Anda di halaman 1dari 11

AQIDAH SEBAGAI AJARAN POKOK AGAMA ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

pendidikan agama

Dosen pengampu:

Oktari Kanus, S.Th.I, M.Ag

Oleh:

M.ilham (22033142)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN 2023
PEMBAHASAN

A. Aqidah sebagai ajaran pokok agama islam


1. Pengertian Aqidah

Aqidah berasal dari kata 'aqida-ya'qidu -'aqdan/aqidatan, al-aqd yaitu al- Rabith
(ikatan), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan). Sedangkan
pengertian aqidah dalam agama yaitu berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti
aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Aqidah menurut istilah adalah
perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.

Aqidah berarti iman atau keyakinan yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan
sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Kaitan antara arti kata 'aqdan dan aqidah adalah
keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian. Jadi aqidah adalah sesuatu yang diyakini secara kokoh di hati seseorang dan
bersifat mengikat.

Aqidah menurut Hasan Al-banna, Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa
perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
sehingga menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.
Sementara menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy: Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu
diteguhkan (ditetapkan) oleh manusia didalam hati serta diyakini keshahihan dan
keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran
itu.

Dalam pengertian lain, aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia,
dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta
hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Pemikiran
menyeluruh inilah yang dapat menguraikan uqdah al-kubra (permasalahan besar) pada diri
manusia, yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan; siapa yang menciptakan alam semesta
dari ketiadaannya, untuk apa semua itu diciptakan, dan ke mana semua itu akan kembali
(berakhir).
Aqidah Islamiyah telah memecahkan 'uqdah al- kubra (perkara besar) pada manusia.
Aqidah Islam juga memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan manusia, sebab Islam
telah menjelaskan bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk)
bagi pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah s.w.t, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada
hari kiamat. Hubungan antara kahidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan
dunia adalah ketundukan manusia terhadap perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-
Nya sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sesudah kehidupan
dunia adalah adanya hari kiamat, yang di dalamnya terdapat pahala dan siksa, serta surga dan
neraka. Al-Quran telah menetapkan rukun-rukun aqidah ini.
‫آَمَن الَّر ُس وُل ِبَم ا ُأْن ِز َل ِإَلْي ِه ِمْن َر ِّب ِه َو اْلُم ْؤ ِم ُنوَن ۚ ُك ٌّل آَمَن ِباِهَّلل َو َم اَل ِئَك ِتِه َو ُكُتِبِه َو ُرُس ِلِه اَل ُنَفِّر ُق َبْيَن َأَح ٍد ِمْن ُرُس ِلِهۚ َو َقاُلوا َس ِم ْع َن ا‬
‫َو َأَط ْع َن اۖ ُغ ْف َر اَن َك َر َّب َن ا َو ِإَلْي َك اْلَم ِص يُر‬

Artinya: "Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul- rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak membeda- bedakan antara seseorangpun (dengan yang
lain) dari rasul-rasul-Nva" (al-Baqarah 285).

2. Ruang Lingkup Aqidah

Menurut Hasan Al-Banna, ruang lingkup Aqidah Islam meliputi:

• Ilahiyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah seperti
wujud Allah, sifat Allah, nama dan perbuatan Allah dan sebagainya.

• Nubuwwat yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan utusan
Allah; Nabi dan Rasul, mengenai kitab-kitab Allah yang dibawa para rasul, mu'jizat rasul dan
lain sebagainya.

• Ruhuniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk
ghaib, alam metafisika (nonfisik/tidak terlihat) seperti jin, iblis, syaitan, malaikat dan lain
sebagainya.

• Sam'iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia gaib,
yang dapat diketahui melalui dalil naqli (al-Quran dan as-Sunnah) seperti alam barzakh,
akhirat dan azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga- neraka dan sebagainya.
Adapun penjelasan ruang lingkup pembahasan aqidah yang termasuk dalam Rukun Iman,
yaitu:

a. Iman kepada Allah

Pengertian iman kepada Allah ialah: membenarkan dan yakin akan adanya Allah,
membenarkan dengan yakin keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya menciptakan alam,
makhluk seluruhnya, maupun dalam menerima ibadah segenap makhluknya, membenarkan
dengan yakin, bahwa Allah bersifat dengan segala sifat sempurna, suci dari sifat kekurangan
dan suci pula dari menyerupai segala yang baru (makhluk). Dengan demikian setelah kita
mengimani Allah, maka kita membenarkan segala perbuatan dengan beribadah kepadanya,
melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya, mengakui bahwa Allah
Swt bersifat dari segala sifat, dengan ciptaan-Nya di muka bumi sebagai bukti keberadaan,
kekuasaan, dan kesempurnaan Allah Swt.

b. Iman Kepada Malaikat

Beriman kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang
dinamai "malaikat" yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih tegas, iman akan malaikat
ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi perantara antara Allah dengan rasul-rasul-Nya,
yang membawa wahyu kepada rasul-rasul-Nya.

Di dalam Al-Qur'an banyak ayat yang menyeru kita mengimani sejenis makhluk yang gaib,
yang tidak dapat dilihat oleh mata, tidak dapat dirasa oleh panca indera, itulah makhluk yang
dinamai malaikat. Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala
perintah-Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah swt.

c. Iman kepada kitab-kitab Allah

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu
memuat wahyu Allah. Beriman kepada kitab-kitab Allah ialah beritikad bahwa Allah
menurunkan beberapa kitab kepada Rasulnya, baik yang berhubungan dengan itikad maupun
yang berhubungan dengan muamalat dan siyasah, untuk menjadi pedoman hidup manusia.
Baik untuk akhirat, maupun untuk dunia, baik secara individu maupun masyarakat.

Jadi, yang dimaksud dengan mengimani kitab Allah ialah mengimani sebagaimana yang
diterangkan oleh Al-Qur'an dengan tidak menambah dan mengurangi. Kitab-kitab yang
diturunkan Allah telah turun berjumlah banyak, sebanyak rasulnya. Akan tetapi, yang masih
ada sampai sekarang nama dan hakikatnya hanya Al-Qur'an. Sedangkan yang masih ada
namanya saja ialah Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada Nabi Isa, dan
Zabur kepada Nabi Daud.

d. Iman kepada Nabi dan Rasul

Yakin pada para Nabi dan rasul merupakan rukun iman keempat. Perbedaan antara Nabi dan
Rasul terletak pada tugas utama. Para nabi menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi
tidak mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rasul
adalah utusan Allah yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang diterima kepada umat
manusia.

Dalam Al-Qur'an disebutkan nama 25 orang Nabi, beberapa diantaranya juga sebagai rasul,
yaitu (Daud, Musa, Isa, Muhammad) yang berkewajiban menyampaikan wahyu yang
diterima kepada manusia dan menunjukkan cara pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-
hari.

e. Iman kepada Hari Akhir

Rukun iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari akhir. Keyakinan ini sangat penting
dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hari akhirat sama
halnya dengan orang yang tidak mempercayai agama Islam, hari akhirat merupakan hari yang
tidak diragukan lagi. Hari akhirat ialah hari pembalasan yang pada hari itu Allah menghitung
(hisab) amal perbuatan setiap orang yang sudah dibebani tanggung jawab dan memberikan
putusan ganjaran sesuai dengan hasil perbuatan selama di dunia.

f. Iman kepada qadha dan qadar

Makna qadha dan qadar ialah aturan umum berlakunya hukum sebab akibat, yang ditetapkan
oleh Allah. Definisinya ialah segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang
ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT, untuk segala yang ada.

3. Unsur-unsur Aqidah

Ada tiga unsur pokok dalam aqidah Islam yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang
lainnya, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan. Ketiganya mempunyai hubungan yang sangat erat.

• Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Selain itu menurut istilah
pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan di amalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan
dan kesempurnaannya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan
dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, ketika seseorang dapat di katakan sebagai seorang
mukmin (orang yang beriman) yang sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di
atas. Dan apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, kemudian di
ikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan. Sebab, ketiga unsur keimanan
tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Firman Allah

Beriman kepada Allah adalah suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Karena
Allah memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah
yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan
RosulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RosulNya,
serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rosul-rosulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu
telah tersesat sangat jauh.”(Q.S.An Nisa : 136)

• Pengertian Islam secara etimologi atau secara bahasa berarti tunduk, patuh, atau berserah
diri. Adapun menurut syariat (terminologi), apabila di mutlakan berada pada dua pengertian
yaitu:

Yang pertama: apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi dengan kata iman, maka pengertian
islam mencakup seluruh agama, baik ushul (pokok) maupun furu’ (cabang), juga seluruh
masalah aqidah, ibadah, perkataan dan perbuatan.

Kedua, apabila kata islam di sebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang di maksud
islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang dengannya terjaga diri dan hartanya,
baik dia meyakini islam atau tidak. Sedangkan kata iman berkaitan dengan amal hati.

• Kata Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu ahsan-yuhsinu-ihsanan yang artinya kebaikan
atau berbuat baik. Dan pelakunya disebut muhsin. Sedangkan menurut istilah ihsan adalah
perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang dengan niat hati beribadah kepada Allah
swt.Ihsan atau kebaikan tertinggi adalah seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw. “Ihsan
hendaknya kamu beribadah kepada Allah swt seolah-olah kamu melihatnya, dan jika kamu
tidak dapat melihatnya, sesungguhnya dia melihat kamu.” (HR. Bukhari).
Para ulama menggolongkan ihsan menjadi 4 bagian yaitu:

- Ihsan kepada Allah


- Kepada diri sendiri
- Sesama manusia
- Bagi sesama mahluk

Al-Ghazali memberikan pendapat bahwa orang yang mau berhubungan langsung dengan
Allah maka harus terlebih dahulu memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Untuk
mengenal Allah swt maka sebelumnya perlu mengenal diri sendiri, karena pada diri sendri
setiap manusia ada unsur ketuhanan. Sedangkan cara untuk mengenal diri adalah dengan
mengetahui proses kejadian manusia itu sendiri.

Sebagaimana yang terdapat dalam hadits arba’in tentang islam, iman, dan ihsan,

‫ َبْيَنَم ا َنْح ُن ُج ُلْو ٌس ِع ْنَد َر ُسْو ِل ِهللا صلى هللا عليه و سّلم َذ اَت َيْو ٍم ِإْذ َطَلَع َع َلْيَنا َر ُج ٌل‬: ‫َعْن ُع َم َر رضي هللا عنه َأيضًا َقاَل‬
‫َش ِد ْيُد َبَياِض الِّثَياِب َش ِد ْيُد َس َو اِد الَّش ْع ِر َال ُيَر ى َع َلْيِه َأَثُر الَّس َفِر َو َال َيْع ِر ُفُه ِم َّنا َأَح ٌد َح َّتى َج َلَس ِإَلى الَّنِبِّي صلى هللا عليه‬
‫ َفَقاَل َر ُس وُل ِهللا صلى هللا‬،‫ َيا ُم َح َّم ُد َأْخ ِبْر ِني َع ِن اِإل ْس َالم‬: ‫وسلم َفَأْس َنَد ُر ْك َبَتْيِه ِإَلى ُر ْك َبَتْيِه َو َو َضَع َك َّفْيِه َع َلى َفِخ َذ ْيِه َو َقاَل‬
، ‫ َو َتُصْو َم َر َم َض اَن‬،‫ َو ُتْؤ ِتَي الَّزَك اَة‬،‫ َو ُتِقْيَم الَّص َالَة‬،‫ (اِإل ْس َالُم َأْن َتْش َهَد َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َأَّن ُم َح َّم َد ًا َر ُسْو ُل ِهللا‬:‫عليه وسلم‬
‫ َأْن ُتْؤ ِم َن‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َفَأْخ ِبْر ِنْي َع ِن اِإل ْيَم اِن‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَعِج ْبَنا َلُه َيْس َأُلُه َو ُيَص ِّد ُقُه‬. ‫ َص َد ْقَت‬: ‫ َقاَل‬.‫َو َتُح َّج البْيَت ِإِن ِاْس َتَطعَت ِإلْيِه َس ِبْيًال‬
: ‫ َقاَل‬، ‫ َفَأْخ ِبْر ِنْي َع ِن اِإل ْح َس اِن‬: ‫ َقاَل‬، ‫ َص َد ْقَت‬: ‫ َو ُتْؤ ِم َن ِبالَقَد ِر َخ ْيِر ِه َو َش ِّرِه َقاَل‬، ‫ َو اْلَيْو ِم اَآلِخ ِر‬،‫ َو ُكُتِبِه َو ُرُسِلِه‬،‫ َو َم الِئَك ِتِه‬،‫ِباِهلل‬
‫ َم ا اْلَم سُئُو ُل َع ْنَها ِبَأْع َلَم ِم َن الَّس اِئِل‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَأْخ ِبْر ِني َع ِن الَّساَع ِة‬: ‫ َفِإْن َلْم َتُك ْن َتَر اُه َفِإَّنُه َيَر اَك َقاَل‬،‫َأْن َتْعُبَد َهللا َك َأَّنَك َتَر اُه‬
‫ َو َأْن َتَر ى اْلُح َفاَة اْلُعَر اَة اْلَعاَلَة ِر َعاَء الَّشاِء َيَتَطاَو ُلْو َن ِفي الُبْنَياِن ُثَّم‬،‫ َأْن َتِلَد اَألَم ُة َر َّبَتَها‬: ‫ َقاَل‬،‫ َفَأْخ ِبْر ِنْي َعْن َأَم اَر اِتَها‬: ‫َقاَل‬
‫ َر َو اُه‬. ‫ َفِإَّنُه ِج ْبِر ْيُل َأَتاُك ْم ُيَعِّلُم ُك ْم ِدْيَنُك ْم‬: ‫ َقاَل‬، ‫ ُهللا َو َر ُسْو ُلُه َأْع َلُم‬: ‫ َيا ُع َم ُر أَتْد ِر ي َمِن الَّس اِئُل ؟ ُقْلُت‬: ‫اْنَطَلَق َفَلِبْثُت َم ِلَّيًا ُثَّم َقاَل‬
‫ُم ْسِلٌم‬.

“Dari Umar radhiyallahu ‘anhu pula dia berkata; pada suatu hari ketika kami sedang
duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang
seorang laki-laki berpakaian sangat putih, dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat
padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang
mengenalnya, kemudian ia duduk di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
mendekatkan lututnya lalu meletakkan kedua tangannya di atas pahanya, seraya
berkata: ‘Wahai Muhammad jelaskan kepadaku tentang Islam?’ Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ”Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan
yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-
Nya, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji ke
Baitullah jika engkau mampu mengadakan perjalanan ke sana.” Laki-laki tersebut
berkata: ‘Engkau benar.’ Maka kami pun heran terhadapnya, dia yang bertanya dan
dia sendiri yang membenarkan jawabannya. Dia berkata lagi: “Jelaskan kepadaku
tentang iman?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Iman itu adalah)
Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk.” Ia berkata:
‘Engkau benar.’ Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: ‘Jelaskan kepadaku
tentang ihsan?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Ihsan adalah) Engkau
beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak bisa
melihat-Nya, sungguh Dia melihatmu.” Dia berkata: “Beritahu kepadaku kapan
terjadinya kiamat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidaklah orang
yang ditanya lebih mengetahui dari yang bertanya.” Ia berkata: “Jelaskan kepadaku
tanda-tandanya!” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Jika seorang budak
wanita melahirkan tuannya dan jika engkau mendapati penggembala kambing yang
tidak beralas kaki dan tidak berpakaian saling berlomba dalam meninggikan
bangunan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Kemudian laki-laki itu pergi, aku (umar) pun
terdiam sejenak.’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku:
“Wahai ‘Umar, tahukah engkau siapa orang tadi?” Aku (umar) pun menjawab: “Allah
dan Rasul-Nya lebih tahu.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya dia adalah Jibril
yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian .” (HR Muslim).

Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiganya mempunyai hubungan yang sangat
erat. Iman sebagai bentuk keyakinan. Islam sebagai bentuk ibadah, dan Ihsan sebagai bentuk
perbuatan baik kepada Allah maupun kepada sesama.

4. Kedudukan Aqidah dalam Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu
bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan
akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah
suatu bangunan yang sangat rapuh. Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi
tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman;

‫َفَم ْن َك اَن َيْر ُج وا ِلَقآَء َر ِّبِه َفْلَيْع َمْل َع َم ًال َص اِلًح ا َو َالُيْش ِر ُك ِبِع َباَد ِة َر ِّبِه َأَح ًدا‬.
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka
hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110).

Allah swt juga berfirman;

‫َو َلَقْد ُأوِح َى ِإَلْيَك َو ِإَلى اَّلِذ يَن ِم ن َقْبِلَك َلِئْن َأْش َر ْك َت َلَيْح َبَطَّن َع َم ُلَك َو َلَتُك وَنَّن ِّم َن اْلَخ اِس ِر يَن‬.

Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu,
bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur,
dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul
mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya.
Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan
menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang,
yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin
yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian
berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi
basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan
pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu
yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi
kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran
Islam.
Kesimpulan

Aqidah berarti iman atau keyakinan yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan
sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Kaitan antara arti kata 'aqdan dan aqidah adalah
keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian. Jadi aqidah adalah sesuatu yang diyakini secara kokoh di hati seseorang dan
bersifat mengikat. Ruang lingkup Aqidah meliputi, ilahiyyat, nubuwwat, ruhuniyat, dan
sam’iyyat. Dan unsur-unsur aqidah yaitu, iman, islam, dan ihsan. Iman sebagai bentuk
keyakinan, Islam sebagai bentuk ibadah, dan Ihsan sebagai bentuk perbuatan baik kepada
Allah maupun kepada sesama.

Daftar Pustaka https://books.google.co.id/books?


id=FFEjEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Aqidah+sebagai+ajaran+pokok+agama+is
lam&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ve
d=2ahUKEwjY25iXqbL9AhUR8jgGHcAlARkQ6wF6BAgFEAU#v=onepage&q=Aqidah
%20sebagai%20ajaran%20pokok%20agama%20islam&f=false

https://books.google.co.id/books?id=LNW-
DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Aqidah+sebagai+ajaran+pokok+agama+islam&hl
=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ah
UKEwjY25iXqbL9AhUR8jgGHcAlARkQ6wF6BAgGEAU#v=onepage&q=Aqidah
%20sebagai%20ajaran%20pokok%20agama%20islam&f=false
https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=rIGQDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR8&dq=aqidah+sebagai+ajaran+pokok
+agama+islam&ots=D__IDniWRS&sig=1t6wOqwAvML_-XN34qFCp9YYaj0

https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/insania/article/view/318

https://www.gramedia.com/literasi/aqidah/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-prof-dr-hamka/aqidah/
aqidah-rangkuman-materi-kedudukan-aqidah-dalam-islam/31805366#:~:text=Dalam
%20ajaran%20Islam%2C%20aqidah%20memiliki%20kedudukan%20yang%20sangat
%20penting.,suatu%20bangunan%20yang%20sangat%20rapuh.

https://osf.io/z569e/download#:~:text=Ada%20tiga%20unsur%20pokok%20dalam,Islam
%2C%20Iman%2C%20dan%20Ihsan

Anda mungkin juga menyukai