Kata iman berasal dari bahasa Arab yang memiliki beberapa arti, yaitu percaya, tunduk,
tentram, dan tenang. Iman menurut Imam Al-Ghazali berarti pembenaran sehingga iman dapat
dikatakan dengan membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan dilakukan dengan
perbuatan.
Menurut bahasa, iman berarti membenarkan dengan hati. Sedangkan secara istilah, iman
adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati dengan penuh keyakinan, tidak bercampur
dengan ragu, serta dapat memberikan pengaruh bagi pandangan hidup dan tingkah laku sehari-
hari.
Iman membentuk jiwa dan waktu manusia menjadi kuat dan positif. Jika dilihat dari
penggunaan kata iman dalam Alquran, terdapat dua pengertian dasar mengenai iman, yakni iman
dalam artian membenarkan dan iman dalam artian amal. Iman dalam pengertian membenarkan
adalah membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan rasul-Nya. Sedangkan iman dalam
pengertian amal adalah segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang
telah digariskan oleh syara'
1:10/2:29
Terdapat beberapa pengertian mengenai iman menurut para ahli yaitu sebagai berikut:
1. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairi, iman adalah membenarkan dan meyakini Allah sebagai
Tuhan yang memiliki dan yang disembah. Iman merupakan jalan untuk memuliakan akal pikiran
manusia dengan cara menerima semua ketentuan Allah pada setiap sesuatu, baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat.
2. Muhammad Nawawi Al-Jawi berpendapat, iman adalah mereka yang percaya dengan segenap
hati mereka. Tidak seperti orang-orang yang berkata tetapi tidak sesuai dengan hati mereka.
4. Prof Dr M Quraish Shihab mengatakan, iman yang benar akan melahirkan aktivitas yang
benar sekaligus kekuatan dalam menghadapi tantangan.
5. Menurut Ibnu Katsir, iman adalah membenarkan dengan ucapan dan perbuatan kemudian
melakukan salat dan menunaikan zakat.
Berdasarkan pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan, iman adalah keyakinan dengan
segala pembenaran kepada ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya yang diterapkan dalam amal
kepada sebagian dari nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT.
A.Unsur-unsur iman.
Unsur-unsur iman disebut juga sebagai rukun iman. Terdapat enam rukun iman yaitu, iman
kepada Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada rasul Allah,
iman kepada hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar.
Iman kepada Allah adalah membenarkan adanya Allah SWT dengan cara meyakini dan
mengetahui bahwa Allah SWT wajib ada karena zat-Nya sendiri, tunggal dan Esa, yang hidup
dan berdiri sendiri, serta yang qadim dan azali untuk selamanya. Jadi, iman kepada Allah adalah
mempercayai adanya Allah beserta seluruh keagungan Allah dengan bukti nyata yang terlihat,
yaitu terciptanya bumi beserta isinya.| Explanator1104/2:29
Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang dimaksud dengan iman kepada malaikat
adalah meyakini adanya malaikat sebagai hamba Allah yang selalu tunduk dan beribadah. Iman
kepada para malaikat berarti percaya bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang
tidak pernah membangkang perintah Allah dan menjadi perantara Allah dengan para rasul.
Seseorang yang beriman percaya, malaikat merupakan makhluk pilihan Allah yang tidak berbuat
dosa dan tidak melawan-Nya.
Makna beriman kepada kitab Allah merupakan bagian dari akidah Islam. Lembaran dan kitab
yang diketahui wajib diimani secara rinci dan yang tidak diketahui wajib diimani secara garis
besar. Referensi yang dapat menjadi sumber untuk mengetahui kitab-kitab Allah secara rinci
adalah Alquran. Iman kepada kitab Allah adalah meyakini bahwa kitab tersebut datang dari sisi
Allah yang diturunkan kepada sebagian rasulnya. Selain itu, meyakini juga kitab itu merupakan
firman Allah yang qadim dan segala yang termuat di dalamnya merupakan kebenaran.
Iman kepada rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT telah mengutus para rasul
kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada manusia dan nabi yang wajib dipercaya ada 25
nabi.
Yang dimaksud beriman kepada hari akhir adalah setiap umat Islam wajib meyakini adanya
hari kiamat termasuk hari kebangkitan saat manusia keluar dari kubur dalam keadaan hidup
sesudah jazad mereka.
Iman kepada qada dan qadar adalah percaya segala hak, keputusan, perintah, dan ciptaan Allah
yang berlaku pada makhluknya selalu berlandaskan pada kadar, ukuran, aturan, dan kekuasaan
Allah SWT.
Kewajiban utama sebagai umat muslim adalah beriman kepada Allah SWT. Setelah itu
beriman kepada yang lain yang telah diperintahkan di dalam Alquran dan hadits nabi. Dengan
iman, manusia akan memperoleh martabat yang tinggi dan tingkatan yang mulia di sisi Allah
sehingga siapa saja yang beriman kepada Allah dan para rasul akan memperoleh pahala yang
besar.
Di dalam Alquran Allah telah menjanjikan dengan tegas kepada orang-orang yang benar-benar
beriman baik laki-laki maupun perempuan akan diberi pahala berupa surga, yaitu suatu tempat di
alam akhirat yang penuh dengan segala macam ketenangan dan kenikmatan yang kekal abadi.
Sumber: Majid. 2014. Hadis Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
B. Tingkatan iman
Hidup kita di dunia ini tidak lepas dari ujian dan cobaan dari Allah SWT. Mengapa Allah
menurunkan ujian dan cobaan serta sejenisnya? Bagi kita sebagai muslim hal itu harus diyakini
merupakan ujian terhadap keimanan.
Ya, iman yang kita miliki akan senantiasa diuji oleh Allah. Kita pun merasakan, suatu saat
hidup senang dan bahagia, di saat lain susah dan sedih karena suatu sebab. Pada saat demikian
bagaimanakah keimanan kita? Apakah tetap kuat atau justru sebaliknya melemah.
1. Iman Matbu'
Iman matbu' artinya yang ditabiatkan yaitu imannya para malaikat. Maksudnya bahwa iman
para malaikat itu sudah dibentuk sedemikian rupa, tidak ada yang ragu-ragu, dan tidak mungkin
pasang surut, serta tidak mungkin durhaka kepada Allah.
2. Iman Ma'shum
Iman ma'shum artinya iman yang dijaga. Maksunya iman para nabi yang senantiaa terjaga,
terpelihara dari apa-apa yang akan menodai imannya dan tidak mungkin dapat digoyahkan.
3. Iman Maqbul
Iman maqbul artinya iman yang diterima, yaitu imannya orang-orang beriman (mukmin).
Maksudnya ialah imannya orang-orang yang betul-betul iman kepada Alah dan RasulNya,
tidak bercampur syirik dan tidak ada keraguan lagi di dalam keimannya.
4. Iman Mauquf
Iman mauquf artinya iman yang ditangguhkan, yaitu imannya para ahli bidah. Maksud
imannya orang-orang ahli bidah ialah mereka yang keimanannya masih bercampur ragu atau
bercampur syirik.
Dalam hadis diungkapkan ada orang yang "yushbihu mu'minan wa yumsii kaafiran" (pagi hari
ia beriman, tetapi sore hari dia kafir).
5. Iman Mardud
Iman mardud atinya iman yang ditolak, yaitu imannya orang-orang munafik.
Pada dasarnya orang munafik itu adalah orang kafir, tetapi di hadapan orang yang beriman
mereka suka menyatakan "Aamannaa" (kami beriman. Nah walau mereka menyatakan iman,
tetap pernyataan imannya akan ditolak, tidak diterima.
Pengertian islam
"Islam" dalam bahasa Arab adalah bentuk kata benda infinitif kuadri-literal (maṣdar rubā‘ī).
Bentuk kata kerja sempurna aktif triliteralnya (fi‘l māḍi ṡulaṡī mabnī ma‘lūm) adalah salima (سلم,
"selamat"). Arti semantik dari bentuk kuadri-literalnya ini adalah tunduk dan patuh (khadha‘a wa
istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama), mengikuti (atba‘a),
menunaikan, menyampaikan (addā), atau masuk dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian
(dakhala fi al-salm au al-silm au al-salām).[12] Semua istilah yang seakar kata dengan “islām”
berhubungan erat dengan makna keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.[13]
Secara istilah, Islam bermakna penyerahan diri; ketundukan dan kepatuhan terhadap
perintah Allah serta pasrah dan menerima dengan puas terhadap ketentuan dan hukum-hukum-
Nya.[14] Pengertian “berserah diri” dalam Islam kepada Tuhan bukanlah sebutan untuk
paham fatalisme, melainkan sebagai kebalikan dari rasa berat hati dalam mengikuti ajaran agama
dan lebih suka memilih jalan mudah dalam hidup.[13] Seorang muslim mengikuti perintah Allah
tanpa menentang atau mempertanyakannya, tetapi disertai usaha untuk memahami hikmahnya.
[13]
Istilah "Islam" juga dapat diartikan sebagai agama yang diberikan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat yang ajarannya dilandasi
oleh tauhid dan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.[15]
A. Aspek aspek ajaran islam
Islam merupakan agama yang sangat diridhoi oleh Allah SWT. Para mudjahid membagi
Islam ke dalam tiga kerangka pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Drs. Nasruddin Razak menyebutkan dalam bukunya “Dainul Islam” bahwa : Islam adalah
dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai nisbat dan
hubungan yang saling berkaitan. Maka Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi: Aqidah,
syariah dan nizam. Nizam adalah serupa dengan sistem, cara hidup atau the way of life. Islam
sebagai suatu sistem, pertama kali kita lihat sebagai iman (kepercayaan), kemudian sistem ibadah
(penyembuhan) sistem akhlak. Islam juga merupakan suatu cara hidup, mempunyai cara hidup
dalam berkeluarga, cara hidup sosial, cara hidup dalam bidang politik, cara hidup ekonomi dan
lain sebagainya.
Untuk lebih jelasnya maka kita akan membahas lebih dalam mengenai ketiga aspek
ajaran Islam di bawah ini. Mengenai akidah, syari’ah dan akhlak.
A. Aspek Aqidah
Akidah adalah sesuatu yang dianut oleh manusia dan diyakininya baik berwujud agama dan yang
lainnya.[1]
Aqidah (kepercayaan) itu adalah sesuatu hal yang pertama-tama yang diserahkan oleh Rasulullah
dan yang dituntutnya dari manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama daripada tahapan-
tahapan dakwah Islamiyah dan yang merupakan pada seruan setiap Rasul yang diutus oleh Allah
swt.
Aqidah secara etimologi berarti ikatan atau sangkutan. Dan secara terminologi berarti creedo,
creed yaitu keyakinan hidup. Iman dalam arti yang khusus, yakni pengikraran yang bertolak dari
hati. Bentuk jamaknua ‘aqaid atau ma’rifat, ilmu ushuluddin, ilmu kalam, ilmu hakikat dan ilmu
tauhid.
Sayid Sabiq mengemukakan bahwa pengertian keimanan atau aqidah itu tersusun dari enam
perkara yaitu:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa
derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.
Akidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib
disembah, ucapan denagn lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat, diwujudkan dalam
perbuatan dengan amal shaleh. Akidah dalam Islam harus berpengaruh pada segala aktivitas
yangt dilakukan oleh menusia. Sehingga aktivitas tersebut dapat bernilai ibadah. [2]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akidah dalam Islam tidak hanya sekedar keyakinan
dalam hati, melainkan tahap lanjutan yang akna menjadi acuan dan dasar dalam bertingkah laku,
serta berbuat yang pada akhirnya akan menghasilkan amal shaleh.
B. Aspek Syariah
Syariat adalah peraturan-peraturan yang diciptakan Allah atau yang diciptakan pokok-pokoknya
di dalam berhubungan dengan Tuhannya, dengan saudara sesama muslim, dengan saudara
sesama manusia, dengan alam dan hubungannya dengan kehidupan.
Pengertian syari’ah yang sering dipakai dikalangan para ahli hukum, ialah:
“Hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT untuk segala hambaNya agar mereka itu
mengamalkannya untuk kebahagiaan dunia akhirat, baik hukum-hukum itu bertalian dengan
perbuatan, aqidah dan akhlak”.
Para ahli fiqh memakai kata syari’ah ini sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan Allah
untuk para hambaNya dengan perantaraan Rasulullah supaya para hambaNya tersebut
melaksanakannya dengan dasar iman yang hukum tersebut mencakup seluruh kehidupan
manusia.
Syari’ah berasal dari wahyu Allah yang dituangkan dalam al-Quran dan al-Hadits, diwajibkan
untuk ditaati dan dilaksanakan sebagaimana mestinya, apabila manusia ingin hidup bahagia dan
tenteram baik di dunia dan di akhirat maka Allah berfirman
Syari’ah juga merupakan tata ketentuan yang telah mengatur dengan sebaik-baiknya
bagaimana seorang muslim melakukan kewajibannya terhadap Allah secara vertikal dan
bagaimana pula seorang muslim mendapatkan hak dan melaksanakan kewajibannya secara
horizontal terhadap sesama makhluk Allah.
Syari’ah berpusat pada dua segi kehidupan yang cukup mendasar yaitu aspek ibadah dan
muamalah.
Aspek ibadah terdiri dari dua jenis yaitu ibadah dalam pengertian umum dan ibadah dalam
pengertian khusus. Ibadah dalam pengertian umum yakni semua amalan yang diizinkan oleh
Allah dan yangn tidak ditetapkan secara terperinci mengenai keharusan mengerjakannya.
Sedangkan ibadah dalam arti khusus yakni apa-apa yang telah ditetapkan Allah secara terperinci
baik tingkat maupun kaifiyat atau dalam cara-cara tertentu.
Sesuai dengan fungsi, tujuan dan nilai yang terkandung dalam peribadatan dapat diketahui tiga
macam bentuk ibadah yaitu
Ibadah ijtima’iyah syaltout yaitu ibadah kemasyarakatan yang bernilai amaliyah social untuk
membentuk rasa tanggung jawab sosial, seperti zakat dan puasa.
Ibadah siyasah adalah ibadah yang secara tidak langsung terkandung aspek politis biasanya
berupa ibadah haji untuk membina persatuan dan kesatuan umat.
C. Aspek Akhlak
Akhlak ialah suatu gejala kejiwaan yang sudah meresap dalam jiwa, yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan terlebih dahulu.
Apabila yang timbul daripadanya adalah perbuatan-perbuatan baik, terpuji menurut akal dan
syara’ maka disebut akhlak baik, sebaliknya apabila yang timbul dari padanya adalah perbuatan
yang jelek maka dinamakan akhlak yang buruk.
Dalam menjalankannya sebaiknya berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Hadits. Secara garis
besarnya menurut sifatnya terbagi kepada dua yakni akhlak terpuji dan akhlak tercela. Dari segi
bentuknya kahlak dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
Masalah-masalah pokok yang menyangkut akhlak, menurut al-Ghazali dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin ialah:
a) Hikmah yakni kemampuan jiwa untuk membedakan yang benar dari yang salah dalam
segala perbuatan yang ada di bawah kekuasaan manusia.
b) Keadilan yakni kemampuan jiwa untuk mengendalikan daya (kekuatan), marah, dan daya
nafsu serta mendorongnya kepada tuntunan hikmah dengan membatsi gerak-geriknya.
c) Syaja’ah yakni keadaan daya gadlah yang tunduk dan taat kepada akal dalam semua gerak
maju dan mundurnya.
d) Iffah yakni keadaan daya nafsu terpimpin dan terdidik dengan pendidikan dan pimpinan
akal dan agama.[3]
Metode pencapaian aqidah Islam dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
a. Doktriner yang bersumber pada wahyu ilahi yang disampaikan melalui RasulNya dan pesan
Allah tersebut telah diabadikan dalam satu kitab Al-Quran yang secara operasionalnya dijelaskan
oleh sabda Nabi-Nya.
b. Filosofiks atau bias disebut juga dengan melalui hikmah di mana Tuhan mengarahkan
kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan
cara memperhatikan fenomena yang diambil sebagai bukti-bukti adanya Tuhan
melalui kontemplasi yang mendalam.
c. Metode Ilmiah dengan memperhatikan fenomena alam sebagai bukti adanya Allah SWT.
Misalkan melalui cosmologi, antropologi, psikologi, botani, oceanographi dan lain sebagainya.
d. Irfani’ah yaitu metode yang menekankan pada intuisi dan perasaan hati seseorang setelah
emlalui upaya suluk (perbuatan yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu). Metode
ini membagi alam dalam dua kategori, yakni pertama, alam nyata yang mampu diobservasi
dan kedua, alam intuisi yang berkaitan dengan jiwa dan tidak mungkin mampu ditundukkan
dengan analogi atau pengalaman.
Sedangkan metode yang digunakan dalam pencapaian akhlak terdapat tiga cara yaitu:
a) Metode Takhalli yaitu mengosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela lahir dan batin. Dalam
mencapai metode Tahalli seseorang harus bias menghindari sifat-sifat mazmumah.
a. Aqidah yang didasarkan atas tauhid, yaitu mengesakan Allah dari segala dominasi yang lain.
Prinsip at-Tauhid tidak juga mempertentangkan antara dunia dengan akhirat. Oleh sebab itu
prinsip at-Tauhid harus ditopang dengan lima komitmen, yaitu:
Tujuan hidupnya amat jelas, yaitu semua aktivitas hanya untuk Allah semata. Dijelaskan
dalam Q. S. Al-An’Am
Memiliki visi yang jelas dengan manusia lain, sehingga terjalin keharmonisan antara
manusia dan Tuahannya, dengan lingkungan di sekitarnya.
b. Aqidah harus dipelajari secara terus menerus (Continue) dan diamalkan hingga akhir hayat
dan di dakwahkan kepada yang lain. Sumber aqidah Allah yakni Dzat yang Maha Benar. Oleh
sebab itu dalam mempelajari aqidah harus melalui wahyuNya.
Qs. Al-Isra: 36
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya”.
d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk mencari aqidah, karena
semua telah jelas dalam al-Quran dan al-Hadits.
Prinsip-prinsip umum yang dipergunakan dalam akhlak adalah:
b) Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama manusia, dan makhluk lain.
c) Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan pelaksanaan dengan aqidah dan syari’ah.
d) Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, meskipun obyek akhlak kepada makhluk.
1. Syahadat
Syahadat berupa kalimat pernyataan bahwa seseorang beriman kepada Allah dan Rasulullah.
Syahadat ini biasa diucapkan oleh Mualaf, yaitu orang yang baru pertama masuk Islam. Syahadat
sendiri tidak hanya berhenti pada mengucapkan kalimat beriman saja tapi bermakna
mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati, lalu mengamalkannya melalui perbuatan.
(Baca : Keuntungan Menjadi Muallaf)
Jadi saat mengucapkan syahadat tersebut harus benar-benar tahu artinya dan maknanya
sehingga dapat diresapi dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Syahadat terdiri dari
dua kalimat yang pertama berupa syahada at-tauhid dan kalimat kedua berupa syahadah ar-rasul.
(Baca : Kisah Mualaf)
Bunyi syahadat : “ashadu ala ilaha illalah wa ashadu anna muhammadar rasullah” yang artinya
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah
rasul (utusan) Allah”.
Makna dari Kalimat Syahadat:
1. Ketauhidan
Kalimat pertama menunjukkan tentang ketauhidan, yaitu “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah”. Jadi umat Islam percaya bahwa tidak ada tuhan yang lain selain Allah
SWT. Fungsi Iman Kepada Allah SWT merupakan Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa dan
juga memantapkan diri bahwa tujuan, motivasi dan jalan hidup hanya kepada Allah SWT.
(Baca : Keutamaan Ayat Kursi)
Orang yang memiliki Ciri – Ciri Orang Yang Tidak Ikhlas Dalam Beribadah Kepada Allah
SWT atau tidak beriman kepada tuhan selain Allah, maka disebut sebagai orang kafir atau orang
musyrik. Tauhid sendiri dalam Islam dibagi menjadi tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan
asma wa sifat.(Baca : Manfaat Beriman Kepada Allah SWT)
Tauhid uluhiyah berarti beriman bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah dan tak
ada sekutu bagi Allah. Jadi semua ibadah yang dilakukan semata-mata hanya kepada Allah
SWT. Ibadah-ibadah seperti sholat, doa, taubat, tawakkal, puasa, dan lain-lain semuanya hanya
ditujukan hanya kepada Allah SWT saja.(Baca : Keutamaan Ayat Kursi)
Tauhid asma wa sifat. Allah SWT memiliki asmaul husna atau nama dan sifat yang baik.
Ada Sifat – Sifat Allah Dan 99 Asmaul Husna yang merupakan nama dan sifat Allah yang juga
harus diimani. Umat Islam perlu mempelajari dan menghafalkan asmaul husna sehingga dapat
lebih memahami keagungan Allah SWT.(Baca : Manfaat Asmaul Husna Nama)
2. Kerasulan
Kalimat kedua berupa kalimat yang memantapkan diri untuk percaya pada kerasulan Nabi
Muhammad. Tak hanya percaya bahwa Nabi Muhammad memang utusan Allah tapi juga
meyakini ajaran yang disampaikan melalui Nabi Muhammad, misalnya meyakini hadist-hadist
Nabi Muhammad.(Baca : Kisah Nabi Muhammad Membelah Bulan,Kisah Teladan Nabi
Muhammad SAW)
Orang yang beriman pada Allah dan rasul-Nya berarti juga wajib beribadah sesuai dengan
tuntunan yang telah diberikan. Nabi Muhammad diutus untuk membuat umat manusia mengenal
tentang ajaran Islam. Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir ikut menuntun umat manusia
menuju jalan yang terang menuju surga melalui ajaran Islam.(Baca : Hubungan Akhlak dengan
Iman)
Syarat syahadat sendiri ada tujuh yaitu pengetahuan, keyakinan, keikhlasan, kejujuran,
kecintaan, penerimaan, dan ketundukan. Jadi orang yang membaca syahadat tersebut perlu
menerapkan tujuh syarat tersebut sehingga syahadatnya menjadi benar-benar diresapi dalam hati
dan kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu rukun islam, syahadat
sepatutnya menjadi dasar bagi umat Islam dalam bertindak.(Baca : Hikmah Beriman Kepada
Malaikat)
2. Sholat
Salah satu ibadah yang wajib dan ditekankan dalam Islam adalah ibadah sholat. Secara bahasa
sholat sendiri berarti do’a sedang secara istilah, Shalat Wajib merupakan ibadah wajib yang
dilakukan dengan ucapan dan perbuatan diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam serta
melakukan rukun sholat dengan syarat tertentu. Secara hakekat, sholat menghadapkan jiwa pada
Allah SWT.(Baca : Hukum Membaca Doa Iftitah)
Muslim
Berakal sehat
Baligh
Suci dari hadats besar dan kecil
Sadar
2. Syarat Sah Sholat
Niat ; Niat bisa diucapkan dengan suara lirih atau di dalam hati saja. Ada yang mengucapkan niat
dalam bahasa Arab namun ada kalangan lain yang mengungkapkan bahwa niat tersebut berupa
niatan untuk melakukan sholat tertentu tidak berupa kalimat yang pasti.(Baca : Shalat Sunnat)
Berdiri tegap jika mampu ; Sholat pada dasarnya dilakukan dengan berdiri tegap jika mampu
namun jika tak mampu misalnya karena sakit maka bisa dilakukan dengan duduk atau bahkan
berbaring.(Baca : Hukum Sholat Jumat Bagi Wanita)
Takbiratul ihram ; Takbiratul ihram merupakan bacaan “Allahu akbar” yang diucapkan di awal
melakukan shalat dan gerakan-gerakan lainnya.
Membaca Surat Al fatihah setiap rokaatnya ; Setiap rakaat orang yang melakukan shalat
wajib untuk membaca surat Al Fatihah. Ada baiknya juga mengerti maknanya sehingga bisa
meresapi apa yang dibaca.
Ruku’ ; Ruku’ merupakan gerakan menunduk dengan posisi lurus 90 derajat dan kedua tangan
menyentuh bagian lutut. Pada saat ruku’ menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Asy-Syafi’I
dibaca bacaan “Subhana Rabbial Adzim” sebanyak tiga kali. Namun ulama lain, Imam Malik
mengungkapkan bahwa tidak ada bacaan yang baku untuk ruku’.
I’tidal ; I’tidal merupakan gerakan sholat yang dilakukan setelah gerakan ruku’ berupa berdiri
tegak dan mengangkat kedua tangan. Bacaan I’tidal yaitu “Sami’Allahu limah hamidah.”
Sujud ; Gerakan sujud dalam sholat yaitu dengan menempelkan dahi dan hidung di lantai atau
tempat sujud. Kedua tangan juga diletakkan di lantai sejajar dengan pundak dan telinga. Jari-jari
tangan dirapatkan serta menghadap ke kiblat, sedangkan kedua lutut berada di lantai.
Duduk di antara dua sujud ; Duduk di antara dua sujud merupakan posisi duduk setelah bangun
dari sujud yang pertama.
Duduk tahiyatul akhir ; Duduk tahiyatul akhir merupakan posisi duduk setelah sujud yang kedua.
Dilakukan pada rakaat kedua dan keempat jika sholatnya empat rakaat. Untuk shalat
subuh dilakukan di rakaat kedua sedangkan sholat maghrib dilakukan saat rakaat kedua dan
ketiga.
Membaca shalawat nabi ; Saat membaca tasyahud akhir maka dibaca shalawat nabi.
Shalat Fardhu
Shalat Tasbih
Shalat Istikharah
Shalat Hajat
Sholat wajib dalam ajaran agama Islam berupa shalat lima waktu yang dikerjakan setiap
harinya. Sholat lima waktu tersebut terdiri dari Shalat Subuh, sholat dhuhur, sholat ashar, sholat
maghrib, dan sholat isya’. Setiap muslim wajib mengerjakannya setiap hari.(Baca : Tata Cara
Sholat Sunah Rawatib)
Sholat sendiri bisa menghindarkan kita dari perbuatan maksiat jika sholat tersebut memang
dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Bacaan-bacaan dalam sholat sendiri seharusnya juga tidak
hanya sekedar dihafalkan saja namun dipahami maknanya sehingga dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.(Baca : Tata Cara Shalat Jamak)
Sejarah kewajiban sholat sendiri melalui perjalanan yang luar biasa yaitu Tahun Baru dalam
Islam Isra’ Mi’raj yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Melalui sholat, muslim bisa
berkomunikasi dengan Allah SWT sehingga saat sholat seharusnya bisa mengerjakan dengan
khusyu’ dan tidak asal-asalan.(Baca : Do’a Setelah Shalat Fardhu)
Muslim yang melakukan sholat dengan baik maka bisa menerapkan kedisiplinan dalam dirinya.
Etos kerja seseorang dapat ditingkatkan dengan rutin melakukan sholat karena sholat sendiri
sebenarnya bukan hanya ibadah ritual saja yang setelah selesai maka akan berlalu begitu saja.
Sholat bisa menjadi begitu bermakna jika pelaksanaannya secara khusyu’ atau dihayati dalam
hati.
3. Puasa
Puasa yang dimaksud adalah puasa pada bulan Ramadan yang merupakan bulan kesembilan
dalam bulan Hijriyah. Umat Islam wajib melakukan Ibadan puasa tersebut untuk menunjukkan
keimanan dan ketakwaannya. Berpuasa di bulan Ramadan menjadi salah satu kewajiban
sekaligus ujian sebagai seorang muslim.(Baca : Hukum Mencicipi Makanan Saat Puasa)
Puasa sendiri berarti menahan makan, minum, dan hubungan suami istri mulai terbit fajar
sampai dengan terbenamnya matahari. Puasa sendiri sebenarnya tidak sekedar Cara Ampuh
Menahan Nafsu Di Bulan Ramadhan seperti makan-minum dan berhubungan suami-istri saja
namun ada beberapa hawa nafsu lain yang juga perlu ditahan seperti rasa marah, berbohong,
mencuri, dan perilaku berdosa lainnya.(Baca : Hukum Puasa Tanpa Sahur)
Selain berpuasa di bulan Ramadhan, umat Islam juga memiliki jenis puasa lainnya yang
sifatnya sunnah. Puasa bulan Ramadhan sendiri merupakan puasa yang wajib dilakukan oleh
setiap muslim yang sudah baligh, berakal, sehat/mampu untuk melakukannya, dan dalam
keadaan mukim.(Baca : Hukum Menangis Saat Puasa)
Para wanita yang berhalangan berpuasa di bulan Ramadhan diwajibkan untuk mengganti
puasanya di bulan-bulan lainnya. Begitu juga bagi yang tidak mampu menjalankan ibadah puasa
seperti sakit atau sudah tua maka bisa membayar fidyah untuk mengganti puasa yang tidak bisa
dilakukannya tersebut.(Baca : Amalan di Bulan Ramadhan Bagi Wanita Haid, Larangan Saat
Haid)
Baca juga :
4. Zakat
Rukun Islam yang keempat adalah zakat. Zakat dari bahasa Arab yaitu Zakah atau zakat yang
berarti harta tertentu yang wajib dikeluarga oleh umat Islam untuk diberikan pada
kaum Penerima Zakat yang berhak menerimanya. Dari segi bahasa maka Zakat Dalam
Islam berarti bersih, suci, berkat, subur, dan berkembang.
Zakat merupakan salah satu ibadah yang wajib untuk dilakukan oleh umat Islam sejak tahun 662
M. Zakat kemudian diterapkan dalam negara-negara Islam dan diatur melalui lembaga tertentu.
Jenis zakat sendiri ada dua yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Maal atau zakat harta.
Zakat fitrah merupakan Zakat Penghasilan yang wajib dikeluarkan menjelang idul fitri yang
berupa makanan pokok di daerah yang bersangkutan. Besarnya zakat fitrah sendiri setara dengan
3,5 liter atau 2,7 kilogram. Sedangkan zakat maal merupakan zakan yang dikeluarkan seorang
muslim dari harta yang dimilikinya mencakup hasil perniagaan, pertambangan, pertanian, hasil
laut, harta temuan, emas, perat, ataupun hasil ternak.(Baca : Cara Menghitung Zakat Maal)
Zakat merupakan ibadah yang berhubungan dengan kegiatan sosial karena dapat membantu
orang-orang yang tidak mampu.(Baca : Hukum Zakat Pendapatan)
Fakir ; Fakir merupakan orang yang hampir tidak memiliki harta apapun sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup pokoknya sehari-hari.
Miskin ; Orang miskin merupakan orang yang memiliki harta namun harta tersebut tidak dapat
mencukup kebuthan hidupnya sehari-hari.
Amil ; Amil merupakan orang yang mengumpulkan serta membagikan zakat. Amil bisa berupa
panitia zakat ataupun lembaga zakat yang membantu mengumpulkan dan membagikan zakat.
Mu’alaf ; Mu’alaf merupakan orang yang baru saja masuk Islam, mereka perlu bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan barunya. Mereka perlu bantuan dukungan agar dapat
menjalankan agama Islam dengan baik.
Hamba sahaya ; Hamba sahaya merupakan budak yang ingin memerdekakan diri. Di zaman
dahulu budak memang banyak ditemui, namun sekarang sistem perbudakan sendiri sudah dicoba
dihapuskan.
Zakat sendiri memiliki berbagai manfaat baik dari segi agama maupun sosial. Selain sebagai
salah satu rukun Islam, zakat juga memiliki faedah dari sisi akhlak. Orang Islam diajarkan untuk
memiliki rasa toleran dan berbagai kepada sesama yang membutuhkan. Zakat dapat membantu
orang lain yang tidak mampu dan mampu mengurangi kecemburuan sosial.
Orang yang berzakat dapat menyucikan hartanya dan orang yang menerimanya juga akan
bersyukur masih ada orang yang memperhatikan mereka. Melalui zakat, umat Islam dapat belajar
untuk selalu mengingat sesame sehingga nantinya tidak hanya berzakat saja tapi melakukan amal
sosial yang lain seperti bersedekah. Memberikan sesuatu pada orang yang membutuhkan menjadi
salah satu wujud rasa syukur kita atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
5. Haji
Rukun Islam yang kelima adalah haji. Keutamaan Ibadah Haji ini merupakan Syarat Wajib
Haji sekali dalam seumur hidup bagi yang mampu. Tak semua orang bisa melakukan ibadah haji
karena masalah tak memiliki harta yang cukup atau dalam keadaan sakit. Ibadah haji sendiri
merupakan ibadah fisik yang membutuhkan kesehatan yang prima sehingga dapat melakukannya
dengan baik. Ibadah haji sendiri ada beberapa jenis, misalnya haji ifrad, haji tamattu’, dan
haji qiran.
Haji ifrad merupakan haji menyendiri baik menyendirikan haji ataupun menyendirikan umrah.
Karena yang wajib adalah Ibadah haji maka pada haji ifrad yang didahulukan adalah ibadah
hajinya.(Baca : Keutamaan Ibadah Umroh)
Haji tamattu’ merupakan haji yang bersantai yaitu dengan melakukan umrah terlebih dahulu di
bulan haji, lalu baru melaksanakan ibadah haji di tahun yang sama.(Baca : Pengertian Mahram)
Haji qiran merupakan haji yang menggabungkan antara ibadah haji dengan ibadah umrah. Orang
yang berhaji qiran melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai. Pada ibadah yang
satu ini berarti melakukan dua thawaf dan dua sa’i.
Rukun Haji atau perbuatan yang wajib dilakukan saat berhaji
Ihram ; Ihram merupakan niatan untuk masuk manasik haji. Wajib ihram mencakup ihram
dari miqot, tidak memakai pakaian berjahit yang menunjukkan lekuk badan serta bertalbiyah.
(Baca : Muhrim Dalam Islam)
Wukuf di Arafah ; Wukuf di Arafah cukup penting karena bagi yang luput dari wukuf di Arafah
maka hajinya menjad tidak sah. Wukuf sendiri berarti hadir di daerah di Arafah walau dalam
keadaan tidur, sadar, duduk, berjalan, atau berkendara.
Sa’i ; Sa’i yaitu berjalan antara Safa dan Marwah untuk beribadah. Syarat Sa’i yaitu berniat,
berurutan, dilakukan berturut-turut, menyempurnakan sampai 7 putaran, dan dilakukan setelah
melakukan tawaf yang shahih.
Haji yang dilakukan dengan baik tidak hanya membuat seseorang mendapatkan pahala saat
beribadah saja namun dapat membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Saat sudah
kembali ke negara asalnya maka seseorang yang telah berhaji seharusnya menjadi seorang
muslim yang lebih taat dan berakhlak mulia.
Ihsan adalah istilah yang sudah sangat akrab terdengar. Kebanyakan orang menyebut arti ihsan
adalah untuk menunjukkan berbagai perbuatan yang baik. Namun apa arti ihsan dalam
pandangan Islam?
Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti ihsan adalah baik. Selain itu
arti ihsan dapat juga disebut dengan derma dan sebagainya yang tidak diwajibkan. Namun dilihat
dari asal katanya, arti ihsan berasal dari kata hasuna-yahsunu-hasanan yang memiliki arti baik
ataupun berbuat baik ataupun bagus. Selain itu arti ihsan dalam bahasa Arab memiliki arti
kesempurnaan atau keunggulan.
Menurut pandangan Islam, ihsan cukup sering disebutkan dalam Alquran dan hadis. Apalagi
perintah untuk selalu berbuat kebaikan menjadi bagian dari keimanan dan bukti keislaman
seorang muslim. Karena itulah disebutkan pula bahwa iman, Islam dan ihsan adalah tiga hal yang
tidak dapat terpisah satu sama lain. Maka dapat dikatakan bahwa arti ihsan adalah perbuatan baik
yang dilakukan oleh seorang muslim yang mana baik dengan ucapan atau tindakan kepada Allah
SWT ataupun orang lain dan makhluk hidup lainnya.
Karenanya arti ihsan adalah kebalikan dari isa'ah atau yang disebut dengan perbuatan jelek.
Itulah penjelasan mengenai arti ihsan yang perlu kalian ketahui. Sehingga memudahkan dalam
memahami makna ihsan.
A.Macam macam perbuatan ishan
Yaitu berlaku ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah baik dalam bentuk ibadah
khusus yang disebut ibadah mahdah (murni) seperti salat, puasa dan sejenisnya. ataupun ibadah
umum yang disebut dengan gairu mahda (Ibadah sosial) seperti belajar-mengajar, berdagang,
makan,tidur, dan semua perbuatan manusia yang tidak bertentangan dengan aturan agama.
Berdasarkan hadis tentang ihsan di atas, ihsan kepada allah mengandung dua tingkatan berikut
ini.
keadaan ini merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan dan kerinduan. Doa menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena sikap ihsannya
didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
Kedua jenis ihsan inilah yang akan mengantarkan pelakunya kepada puncak keikhlasan dalam
beribadah kepada Allah swt. jauh dari motif riya'.
"... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang orang yang berbuat kerusakan."
Dari berbagai ayat dan hadis, berbuat kebajikan (ihsan) kepada sesama makhluk Allah swt.
meliputi seluruh alam raya ciptaan-Nya. lebih kongkritnya seperti penjelasan berikut :
Allah berfirman : " Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil". (Q.S Al-Isra'/17:23-24)
Dalam sebuah hadis riwayat at-tirmizi dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda
(artinya): "Keridaan Allah berada pada keridaan orang tua dan kemurkaan Allah berada pada
kemurkaan Orang tua" (HR at-Tirmizi).
Berbuat baik kepada orang tua ialah dengan cara mengasihi, memelihara dan menjaga mereka
dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan
aturan Allah Swt. mereka telah berkorban untuk kepentingan anak mereka sewaktu masih kecil
dengan perhatian penuh dan belas kasihan. Mereka mendidik dan mengurus semua keperluan
anak anak ketika masih lemah. Selain itu, orangtua memberikan kasih sayang yang tidak ada
tandingannya. jika demikian, apakah tidak semestinya orang tua mendapat perlakuan yang baik
pula sebagai imbalan dari budi baiknya yang tulus itu? sedangkan Allah Swt telah menegaskan
dalam firman-Nya: "Tidak ada balasan untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)"(Q.S Ar-
Rahman/55:60)
menjalin hubungan baik dengan karib kerabat adalah bentuk ihsan kepada mereka, bahkan
Allah menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan silaturahmi dengan perusak di muka
bumi. Allah berfirman : "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat
kerusakan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?" (Q.S Muhammad/47:22).
Silaturahmi merupakan kunci menapat keridaan Allah sebab paling utama terputusnya
hubungan seorang hamba dengan tuhannya adalah karena terputusnya hubungan
silaturahmi .dalam hadis qudsi, allah berfirman :" Aku adalah Allah, aku adala Rahman, dan aku
telah menciptakan rahim yang Kuberi nama bagian dari nama-Ku, Maka, barang siapa yang
menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya,
akan Ku putuskan hubanganKu dengannya" (H.R at-tirmizi)
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak haknya.
Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya adalah sabda
Rasulullah saw : "Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga kelak akan seperti ini...
(seraya menunjukkan jari telunjuk jari tengahnya). " (H.R al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-
Tirmizi)
Berbuat ihsan kepada orang miskin ialah dengan memberi bantuan kepada mereka terutama
pada saat mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda, "Orang orang yang menolong janda
dan orang miskin, seperti orang yang berjuang di jalan Allah" (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Ihsan kepada tetangga dekat meliputi tetangga dekat dari kerabat atau tetangga yang berada di
dekat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh karena nasab maupun yang berada jauh dari rumah.
Teman sejawat adalah yang berkumpul dengan kita atas dasar pekerjaan, pertemanan, teman
sekolah atau kampus, perjalan, ma'had, dan sebagainya. mereka semua masuk kedalam kategori
tetangga. Seorang tetangga kafir mempunyai hak sebagai tetangga saja, tetapi tetangga muslim
mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan sebagai muslim, sedang tetangga muslim dan
kerabat mempunyai tiga hak, yaitu sebagai tetangga, sebagai muslim dan, sebagai kerabat.
Rasulullah saw bersabda: "Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman." Para sahabat
bertanya: "Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Seseorang yang
tidak aman tetangganya dari gangguannya." (H.R at-Tabrani)
Ihsan kepada tamu secara umum adalah dengan menghormati dam menjamunya. Rasulullah
saw bersabda: " Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan
tamunya" (HR. Jamaah, kecuali Nasa'i)
Tamu yang datang dari tempat yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang
dalam perjalanan jauh). cara berbuat ihsan terhadap ibnu sabil dengan memenuhi ke butuhannya.
menjaga hartanya. memelihara kehormatannya, menunjuki jalan jika ia meminta.
kepada karyawan atau orang orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk
pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan agar membayar upah mereka sebelum
keringat mereka kering (segera), tidak membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak
sanggup melakukannya. Secara umum kita juga harus menghormati dan menghargai profesi
mereka.
Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari kiamat, hendaklah ia
berkata yang baik atau diam " (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Wahai manusia, hendaklah kita melembutkan ucapan, saling menghargai satu sama lain dalam
pergaulan, menyuruh kepada yang mar'ruf dan mencegah kemungkaran. Menunjuki jalan jika ia
tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak hak mereka, dan tidak menggangu mereka
dengan tidak melakukan hal hal dapat mengusik serta melukai mereka.
Berbuat Ihsan terhadap binatang adalah dengan memberinya makan jika ia lapar,
mengobatinya jika ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksa jika ia
bekerja, dan mengistirahatkannya jika ia lelah. bahkan pada saat menyembelih hendaklah dengan
menyembelihnya dengan cara yang baik, tidak menyiksanya serta menggunakan pisau yang
tajam.
"... Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik dan jika
kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan
pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya" (HR. Muslim)
Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. untuk kepentingan
kelestarian hidup alam dan manusia sendiri, alam harus dimanfaatkan secara bertanggungjawab,
Allah berbifrman : ".... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan" (Q.S al- Qasas/28:77)
1. Ibadah
Kita berkewajiban ihsan dlm beribadah, yaitu menunaikan semua jenis ibadah, seperti sholat, puasa,
dan haji dengan cara yang benar, yaitu menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal
itu tidak mungkin dapat ditunaikan seorang hamba kecuali saat pelaksanaan ibadah, ia dipenuhi dengan
cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya) dan dengan kesadaran penuh bahwa Allah SWT selalu
memantaunya hingga ia merasa sedang dilihat dan diperhatikan oleh-Nya. Setidaknya seorang hamba
merasakan bahwa Allah SWT senantiasa memantaunya karena dengan itulah ia dapat menunaikan
ibadah dengan baik dan sempurna sehingga hasil dari ibadahnya seperti yang ia harapkan. Itulah
maksud dari perkataan Rasulullah S'AW,
"Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-
Nya, yakinlah Dia Melihatmu."
Arti ibadah itu sendiri sangatlah luas. Ibadah lain seperti jihad, menghormati sesama mukmin, mendidik
anak, menyenangkan suami, menyenangkan isteri, meniatkan setiap yang mubah utk mendapat ridha
Allah SWT, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, Rasulullah S'AW Menghendaki umatnya senantiasa
dalam keadaan sadar bahwa ia ingin mewujudkan ihsan dalam ibadahnya.
2. Mu'amalah
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat atau jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu..." (An-Nisa'[4]:36)
Berikut adalah mereka yang berhak mendapatkan perlakuan ihsan:
1) Ihsan kepada kedua orang tua. Ibadah kita kepada Allah SWt tidak akan diterima jika tidak disertai
berbuat baik kepada kedua orang tua.
2) Ihsan kepada Kerabat Karib. Ihsan kepada kerabat adalah dengan jalan membangun hubungan yang
baik dengan mereka, bahkan Allah SWT menyamakan seseorang yang memutuskan hubungan
silaturrahim dengan perusak di muka bumi. Silaturrahim adalah kunci mendapatkan ridha Allah SWT. Hal
itu karena terputusnya hubungan seorang hamba dengan Tuhannya terutama adalah karena
terputusnya silaturrahim.
3. Akhlak.
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya buah dari ibadah dan mu'amalah. Seseorang akan mencapai tingkat
ihsan dalam akhlaknya jika telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan Rasulullah S"AW. Jika
ihsan telah dicapai seorang hamba, ia akan berbuah menjadi akhlak atau perilaku yang baik sehingga
mereka yang sampai pada tahap ihsan dalam ibadahnya, ihsan pula dalam perilaku dan karakternya.
Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, mu'amalah, dan akhlak. Oleh karena itu, semua orang yang
menyadari hal itu tentu berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat
itu. Siapa pun kita, apa pun profesi kita, di mata Allah SWT tidak ada yang lebih mulia dari yang lain,
kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam seluruh sisi hidupnya. Semoga kita semua
mencapai hal itu sebelum Allah SWT mengambil ruh kita.
"Ibarat bangunan rumah, iman sebagai fondamennya. Islam sebagai tembok dan bangunan
lainnya. Sedangkan Ihsan adalah atap dan ornamen lainnya. Jadi ketiganya adalah satu kesatuan
dan tidak bisa dipisahkan," ujar KH Syaikuddin Rahman saat kajian Aswaja di Masjid Al-
Musthofa Bakung Udanawu Blitar, Senin (21/5) tadi pagi.
Untuk mempelajari ketiga pokok ajaran agama tersebut para ulama mengelompokkannya
lewat tiga cabang ilmu pengetahuan.
Pertama Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-pokok
keyakinan (aqidah). Kedua, Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu
ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah. Sedangkan untuk
mempelajari Ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu (Tasawuf) melalui
thariqah.
Kiai Syaikuddin menjelaskan, Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan
dan diwujudkan dalam amal perbuatan.Keyakinan tersebut meliputi enam rukun iman, yaitu
iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Nabi dan rasul,
iman kepada hari akhir serta iman kepada, qadla dan qadar.
“Keenam rukun iman tersebut adalah bentuk amal batiniah sebagai wujud pengakuan hati
manusia terhadap kebesaran Allah SWT. Yang nantinya akan mempengaruhi segala aktifitas
yang dilakukan. Manusia adalah makhluk dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada.
Keimanan akan membawa manusia ke titik penyadaran diri sebagai hamba Allah yang tunduk di
bawah kekuasaan Allah SWT," terangnya.
Ketika keyakinan terhadap keenam rukun tersebut sudah tertanam dalam hati, maka lanjut Kiai
Syaikuddin, tentu kita akan berusaha untuk menjalani kehidupan sesuai dengan koridor hukum
Allah yang pada akhirnya akan membawa ke arah kehidupan yang berkualitas.
“Maka fondamen itu harus kokoh dan sangat penting ditanamkan kepada anak-anak kita
sedini mungkin, misalnya dengan mempelajari Kitab Aqidatul Awam," jelasnya.
Sedangkan Islam, dijelaskan dengan penjabaran lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat,
zakat, puasa dan haji bagi yang mampu.
Pertama syahadat. Syahadat merupakan kesaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah
selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kedua, Shalat merupakan bentuk
hubungan vertikal secara langsung antara hamba dengan Sang Khalik.
Ketiga, Zakat adalah wujud kepedulian sosial terhaadap sesama manusia. Keempat Puasa
merupakan ujian melawan hawa nafsu. Dan kelima Haji adalah ajang mempererat ukhuwah
Islamiyah dengan sesama saudara muslim dari seluruh dunia.
"Kelima rukun tersebut merupakan amal lahiriah sebaga perwujudan dari makna Islam itu
sendiri, yaitu kepasrahan diri secara total kepada Allah. Artinya, kepasrahan sebagai makna
Islam tidak hanya disimpan dalam hati, melainkan diwujudkan lewat perbuatan nyata yaitu
kelima rukun Islam tersebut. Dan ini dipelajari melalui ilmu fiqih," katanya.
Lalu Ihsan. Menurut lulusan pesantren Lirboyo Kediri ini, Ihsan adalah cara bagaimana
seharusnya kita beribadah kepada Allah SWT. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita
dilakukan dengan cara seolah-olah saat ibadah kita berhadapan secara langsung dengan Allah.
Cara ibadah ini akan membawa ibadah kita ke maqom (tingkat) yang lebih dekat kepada Allah
dengan perasaan penuh harap, takut, khusyu’, ridlo, dan ikhlas kepad Allah SWT.
"Perasaan tersebut menjadikan ibadah yg kita lakukan tdk hanya sekadar menjadi kewajiban,
tetapi merupakan kebutuhan jiwa dalam penghambaan diri kepada Allah," jelasnya.
Dikatakan, jika cara tersebut belum bisa dilakukan, maka ibadah dilakukan dengan
keyakinkan bahwa Allah pasti melihat dan mengetahui semua yang dilakukan. Dengan demikian,
tentu manusia akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah dan
meninggalkan larangan Allah. (Imam Kusnin Ahmad/Muiz).
https://id.wikipedia.org/wiki/Islam
https://andasayabisa.blogspot.com/2012/06/aspek-aspek-ajaran-islam.html
https://dalamislam.com/dasar-islam/rukun-islam
https://plus.kapanlagi.com/arti-ihsan-dalam-islam-makna-dalil-ciri-cirinya-lengkap-dengan-contohnya-
01061e.html
http://mybooksanddreams.blogspot.com/2016/10/pengertian-dan-macam-macam-berbuat-ihsan.html
http://mardhotillah-islamic-deepfeeling.blogspot.com/2013/10/tiga-aspek-pokok-dalam-ihsan.html
: https://www.nu.or.id/daerah/bagai-bangunan-rumah-hubungan-antara-iman-islam-dan-ihsan-Cx4d5