Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR STUDI ISLAM

MAKALAH TENTANG ASPEK AKIDAH

Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam

Dosen Pengampu : Helfina Arianti, M.Ag.

Disusun Oleh : 1. Mayadah Sarnadilah (180103040238)

2. Nova Hestika Pertiwi (180103040251)

3. Nurhikmah Rusmadi (180103040092)

4. Putri (180103040233)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

PSIKOLOGI ISLAM

BANJARMASIN

2018
PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna dan memegang posisi sebagai
pemimpin (khalifah) di muka bumi, oleh karena itu manusia dikaruniai kemapuan akal dan
sifat-sifat tertentu yang memungkinkan ia dapat mengendalikan dan membangun kehidupan
dimuka bumi. Manusia dikaruniai akal sehingga ia bisa mengetahui segala sesuatu dan
memperoleh ilmu pengetahuan,sifat-sifat ini dapat digunakan untuk menolong maupun
menindas orang lain, oleh karena itu harus ada dorongan lain yang dapat mengendalikan dan
juga mengarahkan agar sifat dan kelebihan manusia ini dapat berguna bagi kepentingan umat.

Akidah atau Keimanan menjadi faktor utama yang membimbing manusia ke jalan
yang benar dan menjauhkan kita dari perbuatan yang buruk dan tindakan yang tidak adil.
Keyakinan yang kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadi benteng keimana bagi seorang
muslim, dalam makalah kali ini kami akan menjelaska tentang aspek akidah dalam islam
yang mencakup enam rukun iman yakni Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman
kepada Kitab-kitab, Iman kepada Nabi dan rasul, Iman kepada Hari Akhir, dan Iman kepada
Takdir Allah ( Qadha dan Qadhar).
A. Sumber dan Dasar Akidah Islam
Kata akidah berasal dari bahasa Arab ‘aqidah dengan akar kata ‘aqada yang
berarti ikatan. Kata aqidah ini kemudian telat dipungut menjadi kata dalam bahasa
Indonesia dengan sebutan akidah. Dalam Islam, akidah dinamakan sebagai
keyakinan-keyainan yang harus diyakini oleh setiap muslim yang mengikat hatinya
dan jiwanya sehingga ia terikat dengan semua yang diyakininya, yang secara garis
besarnya terhimpun dalam rukun iman. Dengan meyakinkan predikat sebagai mukmin
(orang beriman). Istilah Akidah Islam adalah nama lain dari Ilmu Tauhid atau Ilmu
Ushuluddin.
Akidah menurut istilah adalah urusan-urusah yang harus dibenarkan oleh hati
yang diterima dengan rasa puas serta terhunjam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak
dapat digoncangkan oleh badau subhat (keragu-raguan) dalam definisi yang lain
disebutkan bahwa akidah adalah sesuatu yang mngharapkan hati membenarkannya,
yang membuat jiwa tenang tentang kepadanya, dan yang menjadi kepercayaan yang
bersih dari kebimbangan dan keraguan. Jadi, akidah islamiah adalah keimanan yang
teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksana kewajiban, bertauhud
dan taat kepada-Nya, beriman kepada para Malaikat-Nya, Rasul-Rasul_Nya, Kitab-
kitab-NYa, Hari Akhir, Takdir baik dan buruk, dan mengimani seluruh apa-apa yang
telah shahih tentang prinsip-prinsip agama ( Usshuluddin), perkara-perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang menjadi Ijma’ (konsensus) dari salafush shalih, serta
seluruh berita-berita qath’I ( pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliah yang
telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan Assunah yang shahih serta ijma’ shalaf as-
shalih.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan
apapun pada orang yang meyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang
tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat
keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan aqidah, karena
orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut


nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”(Q.S Al-
Anfal: 2-4)
Akidah Islam merupakan ajaran pokok (ushul) atau dasar dalam Islam, dan
fikih atau syari’ah merupakan cabangnya (furu’iyah). Pada dasarnya ajaran Islam baik
yang pokok maupun cabangnya sama-sama memiliki sumber dan dasar yang kuat.
Secara umur sumber ajaran Islam itu ada empat yaitu: Al-qur’an, Hadits/sunnah nabi,
ijma’ dan qiyas. Sedangkan ajaran Islam, yang khususnya yang berkenaan dengan
akidah Islam, sumbernya ada dua yaitu: Al-qur’an dan Hadits.
Menurut Ibnu Taimiyah pengertian akidah merupakan kewajiban bagi manusia
untuk meyakini atau beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, dan rasul-rasul-
Nya, serta kebangkitan atau hidup kembali setelah mati dan beriman kepada kadar
baik maupun kadar buruk.
Al-qur’an al-Karim sebagai sumber pertama akidah Islam, banyak
memberikan informasi dan penjelasan-penjelasan tentang segala hal yang wajib
dipercayai, baik mengenai ketuhanan, alam akhirat, maupun tentang yang lainnya.
Alqur’an juga banyak mengajarkan kepada manusia tentang akidah yang benar dan
juga kepercayaan-kepercayaan yang tidak benar atau yang bertentangan dengan
akidah Islam.

Hadits nabi adalah sumber kedua, namun tidak semua hadits tentang akidah
atau yang berisi masalah kepercayaan bisa dijadikan dalil atau sumber akidah Islam.
Hadits yang bisa dijadikan sumber akidah adalah hadist shahih yang mutawatir., yakni
hadits nabi yang diriwayatkan oleh banyak perawi yang tidak mungkin mereka
bersepakat untuk berdusta dalam meriwayatkan hadits itu. Ini mewujudkan bahwa
akidah itu mempunyai sifat keyakinan dan kepastian sehingga tidak ada peluang bagi
seseorang untuk meragukannya.1

B. AKIDAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH


Menurut Ahlusunnah Waljama’ah aqidah yaitu akidah salafiyah yang
bersandar kepada Rasulullah Saw, para sahabat beliau serta orang-orang yang
mengikuti jejak mereka dengan baik sampai hari akhir. Akidah kaum muslimin yang

1
Musthafa Al’Alim, Aqidah Islam (Bandung: PT Alma’arif,1982)6-7.
senantiasa berpegang pada akidah yang selamat (‘aqidah salimah) selama mereka itu
melalui jalan kebenaran yang jelas dari kitabullah dan sunah Rasul.
1. Iman kepada Allah
Kita mengimani Rububiyyah Allah subhanahu wa ta’ala, artinya bahwa Allah
adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini.
Rukun iman yang pertama ialah kepercayaan atau keimanan kepada Allah ( Al-
Imaanu Billah) yaitu urat tunggangnya keimanan. Apabila kepercayaan kepada Allah
ini lemah maka akan lemah pula keagamaan seseorang. 2
Rukun iman yang pertama adalah iman kepada Allah swt. Inilah ajaran paling
pokok yang mendasari seluruh ajaran Islam. Inilah yang tersimpul dalam kalimat
tauhid, kalimat thayyibah: laa ilaaha illallah. Tiada Tuhan selain Allah. Ini tertuang
dalam dua kalimat syahadat, kunci menuju Islam sebagai jalan hidupnya.
Mengenal Allah swt.dapat ditempuh melalui dua jalur. Pertama, dengan
menggunakan akal pikiran untuk memeriksa dan memikirkan secara teliti apa yang
diciptakan Allah. Kedua, dengan mengerti nama-nama dan sifat-sifat-Nya dalam Al-
Qur’an.
Al-Qur’an telah mendorong akal pikiran manusia untuk mengenal Allah
dengan mengemukakan ayat-ayat tentang alam yang menjelaskan segala isi dunia.
Dengan pemikiran itu akan tercapailah pengenalan kepada Allah. Dengan mengenal
ciptaan-Nya, manusia akan mengenal kesempurnaan sifat-sifat-Nya, kebesaran dan
keluhuran-Nya, bukti-bukti kepedulian-Nya, kelengkapan ilmu-Nya, dan
kelangsungan kekuasaan-Nya dalam mencipta. 3

2. Iman kepada Malaikat


Almala-ul a’ala (kelompok tertinggi) yakni malaikat, adalah suatu alam yang
halus, termasuk hal-hal yang gaib, tidak dapat dicapai oleh panca indera. Jadi mereka
itu tidak termasuk dalam golongan makhluk yang wujud jasmaniahnya dapat dilihat,
didengar, diraba, dicium dan dirasakan. Mereka hidup di suatu alam yang berbeda
dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan saat ini.
Kita mengimani adanya para Malaikat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan para
Malaikat itu. Mereka diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka mereka beribadah
kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Mereka tidak ditampakkan Allah

2
Bey Ariffin, Mengenal Tuhan (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1961)13
3
Muhammad Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah Islam,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,1997)23-24
kepada kita, sehingga kita tidak dapat melihat mereka. Tetapi kadangkala Allah
memperlihatkan mereka kepada sebagian hamba-hamba-Nya. Seperti halnya Nabi
Muhammad Saw, pernah melihat jibril menurut wujudnya yang sebenarnya memiliki
enam ratus sayap dan menutupi ufuk. Dan pernah jibril datang kepada nabi
Muhammad Saw ketika para sahabat berada disisi beliau, dengan menyerupai seorang
laki-laki yang berpakaian serba putih dan sangat hitam rambutnya, tak tampak pada
dirinya tanda-tanda bekas bepergian jauh, namun tak seorangpun sahabat yang
mengenalinya. Lalu duduklah Ia dihadapan Nabi dengan menyandarkan kedua
lututnya kepada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua telapak tangannya ke atas
kedua paha beliau, kemudian menanyakan beberapa hal kepada Nabi dan beliau
menjawabnya. Setelah ia pergi dan menghilang, Nabi Muhammad Saw memberitahu
para sahabat bahwa laki-laki itu adalah Jibril.
Kita mengimani bahwa para malaikat mempunyai tugas-tugas yang
dilimpahkan kepada mereka. Antara lain:
a. Jibril, bertugas menyampaikan wahyu yang datang dari Allah kepada para
nabi dan rasul yang dikehendaki-Nya .
b. Mika’il, dilimpahi tugas tentang hujan dan tanaman.
c. Israfil, dilimpahi tugas meniup sangkakala pada saat seluruh makhluk hendak
dimatikan dan pada hari mereka dibangkitkan.
d. Izrail, bertugas mencabut nyawa orang yang telah tiba ajalnya.
e. Malik, bertugas sebagai penjaga neraka.
f. Ridwan, bertugas sebagai penjaga surga
g. Munkar, bertugas menanyakan di kubur
h. Nakir, bertugas menanyakan di kubur
i. Raqib, bertugas menuliskan segala kebaikan yang dilakukan manusia
j. Atid, bertugas menuliskan segala kejahatan yang dilakukan manusia4

3. Iman Kepada Kitab-kitab


Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada para rasul-Nya
kitab-kitab sebagai hujjah untuk umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi
orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan

4
Abd. Muthalib Mohjiddin, Sendi Iman, (Surabaya:Al-Ichsan, 1962), 32
kepada umatnya kebenaran dan membersihkan jiwa mereka dari kemusyrikan. Kitab-
kitab itu ialah:
a. Taurat, yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Musa.
b. Injil, duturunkan Allah SWT kepada Nabi Isa, sebagai pembenar dan
pelengkap Taurat.
c. Zabur, kitab yang di wahyukan Allah kepada Nabi Daud.
d. Al-qur’an, kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw penutup
para nabi.

4. Iman kepada Rasul-Rasul


Kita mengimani bahwa Allah SWT mengutus rasul-rasul kepada umat
manusia. “(Kami telah mengutus mereka) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira
dan pemberi peringatan, supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
(diutusnya) rasul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Surah An-
Nisa’;165)
Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah Nabi Nuh dan rasul terakhir
adalah Nabi Muhammad. Dan yang paling mulia diantara para rasul itu ialah: Nabi
Muhammad, kemudian Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Musa, kemudian Nabi Nuh, dan
kemudian Nabi Isa putra Maryam.5

5. Iman Kepada Hari Kiamat


Iman kepada hari kiamat adalah mempercayai akan sesuatu yang ghaib, yang
hanya bisa diketahui Yang Maha Kuasa, Maha Tahu dan Maha Pencipta.
Sesungguhnya, kehudupan ini tidak masuk akal jika tidak ada hari pembalasan
dimana semua yang mati akan dihidupkan kembali dan ditanyai mengenai perbuatan-
perbuatannya selama di dunia. Di dunia ini ada banyak contoh dimana keadilan Tuhan
tidak terpenuhi, dan secara alami kita mengambil kesimpulan bahwa harus ada dunia
atau kehidupan lain lebih dari pada kehidupan yang sebentar ini, dimana semua
persoalan terselesaikan, dan perbuatan ketidak adilan dibawa kepengadilan Tuhan
Yang Maha Adil, sehingga orang yang benar dan yang berdosa menerima balasan
sesuai dengan perbuatannya.

5
Musthafa Al’Alim, Aqidah Islam, 7-11
Orang yang catatan hidupnya baik akan diberi ganjaran dan akan disambut
dengan hangatnya disurga Allah, ditempat yang abadi dan sempurna. Sebaliknya, bagi
orang-orang yang catatan hidupnya jelek akan dihukum dan dimasukan kedalam
neraka. Itulah yang dinamakan hari pembalasan dan penyelesaian akhir dari semua
pertanggung jawaban Jadi segala sesuatu yang kita lakukan di dunia ini, setiap tujuan
yang kita miliki, setiap gerakan yang kita lakukan, setiap pikiran yang kita gunakam,
dan setiap kata yang kita ucapkan, semua akan diperhitungkan dan akan disimpan
dalam catatan yang akurat. Pada hari pengadilan nanti, kita akan di adili.6

6. Iman kepada Qada dan Qadar


Beriman kepada takdir adalah satu dari pokok-pokok keyakinan yang
ditanamkan dalam hati setiap muslim. Rasulullah Saw menyebut Iman kepada takdir
sebagai bagian dari rukun Iman yang enam.
Takdir atau Qadar menurut bahasa maksudnya ukuran, batasan atau ketentuan.
Sedangan takdir menurut istilah peraturan yang dibuat Tuhan untuk segala yang
maujud di alam semesta, yang merupakan undang-undang umum atau kepastian-
kepatian yang berkaitan didalamnya antara sebab dengan musababnya atau antara
sebab dan akibatnya.
Allah SWT mengatur segala sesuatu dengan kebijaksanaan dan kehendak-
Nya. Semua yang terjadi di alam semesta, berjalan sesuai dengan kehendak Allah dan
mengikuti peraturan-peratuaran yang telah ditetapkan-Nya. Dan Allah mengetahui
apa saja yang akan terjadi atas segala sesuatu.7
Ilmu pengetahuan Allah itu tidak terhingga, dan kekuasaan-Nya untuk
merencanakan dan menjalankan rencana-Nya itu tanpa batas. Ia adalah pencipta
manusia dan perbuatan-perbuatannya. Ini bukanlah suatu cara membuat orang
bergantung pada nasib atau tidak berdaya. Dia telah menganugerahi kita fikiran
supaya kita memiliki kebebasan dan kemampuan berfikir, merencanakan dan memilih
jalan hidup kita. Tetapi keterbatasan pengetahuan dan kemampuan pikiran kita
menyebabkan kita gagal untuk bisa memahami secara menyeluruh atau menemukan
kebijaksanaan dan keadilan Allah dalam apa yang Dia ciptakan atau perbuatan. Maka
kita harus menerima keyakinan dan puas dengan semua yang Allah lakukan, karena

6
Ghalib Masri, Pilar-Pilar Islam,( Yogyakarta: Mitra Pustaka,1998)58-60
7
Muhammad Chirzin, Konsep dan Hikmah Akidah Islam,(Yogyakarta: Mitra Pustaka,1997)105-106
pengetahuan kita terbatas dan pikiran kita didasarkan kepada pertimbangan-
pertimbangan individu.8

Kesimpulan

akidah merupakan ikatan atau suatu keyakinan yang harus dimiliki oleh setiap muslim untuk
mengikat hati dan jiwanya terhadap suatu kepercayaan yang diyakininya, Akidah juga
merupakan dasar pokok ajaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ dan
Qiyas. Oleh karena itu setiap muslim wajib meyakini dan mengimani aspek-aspek akidah
yang terhimpun dalam Rukun Iman.

8
Ghalib Masri, Pilar-Pilar Islam,( Yogyakarta: Mitra Pustaka,1998)62-63
DAFTAR PUSTAKA

Al’Alim, Musthafa, Aqidah Islam, Bandung, PT Alma’rif, 1982

Ariffin, Bey, Mengenal Tuhan, Surabaya, PT Bina Ilmu, 1961

Chirzin, Muhammad, Konsep dan Hikmah Akidah Islam, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1997

Mohjiddin, Abd.Muthalib, Sendi Iman, Surabaya, Al-ikhsan, 1962

Masri, Ghalib, Pilar-pilar Islam, Yogyakarta, Mitra Pustaka, 1998

Anda mungkin juga menyukai