Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagaimana agama-agama pada umumnya yang memiliki sistem

kepercayaan dan kenyakinan kepada tuhan. Islam mengandung sistem

kenyakinan yang mendasari aktivitas pemeluknya yang disebut aqidah.

Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi

bangunan yang didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang kuat. Kalau

pondasinya lemah, bangunan itu akan cepat ambruk. Tidak ada bangunan

tanpa pondasi.

Aqidah adalah inti daripada pendidikan islam yang merupakan

tujuan di utusnya para Rasul di muka bumi ini. Pendidikan aqidah ini di

bawah oleh setiap para Nabi dan Rasul, dengan seiring penyebaran agama

islam dimuka bumi ini, maka pendidikan islam tidak akan pernah

terabaikan, karena islam yang di sebarkan oleh para Nabi adalah islam

yang masih purni dan utuh, yaitu keutuhan dalam islam kemudian iman

dan ihsan. Aqidah yang benar adalah yang tercermin dari kemurniaan

seluruh amal perbuatan manusia dan ibadahnya hanya untuk Allah SWT

semata.

Aqidah juga berarti pokok-pokok keimanan seseorang yang telah

di tetapkan oleh Allah SWT, dan kita sebagai seorang manusia dan hamba

Allah sangat wajib menyakini sehinggah layak di sebut sebagai seorang

1
yang beriman(mu’min). Akan tetapi bukan berarti bahwa keimanan

seseorang itu di tanamkan dari dalam diri seseorang tersebut secara

dogmatis. Karena keimanan seseorang itu harus melalui proses dali-dalil

aqli. Di karenakan dengan akal manusia yang sangat terbatas,maka juga

tidak semua hal yang di imani itu di lihat oleh indra manusia dan tidak

dapat di jangkau dengan akal manusia.

1. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian aqidah?
2) Apa saja sumber dalam aqidah?
3) Apa saja tingkatan dalam aqidah?

2. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian dari aqidahh
2) Untuk mengetahui sumber yang ada dalam aqidah
3) Untuk mengetahui tingkata-tingkatan yang ada dalamaqidah

2
BAB II
PEMBAHASAN

1) Pengetian Aqidah Islam


Secara etimologi (lughatan),aqidah berakar dari kata ‘aqada-

ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, penjanjian dan kokoh. Setelah

terbentuk menjadi aqidah berarti kenyakinan. Relevansi antara arti kata

aqdar dan aqidah adalah kenyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam

hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

Secara terminologis(istilahan), terdapat beberapa definisi(ta’rif)

antara lain:

1) Menerut Hasan al-Banna

“aqidah adalah beberapa perkara yang wajib di nyakini

keberadaanyaanya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa,

menjadi kenyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan

keragu-raguan”.

2) Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy

“aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat di terima

secara umum(axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan

fitrhah.(kebenaran) di patrikan oleh manusia di dalam hati serta

diyakini kesahihan dan kebenarnya secara pasti dan di tolak

segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.

3
Aqidah islam berpangkal pada kenyakinan “tauhid”yaitu kenyakinan

tentang wujud Allah, tuhan yang maha esa tidak ada yang menyekutuinya, baik

dalam zat,sifat-sifat maupun perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah.

jika aqidahnya sudah baik maka dengan senidirinya akhlak mulia akan terbantuk.

Iamn yang teguh pasti tidak ada keraguan dalam hatinya tidak tercampuri oleh

kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan segalah

perintahnya dan menjauhi larangannya. Beriman kepada Allah juga harus

beriman kepada malaikat, nabi, kita, hari akhir, qada dan qadar Allah.

Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang di turunkan kepadanya dari

tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada

Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, dan rasul-rasulnya.(Mereka

mengatakan): “ kami tidak membeda-bedakan antara seseorang(dengan yang

lain) dari rasul-rasulnya”. Dan mereka mengatakan “kami dengar dan kami

taat”(mereka berdoa): “ ampunilah kami ya tuhan kami dan kepada engkaulah

tempat kembali”[Q.S Al-Baqarah[2]:285].

Contoh aqidah dalam kehidupan sehari-hari:

a) Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangannya.

b) Pegang teguh kepada Al-Qur’an dan Hadist nabi SAW.

c) Menjauhkan diri dari semua perbuatan syirik.

d) Meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Allah dengan sholat berjamaah.

e) Berserah diri dan ikhlas dalam beribadah kepada Allah.

4
2. Sumber-sumber aqidah

Menurut Syaikh Prof. DR. ‘Abdullah bin ‘Abdul ‘Aziz Al Jibrin

Hafizhahullah, aqidah islamiyah adalah satu perkara yang bersifat tauqifiyah.

yang artinya aqidah berdasarkan kitabullah dan hadist nabi Muhammad SAW.

Jadi, ada dua sumber aqidah islam yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

1) Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang berisi firman Allah

SWT yang di turunkan kepada nabi Muhammad SAW. Tujuan

diturukan Al-Qur’an adalah untuk di jadikan pedoman hidup umat

islam dalam menata kehidupan agar bisa memperoleh kebahagian di

dunia dan akhirat.

Dalam Al-Qur’an terdapat banyak petunjuk-petunjuk, keterangan,

konsep baik yang bersifat global maupun yang bersifat terinci, tersirat

maupun tersurat dalam berbagai persoalan dan bidang kehidupan

manusia. Apa yang ada di dalam Al-Qur’an adalah benar. Oleh karena

itu sepatutnya umat islam untuk selalu berpedoman pada Al-Qur’an.

2) Hadist

Menurut bahasa, hadist merupakan sesuatu yang baru, yang

menunjukkan sesuatu dekat atau waktu yang singkat. Menurut

istilah syarah’adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW,

baik dalam bentuk upacara, perbuatan, ataupun pengakuan.


5
Bagi umat muslim tidak boleh mengganti kedua sumber aqidah islam di

atas dengan yang lain. Karena apa yang telah di tetapkan di Al-Qur’an dan

Hadist adalah benar dan wajib bagi umat muslim menetapkannya sebagai

aqidah. Ini pun mencegah terjadinya penyimpangan kenyakinan.

Dengann menetapkan Al-Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup,

Insya Allah senantiasa di lindungi olehnya danmendapatkan keberkahan. Dan

akan selalu percaya tidak ada kebenaran lain selain Allah SWT.

3. Tingkatan Aqidah

Aqidah atau iman yang dimiliki seseorang tidak selalu sama dengan yang

di miliki orang lain, ia memiliki tingkatan-tingkatan tertentu tergantung pada

upaya orang itu, sebab iman pada dasarnya berkembang, ia bisa tumbuh subur

atau sebaliknya, kalau tidak di pelihara akan berkurang, mengecil atau bahkan

hilang sama sekali.

1. Tingkat taqlid

Yakni tingkat dimana kenyakinan di dasarkan atas pendapatan

oarang yang di ikuti tanpa di fikirkan lagi.

2. Tingkat yakin

Yakni tingkat kenyakinan yang di dasarkan atas bukti, dan dalil

yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat

6
antara obyek kenyakinan dengan dalil yang di perolehnya,

sehinggah memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-

sanggahan atau dalil-dalin lain yang lebih rasional dan mendalam.

3. Tingkat Ainul yakin

Yakni tingkat kenyakinan yang di dasarkan atas dalil-dalin

rasional, ilmiah dan mendalam, sehinggah mampu membuktikan

hubungan antara obyek kenyakinan dengan dalil-dalil serta mampu

memberikan argumentasi yang rasional terhadap sangghan-

sanggahan yang datang, sehinggah tidak mungkin terkecoh oleh

argumentasi lain yang di hadapkan kepadanya.

4. Tingkatan Haqul yakin

Yakni tingkatan yang di samping di dasarkan atas dalil- dalil

rasional, ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan

hubungan antara obyek kenyakinan dengan dalil-dalil serta mampu

memberikan argumentasi yang rasioanl dan selanjutnya dapat

menemukan dan merasakan kenyakinan tersebut melalui

pengalaman agamanya

7
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Aqidah islam adalah prinsip utama dalam pemikiran islami yang

membina setiap individu muslim sehinggah memandang alam semesta dan

kehidupan dengan kacamata tauhid dan melahirkan konotasi-konotasi

valid baginya yang mereflesikan perspektif islam mengenai berbagai di

mensi kehidupan serta menumbuhkan perasaan-perasaan yang murni

dalam dirinya.

Atas dasar ini, aqidah mencerminkan sebuah unsur kekuatan yang

mampu menciptakan mu’jizat dan merealisasikan kemenangan-

kemenangan besar di zaman permulaan islam.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Website

Anda mungkin juga menyukai