan ini upaya
peningkatan IPM merupakan hal yang dapat perhatian dimana komponen pendidikan menjadi
salah satu unsurnya. Upaya untuk membangun pendidikan dipandang sebagai suatu yang
memerlukan kerjasama dengan masyarakat, dimana partisipasi aktifnya akan menentukan pada
keberhasilan dan kualitas pendidikan.
Pengukuran pencapaian mutu dan pengukuran kepuasan kastemer pendidikan
Dalam upaya untuk meningkatkan secara terus menerus kualitas pendidikan, maka fokus
pada kastemer pendidikan menjadi suatu hal yanag sangat penting, karena untuk merekalah
organisasi pendidikan ada. Dalam upaya tersebut, penentuan prosedur operasi standar amat
menentukan, standar merupakan sesuatu yang harus dicapai, dengan standar yang ada, maka dapat
dilakukan pengukuran pencapaian organisasi yaitu dengan membandingkan antara kondisi aktual
dengan standar mutu yang ditetapkan.
Dengan dapat dilakukannya pengukuran, maka dapat diketahui bagaimana kastemer
melihat pelayanan atau produk yang dihasilkan oleh organisasi/lembaga pendidikan, dalam
hubungan ini perlu diketahui siapa-siapa saja yang menjadi kastemer pendidikan, agar dapat
diberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan harapan masing-masing.
Konsep Kualitas Pendidikan (Quality of Education)
L.C. Solmon dalam tulisannya yang berjudul The Quality of Education (Psacharopaulos,
1987 : 53) menyatakan bahwa untuk memahami kualitas pendidikan dari sudut pandang ekonomi
diperlukan pertimbangan tentang bagaimana kualitas itu diukur. Dalam hubungan ini terdapat
beberapa sudut pandang dlam mengukur kualitas pendidikan yaitu :
Pandangan yang menggunakan pengukuran pada hasil pendidikan (sekolah atau College)
Pandangan yang melihat pada proses pendidikan
Pendekatan teori ekonomi yang menekankan pada akibat positif pada siswa atau pada
penerima manfaat pendidikan lainnya yang diberikan oleh institusi dan atau program
pendidikan
Sudut pandang tersebut di atas, masing-masing punya kelemahnnya sendiri-sendiri, namun
demikian pengukuran di atas tetap perlu dalam melihat masalah kualitas pendidikan, yang jelas
EXPENDITURE PROSES
Efektivitas PENDIDIKAN
Efisiensi Guru dan
SDM lainnya
KUALITAS
SISWA/ Kurikulum HASIL
CALON dan bahan BELAJAR
SISWA ajar
Metode
pembelajaran
Sarana
DIRECT REVENUE pendidikan
AND
INDIRECT Adequacy System
COST administrasi,
TOTAL COST
OPPORTUNITY Real Cost dan UNIT COST
COST/ Opportunity
EARNING PER SISWA
Cost
FORGONE
PERSUASION
DECISION
IMPLEMENTATION
CONFIRMATION
PROCESSING
INPUT - KLASIFIKASI OUTPUT
(DATA) - PENATAAN INFORMASI
- PENGHITUNGAN
Umpan balik
Pra-Informasional Informasional
Dasar ilmiah Kekakuan paradigma Kemampuan menggabung yg kreatif
Jumlah Infor
Langka Melimpah
Masi
Pertambah-
Linier Eksponensial
an informasi
Kecepatan
Lambat/Stabil Cepat/Berubah-ubah
dan isi
Cara penyam
Mono Media Multi Media
paian
Unit penang-
Individu Mesin/bantuan mesin
anan info
Kerangka ni-
Monistis Pluralistis
lai tafsiran
Hubungan
Seorang ke Banyak orang Banyak orang pada seorang
informasi
Orientasi
Masa lalu Masa depan
waktu
Karakteristik/Ciri-ciri SIM
1. Bersifat total/menyeluruh, mencakup :
dilihat dari bentuknya
a. formal informal
b. manual komputerisasi
dilihat dari bidangnya
a. sistem informasi proyek
b. sistem informasi perkantoran
c. sistem informasi forcasting
d. sistem informasi penopang keputusan
2. Bersifat terkoordinasi :
SI
SI
PIHA
PIHA
PROSE KK
S MAN
SI MAN
SI AJEM
AJEM
EN
EN
SI
SI
SISI
PIHA
PIHA
KK
MAN
PROSE MAN
SISI S
AJEM
AJEM
EN
SISI EN
Sistematis Intuitif
Reseptif
Ciri-cirinya :
a. Intuitif :
Trial and error dalam menguji berbagai bentuk pemecahan masalah
Tiodak menganggap penting pemrosesan data menjadi informasi
b. Sistematis
Menstrukturkan masalah secara tepat untuk pemecahan masalah
data-data diolah dan dianalisa dengan cermat tersusun dan logis
c. Preseptif
INPUT OUTPUT
SISTEM
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
(Model sistem dengan banyak input dan output)
dilihat dari sudut kepastiannya sistem dapat dikelompokan ke dalam sistem diterministik dan
sistem probabilistik. Sistem diterminisstik adalah sistem yang beroperasi dalam cara yang dapat
diramalkan. Interaksi diantara sub-sub sistem dapat diketahui dengan pasti, sebagai contoh adalah
program komputer yang dapat beroperasi dengan tepat sesuai dengan rangkaian instuksinya.
Sistem Probabilistik adalah sistem dimana dalam beroperasinya meampunyai kemungkinan-
kemungkinan hasil, dan terkadang mengandung unsur kemungkinan kesalahan
Factoring Sistem
Konsep sebuah sistem menuntut manusia untuk melihatnya sebagai suatu keseluruhan,
namun karena keseluruhan itu terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi, maka dalam
menganalisanya kadang diperlukan langkah pengunsuran (factoring) yaitu suatu upaya memerinci
sistem menjadi sub-sub sistem, sehingga unsur-unsur dan interface-nya dapat dianalisa dengan
cermat, apalagi bila suatu sub sistem terdiri dari sub-sub sistem yang lebih kecil lagi, bila
digambarkan nampak sebagai berikut :
Karakteristik sistem
Suatu sistem berbeda dengan sistem lainnya atas dasar karakteristiknya yang berbeda-
beda. Adapun karakteristik sistem yang dapat membedakan (yang menyebabkan suatu perbedaan)
suatu sistem dari sistem lainnya adalah :
Boundary . adalah batasan yang menggambarkan sesuatu yang berada dalam suatu
sistem dan sesuatu yang berada diluarnya/lingkungan eksternal suatu sistem
Environment. Segala sesuatu yang berada di luar sistem yang dapat berpengaruh pada
asumsi, kendala, dan input suatu sistem.
Input. Sumberdaya dari lingkungan yang dipergunakan dan dimanipulasi oleh sistem
Output. Sumberdaya yang disediakan oleh sistem untuk lingkungan suatu sistem.
Component. Unsur-unsur sistem (proses/sub-sub sistem) yang mentransformasikan
input menjadi output
SISTEM
B1 B3 C2
A1 A2 B2
C1
Pengembangan sistem
Sustu sistem yang akan diterapkan dalam suatu organisasi biasanya akan melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut :
o Analisis sistem
o Perancangan/desain sistem
o Implementasi sistem
o Manajemen sistem
o Evaluasi sistem
Analisis sistem
Dalam menerapkan sistem informasi terlebih dahulu perlu dilakukan analisis sistem, hal
ini dimaksudkan agar sistem benar-benar aplikabel dalam suatu kerangka organisasi tertentu.
Analisis sistem merupakan suatu upaya untuk mencari secara spesifik hal-hal yang dibutuhkan
dalam suatu sistem baik oleh pemakai sistem maupun ruang lingkup pekearjaan sistem. Dalam
melakukan analisis sistem seorang analis sistem harus melakukan penelitian secara umum
sebelum melakukan analisis secara terinci.
Rasional analisis sistem
Terdapat beberapa pertimbangan kenapa diperlukan analisis sistem dalam suatu
organisasi pertimbangan tersebut antara lain :
1. Problem solving. Sistem yang ada/sedang berjalan tidak dapat berfungsi dengan baik (tidak
efektif dan efisien) sehingga perlu diperbaiki
2. New regulation. Adanya aturan baru baik dalam masalah keuangan maupun Sumberdaya
lainnya akan menuntut suatu perubahan tertentu dalam mekanisme organisasi termasuk dalam
sistem informasi
1. pencatatan
DESAIN SISTEM masalah
2..perbaikan
langsung
UJI COBA SISTEM
EVALUASI SISTEM
TIDAK
REVISI SISTEM OK
PENERAPAN SISTEM
Penilaian
Berbasis Kelas
Dengan melihat siklus di atas nampak sekali bahwa evaluasi merupakan komponen penting yang
tidak terlepas dari KBK, sudah barang tentu di dalamnya mempunyai karakteristik khas, namun
secara umum penilaian dalam KBK merujuk pada tujuan dan fungsi yang sama dengan penilaian
pendidikan/pembelajaran secara umum.
Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
Di dalam kurikulum sebelumnya (kurikulum 1994) tujuannya lebih diarahkan pada upaya
memberitahu guru tentang apa yang harus diajarkan (Content), sedangkan dalam KBK lebih
menekankan pada apa yang harus dilakukan siswa sebagai hasil belajarnya. Dengan demikian
KBK memberitahu guru tentang kompetensi-kompetensi apa yang harus dikembangkan oleh
siswa, melalui proses pembelajaran.
Adapun ciri-ciri KBK adalah :
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi
Sumber belajar bukan hanya guru, tapi juga sumber belajar yang lainnya yang
memenuhi unsur edukatif
Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi (Pusat Kurikulum , Balitbang Depdiknas, 2002)
Pengertian Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
Menurut Pusat Kurikulum , Balitbang Depdiknas Penilaian berbasis kelas adalah penilaian
yang dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, PBK dilakukan dengan
pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja
(performance), dan test tertulis (paper and pen). Dengan demikian PBK merupakan suatu bentuk
evaluasi yang terpadu atas aktivitas pembelajaran siswa, tidak hanya hasil akhir dari suatu aktivitas
pembelajaran, tapi juga bagaimana siswa/peserta didik berpartisipasi dalam proses pembelajaran
tersebut, sehingga Guru dapat menilai kompetensi siswa berdasarkan seluruh aktivitas
pembelajaran yang diikutinya.
Dalam upaya untuk mengetahui proses dan hasil belajar siswa, PBK dapat berbentuk : Test
tertulis dengan lebih banyak bentuk uraian, Test Penampilan untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam melakukan sesuatu, Penugasan dan Hasil karya untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan yang telah diperoleh melalui pembuatan laporan dan
karya tulis, dan Portofolio yang merupakan kumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan siswa
yang menggambarkan pengalaman belajar siswa, sebagai bahan bagi guru untuk melakukan
penilaian.
Dengan pemahaman yang demikian, PBK merupakan penilaian yang utuh dan otentik atas
aktivitas pembelajaran siswa, sehingga dapat juga disebut penilaian otentik yang oleh Direktorat
Tenaga Kependidikan Depdiknas (2003) diartikan sebahgai proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan
dicapai. Adapun prinsip- prinsip penilaian otentik adalah :
Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran (a
part of instruction)
Penilaian harus m,encerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah
dunia sekolah (school work-kind of problems).
FC = Biaya tetap
S = Volume penjualan
VC = biaya variabel (Variable Cost)
Analisis nilai sekarang bersih
Dengan rumus :
Hasil/Proceed
r = tingkat bunga; (1 + r)n
n = lamanya waktu investasi
o Reaktif o Proaktif
o Advokasi pegawai o Parner bisnis
o Unit kerja/task force o Fokus pada tugas dan pemberdayaan
o Fokus pada isu operasional o Fokus pada isu strategis
o Isu kualitatif o Isu kuantitatif
o Stabilitas o Perubahan konstan
o Solusi taktis o Solusi startegis
o Integritas fungsi o Multi fungsi
Educational Innovation
dengan melihat bagan tersebut, dapatlah dipahami bahwa inovasi pendidikan dapat berbentuk
gagasan, metode , dan teknologi. Gagasan pada dasarnya dapat menjadikan sesuatu yang baru
dalam pelaksanaan pendidikan, baik itu bersifat penambahan maupun perbaikan terhadap ektivitas
pendidikan yang terjadi. Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan,
meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam
melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu
diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur
supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan
pendidikan.
Inovasi Dalam Pendidikan
Praktisi Pendidikan dapat dikelompokan ke dalam :
1. Administrator terdiri dari :
a. Principal
b. Superintendent
2. Teacher
Dalam hal penerimaan atau sikap terhadap perubahan dua kelompok ini mempunyai
pandangan dan sikap yang tidak selalu sama, karena peran yang dimainkan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan berbeda dan lingkungan kerja yang sering dijalani masing-
masing juga berbeda
Menurut Ernest R House, dalam pendidikan Administrator (Kepala dan Pengawas lebih
mudah menerima inovasi disbanding guru karena :
1. Sosial interaction inhibit diffusion across professional boundaries
2. Teacher remain isolated in classroom which does not enhance the diffusion of new idea
within the profession
3. Never adopt innovation as a whole, only bits and pieces
4. Passive adopter
Dalam konteks Indonesia, inovasi pendidikan umumnya merupakan suatu gerakan yang
bersifat top down,dalam arti inisiatif dalam melakukan inovasi selalu dating dari pihak
pemerintah
Proses Inovasi
Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu inovasi itu terjadi, di sini ada unsure
keputusan yang mendasarinya, oleh karena itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses
keputusan Inovasi (Innovation decision Process). Menurut Everett M Rogers proses keputusan
inovasi adalah the process through which abn individual (or other decision making unit) passes
from first knowledge of an innovation,to forming an attitude toward the innovation, to a decision
to adopt or reject, to implementation of the new ide, and to confirmation of this decision
Adapun model keputusan inovasi adalah :
.
KNOWLEDGE
PERSUASION
IMPLEMENTATION
CONFIRMATION
KNOWLEDGE
.
PERSUASION
DECISION
IMPLEMENTATION
CONFIRMATION
Elemen-Elemen Difusi
Terdapat beberapa elemen penting dalam suatu proses difusi yaitu :
Innovation
Communication channel
Time
Sosial system (E.M. Rogers. 1983:10)
Difusi pada dasarnya merupakan suatu komunikasi khas berkaitan dengan inovasi, oleh
karena itu difusi secara inheren mencakup unsur inovasi itu sendiri dengan berbagai
karakteristiknya. Dalam proses komunikasi tersebut unsur saluran komunikasi memegang peranan
penting sebagai sarana pertukaran informasi, bentuk saluran yang dipergunakan dalam suatu difusi
akan berpengaruh terhadap efektivitas difusi itu sendiri.
Proses komunikasi inovasi bukan suatu yang gampang bila dikaitkan dengan tingkat
adopsinya, ini akan memerlukan waktu, bahkan komunikasinya itu sendiri sulit dilakukan
serempak untuk setiap daerah tempat adopter potensial berada. Hal ini akan sangat terasa bila
suatu daerah mempunyai sebaran geografis yang luas dan tersebar, sehingga unsur waktu menjadi
penting untuk diperhatikan dalam proses difusi.
Karena difusi terjadi dalam suatu masyarakat yang mempunyai sistem sosial tertentu,
maka dimensi sosial masyarakat akan berpengaruh juga pada tingkat penyebaran inovasi. Sistem
sosial yang beragam cenderung punya sikap yang berbeda dalam memandang inovasi, oleh karena
itu jika suatu inovasi ingin sukses dikomunikasikan pada masyarakat, maka pemahaman sistem
sosial yang berlaku perlu diperhatikan.
Kesulitan Yang Sulit Dihindari Guru Dalam Inovasi Pendidikan
Dalam menyikapi inovasi pendidikan guru mempunyai kekhasan tersendiri dibanding
dengan SDM pendidikan lainnya seperti petugas administrasi atau birokrat pendidikan. Menurut
ORGANISASI
5 Personal contact and Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan
insight orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6 Dynamic systems Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat konstan
dan terus berlangsung baik secara individu maupun budaya
secara keseluruhan
d. Data kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif yang
mendeskripsikan setting penelitian baik situasi maupun informan/responden yang umumnya
berbentuk narasi baik melalui perantaran lisan seperti ucapan/penjelasan responden, dokumen
pribadi, catatan lapangan. Berbeda dengan penelitian kuantitatif dimana data yang dikumpulkan
merupakan hasil pengukuran atas variabel-variabel yang telah dioperasionalkan (umumnya
brbrntuk angka-angka)
e. Kontak personal
Metode kualitatif mensyaratkan perlunya kontak personal secara langsung antara peneliti
dengan orang-orang dan lingkungan yang sedang diteliti. Perlunya kontak langsung secara
personal adalah guna memahami secara personal realitas yang terjadi dalam kehidupan wajar
sehari-hari, sehingga peneliti dapat mengerti dan memahami bagaimana orang-orang mengalami,
memahami dan menghayati realitas yang terjadi.
f. Sistem yang dinamis
Setting penelitian merupakan sesuatu yang dinamis, dan selalu berubah baik secara
individual maupun budaya secara keseluruhan. Perhatian utama peneliti kualitatif adalah
menggambarkan dan memahami proses dinamika yang terjadi, karena fenomena-fenomena yang
terjadi saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara dinamis dalam suatu sistem yang
menyeluruh.
g. Berorientasi pada kasus yang khas
Kedalaman metode kualitatif secara tipikal bermula dari kasus-kasus kecil yang menarik
sesuai dengan tujuan penelitian. Pentingnya studi kasus ini terutama bila seseorang memerlukan
pemahaman atas orang-orang yang istimewa, masalah-masalah khas atau situasi-situasi yang unik
secara lebih mendalam.
h. Sensitif pada konteks
Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif selalu ditempatkan sesuai dengan konteksnya,
baik konteks sosial, konteks historis, maupun konteks waktu, ini berarti bahwa suatu temuan akan
banyak bermakna atau akan memberikan makna yang lebih mendalam bila dilihat dalam
konteksnya sendiri-sendiri, oleh karena itu peneliti harus peka dalam memahami konteks suatu
temuan penelitian.
i. Netralitas yang empati
Obyektivitas yang sempurna adalah tidak mungkin, subyektivitas murni akan merusak
keterpercayaan, untuk itu dalam penelitian kualitatif seorang penelity diharapkan bersifat netral
tapi empati, kenetralan merupakan upaya untuk menjaga obyektivitas, sedangkan sikap empati