Anda di halaman 1dari 5

TUGAS REVIEW KITAB

NAMA : ZULIS SAIDATHUL UMMAH (181310004056)

KELAS 4 PAI A3

Identitas kitab

Judul kitab : “Al Husunul Hamidiyyah”

Penulis : Sayid Husein Afandi,

Penerbit : Al Miftah Surabaya

ISBN :-

Tahun cetak :-

1- Sekilas isi kitab


Kitab Tauhid Husunul Hamidiyah(benteng yang bagus untuk menjaga aqidah
islam) yang ditulis oleh Sayid Husain Afandi, terlihat jelas pemikiran seorang
pengikut paham Ahlu Sunnah wal Jamaah, yaitu golongan yang berpegang teguh
pada sunnah dan hadits, dan praktik peribadatannya sama seperti mayoritas atau
umumnya umat Islam. Paham Ahlussunnah wal Jamaah ini dalam konsep atau
mazab tauhidnya mengikuti Abdul Hasan Ali bin Ismail Al Asy’ari (260-324 H/
873-935 M) dan Muhammad bin Muhammad Abu Mansur Al Maturidi (w. 332
H). Kitab yang membahas ilmu tauhid (Benteng Iman) ini diharapkan dapat
diajarkan diseluruh pondok dan sekolah demi menjaga aqidah muridnya yang
memeluk agama islam dan mengikuti syariat nabi muhammad. Kitab ini terdiri
dari mukaddimah, dan 3 bab. Yang msing-masing bab terdiri dari beberapa pasal
yang membahas masalah masalah pokok dan penutup yang berisi penjelasan
tentang adanya khalifah dalam agama Nabi Muhammad yang wjib ditaati oleh
setiap orang islam.
2- Sinopsis
Dalam kitab Husunul Hamidiyah, aqidah yang harus dipegang oleh seorang muslim
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Definisi Ilmu Tauhid, keutamaan, dan kewajiban mempelajarinya.
 Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang ketetapan kepercayaan/
aqidah agama dengan dalil yang yakin.
 Manfaat mempelajari ilmu tauhid ialah mengenal sifat-sifat Allah ta’ala dan
para utusanNya dengan bukti-bukti yang pasti, dan memperoleh kebahagian
yang abadi.
 Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu kifayah, apabila salah satu
sudah mempelajari maka yang lain gugur kewajibannya. Nama lain dari ilmu
tauhid yaitu ilmu aqoid, ilmu kalam, ilmu ushuluddin, ilmu hakikat dan ilmu
ma’rifat.
2. Hakikat Iman dan Islam.
 Iman adalah membenarkan bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah
dan membenarkan apa saja yang dibawa oleh yang diketahui datangnya dari
nabi secara dharuri. Yaitu percaya akan kebenaran Muhammad saw dengan
kepercayaan yang kokoh terhadap apa saja yang di bawa oleh Muhammad dari
Allah ta’ala dan diketahui datangnya dari Nabi dengan yakin dan kepercayaan
tersebut disertai ketetapan hati. Misalnya iman kepada Allah ta’ala, malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, qadla dan qadar,
difardlukannya sholat, dan seluruh ibadah-ibadah lainnya membunuh dengan
aniaya terhadap jiwa yang terjaga, haramnya zina dan sebagainya.
 Islam adalah tunduk dan patuh zhahir-batin terhadap apa saja yang satu dan
lainnya tidak dapat terlepas. Maka setiap mu’min adalah muslim dan setiap
muslim adalah mu’min. Karena setiap orang yang membenarkan kebenaran
Rasul, wajiblah ia tunduk terhadap hal-hal yang di bawa oleh beliau; dan
setiap orang yang tunduk itupun wajib untuk membenarkan beliau.
3. Hal-hal yang menghapus dan membatalkan Keimanan.
Islam melalui Al Qur’an yang mulia, melarang dan mengingatkan hal-hal yang
dapat membatalkan keimanan, orang yang melakukannya dihukumi kafir,
walaupun dalam hatinya membenarkan dan patuh terhadap apa-apa yang
dibawa oleh Rasul saw, hal-hal itu misalnya: mengucapkan kata-kata kafir
dan sebagainya.
4. Tiga hukum akli yaitu: Wajib, Mustahil dan Jaiz.
 Pengertian wajib menurut akal ialah: sesuatu yang tidak dapat diterima ketidak
adaannya. Misalnya: Satu adalah separoh dari dua, dan adanya Pencipta alam.
Perihal satu adalah separoh dari dua dan adanya Pencipta alam, adalah wajib
akli. Keduanya tidak dapat diterima akan ketidak adaanya. Tetapi yang
pertama itu wajib akli badhi’ (jelas sekali) tidak membutuhkan kepada
pembuktian. Yang kedua wajib akli nazhari (pemikiran) yang membutuhkan
kepada pembuktian.
 Mustahil adalah penolakan terhadap ketetapan ada, sesuatu yang tidak dapat
diterima oleh akal.
 Jaiz adalah penerimaan terhadap keberadaan dan ketiadaan.

Selain keempat hal tersebut, dalam kitab Husunul Hamidiyah juga dijelaskan tentang
rukun iman, tetapi penjabaran rukun iman tersebut berbeda dengan urutan atau
susunan rukun iman pada umumnya. Rukun iman yang dipahami oleh mayoritas umat
Islam adalah : (1) iman Kepada Allah swt, (2) iman kepada Malaikat, (3) iman kepada
Kitab-kitab Allah, (4) iman kepada Nabi dan rasul, (5) iman kepada hari Kiamat, dan
(6) iman kepada Qadla dan Qadar. Sedangkan rukun iman yang dijabarkan dalam
kitab Husunul hamidiyah adalah : (1) iman iman Kepada Allah swt, (2) iman kepada
Nabi dan rasul, (3) iman kepada Malaikat, (4) iman kepada Kitab-kitab Allah, (5)
iman kepada hari Kiamat, dan (6) iman kepada Qadla dan Qadar.
Perbedaan urutan rukun iman tersebut terdapat pada penempatan iman kepada
Malaikat setelah iman kepada kitab dan Rasul. Berbeda dengan urutan rukun iman
yang secara umum, menempatkan iman kepada Malaikat setelah iman kepada Allah
swt. Adapun lebih jelasnya urutan dan pengertian rukun iman dalam kitab tauhid
Husunul Hamidiyah adalah sebagai berikut :
1. Iman kepada Allah Swt
Iman kepada Allah ta’ala ialah agar hamba itu mengetahui dan mempercayai dengan
kepercayaan yang kokoh sifat-sifat Wajib, mustahil dan sifat-sifat jaiz-Nya. Seorang
hamba seharusnya percaya secara global (ijmal) dengan kepercayaan yang kokoh
bahwa wajib bagi Allah ta’ala seluruh sifat-sifat kesempurnaan yang sesuai dengan
sifat ketuhanan dan mustahil atas-Nya segala sifat kekurangan. Jaiz bagi Allah ta’ala
membuat setiap yang mungkin atau meninggalkan.
2. Iman Kepada Para Rasul
Rasul (utusan Allah) adalah seorang laki-laki dan merdeka yang diberi wahyu oleh
Allah dengan syari’at, dia disuruh untuk menyampaikan wahyu itu kepada mahluk,
jika tidak diperintah untuk menyampaikannya maka disebut nabi saja. Iman kepada
para Rasul adalah kita percaya bahwa Allah ta’ala mengutus mereka dengan
membawa khabar gembira dan peringatan. Mereka dikuatkan dengan mu’jizat yang
luar biasa. Dan agar kita mempercayai sesuatu yang wajib, mustahil dan jaiz atas
mereka.
3. Iman Kepada Malaikat
Menurut syara’, wajib bagi setiap muslim beriman kepada malaikat, yaitu percaya
dengan kepercayaan yang kokoh akan adanya mereka, dan mereka itu adalah hamba
Allah yang mu’min kepada-Nya serta mereka itu dimuliakan.
Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan sedang mereka melaksanakan
perintahNya mereka takut kepada Tuhan dan mereka mengerjakan apa yan
diperintahkan. Hakikat mereka adalah jisim-jisim halus, yang diberi kemampuan oleh
Allah untuk dapat berubah dalam bentuk yang berbeda-beda, tempat tingggal mereka
di langit.
4. Iman Kepada Kitab-kitab Allah Swt
Setiap orang Islam wajib beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan dari Allah
ta’ala kepada para Rasul a.s. Sesungguhnya Allah itu menurunkan kitab-kitab pada
para utusan-Nya, dan di dalamnya Allah menjelaskan perintah dan larangan-Nya, janji
dan ancaman-Nya. Kitab-kitab yang diturunkan dari Allah yang paling utama adalah
Al-Qur’an, kemudian Taurat, Injil, Zabur dan seluruh Kalamullah.
5. Iman Kepada Qadla dan Qadar
Termasuk hal yang wajib menurut syara’ bagi setiap mukallaf ialah iman kepada
qhada’ dan qadhar , sebagaimana kita diperintahkan untuk iman kepada keduanya
maka kita telah dilarang untuk mendalami pembahasan keduanya itu.
Qadar adalah ketentuan Allah ta’ala sejak azali terhadap semua makhluk yang mana
Allah mewujudkannya dalam batas-batas itu, yaitu baik, buruk, manfaat serta lain
sebagainya. Maksudnya yaitu Allah mengetahui dengan azali akan sifat-sifat
makhluk. Hal ini kembali kepada sifat ilmu. Qadha’ ialah Allah mewujudkan segala
sesuatu sesuai dengan ilmu dan ketentuan-Nya kepada sesuatu itu di zaman azali.
Maka jelaslah bahwa qadha’ dan qadar itu kembali kepada hubungan (ta’alluq) sifat
ilmu Tuhan yang azali kepada sesuatu dan berbuhungan (ta’alluq) dengan sifat
kekuasaan Tuhan kepadanya.
6. Iman kepada hari Akhir (Kiamat)
Setiap orang Islam wajib beriman kepada hari akhir (hari kemudian) yaitu hari
Kiamat. Mulainya sejak waktu dikumpulkan dan berakhir dengan masuknya penghuni
surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka. Yang wajib adalah iman kepada-Nya
dan kandungan-Nya sebagaimana wajib iman kepada tanda-tanda yang
mendahuluinya yang telah tetap dengan nash-nash syara’, pencabutan nyawa (ruh),
perihal kubur dan lain-lain sebagainya.

3- Simpulan kitab
Kitab ini terdiri dari mukaddimah, dan 3 bab. Yang msing-masing bab terdiri dari
beberapa pasal yang membahas masalah masalah pokok dan penutup yang berisi
penjelasan tentang adanya khalifah dalam agama Nabi Muhammad yang wjib
ditaati oleh setiap orang islam. Dalam kitab Husunul Hamidiyah, aqidah yang
harus dipegang oleh seorang muslim meliputi hal-hal sebagai berikut :
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang ketetapan kepercayaan/ aqidah
agama dengan dalil yang yakin. Manfaat mempelajari ilmu tauhid ialah mengenal
sifat-sifat Allah ta’ala dan para utusanNya dengan bukti-bukti yang pasti, dan
memperoleh kebahagian yang abadi. Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah
fardhu kifayah, apabila salah satu sudah mempelajari maka yang lain gugur
kewajibannya. Nama lain dari ilmu tauhid yaitu ilmu aqoid, ilmu kalam, ilmu
ushuluddin, ilmu hakikat dan ilmu ma’rifat.
Iman adalah membenarkan bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah dan
membenarkan apa saja yang dibawa oleh yang diketahui datangnya dari nabi
secara dharuri. Yaitu percaya akan kebenaran Muhammad saw dengan
kepercayaan yang kokoh terhadap apa saja yang di bawa oleh Muhammad dari
Allah ta’ala dan diketahui datangnya dari Nabi dengan yakin dan kepercayaan
tersebut disertai ketetapan hati. Misalnya iman kepada Allah ta’ala, malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, qadla dan qadar, difardlukannya
sholat, dan seluruh ibadah-ibadah lainnya membunuh dengan aniaya terhadap jiwa
yang terjaga, haramnya zina dan sebagainya.
Islam adalah tunduk dan patuh zhahir-batin terhadap apa saja yang satu dan
lainnya tidak dapat terlepas. Maka setiap mu’min adalah muslim dan setiap
muslim adalah mu’min. Karena setiap orang yang membenarkan kebenaran Rasul,
wajiblah ia tunduk terhadap hal-hal yang di bawa oleh beliau; dan setiap orang
yang tunduk itupun wajib untuk membenarkan beliau.
Hal-hal yang menghapus dan membatalkan Keimanan.
Islam melalui Al Qur’an yang mulia, melarang dan mengingatkan hal-hal yang
dapat membatalkan keimanan, orang yang melakukannya dihukumi kafir,
walaupun dalam hatinya membenarkan dan patuh terhadap apa-apa yang dibawa
oleh Rasul saw, hal-hal itu misalnya: mengucapkan kata-kata kafir dan
sebagainya..

Anda mungkin juga menyukai