Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKIDAH ISLAM

Dosen Pengampuh : Drs. Muh. Tang, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. 45221051 Andi Nurzakiyyah Maulidya A.B
2. 45221053 Andi Nur Adifa

KELAS 1C
PRODI D4 ADMINISTRASI BISNIS
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nilai suatu ilmu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar nilai
manfaatnya, semakin penting ilmu tersebut untuk dipelajari. Ilmu yang paling utama
adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang
yang tidak kenal Allah SWT adalah orang yang bodoh, karena tidak ada orang yang
lebih bodoh dari pada orang yang tidak mengenal penciptanya.
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap- lengkapnya
bentuk dibanding dengan makhluk/ciptaan yang lain. Kemudian Allah bimbing mereka
dengan mengutus para Rasul semuanya menyerukan kepada tauhid agar mereka berjalan
sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul.
Orang yang menerima disebut mukmin, orang yang menolaknya disebut kafir serta
orang yang ragu-ragu disebut munafik yang merupakan bagian dari kekafiran.
Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi
bangunan yang akan di dirikan, harus semakin kokoh pondasi yang kuat. Aqidah adalah
inti daripada pendidikan Islam yang merupakan tujuan diutusnya para Rosul di muka
bumi ini.
Aqidah dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabila suatu umat sudah
rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnya terlebih dahulu. Di sinilah
pentingnya aqidah ini, apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan
akhirat. Sebagai dasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupan
keagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya, pendidikan dan
sebagainya.
Oleh karena itu membentuk aqidah yang kuat dan benar, hendaknya seorang guru
maupun orang tua dalam menanamkan aqidah terhadap anak mulai di galakkan sejak
usia dini, karena menanamkan aqidah yang benar sangat mudah ketika dalam
menanamkannya sebelum anak itu menginjak dewasa. Pendidikan aqidah ini sangat
perlu di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah,lingkungan masyarakat sehingga akan tercipta pribadi yang luhur,
santun sesuai dengan kitab Allah yaitu alQur’an dan As-Sunnah
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akidah?
2. Apa saja sumber-sumber akidah islam?
3. Apa saja tingkatan-tingkatan akidah?
4. Apa pengertian iman?
5. Apa saja rukun iman?
6. Bagaimana proses terbentuknya Iman?
7. Apa saja tantangan orang yang beriman di Era modern?
8. Apa saja ciri-ciri orang yang beriman?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian aqidah
2. Mengetahui sumber-sumber akidah islam
3. Mengetahui tingkatan-tingakatan akidah
4. Menjelaskan Pengertian iman
5. Mengetahui rukun iman
6. Menjelaskan proses terbentuknya Iman
7. Mengetahui tantangan orang yang beriman di Era modern
8. Menjelaskan ciri-ciri orang beriman
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akidah
Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan), al-
Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan)
dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-
yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).
 Secara Terminologi
Menurut Abu Bakar Jabir al Jazairy, Aqidah adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarakan
akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati
serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu
 Secara Emitologi
Aqidah berasal dari kata ‘aqd yang berarti pengikatan. Aqidah adalah apa
yang diyakini oleh seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.

B. Sumber-sumber Akidah Islam


Ada beberapa sumber akidah, yaitu:
1. Al-Qur’an, yaitu sebagai sumber aqidah yang pertama. Di dalamnya Allah
telah menjelaskan segala sesuatu yang telah dibutuhkan oleh hamba-Nya
sebagai bekal kehidupan didunia dan di akhirat. Dan ia merupakan petunjuk
bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang-orang
yang beriman dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Oleh karena itu,
Wajiblah kita mengetahui dan memahami aqidah yang bersumber dari Al-
Qur’an karena kitab ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb manusia
yang hak dan tidak di telan masa.

Sebagaimana Firman ALLAH dalam QS.Al-An’am:115.


ْ ‫ت َوتَ َّم‬
‫ت‬ ُ ‫ك َكلِ َم‬ ِ ‫ْال َعلِي ُم ال َّس ِمي ُع َوهُ َو ۚلِ َكلِ َماتِ ِه ُمبَ ِّد َل اَل ۚ َو َع ْداًل‬
َ ِّ‫ص ْدقًا َرب‬
“dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil.
Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar
dan Maha Mengetahui”.

2. As-Sunnah, yaitu sumber aqidah yang kedua, seperti halnya Al-Qur’an. As-
Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Allah walaupun lafadznya
bukan dari Allah tetapi maknanya datang darinya.
Hal ini diketahui dalam firman Allah QS. An-Najm: 3-4.
“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurut keinginan-
Nya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan
kepadanya.”

3. Ijma’ para Ulama, merupakan sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan
para mujtahid Umat Muhammad Saw setelah beliau wafat tentang urusan
pada suatu masa. Mereka bukanlah orang-orang yang sekedar tahu tentang
ilmu tetapi juga memahami dan mengamalkan ilmu.
Berkaitan dengan ijma’, Allah swt berfirman dalam QS.An-Nisa:115.
“dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami
biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan
masukkan ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat
kembali.”

4. Akal sehat manusia. Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber
hukum aqidah dalam Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat
memuliakan akal serta memberikan haknya sesuai dengan kedudukannya,
dengan cara memberikan batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak
terlibta kedalam pemahaman yang tidak benar karena akal memiliki sifat
keterbatasan dalam memahami ilmu atau peristiwa.

5. Fitrah kehidupan. Setiap manusia memiliki fitrah untuk sejalan dengan


Islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai
hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua
pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan
ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeru kepada Allah
bahkan meminta pertolongan kepada-Nya.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda : “setiap anak yang lahir
dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuat ia
menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.( H. R. MUSLIM )
Dari hadits dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki
kecenderungan untuk menghamba kepada ALLAH. Akan tetapi bukan
berarti bahwa bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama islam. Setiap
bayi yang lahir tidak mengetahui apa-apa. Tetapi setiap mamiliki fitrah
untuk sejalan dengan islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-
penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk
mengakui bahwa mustahil ada dua penciptaalam yang memiliki sifat dan
kemampuan yang sama.
Bahkan ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeruh
kepada ALLAH seperti dijelaskan dalam firmannya: Q. S Al- Israa’:67.
“dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang semua yang
biasa kamu seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia menyelamatkan kamu
kedaratan, kamu berpaling dari-Nya. Dan manusia memang selalu ingkar
(tidak bersyukur).”

C. Tingkatan-tingkatan Akidah
Aqidah atau iman yang dimiliki sesroang tidak selalu sama dengan yang
dimiliki orang lain, ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu tergantung pada
upaya orang itu, sebab iman pada dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur
atau sebaliknya, kalau tidak dipelihara akan berkurang, mengecil atau bahkan
hilang sama sekali.
Tingkatan aqidah tersebut adalah :
1. Tingkat taqlid, yakni tingkat di mana keyakinan didasarkan atas pendapat
orang yang diikutinya tanpa difikirkan lagi.
2. Tingkat yakin, yakni tingkat keykakinan yang didasarkan atas bukti, dan
dalil yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat
antara obyek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya, sehingga
memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-dalil
lain yang lebih rasional dan mendalam.
3. Tingkat Ainul yakin, yakni tingkt keyakinan yang didasarkan atas dalil-dalil
rasional, ilmiah dan mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan
antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu memberikan
argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-sanggahan yang datang,
sehingga tidak mungklin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan
kepadanya.
4. Tingkatan haqul yakin, yakni tingkat keyakinan yang di samping didasarkan
atas dalil-dalil rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan
hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta mampu
memberikan argumentasi yang rasional dan selanjutnya dapat menemukan
dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman agamanya.

D. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
keperayaan atau keyakinan.Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau
pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu-amanan yang berarti
percaya.Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak
dalam hati.

E. Rukun Iman
Adapun rukun Iman terdiri dari 6, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT.
2. Iman kepada para Malaikat.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah SWT.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul.
5. Iman kepada hari akhir (kiamat)
6. Iman kepada Qada dan Qadar.

F. Proses Terbentuknya Iman


Proses terbrntuknya Iman meliputi tiga tahap ikhtiar, yaitu:
1. Tahap penyiapan benih keimanan anak, dilakukan dengan hubungan suami
isteri yang Islami, mengkonsumsi makanan/minuman yang halal,
berpandangan dan bersikap hidup yang Islami.
2. Tahap pengenalan pada ajaran Islam, yaitu melalui pendidikan oleh keluarga
atau lingkungannya, mulai tingkat verbal, pemahaman, sampai amalan, dan
dilakukan sedini mungkin, terutama pendidikan akhlak dan Al-Qur’an.
3. Tahap pembiasaan, yaitu membiasakan untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi laranganNya dengan penuh kesadaran.

G. Tantangan Orang yang Beriman di Era Modern


Dalam kitab Makaarim al-Akhlaq, Abu Bakr bin Laal meriwayatkan hadis
dari Anas bin Malik RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian; mukmin yang menghasudnya,
munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, nafsu yang
menentangnya, dan setan yang selalu menyesatkannya.” (HR ad-Dailami).Kelima
hal tersebut, sejalan dengan Alquran yang menegaskan bahwa setiap orang yang
beriman (mukmin) senantiasa akan mendapat ujian dari Allah SWT. (QS al-
Ankabut [29]: 2-3). Berdasarkan hadis di atas, setidaknya ada lima ujian yang
dihadapi seorang mukmin yaitu :
1. Mukmin yang mendengkinya
2. Kaum Munafik yang Membencinya
3. Orang kafir yang memerangi
4. Setan yang Selalu Berusaha Menyesatkan
5. Nafsu yang Selalu Menentang
H. Ciri-ciri Orang yang Beriman
Al-qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, hatinya akan bergetar dan berusaha ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya (al-anfal : 2)
2. Senantiasa tawakal, yaitu bekeja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah.
(Ali imran : 120, Al maidah: 12, al-anfal : 2, at-taubah: 52, Ibrahim:11)
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu melaksanakn perintah-Nya.
(al-anfal: 3, Al-mu’minun: 2, 7)
4. Menafkahkan rizki yang diterima dijalan Allah. (al-anfal: 3, Al-mukminun:
2, 7)
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan.
(Al-mukminun: 3, 5)
6. Memelihara amanah dan menepati janji. (Al-mukminun: 6)
7. Berjihad di jalan Allah dan Suka menolong. (al-Anfal : 74)
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin. (an-nur: 62)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Akidah Islam adalah prinsip utama dalam pemikiran Islami yang dapat membina
setiap individu muslim sehingga memandang alam semesta dan kehidupan dengan kaca
mata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi valid baginya yang merefleksikan
persfektif Islam mengenai berbagai dimensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-
perasaan yang murni dalam dirinya. Atas dasar ini, akidah mencerminkan sebuah unsur
kekuatan yang mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-
kemenangan besar di zaman permulaan Islam.
Akidah memiliki peranan yang besar dalam membina akhlak setiap individu muslim
sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang pahala dan siksa disesuaikan dengannya, dan
bukan hanya sekedar wejangan yang tidak menuntut tanggung-jawab. Lain halnya
dengan aliran-aliran pemikiran hasil rekayasa manusia biasa yang memusnahkan
perasaan diawasi oleh Allah dalam setiap gerak dan rasa tanggung jawab di hadapan-
Nya. Dengan demikian, musnahlah tuntunan-tuntunan akhlak dari kehidupan manusia.
Karena akhlak tanpa iman tidak akan pernah teraktualkan dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta: Heppy el Rais, 2011)
Murtadho Naufal, Konsep Pendidikan Aqidah Perspektif Syaikh Shalih Fauzan Al
Fauzan,
( Lampung : Brama Sari, 2017)

http://abr26-k1m14.blogspot.com/2011/04/blog-post.html?m=1

https://slideplayer.info/slide/13447822/

https://www.gurupendidikan.co.id/aqidah/

https://www.khaddavi.net/2015/05/tingkatan-tingkatan-aqidah-islam.html

http://avbahriani.blogspot.com/2016/06/sumber-sumber-aqidah-islam.html?
m=1#:~:text=Ada%20beberapa%20sumber%2Dsumber%20aqidah,sehat%20manusia
%2C%20dan%20fitrah%20kehidupan.&text=b.%20As%2DSunnah%2C
%20yaitu,halnya%20Al%2DQur'an

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/02/15/mi917f-lima-ujian-yang-
dihadapi-seorang-mukmin

Anda mungkin juga menyukai