Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan
(perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya,
kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara
nyata.

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah yang
artinya:

Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad)
dan kepada Kitab (Al Quran) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-
rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. An Nisa :
136)1

Pengertian Iman Dalam Al-Quran dan Hadits

Arti iman dalam Al-Quran maksudnya membenarkan dengan penuh Keyakinan bahwa
Allah SWT. mempunyai kitab-kitab yang diturunkan kepada hamba-hambaNya dengan
kebenaran yang nyata dan petunjuk yang jelas. Dan bahwaNya Al-Quran adalah kalam Allah
yang Ia firmankan dengan sebenarnya.

Arti Iman dalam Hadits maksudnya iman yang merupakan pembenaran batin. Rasullallah
menyebutkan hal-hal lain sebagai iman, seperti akhlak yang baik, bermurah hati, sabar, cinta
Rasul, cinta sahabat, rasa malu dan sebagainya.

Rukun Iman Dan Hal-Hal Yang Membatalkan


Rukun iman terbagi menjadi enam yaitu:
1.Iman kepada Allah SWT
2.Iman kepada para Malaikat
3.Iman kepada Kitab-kitab
4.Iman kepada para Rasul
5.Iman kepada Hari Kiamat

1 https://islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/

1
6.Iman kepada Qadha dan Qadar

- Iman kepada Allah SWT


Yaitu percaya kepada Allah, orang yang beriman kepada Allah akan mendapatkan ketengan jiwa
yang muncul dari kalbu secara ikhlas. Adapun yang utama kita beriman kepada Allah yaitu kita
menyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah.

- Iman kepada para Malaikat


Bagaimana kita mengimani dan mengetahui wujud malaikat yaitu, pertama melalui akhbar yang
disampaikan oeh Rasullullah SAW baik berupa Al-Quran maupun Sunnah. Kedua lewat bukti-
bukti nyata yang ada dalam semesta yang menunjukan bahwa Malaikat itu ada.

- Iman kepada Kitab-kitab


Secara etimologis kata kitab adalah bentuk masdhar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis.
Setelah menjadi masdhar berarti tulisan, atau yang ditulis.
Secara terminologis Al-Kitab adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT. kepada para
Nabi dan RasulNya.

- Iman kepada para Rasul


Dalam hal ini seorang Rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT. untuk menyampaikan
misi, pesan (ar-risalah).

- Iman kepada Hari Kiamat


Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan yang kekal sesudah
kehidupan di dunia fana ini berakhir.

- Iman kepada Qadha dan Qadar


Secara etimologis Qadha adalah bentuk masdhar dari kata kerja qadha yang berari kehendak atau
ketetapan hukum. Dalam hali ini Qadha adalah kehendak atau ketetapan hukum Allah SWT.
terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara etimologis adalah bentuk masdhar dari qadara
yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hali ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah
SWT. terhadap segala sesuatu.

B. Hal - hal yang membatalkan iman


Pembatal iman atau nawaqidhul iman adalah sesuatu yang dapat menghapuskan iman sesudah
iman masuk didalamnya yakni antara lain:
1.Mengingkari rububiyah Allah atau sesuatu dari kekhususan- kekhususanNya, atau mengaku
memiliki sesuatu dari kekhususan tersebut atau membenarkan orang yang mengakuinya.

2
2.sombong serta menolak beribadah kepada Allah
3.menjadikan perantara dan penolong yang ia sembah atau ia mintai (pertolongan) selain Allah.
4.menolak sesuatu yang ditetapkan Allah untuk diriNya atau yang ditetapkan oleh RasulNya.
5.mendustakan Rasullullah.
6.mengolok-olok atau mengejek-ejek Allah atau Al-Quran atau agama Islam atau pahala dan
siksa yang sejenisnya, atau mengolok-olk Rasullullah atau seorang Nabi, baik itu gurauan maupn
sungguhan, dan lain sebagainya. 2

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala
keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

C. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya

2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan
doa,

3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya

4. Menafkahkan rezki yang diterimanya

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga

6. Memelihara amanah dan menempati janji

7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong

8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin

D. Pengertian Taqwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara
dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap
memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan
konsisten ( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya
dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
2 http://indo-moeslim.blogspot.co.id/2010/08/pengertian-iman-dan-penjelasan-
arti.html

3
Karakteristik orang orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima
kategori atau indicator ketaqwaan.
a. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang orang miskin,
orang orang yang terputus di perjalanan, orang orang yang meminta minta dana,
orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan
mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan
harta.
c. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah
formal.
d. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki
semangat perjuangan.

E. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang
bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan
iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus
yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan akhlak mulia
itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa. Orang yang bertakwa
adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar beriman adalah orang yang
memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
berakhlak mulia merupakan cirri-ciri dari orang yang bertaqwa. Keimanan pada keesaan Allah
yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis.
Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan
Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan
kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi
logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud
Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah,berhubungan dengan amal ibadah
manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya
tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa
mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan
seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan
tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis

4
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid
teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan
konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah
mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan
kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah dan
meninggalkan segala larangan-Nya.3

Keimanan dan Ketaqwaan dalam Islam menurut Imam 'Ali bin Abi Tholib k.w.
Iman mempunyai 4 Pilar, yaitu:
1. Sabar
2. Yakin
3. Keadilan
4. Jihad
4

F. Fungsi Iman dan Takwa

a. Melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak
memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya.
Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
sanggup menahan dan mencegahnya.

b. Menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak di antara manusia
yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang
beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai
soal hidup dan mati adalah firman Allah:

Di mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu di
dalam benteng yang tinggi lagi kokoh(an-Nisa 4: 78).

3 http://fitachoiyanti14.blogspot.co.id/2016/03/makalah-keimanan-dan-ketaqwaan-matkul.html

4 http://www.aura-ilmu.com/2013/06/Pengertian-Keimanan-dan-Ketaqwaan-Dalam-Islam.html

5
c. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan.

Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak
orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang
manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan
memperbudak diri, karena kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah
firman Allah:

Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya,
dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis
dalam kitab yang nyata. (lauh mahfud). (Hud, 11: 6).

d. Iman memberikan ketentraman jiwa

Seringkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan
kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram (mutmainnah),
dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan firman Allah:

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram. (ar-Rad, 13: 28).

Kalau Allah telah menurunkan ketenangan dalam hati, maka hati menjadi mantap, segala krisis
dapat dilalui, keseimbangan hormon tetap mantap, dan keserasian kimiawi tubuh berjalan dengan
wajar. Dalam keadaan demikian segala penderitaan dan tekanan jiwa akan berganti dengan
perasaan bahagia dan ketenangan.

e. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan
mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah :

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang mereka kerjakan. (an-Nahl, 16: 97).

f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih,
kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah
diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada
firman Allah:

6
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam. (al-Anaam, 6: 162)

g. Iman memberikan keberuntungan

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan
mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang
yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung. (al-Baqarah, 2: 5).

h. Iman mencegah penyakit

Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia
mukmin dipengaruhi oleh iman.

Hal itu karena semua gerak dan kegiatan manusia, baik yang dipengaruhi oleh kemauan seperti
makan, minum, berdiri, melihat dan berfikir, maupun yang tidak dipengaruhi kemauan seperti
gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah tidak lebih dari serangkaian proses atau
reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses bio-
kimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh
hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise, yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh
dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia
semenjak ia masih berbentuk zygot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur
hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.

Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perobahan fisiologis tubuh
(keseimbangan hormon terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka keadaan ini
dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu orang-orang yang dikontrol oleh iman
tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar
kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk
sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka
akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera5

5 http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-ketakwaan/.html

7
BAB III
KESIMPULAN

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk merasakan
kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila memenuhi tiga unsur
akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya
bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka (karena-Nya)
dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi
Tuhan-NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia Keimanan dan ketakwaan merupakan
dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa
adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.

8
BAB IV

SARAN

Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya meningkat.

Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga.

Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT.

Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup.

9
BAB V

PENUTUP

Demikian makalah hasil diskusi kelompok kami yang berjudul Keimanan dan Ketakwaan,
setelah membaca makalah ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan antara Keimanan dan
Ketakwaan adalah sangat erat. Dan dapat dikatakan bahwa seseorang baru dinyatakan beriman
dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha
illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan
mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dan
kritikan dari pembaca adalah hal yang kami tunggu, untuk perbaikan dalam penyempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan mohon maaf atas salah kata maupun salah penulisan dari
kami.

Terimakasih

10
DAFTAR PUSTAKA

https://islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/

http://indo-moeslim.blogspot.co.id/2010/08/pengertian-iman-dan-penjelasan-arti.html

http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-ketakwaan/.html

http://fitachoiyanti14.blogspot.co.id/2016/03/makalah-keimanan-dan-ketaqwaan-matkul.html

http://www.aura-ilmu.com/2013/06/Pengertian-Keimanan-dan-Ketaqwaan-Dalam-Islam.html

11

Anda mungkin juga menyukai