OLEH :
D R . S U PA R N O , S H . , M H . , M M
PEMBAHASAN
1 Rukun Iman
2 Akidah
3 Syariah
4 Akhlak
Rukun Iman
1 Pengertian Iman kepada Allah SWT
Urutan yang pertama adalah iman kepada Allah SWT menjadi dasar dari iman karena sebagai
umat Islam harus mengakui keesaan Nya. Dia merupakan pencipta di alam semessta, penguasa
langit maupun bumi serta Tuhan yang wajib disembah dengan sifat tidak beranak dan tidak
diperanakkan.
Meyakini akan hadirnya Allah tidak hanya dengan kata-kata semata melainkan harus diwujudkan
melalui tindakan. Caranya yaitu dengan amar ma’ruf dan nahi mungkar, maksudnya melakukan
segala perintah serta menjauhi larangan yang menghantar ke jurang kesesatan.
1. Qadha
Menurut bahasa qadha berarti ketetapan yang sudah dituliskan sebelum manusia diciptakan. Catatan tersebut termuat dalam kitab
Lauh Mahfudz mulai dari kehidupan, kebaikan, serta kematian. Meskipun hal ini tidak diketahui kapan waktunya namun sebagai
makhluk harus mempersiapkannya.
Caranya yaitu dengan beribadah serta menghindari larangan dan menaati semua anjuran dari Allah SWT. Terkait kematian tidak
ada manusia yang mengetahuinya namun oleh karenanya dianjurkan untuk selalu beribadah dengan niat tulus, ikhlas, dan hanya
mengharapkan ridha Allah.
2. Qadar
Menurut bahasa qadar merupakan ketentuan atau kepastian. Sementara secara istilah yaitu penentuan yang pasti dan sudah
ditetapkan oleh Allah SWT. Hal ini termasuk yang sedang terjadi maupun akan terlaksana nantinya. Oleh karenanya manusia
dianjurkan untuk berdoa.
Doa sendiri dipercaya sebagai senjatanya umat Islam bahkan dipercaya bisa merubah ketentuan yang bersifat tidak tetap. Antara
qadha dan qadar saling berkaitan satu sama lain bahkan dikenal sebagai takdir dari Allah SWT yang wajib untuk diyakini
keberadaannya.
Akidah
Sementara itu di dalam Alquran Surat Al Maidah ayat 15-16, Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari
isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya
telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada
cahaya yang terang benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang
lurus.” (QS. Al Maidah: 15-16)
SYARIAH
Syariah secara istilah dapat diartikan sebagai suatu sistem atau aturan yang bisa jadi
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, atau hubungan manusia dengan
manusia. Imam Abu Muhammad Ali bin Hazm dalam kitab Al-Hikam fi Ushulil
Ahkam membeberkan perbedaan definisi syariah berdasarkan klasifikasi tadi.
Menurutnya, syariah adalah jika terdapat teks yang tidak multitafsir dari Alquran,
hadis, taqrir Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat, tabiin, tabi’ tabiin, ataupun
konsesus ulama. Artinya, syariah dapat bersumber dari hal-hal tersebut yang dapat
diaplikasikan secara langsung. Semisal perintah shalat atau hal-hal yang
menyangkut akidah, muamalah, ibadah, dan akhlak.
Namun syariah sendiri juga dalam perkembangannya diklasifikasikan berdasarkan
perkembangan zaman yang ada. Syariah bagi umat Muslim sangat familiar sebab
Allah SWT telah mengabadikan keberadaan syariah bagi umat Muslim dalam
Alquran.
Allah SWT berfirman dalam Alquran surat al-Maidah ayat 48 berbunyi:
“Likulli ja’alna minkum syir’atan wa minhajaa,”. Yang artinya: “Untuk
tiap-tiap umat di antara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang
terang,”.
Dalam kehidupan sehari-hari, syariah sangat berkaitan erat dengan ilmu
fikih. Karena syariah sendiri merupakan landasan fikih, sedangkan fikih
merupakan metode ilmu yang memerinci syariah dalam realitas yang
terjadi.
Sedangkan konteks fikih, menurut Imam Abu Hasan Al-Hamidi dalam
kitab Al-Ihkam fi Ushulil Ahkam menjelaskan, fikih merupakan
pengetahuan tentang hukum-hukum syariah yang didapat dalam dalil-
dalil terperinci.
Fikih sejatinya merupakan suatu metode ilmu yang menghasilkan kesepakatan
hukum berdasarkan metode konsesus ulama yang merujuk pada dalil Alquran
maupun hadis. Karena didapatkan melalui proses konsesus itu, maka tak heran
setiap hukum yang dilahirkan dari sebuah ijtihad ulama tak selamanya seragam.
Untuk itu, makna dan pengertian syariah dalam penerapannya dibatasi dengan
meliputi ilmu fikih dan ilmu ushul fikih. Keduanya tak lepas dari empat bidang
pembahasan jika diklasifikasikan dalam Madzhab Imam Syafi’i antara lain
ibadah, muamalah, uqubah, dan munakahah.
Sedangkan elemen yang cukup dikenal saat ini adalah elemen muamalah. Yang
termasuk di dalamnya berisi tentang hukum-hukum sosial, perdata, warisan,
perdagangan, keuangan, dan lain sebagainya. Aspek syariah muamalah ini ramai
dikenal karena mengandung aspek kepentingan duniawi yang familiar sehari-
hari.
AKHLAK
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, apa itu akhlak
adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah),
mengatur pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan
pekerjaannya, mengutip publikasi dari Jurnal Pesona Dasar Universitas Syiah Kuala.
Akhlak pada dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau
perbuatan. Jika perilaku yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau
akhlak mazmumah. Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah.
Para ahli bahasa mengartikan akhlak dengan istilah watak, tabi’at, kebiasaan, perangai,
dan aturan. Sedangkan menurut para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan
jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang. Dengan
demikian, bilamana perbuatan, sikap, dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwanya
baik.
Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami karena
bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak islami ini
merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka, sehingga dapat
menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik
atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah
yang benar.
Secara mendasar, akhlak erat kaitannya dengan kejadian manusia
yaitu khaliq (pencipta) dan makhluq (yang diciptakan). Rasulullah
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu untuk
memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah
Ta’ala) dan hubungan baik antar makhlukNya.
Terima Kasih